Jumat, 04 Juni 2021

Jabberwocky

"Duhai saudara-saudariku! Pertarungan antara para-tikus dan sang-kucing, di negeri Ridiculam-terram, berlanjur," ujar Profesor Nightingale. Namun, sebelum kita melompat ke apolog berikutnya, aku ingin menghaturkan anjuran bagi bathinku, dan juga engkau sekalian, bahwa manusia, dapat menimbulkan banyak malapetaka di dunia ini, baik bagi diri mereka sendiri, maupun orang lain. Dengan demikian, penderitaan yang dipikul oleh manusia, seringkali—tak selalu—akibat dari perilaku buruk manusia, yang diperbuat atas kehendak-bebas yang dikaruniakan Allah. Ketidaknyamanan yang terasa, itu sebuah teguran, jika manusia memahami dan memaknai, sesuatu yang tak menyenangkan tersebut. Terkadang, masalah, dapat diakibatkan oleh perbuatan sekelompok-orang. Lantaran seluruh manusia, terkait, adanya saling-benturan, dapat berdampak pada yang lain. Hal ini dapat dilihat dengan sangat jelas dalam ayat,
ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ
"Telah tampak kerusakan di darat dan di laut, disebabkan perbuatan tangan-manusia; Allah menghendaki, agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)." [QS. Ar-Rum (30):41]
Kebobrokan—penindasan, kejahatan, dll.—yang dilancarkan manusia di muka-bumi, mengakibatkan penderitaan bagi banyak orang. Kehendak-bebas, kecerdasan, dan kecakapan, yang dianugerahkan Allah kepada manusia, merupakan berkah demi pertumbuhan dan kesempurnaan. Namun manusia, menyalahgunakannya, dan menjadikan kesulitan bagi diri mereka sendiri dan orang lain, dalam kehidupan ini. Biarlah ayat ini mengingatkan diriku, dan juga dirimu sekalian, bahwa perbuatan itu, punya imbas, baik di Dunia maupun kelak di Akhirat, dan kita hendaknya, berhati-hati dengan segala akibat dari perbuatan kita.

Allah juga mencela orang-orang yang meminta dukungan dan kemuliaan selain orang-orang beriman. Barangsiapa menginginkan kekuasaan, seyogyanya, ia mencarinya dengan menaati Allah. Dia, Subhanahu wa Ta'ala, berfirman,
مَنۡ کَانَ یُرِیۡدُ الۡعِزَّۃَ فَلِلّٰہِ الۡعِزَّۃُ جَمِیۡعًا ؕ اِلَیۡہِ یَصۡعَدُ الۡکَلِمُ الطَّیِّبُ وَ الۡعَمَلُ الصَّالِحُ یَرۡفَعُہٗ ؕ وَ الَّذِیۡنَ یَمۡکُرُوۡنَ السَّیِّاٰتِ لَہُمۡ عَذَابٌ شَدِیۡدٌ ؕ وَ مَکۡرُ اُولٰٓئِکَ ہُوَ یَبُوۡرُ
"Barangsiapa yang menghendaki kemuliaan, maka bagi Allah-lah kemuliaan itu semuanya. Kepada-Nya-lah naik perkataan-perkataan yang baik, dan amal yang shalih ditinggikan-Nya. Dan orang-orang yang merencanakan kejahatan, bagi mereka, adzab yang keras. Dan rencana jahat mereka akan hancur." [QS. Fatir (35):10]
Kesengsaraan yang menimpa kita, hamba-hamba Allah, mempengaruhi salah satu dari empat hal: diri sendiri—baik oleh kematian atau sesuatu yang kurang dari itu; harta-benda kita; kehormatan kita; atau keluarga dan orang-orang yang kita cintai. Yang paling parah, kesengsaraan diri kita sendiri. Kita mungkin sering lupa, bahwa tiada musibah, duhai saudara-saudariku, terjadi melainkan atas seizin Allah. Dan barang siapa beriman kepada-Nya, maka Dia akan mengisi qalbunya, petunjuk. Artinya, barangsiapa yang tertimpa musibah, hendaknya memaklumi bahwa, itu terjadi atas ketetapan Allah. Oleh sebab itu, ia dengan sabar menanggung kesulitan dan mengusahakan pahala Allah. Jika ia melakukannya, Allah akan menuntun qalbunya, memberinya kepastian iman, dan mengganti apapun yang hilang dengan sesuatu yang setara, atau lebih baik. Jadi, memohon pertolongan Allah, salah satu cara terbaik kita, bisa dekat dengan-Nya, dan menyatakan kepasrahan dan kebutuhan kita, akan Dia.
Kesukaran dan kesengsaraan, mencegah seseorang dari kejahatan, keangkuhan, kecongkakan, kepongahan, berlagak dan berlaku-dzalim. Celaka dan bencana, membenihkan seorang hamba, berbalik menuju Rabb-nya. Kelapangan, kenikmatan dan kesyafaatan, menyebabkan para hamba Allah, berpotensi menjauh dari-Nya. Merasa cukup dan berpuas-diri dengan segala kekurangan, akan mengarahkan seorang hamba, menuju keridhaan Allah. Hal ini karena, baik orang shalih maupun pendosa, ditimpa cobaan, karenanya, barangsiapa yang merasa tak puas dengan keadaannya, baginyalah kemurkaan dan kemeranaan di Dunia dan di Akhirat. Barangsiapa yang mencukupkan-diri dan ridha, maka baginya, terpendam keridhaan Allah, yang lebih dahsyat dibanding Surga dan seisinya.

Selanjutnya, mari kita simak pasangan apolog berikut,
Proposal lonceng, menyebar kemana-mana. Seluruh masyarakat-tikus, mafhum dan maklum, mengapa hal seperti itu, sering terjadi. Suatu ketika, tujuh ekor tikus, anggota Dewan Para-Tikus, diwawancara oleh seorang wartawan, disaksikan oleh banyak para-tikus. Anggota pertama, dimintai pendapatnya, "Tuan, tahukah engkau, Wakanda?" Sang-anggota, dengan bangganya, menebak, "Tentu kami tahu, dari namanya, itu sebuah negeri kecil di Afrika, negeri kita, lebih baik." Sang-wartawan berkomentar, menggoda anggota kedua, "Tahukah engkau, Tuan, bahwa Wakanda, seperti area lainnya di Afrika, kawasan bagi kekayaan sumber daya alam yang hebat. Terlindung oleh kekuatan vibranium, elemen yang ditambang di bawah permukaannya, yang memungkinkan negeri tersebut, mengembangkan teknologi tercanggih di dunia, Wakanda mengusir penjajah dan para-pemangkunya, membangun kerajaan zaman ruang-angkasa nan elok. Yakinkah engkau, dapat menaklukkan mereka?" Sang-anggota, agak ragu, tetap mengangguk.
Anggota ketiga, juga diinterviu tentang Wakanda, "Tuan, Wakanda, yang secara resmi dikenal sebagai Kerajaan Wakanda, negeri mungil nan terbekam dan terkurung daratan yang terletak di Afrika, dikitari pegunungan dan hutan lebat. Akankah kita bekerjasama dengan mereka?" Sang-anggota menjawab, "Kami telah mempelajarinya, mencari kemungkinan yang bisa kami lakukan. Dan kami sampai pada suatu kesimpulan, kami akan mengusulkan, agar dapat bekerjasama, dalam solusi yang saling menguntungkan."
Anggota keempat ditantang, "Tuan, Wakanda itu, ghani, karena warganya boleh menggunakan semilyar energi-kimia per-hari, dengan harga-murah, bahkan digratiskan, jika mereka mau. Ini jauh lebih banyak dibanding yang dapat digunakan oleh warga manapun di dunia, lantaran sangat kayanya. Di dunia nyata, sebuah negara bisa menjadi sangat kaya terlepas dari ekspor mereka. Jadi, akankah engkau berbisnis dengan mereka?" Sang-anggota menjawab, "Ini menarik, kami akan mencoba menawarkan impor barang mereka ke negeri kita. Kami akan usulkan ke menteri luar negeri."
Berikut, giliran anggota kelima, "Tuan, Wakanda punya ratusan pasukan, mungkin dua-ribuan personel. Kebanyakan mereka, menggunakan pedang dan tombak; ada yang menggunakan tombak berenergi, yang tak jauh berbeda dengan senapan modern. Dapatkah kita, menandingi mereka, Tuan?" Mengangguk, ia mengakui, "Tentu, kita bisa. Jika tidak, kita akan mengundang mereka, bekerja sama dalam bidang persenjataan." Sang-wartawan menahan tawa, namun lantas meminta-pandangan anggota keenam, "Bahasa-gaulkah, Wakanda?" Ia memutuskan, "Tidak, negeri ini, nyata, bagaimana bisa dijadikan bahasa-gaul?" Sang-wartawan menukas, "Baiklah, tapi ada bahasa-gaulnya, yang berarti "yang misterius"!
Anggota terakhir ditanyai, "Apa slogan Wakanda?" Sang-anggota menjelaskan, "Kami belum mempelajarinya, namun engkau dapat menemukannya di banyak literatur sejarah!" Sang-wartawan tersenyum, dan menyampaikan, "Baiklah, kami akan melacaknya dalam buku sejarah."
Seekor tikus muda, yang tak sanggup lagi menahan gelaknya, berseru, "Duhai tuan-tuan! Slogan Wakanda itu, 'Wakanda Forever,' engkau takkan menemukannya dalam buku-buku sejarah, melainkan dalam komik-populer, atau dalam sinema-fiksi. Hanya itukah yang kalian miliki? Jika ya, bagaimana jadinya nasib generasiku, kelak?" 
"Kita harus berbuat sesuatu!" berkata para-petinggi negeri. Maka, proposal-lonceng, dilajakkan. Alih-alih membuat lonceng sendiri, para importir, telah dirujuk. Agar memperoleh lebih banyak dukungan, rekomendasi dan sertifikasi dari Badan Lonceng Dunia, diterbitkan. Payung-hukum, disahkan, bahwa biaya pembelian lonceng, dianggap anggaran mengatasi bencana.
Beberapa pembuat lonceng lokal, mengembangkan lonceng yang cukup efektif dan murah, namun seakan, tak ditaklid. Khalayak berkata, bisnis di saat-saat suram, menguntungkan, sama halnya dengan bisnis-lonceng. Para importir, menangguk banyak laba. Margarin yang teramat-mahal pun, sanggup mereka borong, dibanding warga-biasa, yang hanya mampu membeli singkong.
Ada beberapa kendala dalam mendatangkan lonceng. Para penjual lonceng, mensyaratkan bahwa lonceng hanya dapat diletakkan sejauh 60% hingga 70% dari arena sang-kucing. Selebihnya, dibutuhkan kekuatan-para-tikus, menggotongnya. Maka, lahirlah maklumat, bahwa setiap tikus, wajib menggelantang lonceng tersebut, ke area sang-kucing. Sesiapa yang telah melaksanakannya, diberi surat-keterangan, dan sesiapa yang belum melakukannya, tak mendapatkan pelayanan publik. Dan barangsiapa, yang dengan sengaja menolak, akan dikenakan sanksi yang sangat berat. Ada yang menentang, "Ini melawan konstitusi!" Siapakah yang mau peduli? Aturan, bukankah, mudah diubah?

Sementara itu, di bawah tanah, ada banyak pembicaraan tentang masalah ancaman kucing, saling-berkonsultasi tentang apa yang sepantasnya dilakukan guna kemaslahatan-rakyat, agar terlepas dari rahang sang-kucing yang melahap. Mereka berdiskusi, seorang cendekia, menyatakan, "Aku rasa, keberadaan sang-kucing, tak datang dengan sendirinya, melainkan, ada yang memelihara. Ini konspirasi!" Banyak yang sepaham, ada juga, yang berpandangan lain. Terakhir, sang-ibu yang bijak-bestari, berpengalaman dalam soal perilaku kucing, mengungkapkan pendapatnya, "Keadaan kita saat ini, sama buramnya dengan sajak suka-suka Lewis Carroll, Jabberwocky.
Ada sebuah buku, tergeletak di dekat Alice, di atas meja, ketika ia duduk menyaksikan Sang-raja-putih, ia lalu membolak-balik lembarannya, mencari bagian-bagian yang bisa terbaca, "Lantaran hampir semua, berbahasa yang tak kupahami," katanya pada diri-sendiri. Awalnya, Alice tak pacak melisankannya. Ia galau beberapa saat, namun akhirnya, sebuah gagasan cemerlang mencuat dalam benaknya. “Wah, pastilah, ini kitab Kaca-pandang! Dan bila aku menggunakan cermin, kalimatnya kan merujuk ke arah yang benar."
Berikut, sajak yang Alice baca, namun mengingat sajaknya, sesuka pengarangnya, bila diterjemahkan—dan memang hanya bisa ditafsirkan, terjemahannya berbelit—kelezatannya berkurang,

’Twas brillig, and the slithy toves
Did gyre and gimble in the wabe;
All mimsy were the borogoves,
And the mome raths outgrabe.
“Beware the Jabberwock, my son!
The jaws that bite, the claws that catch!

Beware the Jubjub bird, and shun
The frumious Bandersnatch!”
He took his vorpal sword in hand:
Long time the manxome foe he sought—
So rested he by the Tumtum tree,
And stood awhile in thought.

And as in ufflsh thought he stood,
The Jabberwock, with eyes of flame,
Came whiffling through the tulgey wood.
And burbled as it came!
One, two! One, two! And through and through
The vorpal blade went snicker-snack!
He left it dead, and with its head
He went galumphing back.

"And hast thou slain the Jabberwock?
Come to my arms, my beamish boy!
O frabjous day! Callooh! Callay!”
He chortled in his joy.

'Twas brillig, and the slithy toves
Did gyre and gimble in the wabe;
All mimsy were the borogoves.
And the mome raths outgrabe.

“Tampak, sangat molek,” ucap Alice, selepas membacanya. "Akan tetapi, sulit dipahami!" Nah... kan? Alice sendiri, tak mau mengakui, walau pada dirinya sendiri, bahwa ia tak sanggup menafsirkannya sama sekali. “Entah bagaimana, ia sepertinya, memenuhi otakku dengan banyak gagasan—hanya saja, aku tak tahu persis, seperti apa! Namun, yang jelas, seseorang memberantas sesuatu, dengan cara apapun. Tapi ah!” pikir Alice, mendadak melompat, “Jika aku tak terburu-buru, hendaknya, aku menggunakan Kaca-pandang, sebelum memastikan, semacam apa isi rumah itu! Perhatikan dulu, ujananya!”
Pada akhirnya, tiada lain kecuali Humpty Dumpty, yang mampu mengungkap arti dan makna, sajak tersebut.
Maka, sampailah aku pada resolusi ini, pertama, perbanyak berdoa, mendekatkan diri kepada Allah, memohon pertolongan dan perlindungan-Nya. Kedua, jaga dirimu, tetap dekat dengan saung-perlindunganmu. Menurut pendapatku, inilah yang kita semua pikirkan, berasal dari kita, dan tanpa pengorbanan."

Sang-kucing, menanti-nanti para-tikus, tapi tak muncul, seperti biasa, lapar, dan kecewa dengan mangsanya. Sang-kucing, tak lagi bisa menangkap para-tikus, dan merasa bahwa ia semestinya mengusili, dengan sebuah cara. Demi tujuan ini, sang-kucing melompat ke atas pasak, dan menggantung dirinya, berpura-pura mati. Seekor tikus, diam-diam mengintip, memperhatikan seraya mengisik, "Aha, kawan baikku, engkaukah yang di sana? Mungkin! Kutakkan percaya, walau kulitmu, diisi jerami."

Matikah sang-kucing? Ada yang bilang, ya, ia mati. Yang lain menyatakan, tidak, seseorang membantunya. Selebihnya, abstain. Faktanya, pergumulan para-tikus melawan sang-kucing, berkelanjutan, lebih jauh tiga, hingga lima tahun ke depan."
"Duhai saudara-saudariku!" sang profesor menangkup, "Para bijak-bestari, takkan pernah mempercayai, untuk kedua kalinya, orang yang telah pernah menjebak mereka. Kita tak dapat bertahan terhadap segala jenis kecurangan dan penipuan; dan sikap-bijak, dalam banyak hal, menasihati kita agar mengorbankan sedikit manfaat, dibanding berusaha mendapatkannya dengan risiko yang tak dapat kita pastikan jumlahnya. Kita hendaknya, lebih khusus mewaspadai, desain-desain dalam profesi mereka yang pernah menikam kita; dan walau mereka mungkin menjanjikan masa depan yang lebih baik, bukanlah berarti suatu keburukan, jika meragukan ketulusan mereka, dan menyangkal ajakan mereka, meski tampak masuk-akal; karena pengalaman membuktikan, banyak derita yang kita alami sepanjang hidup, disebabkan oleh ketergantungan kita yang berlebihan, baik terhadap seseorang, maupun sesuatu. Wallahu a'lam."
Rujukan :
- Al-Imam Al-Izz bin Abissalam, Trials and Tribulations : Wisdom and Benefits, translated by Abu Rumaysah, Daar Us-Sunnah Publishers
- Lewis Carroll, Through the Looking Glass, HM Caldwell Co.
- Thomas Bewick, Bewick's Select Fables, Bickers & Sons