Sesi berlanjut, Profesor Nightingale masih bertugas sebagai pembicara, ia memulai dengan, "Duhai saudara-saudariku! Si omnia concupiscis, omnia perdas. Stultum est esse avarus." Kakatua yang mendengarkan, bertanya kepada Gagak, "Punggawa kita ini, asalnya dari mana? Amerika, Eropa, Asia Barat Daya atau Yunani?," sang-gagak, yang berotak kosong, hanya tersenyum.Saat itu, sang profesor mengungkapkan, "Telah bertambah perkembangan di bidang psikologi sekuler kontemporer, yang disebut 'Psikologi Positif'. Pengaruh positif dalam kehidupan seseorang, ditekankan dalam perkembangan ini, termasuk kekuatan kepribadian, perasaan berharap yang baik, dan kebiasaan-kebiasaan yang berfaedah. Baik faktor emosional dan mental, didasarkan pada teori ini.Para ahli teori, pada awalnya telah mengembangkan kekuatan manusia, sebagai tujuan pengembangan manusia dan intervensi klinis, misalnya, kekuatan kognisi, antara lain rasa ingin tahu; suka belajar; rasionalitas; kecerdikan; kecerdasan pribadi-emosional-sosial.Kekuatan emosi, di antaranya, apresiasi keindahan dan hal-hal yang baik; harapan atau pemikiran masa depan; cinta kehidupan.Kekuatan kemauan, di antaranya, keberanian; ketekunan.Kekuatan relasional dan civic, antara lain, kebaikan; tanggung jawab; humor; kemampuan mencintai dan dicintai.Kekuatan koherensi, antara lain kejujuran; keseimbangan; kontrol diri; kebijaksanaan.Karena banyak di antaranya, merupakan kepribadian atau karakter positif yang serupa dengan yang didorong dari perspektif Islam, dapat disimpulkan, bahwa, Islamlah, yang pertamakali mengajukan teori 'psikologi positif'.'Orang-orang beriman sejati, berkepribadian berbeda dengan orang lain, dalam hal cara berpikir dan cara berinteraksi dengan dunia. Mereka mengikuti petunjuk Allah, di segala bidang kehidupan, mereka berkepribadian unik, dan berusaha mengembangkan sifat-sifat yang mulia dan berbudi luhur. Kekasih kita (ﷺ), pernah bersabda,إِنَّ خِيَارَكُمْ أَحَاسِنُكُمْ أَخْلاَقًا'Yang terbaik di antara kalian, yang terbaik akhlaknya.' [Sahih al-Bukhari]Sangat peduli dengan beramal-shalih dan memperoleh kebajikan, merupakan sifat para-Muslim. Mempelajari dan mengajarkan ilmu agama, merupakan salah satu sifat yang terbaik, karena memungkinkan manusia membedakan antara yang baik dan yang buruk. Kebajikan, kasih-sayang, kejujuran, kerendahan-hati, kesabaran, dan keadilan, beberapa sifat yang berusaha dikembangkan oleh orang-orang beriman. Mereka berupaya berperilaku-baik, karena, seiring waktu, itu akan menjadi kebiasaan dan masuk ke dalam repertoar perilakunya; menjadi bagian dari kepribadiannya.Di sisi lain, berkebalikan dengan sifat-sifat positif itu, ada sifat-sifat kepribadian negatif. Penindasan, iri-hati, keserakahan, kesombongan, dan keangkuhan, termasuk dalam sifat-sifat ini.Salah satu sifat negatif itu, keserakahan, berasal dari nafsu, dorongan-diri mengikuti hasrat dan mengejarnya. Hasrat bermakna condong ke hal-hal duniawi dan syahwat, serta abai dari mengingat Allah.Keserakahan, dapat menjerumuskan manusia dalam kehancuran, dan salah satu pemicunya, berlebihan mencintai harta. Harta, baik dalam bentuk uang atau barang, beraspek memikat yang menyerap hati dan pikiran. Harta itu, andalan hidup dan amanah yang sangat besar. Kita diperintahkan menafkahkannya segera setelah diperintahkan beriman kepada Allah dan Rasul-Nya (ﷺ).Islam telah menetapkan seperangkat hukum yang ketat, mengatur peredaran harta dalam masyarakat Muslim, dan agar menjaga hasrat akan harta, tetap terkendali. Jika dibiarkan, masyarakat akan dihancurkan oleh ganasnya kerakusan manusia, yang tak terkendali.Bersikap moderat dalam mencari dan memperoleh harta, berhati-hati terhadap kecintaan dan hasrat akan harta, serta perlunya memperoleh harta, semata dari sumber yang halal, larangan riba, larangan menimbun, larangan menipu, larangan mengutak-atik takaran dan timbangan, larangan pencurian dan penyelewengan, pengaturan hutang, dan kewajiban zakat dan sedekah, sebagai dasar peredaran kelebihan harta dalam masyarakat Muslim, merupakan beberapa hukum yang telah ditetapkan oleh Sang Pemberi Hukum, Yang Maha Bijaksana.Harta itu, menghijau dan manis, karena merupakan andalan kehidupan dan dasar peradaban, masyarakat dan kenyamanan rakyat. Harta itu, pendamping dan penolong yang sangat baik bagi seorang Muslim, selama ia memberikan haknya, kepada orang-orang yang berhak atasnya, dan melindungi hak-hak orang lain yang ditentukan Allah. Hal ini berlaku dengan syarat bahwa, harta tak diperoleh melalui perampokan atau perampasan, melainkan hanya dengan cara yang halal, seperti yang ditentukan oleh aturan agama berdasarkan keluhuran, kesucian dan kepercayaan. Harta yang masuk ke kantong kita sebagai uang, dan yang kita belanjakan, akan menjadi saksi terhadap kita di Hari Kebangkitan, dan konsekuensinya, akan berperan dalam menentukan tujuan akhir kita di Akhirat kelak, di samping peran yang dimainkannya dalam kehidupan kita di dunia ini.Keserakahan, pada akhirnya, sebagian besar, menyimpang dari tujuannya, dan ia yang merampas lebih dari yang dimilikinya, layak kehilangan apa yang ia punyai. Perhatikan apolog yang satu ini,“Pak Pit Bull, anjing penjaga yang baik. Ia peduli dengan aktivitas di sekitar rumah majikannya. Ia sering gugup, saat terdengar suara yang mengancam rumah majikannya, ia segera menyalak. Semua yang ia lakukan, demi kandang yang megah, nyaman dan mewah, dan tentu saja, tulang.Suatu hari, Pak Pit Bull, sedang menyertai majikannya ke sebuah taman. Di gerbang Taman, terpampang papan pengumuman, “Untuk sementara, demi menjaga kebersihan, agar merpati tak bergerombol, dilarang memberi makan merpati itu.” Sang majikan berkata, "Tunggu di sini! Biar aku saja yang masuk ke Taman." Sang-anjing menggonggong, sekali. "Anjing baik!" berkata majikannya seraya mengelus kepala sang-anjing, yang langsung mengibaskan ekornya, yang belum dipotong. Beberapa saat kemudian, sang majikan, bergegas ke Taman, dan melemparkan beberapa genggam kacang. Tak lama kemudian, datang banyak burung merpati, berkerumun.Seekor merpati, datang menemui Pak Pit Bull, menyoal, "Hei Pak Pit Bull! Mengapa engkau tak mengingatkan majikanmu, bukankah ia sendiri, yang memasang pengumuman, atas perintah hukum? Lihatlah! Para-merpati berkumpul dan mengotori Taman! Ada seekor merpati hamil, terjatuh. Seekor anak merpati, rela masuk parit, sekadar memperoleh sebutir kacang."Tanpa menoleh, Pak Pit Bull dengan tenang menjawab, "Para-merpati, yang bergerombol sampai masuk parit, itu karena, kharisma majikanku!" Sambil terbang, sang-merpati berseru, "Oi dongok! Para-merpati itu, belum dapat makan selama berhari-hari!"Tak lama kemudian, sang majikan keluar dari Taman, dan mendekati Pak Pit Bull, yang segera mengibaskan ekornya. Sang majikan berkata sembari melemparkan tulang, "Pulanglah duluan!" Sang anjing, menggonggong dan menangkap dengan moncongnya, dan bersicepat lari pulang.Gapah-gopoh pulang dengan hadiahnya, ia berlari selajak yang ia bisa. Saat melintasi jembatan penyeberangan yang sempit, ia kebetulan memandang ke bawah dan, melihat bayangan dirinya terpantul dari air yang tenang, yang tampak bagai cermin. Namun, Pak Pit Bull yang loba, mengira, ia melihat anjing betulan, membawa tulang yang jauh lebih besar dibanding miliknya.Andai, ia berhenti sebentar buat berpikir, ia akan lebih tahu. Akan tetapi, alih-alih berpikir, ia mencampakkan tulangnya, dan menerjang ke arah anjing yang berada di dalam sungai. Walhasil, ia mendapati dirinya berenang, demi menyelamatkan nyawanya sendiri, berusaha menggapai tepian sungai. Akhirnya, ia berhasil, dan selagi berdiri dengan sedih memikirkan tulangnya, yang telah hilang, ia baru sadar, betapa selama ini, ia anjing yang dongok."Profesor Nightingale menjelaskan, "Jika engkau mengingini semuanya, engkau kan sangat mungkin, kehilangan segalanya. Sangatlah beloh, berlaku tamak. Ia yang mencaplok lebih dari apa yang menjadi miliknya, sungguh layak kehilangan apa yang ia punya. Namun tiada yang lebih lazim, pada saat yang sama, lebih merusak, dibanding pendirian yang mementingkan diri sendiri ini. Ia berjaya, mulai dari para raja hingga ke para-petani; dan di segala kalangan dan derajat manusia, kurang lebih, terjangkit olehnya. Para-monarkhi hebat, telah tenggelam, oleh keserakahan, demi menggenggam kekuasaan negeri jiran mereka; bukan karena mereka ingin sesuatu yang lebih, demi memuaskan kementerengan, melainkan demi memuaskan nafsu, yang tak terpuaskan, nafsu mendambakan kemuliaan yang sia-sia. Jika Kaisar Persia, cukup puas dengan teritoriumnya, ia takkan kehilangan seluruh Asia, demi negara kecil Yunani. Dan Perancis, dengan segala kejayaannya, telah tereduksi menjadi negara kecil, oleh karena, menginvasi dengan jalan yang zhalim."Lalu, sang profesor menutup dengan, "Duhai saudara-saudariku! Ia yang berangan, ada kemegahan di balik satu pak kartu, atau dalam sebuah kotak dan dadu, lalu mengadu-nasib agar bisa menggapainya, tak boleh mengeluh, jika pada akhirnya, ia menemukan dirinya, jadi gelandangan. Wallahu a'lam.”
Kutipan & Rujukan :
- Dr. Aisha Utz, Psychology from the Islamic Perspective, IIPH
- Samuel Croxall, D.D., Fables of Aesop and Others, Simon Probasco
- Sheikh 'Abd aI-Hamid Kishk, Dealing With Lust and Greed, Daral Taqwa, Ltd.
- Dr. Aisha Utz, Psychology from the Islamic Perspective, IIPH
- Samuel Croxall, D.D., Fables of Aesop and Others, Simon Probasco
- Sheikh 'Abd aI-Hamid Kishk, Dealing With Lust and Greed, Daral Taqwa, Ltd.