Selasa, 14 September 2021

Look Who's Angry!

Kemarin," berkata Rembulan, "Aku bersandar di negeri bernama Bumi Rubrum. Namun sebelum bercerita, kuingin engkau tahu, bahwa orang-orang konyol, terkadang sangat berambisi dianggap cerdas, sehingga mengabaikan keadaan yang tak mengenakkan, atau, bisa jadi, berbahaya. 
Jadi, aku melihat seekor Keledai berandalan kecil, bertemu di hutan dengan seekor Babi Hutan, mendatangi dan menyapanya dengan sapaan yang kasar. Sang Babi hutan hendak membalas penghinaan tersebut dengan mencabik-cabik lambung sang Keledai, namun, dengan arif menahan amarahnya, ia merasa cukup mengatakan, 'Pergilah, dasar binatang buas. Aku bisa dengan mudah dan bertubi-tubi membalas perlakuanmu, tapi, aku tak mau mengotori taringku, dengan darah makhluk hina sepertimu.'

Tak ditanggapi oleh Babi Hutan, ia kemudian berlari menuju lorong hutan. Di sana, seekor Singa, bersama ibunya, berjalan dengan bangga di lorong hutan, dan para satwa dengan hormat, memberi jalan untuknya. Sang Keledai, melontarkan nada cemooh saat ia melintas. Sang singa merasakan kilatan amarah. Ia mulai menunjukkan taringnya, namun ibundanya, mencegah ia melakukan hal yang memalukan.

Setiba di rumah, sang Singa bertanya kepada ibundanya, 'Duhai Bunda, mengapa engkau mencegahku memberi pelajaran keledai konyol itu?' Sang Bunda, menjawab, 'Janganlah memberikan penghargaan kepada orang bodoh dengan satu hantaman cakarmu. Akankah engkau memuliakan makhluk hina dengan sepatah kata pun? 'Cah bagus, perhatikan ini, kejadian seperti itu, akan memancing amarahmu.' Sang singa mengangguk, lalu bertanya, 'Apa itu amarah, Bunda?' Sang Bunda menjelaskan, 'Secara bahasa, amarah itu, perasaan jengkel, tak senang, atau permusuhan yang kuat. Secara teknis, amarah itu, perubahan emosi internal, yang mendorong seseorang menyerang dan membalas, sehingga memuaskan batinnya. Murka, lebih intens dari marah, sehingga didefinisikan sebagai kemarahan liar dan kekerasan.

Amarah dapat dibagi menjadi tiga kategori. Kategori pertama, wajib: marah karena Allah. Inilah amarah, yang muncul ketika ajaran Allah diabaikan atau diperlakukan dengan hina. Bahkan, jika seseorang punya Iman yang benar, ia seyogyanya menunjukkan amarah ini. Tak terbayangkan bahwa seseorang rela menyaksikan firman-firman Allah diabaikan, bahkan kadang-kadang dicemooh, dan ia tak merasakan apa-apa. Sesungguhnya, inilah tanda akan qalbu yang sakit.
Kekasih kita (ﷺ) juga meneladankan hal ini. Beliau (ﷺ) tak pernah marah karena motif pribadi, melainkan jika hukum Allah dilanggar, maka beliau (ﷺ) akan marah. Rasulullah (ﷺ) tak pernah dendam atas siapapun oleh dirinya sendiri, akan tetapi, beliau (ﷺ) melakukannya hanya ketika, Ikatan Hukum Allah dilanggar, dalam hal ini, beliau (ﷺ) akan membalas karena Allah. Setiap kali Nabiyullah (ﷺ) diberi pilihan, salah satu dari dua hal, beliau (ﷺ) akan memilih yang lebih mudah dari keduanya, selama tiada dosa melakukannya, namun jika itu, menimbulkan dosa, beliau (ﷺ) akan menjauhinya.

Kedua, kemarahan yang diekspresikan demi membela hak seseorang. Dari perspektif Syari'ah, jika hak seseorang dilanggar atau dianiaya, maka ia berhak marah. Ia berhak mencoba memperbaiki keadaannya. Jika tak demikian, bumi akan benar-benar rusak oleh penyebaran kekacauan dan kehancuran masyarakat.
Namun, dalam mengekspresikan kemarahan ini, ia tak berhak melakukan tindakan terlarang, seperti memaki orang lain atau bertindak ekstrem terhadap mereka, hanya karena marah.

Ketiga, amarah terlarang. Di sinilah, seseorang marah karena hal-hal kecil yang tiada seruan bagi seorang Muslim, agar marah. Jenis amarah ini, menyimpangi tingkat keseimbangan, menguasai pikiran dan Dien, dan membawa seseorang menuju kejahatan, dengan sangat tak masuk akal, sehingga hal itu, dapat mengarah pada kehancurannya, tanpa disadari. Hal ini juga dapat menyebabkan seseorang berbuat kejahatan dan dosa yang paling menyakitkan. Amarah pada tahap ini, tercela menurut Syari'ah.

Amarah punya efek dan konsekuensi berbahaya, yang dapat mempengaruhi insan dan Umat. Pada insan, Amarah dapat menyebabkan kerusakan fisik. Kemarahan muncul dari mendidihnya darah di hati, yang mengalir dalam pembuluh-darah, seperti yang ditunjukkan dari memerahnya wajah dan mata. Pengulangan proses ini, dapat menyebabkan tekanan darah dan mungkin arteriosklerosis, kemudian kelumpuhan. Jadi, dapat kita lihat bahwa, kemarahan berakhir dengan kerusakan fisik.

Amarah juga dapat menyebabkan ketidaksempurnaan Dien seseorang. Kemarahan dapat menyebabkan fitnah, kata-kata kotor, perampokan, dan pertumpahan darah. Semua itu, dosa dan ketidaksempurnaan dalam beragama. Selain itu, Amarah dapat menyebabkan seseorang tak dapat mengontrol dirinya. Pikiran menjadi kalut pada saat marah, dan dengan demikian, seseorang tak dapat mengendalikan diri. Maka, akan mungkin ia melakukan perbuatan yang mengerikan, yang akan ia sesali kemudian.

Kemarahan juga akan menyebabkan seseorang dihadapkan pada keadaan harus meminta maaf yang mempermalukannya. Ketika seseorang meledakkan amarahnya pada seseorang, ia mungkin melakukan tindakan yang salah, tanpa sadar, dan kemudian mendapati dirinya, dihadapkan pada keadaan meminta maaf yang mempermalukannya.
Kemarahan dapat menyebabkan siksaan yang pedih. Orang yang pemarah, selalu banyak melakukan kesalahan dan banyak melakukan dosa, yang berakibat, ditimpanya siksaan yang berat, baik di Dunia maupun di Akhirat.

Terhadap Umat, Amarah dapat memancing kerenggangan berjama'ah. Umat menikmati kebersamaan dengan orang yang bijak, dan yang perilakunya terkendali. Di sisi lain, mereka melepaskan diri dari ketergegabahan dan kedangkalan. Apalagi jika orang yang marah merangkap sebagai Da'i, ia akan kehilangan respon terhadap seruannya, dan ini juga akan menjadi kerugian besar bagi umat Islam.
Amarah, selanjutnya membawa pertikaian dan keretakan. Saat seseorang marah hanya untuk dirinya sendiri, itu berarti kemarahannya, untuk alasan pribadi dan bukan karena Allah. Setiap pekerjaan yang bukan karena Allah, takkan mendatangkan cinta atau kasih-sayang di antara Umat; sebaliknya, mengarah pada pertikaian dan perpecahan.

Kekasih kita (ﷺ) bersabda,
النَّاسُ مَعَادِنُ كَمَعَادِنِ الْفِضَّةِ وَالذَّهَبِ خِيَارُهُمْ فِي الْجَاهِلِيَّةِ خِيَارُهُمْ فِي الإِسْلاَمِ إِذَا فَقُهُوا وَالأَرْوَاحُ جُنُودٌ مُجَنَّدَةٌ فَمَا تَعَارَفَ مِنْهَا ائْتَلَفَ وَمَا تَنَاكَرَ مِنْهَا اخْتَلَفَ
"Manusia ibarat barang tambang emas dan perak; orang-orang mulia pada masa jahiliah itu, orang-orang mulia pada masa Islam jika mereka memahami (agama). Ruh-ruh manusia bagaikan tentara yang berkumpul; jika saling-kenal, maka bersatu, dan jika tak saling-kenal, maka ia akan terpisah." [Sahih Muslim]
Bersikap-tegas dan Marah, dua hal yang berbeda. Bersikap-tegas menunjukkan bahwa engkau menghargai diri-sendiri, karena engkau bersedia membela kepentinganmu dan mengungkapkan pikiran dan perasaanmu. Bersikap-tegas, juga, menunjukkan bahwa engkau menyadari hak orang lain dan bersedia bekerja demi menyelesaikan konflik.
Dalam banyak kasus, sumber amarah seseorang itu, kesalahan atau kekeliruan perilaku orang lain. Orang yang akan marah, hendaknya menyadari, bahwa setiap orang cenderung berbuat kekeliruan atau melakukan sesuatu yang salah, termasuk dirinya sendiri. Oleh karenanya, satu pendekatan untuk kejadian seperti itu, pada dasarnya, antitesis dari Amarah: pemberian-maaf dan kebaikan-hati.
Bila seorang Muslim menyadari arti-pentingnya, dan keutamaan-besar dari karakteristik ini, ia seyogyanya berusaha mengembangkannya di dalam dirinya sendiri. Jika ia menjadi seseorang yang pemaaf, baik-hati dan tenang, ia mungkin akan menemukan sangat sedikit keadaan dimana Amarah akan menguasainya.

Al-Qur'an menuntun manusia agar menjadi pemaaf dan bahkan menyerahkan sebagian haknya atas nama orang lain. Allah berfirman,
خُذِ الْعَفْوَ وَأْمُرْ بِالْعُرْفِ وَاَعْرِضْ عَنِ الْجَاهِلِيْنَ
"Jadilah pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang makruf, serta jangan pedulikan orang-orang yang bodoh." [Qs. Al-A'raf (7):199]
Allah memuliakan orang-orang yang menahan amarahnya dan juga memaafkan orang lain.
وَسَارِعُوْٓا اِلٰى مَغْفِرَةٍ مِّنْ رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمٰوٰتُ وَالْاَرْضُۙ اُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِيْنَۙ الَّذِيْنَ يُنْفِقُوْنَ فِى السَّرَّۤاءِ وَالضَّرَّۤاءِ وَالْكَاظِمِيْنَ الْغَيْظَ وَالْعَافِيْنَ عَنِ النَّاسِۗ وَاللّٰهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِيْنَۚ
"Dan bersegeralah kamu mencari ampunan dari Rabbmu dan mendapatkan surga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang disediakan bagi orang-orang bertakwa, (yaitu) orang yang berinfak, baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain. Dan Allah mencintai orang yang berbuat kebaikan." [QS. Ali 'Imran (3):133-134]
Amarah itu, api. Amarah itu, cacat yang telah ditimbulkan, yang akan menghabisimu. Bila Amarah berhasil dikendalikan, buahnya, Kesabaran. Allah telah memberi kita cara dan sarana agar memperoleh dan memperkuat kualitas kesabaran, karena Dia, Subhanahu wa Ta'ala, tak pernah memerintahkan kita melakukan sesuatu tanpa memberi kita bantuan dan dukungan melaksanakannya, serta cara dan sarana guna mencapainya. Dia tak pernah menciptakan penyakit tanpa menciptakan obatnya, dan Dia menjamin kesembuhan ketika obatnya digunakan.
Meski begitu, kesabaran itu, sulit, namun tak mustahil dicapai. Kesabaran terdiri dari dua elemen: ilmu dan amal, dan dari kedua elemen ini, diperoleh obat bagi semua masalah spiritual dan jasmaniah. Ilmu dan amal, akan selalu penting bila dipadukan.

Perhatikan ilustrasi berikut,
Seekor Kerbau, yang sedang merumput di padang rumput, tak sengaja, memijakkan kakinya di antara sekelompok Kodok muda, dan hampir menginjak salah satu dari mereka. Mereka mengadu kepada ibu mereka, ketika ia pulang, apa yang terjadi, menyampaikan bahwa binatang yang melakukannya, makhluk terbesar yang pernah mereka lihat dalam hidup mereka.
Bersama-sama, mereka pergi menemui sang Kerbau, dengan marah, sang Kodok tua membentak, 'Ta' tembak kamu!' kemudian menggelembungkan dan membuntalkan perutnya yang berbintik-bintik, sampai tingkat terbesar.
'Seberapapun besarnya dirimu, aku tak gentar!' sang Kerbau bereaksi. 'Lagipula, dengan keadaanmu itu, belum membuatku takut!' katanya. Maka, sang Kodok tua berusaha lebih keras lagi. Ia berusaha terus, dan akhirnya, balonnya kegedean, sayangnya: 'Dor!', ia meletupkan dirinya sendiri.
'Look who's angry!' berkata sang Kerbau, sembari terus merumput, dan dengan santai, bersenandung,
I look inside myself
And see my heart is black
I see my red door
I must have it painted black 
Maybe then, I'll fade away
And not have to face the facts
It's not easy facing up
When your whole world is black *)
"Wallahu a'lam."
Kutipan & Rujukan :
- Darussalam Research Section, Golden Advice Series, Do Not Become Angry, Darussalam
- J.B. Rundell, Aesop's Fables, Cassell, Petter and Galpin
*) "Paint It Black" karya Mick Jagger & Keith Richard