Selasa, 01 Juni 2021

Dewan Para-Tikus

Profesor Nightingale mengemukakan pandangan, "Duhai saudara-saudariku! Sebaiknya, pastikan bahwa engkau menyukai realita atau kenyataan, karena selalu berbeda dari ide atau gagasan. Bermimpi, memungkinkanmu mengangankan kemungkinan, dan membawa qalbumu pada hal-hal baru, yang artistik, dari sudut-sudut nalarmu. Ide, seperti halnya bermimpi, itu indah, akan tetapi, jika engkau ingin berkreasi, seyogyanya, engkau memperhatikan kenyataan yang diadaptasi dari gagasanmu. Kenali apa yang ada di depan matamu, bukan panorama yang bergelayut dalam benakmu.
Demi membedakan antara ide dan realita, hendaknya engkau menerima terlebih dahulu, sebagai aksioma, bahwa ada "realita," yang berproses secara eksklusif, terlepas dari asa atau keinginanmu. Jika tidak, ucapkan selamat datang pada Solipsisme. Selanjutnya, temukan dasar-dasar realita yang secara akurat mengukur hasil dari pelbagai langkahmu, sebagai kesimpulan akal, yang lahir dari kesadaran bagaimana ia berperilaku. Engkau memerlukan arahan, atau model, sebagai uji analisis, bila memerlukan prediksi yang lebih paripurna dari yang kurang sempurna. Kemudian, mencoba kembali setelah menggunakan model, guna memprediksi hasil, idealnya, engkau menunaikannya dengan bereksperimen.
Sekiranya, tak dapat diterima atau mustahil, hal terbaik berikutnya, mengantisipasi apa yang akan engkau lihat, kala melihat sesuatu yang belum pernah engkau saksikan sebelumnya. Seluruh pengujian ini, melelahkan, dan pada akhirnya, tak meyakinkan, namun hanya itu yang engkau punya. Kebanyakan orang, tak mau berusaha, dan puas dengan ide-ide gemerlap namun belum terbukti.

Hampir semua orang, cemas akan bagaimana sesuatu terjadi, bagaimana makrokosmos itu, bagaimana jalan-panjang dan berliku itu, dan apa yang semestinya terjadi dalam setiap keadaan. Katakanlah harapan ini, ide-idemu. Engkau menghadapi pertikaian-langgeng antara gagasan dan kenyataan. Di sisi lain, banyak orang, sedemikian yakin, bahwa ide-ide mereka, dapat diimplementasikan. Tapi seringkali, kenyataannya, berbeda.
Perhatikan apolog berikut,
Dahulu, di sebuah negeri bernama Ridiculam-terram, para-tikus ditakdirkan tertimpa musibah. Selama dua tahun terakhir, jumlah mereka berkurang. Banyak tikus yang mati, atau tahu-tahu raib, dan statistik kematian melonjak. Para-tikus mencoba mengatasinya, dengan membekam statistik-kematian di negeri mereka. Namun, upaya tersebut, belum menunjukkan hasil.
Para-tikus menyadari, bahwa penyebab semua ini, seekor Kucing tak dikenal, yang hidup—atau sangat mungkin, dipeliharadi negeri mereka, yang selalu mengintai dan tangkas-memungkas. Ini harus dihentikan. Maka, Dewan para-tikus, bersidang, tertutup, mempertimbangkan apa yang seharusnya mereka perbuat. Anehnya, sesuai dengan nama negerinya, meski para-tikus makin kurus, namun koalisi para-tikus, kian peredus, ada anggota anyar tapi lawas. Bisa jadi, jinak-jinak merpati, atau mungkinkah, induksi?
Sebelum rapat dimulai, sempat ada obrolan-ringan dari para-pemangku tentang vaksin booster yang disuntikkan, agar mereka pacak melawan sang-kucing. Belakangan diketahui, vaksin booster hanya diperuntukkan bagi para-tenaga-medis. Maka, pembicaraan tersebut, dihapus dari Lembaran Dewan. Lamun, ada sesuatu yang aneh bertunas. Untuk setiap tikus yang sudah mati, ada insentif bagi masing-masing pejabat terkait. Betapa dunia yang mendugalkan. Namun demikian, banyak proposal telah diajukan, dan ditolak oleh Dewan. Barangkali!"
Profesor Nightingale menyisipkan, "Duhai saudara-saudariku! Dalam sejarah Islam, seorang pejabat pemerintah, menteri, atau penguasa yang berkuasa, disebut Dewan, atau Diwan, atau kadang-kadang dieja Devan atau Divan. Berbeda dengan Senat, Dewan dibentuk untuk membantu tugas-tugas pemerintahan di bawah Sultan, mengenai pekerjaan umum, keuangan, dan mereka yang bekerja di otoritas tersebut. Jadi, bila engkau beranggapan bahwa seorang anggota Dewan itu, seorang senator, sepertinya, kurang tepat.
Ada dua interpretasi dari nama 'Diwan,' yang pertama, bahwa suatu hari, Khosrau, Raja Persia, memergoki juru-tulisnya, sembunyi-sembunyi menyelesaikan perhitungan rekening, dan ia berkata, "diwaneh," yang berarti "gendeng," dan dengan demikian, sapaan ini, diabadikan bagi tempat-kerja para-juru-tulis; kemudian, akhiran "eh" dihilangkan, lantaran penggunaan terus-menerus, dan disingkat jadi, Diwan.
Kedua, bahwa "Diwan," bahasa Persia, bermakna "dedemit," dan para juru-tulis, disebut demikian, karena keculasan mereka dalam setiap pekerjaan, dan kemampuan mereka, mengolah sesuatu, membuka atau merahasiakannya, dan menyatukan hal-hal berbeda atau terpisahsehingga tempatnya bekerja pun, punya nama yang sama dengan sebutan mereka, yakni, Diwan.

Orang pertama yang membentuk Diwan pada masa kejayaan Islam, Khalifah Umar bin Khattab, radhiyallahu 'anhu. Ada perbedaan pendapat tentang mengapa ia menakhlikkannya. Ada yang mengutarakan bahwa latarbelakangnya, lantaran Abu Hurairah, radhiyallahu 'anhu, menemuinya dengan membawa barang-barang berharga dari Bahrain dan 'Umar bertanya apa yang dibawanya. Saat ia menjawab, “500.000 dirham” ‘Umar mengira jumlahnya agak dibesar-besarkan dan berkata, “Sadarkah engkau dengan ucapanmu?” Ia menjawab, “Ya, lima kali seratus ribu.” ‘Umar kemudian berkata, “Baguskah itu?” dimana Abu Hurairah menukas, "Aku tak tahu."
Kemudian 'Umar naik mimbar, dan setelah memuja dan memuliakan Allah, ia berkata, "Hai manusia, harta berlimpah telah sampai kepada kita dan kita akan menimbang atau menghitungnya, sesuai kehendakmu." Setelah itu, seseorang berdiri dan mendekatinya seraya berkata, “Duhai Amirul Mukminin, aku telah melihat orang bukan Arab membentuk Diwan bagi mereka sendiri, maka wujudkanlah untuk kami.”
Yang lain bilang, alasannya, bahwa 'Umar mengadakan upacara perpisahan, di antaranya, Hurmuzan, yang mengatakan, “Engkau telah mengeluarkan biaya untuk upacara ini: jika salah seorang dari mereka, tertinggal dan tetap di rumah, bagaimanakah para sahabatmu mempertanggungjawabkannya? Maka, bentuklah Diwan bagi mereka!” 'Umar kemudian bertanya tentang perihalnya, dan ia menjelaskannya.

Diwan Sultan, dapat dibagi menjadi empat divisi. Pertama, khusus angkatan bersenjata, penugasan pos-pos dan pengeluarannya; yang kedua, pajak dan pemungutannya di setiap provinsi; ketiga, pengangkatan dan pemberhentian pejabat di setiap provinsi; keempat, Baitul-Mal, yaitu pemasukan dan pengeluarannya.
Keempat divisi ini, diatur oleh Syari'ah yang relevan, meskipun rincian masing-masing departemen Diwan, sering lebih rinci diketahui oleh para-juru-tulisnya."

Kemudian sang-profesor melanjutkan apolognya,
"Sidang Dewan terus berjalan. Ada yang mengatakan ini, dan ada yang mengatakan itu, namun akhirnya, seekor tikus, yang tampaknya, penasihat para-pemangku, beranjak dan bersuara, bahwa ia akan mengajukan sebuah proposal, yang menurutnya, pasti akan menemukan jalan-keluarnya. "Kalian semua, jelas akan setuju," katanya, "Bahwa bahaya utama kita, musuh yang lihai dan mematikan, serta berbahaya, yang acapkali mengincar kita. Apabila sang-kucing mengenakan lonceng-kecil di lehernya, setiap ia melangkah, akan berdenting; kemudian, dentingan tersebut bergema, sebagai peringatan bahaya bahwa ia telah mendekat, nah... kita punya cukup waktu, mencapai lubang kita masing-masing. Dengan cara sederhana ini, kita dapat hidup dengan aman, dan melawan kekuatannya." Dengan gagahnya, sang-pembicara melangkah ke tempat duduknya, melebarkan kedua-lengannya, merentangkannya, berseru, "Aura!" dan gelegar tepuk-tangan terdengar dari para-hadirin.
Seekor tikus beruban, namun kirana-matanya malar-berbinar, mendapat kesempatan. Menghargai ajuan sang-pembicara mutakhir sebagai konsep yang mengagumkan; namun, satu saja kelemahan kecil yang, sangat-sangat ia khawatirkan. "Semuanya baik-baik saja, akan tetapi ... adakah yang mau mengalungkan lonceng tersebut, di leher sang-kucing?"
Para-tikus saling-memandang, dan tak ada yang bersedia, dengan sukarela, unjuk-jari."
Profesor Nightingale menyimpulkan, "Dalam segala hal, dimana kebaikan rakyat dipertaruhkan, proyek-proyek baru, seyogyanya, dicermati dengan seksama, di semua bantalannya, bahwa konsekuensi merusak, yang mungkin mengikutinya, dapat dihindari. Berjibun proyek semata didasarkan pada persona, mangkrak dan tak menguntungkan bagi segenap masyarakat. Menjauh dari politisi yang gegabah dan bebal, yang selalu memaksakan skema mereka kepada publik, tanpa melihat ke bawah permukaan, atau mempertimbangkan kelayakan dan kemaslahatannya, atau sebaliknya, membawa kerugian-besar bagi masyarakat secara keseluruhan, merupakan langkah yang bijak. Hendaknya, engkau bisa memilih dan memilah, antara angan-angan dan kenyataan. Jangan mengorbankan masa-depanmu, sekedar menerima ketenaran, pesona, dan lembar demi lembar kertas-uang, yang segera sirna. Jika tidak, maka bambung pun berwujud euforia! Wallahu a'lam."
Rujukan :
- Abul Hassan Al-Mawardi, Al-Ahkam As-Sultaniyyah, translated by Asadullah Yate Phd, Ta-Ha Publishers Ltd
- JB Rundell & Ernest Griset, Aesop's Fables, Cassel, Peter and Galpin