Jumat, 19 November 2021

Kunci Pintu Kelegaan (3)

'Al-Hasan berkata, 'Keadaan Ridha, jarang terjadi, namun Sabar itu, pilihan orang beriman,' sang kusir melanjutkan, lalu meneruskan,' Sulaiman al-Khawas berkata, 'Makna Sabar berada di bawah Ridha. Ridha itu, bahwa seseorang, sebelum munculnya kesusahan, merasa tercukupkan, baik itu ada maupun tidak. Sabar itu, bahwa seseorang, setelah kesusahan bermula, menanggungnya dengan tabah.
Ridha itu, kebalikan dari ketidaksenangan dan ketidakpuasan. Ibnu Mas'ud, radiyallahu 'anhu, berkata, 'Ridha itu, bahwa engkau tak menyenangkan orang dengan mengorbankan kemurkaan Allah; bahwa engkau tak memuji siapapun atas ketentuan yang telah dijadikan Allah kepadamu; dan agar engkau tak menyalahkan siapapun atas apa yang tak diberikan Allah kepadamu. Penganugerahan rezeki, tak ditentukan oleh keserakahan seseorang, dan juga, tak tertahan oleh keengganan orang lain. Dengan Keadilan dan Ilmu Allah, Dia menempatkan kelegaan dan kenikmatan dalam kepastian dan kepuasan, dan kekhawatiran dan kesusahan dalam keraguan dan ketidakpuasan.'
Jurjani mengatakan, hal itu mengacu pada keriangan-hati saat terjadinya Takdir tersebut. Ibnu al-Qayyim menyebutkan bahwa, itulah ketenteraman-hati dalam menghadapi pergantian ketetapan, dan ilmu yang kokoh, bahwa Allah hanya menginginkan, apa yang baik untuknya.

Sabar itu, menahan-diri dan menyembunyikan. Raghib berkata, “Itu menahan-diri sebagaimana ditentukan oleh Hukum yang sah dan Akal-sehat.” Ibnu Hibban berkata, “Diwajibkan bagi orang yang berakal-sehat, pada mulanya, berpegang-teguh pada Kesabaran, di awal kesulitan, dan setelah ia kokoh dalam hal ini, ia kemudian harus beringsut ke tingkat Ridha. Jika seseorang belum diasupi dengan Sabar, ia harus berpegang teguh pada penanaman sabrin itu (tasabbur), karena, itulah tahap pertama dari Ridha.
Jika seseorang bersabar, ia akan sungguh mulia; sebab Sabar itu, sumber dari segala kebajikan dan dasar dari segala ketaatan. Tahapan menuju ke sana, ialah keprihatinan (ihtimam), kesadaran (tayakkuz), pengujian dan kehati-hatian (tatsabbut), dan tasabbur; setelah itu, datanglah Ridha, dan inilah puncak maqam spiritual. Sabar tampil dalam tiga hal: sabar dari dosa; sabar atas ketaatan; dan sabar dalam menghadapi kesulitan dan bencana.’

Perbedaan antara Sabar dan Ridha, bahwa Kesabaran itu, menahan-diri dan mencegahnya dari ketakpuasan saat merasakan ketidaknyamanan atau rasa-sakit. Ridha mengharuskan qalbu agar bersiap menerima apa yang dihadapinya dan, walau jika terasa sakit pada apa yang dihadapinya, Ridha akan menguranginya, bahkan mungkin, menghilangkannya sama sekali. Ini disebabkan, qalbu telah merasakan nafas kepastian dan kesadaran yang menenangkan. Itulah sebabnya, mengapa sekelompok besar para Salaf, akan mengatakan, 'Orang yang Ridha, tak menginginkan keadaan selain keadaannya saat itu, sedang orang yang sabar, menginginkannya.'
Sabar hendaknya ditunjukkan pada awal bencana, Ridha ditampilkan setelah awal bencana. Ini karena seorang hamba, dapat dengan baik memutuskan agar ridha dengan takdir, sebelum terjadinya, namun keputusan itu terusir, saat ia benar-benar menghadapinya. Barangsiapa yang ridha setelah Takdir itu dijatuhkan, maka ia, orang yang benar-benar ridha.
Oleh karenanya, secara ringkas, kesabaran itu wajib dan harus ada. Di luar kesabaran, ada ketidaksenangan dan ketakpuasan, dan barangsiapa tak terima atas ketetapan Allah, maka nasibnya, akan menjadi tak nyaman. Terlebih lagi, rasa-sakit yang akan ia alami, dan kedengkian musuh-musuhnya, akan jauh lebih besar dibanding keputusasaannya.'

Sang penumpang menimpali, 'Ada sebuah cerita, entah itu akan berkait dengan apa yang telah engkau sampaikan, kutak tahu, tapi, maukah engkau mendengarnya?' 'Ya, tentu, sampaikanlah padaku!' jawab sang kusir. Kemudian sang penumpang merawi,
Seekor drone itu, seekor lebah madu jantan. Berbeda dengan lebah pekerja betina, drone tak bersengat. Mereka tak mengumpulkan nektar atau serbuk sari, dan tak mampu memberi makan tanpa bantuan lebah pekerja. Satu-satunya peran drone, kawin dengan lebah ratu yang tak dibuahi.
Kadarullah, seekor drone, mengamati seekor siput, melakukan perjalanannya, yang membosankan, dengan langkah ngesot, yang lambat, 'Aku kagum,' berkata sang drone, 'Betapa sabarnya engkau, ngesot pada kecepatan yang lelet itu, sedang aku, mampu melintas dengan cepat di udara, dan kabur bermil-mil jauhnya, dibanding langkah ngesotmu, yang semili demi semili.'
'Benar sekali,' sahut sang siput, 'Engkau tentulah sanggup terbang dengan kecepatan ribuan kali lipat ketimbang yang kumampu; akan tetapi, ingatlah, bahwa penerbangan ekspresmu, tak meninggalkan jejak atau kenangan, yang menunjukkan bahwa engkau pernah ada; sementara aku, walau lelet, meninggalkan catatan cemerlang tentang lintasanku.'
Sang kusir bertanya, 'Apa pesan moralnya?' Sang penumpang mengomentari, 'Hanya sedikit yang ingin hidup dengan layak, namun banyak yang mendamba, umur-panjang; meski semua orang, kuasa melakukan yang pertama, akan tetapi, walau tiada seorangpun yang menyuruh, malahan banyak yang melakukan, yang belakangan.'

Sang kusir tersenyum dan berkata, 'Lihat, tujuan kita sudah di depan mata. Sebentar lagi, kita akan sampai di sana!' Sang penumpang ikut tersenyum, dan mengangguk. Pedatipun bergerak perlahan menuju tujuannya, diiringi senandung kedua lelaki itu, 
Rain and tears, are the same
[Hujan dan air mata, sama saja]
But in the sun, you've got to play the game
[Namun di bawah sinar-mentari, engkau perlu bermain-main]
When you cry, in winter time,
[Saat engkau meratap, di kala musim-dingin]
You can pretend, 'It's nothing but the rain!'
[Engkau bisa bersandiwara, 'Tiada apa-apa selain hujan!'] 
How many times, I've seen?
[Berapa kali, telah kulihat?]
Tears coming from your blue-eyes
[Air-mata berasal dari 'ain-nilamu]

'Give me an answer of love!'
['Berikanku sebuah jawaban dari cinta!']
'I need an answer of love!'
['Kuperlukan sebuah jawaban dari cinta!']

Rain and tears, in the sun
[Hujan dan air-mata, di bawah sinar-mentari]
But in your heart, you feel, the rainbow waves *)
[Lamun dalam qalbumu, engkau merasa, sang bianglala melambai]
Sebelum pergi, Rembulan berpesan, "Barangsiapa menanamkan Sabar dalam dirinya, Allah akan menganugerahinya Sabar. Allah tak mengaruniakan siapapun, hidayah yang lebih baik dan lebih luas dari Sabar. Mahasuci Allah, As-Sabur, Dzat Yang Maha sabar dan kekal. Dia tak bertindak tergesa-gesa, tetapi menunggu sampai waktu yang tepat. Dia tak menghukum orang-orang yang ingkar dan kufur, Dia memberikan waktu bagi mereka, agar bertobat, atau memberi kesempatan, agar menempuh jalan yang benar. Wallahu a'lam."
Kutipan & Rujukan:
- Imam ‘Abdu’l-Rahman Ibn Nasir al-Sa'di, 8 Steps to Happiness, Dar as-Sunnah
- Ibn Rajab Al-Hanbali, The Three That Follow to the Grave, Dar As-Sunnah
- James Northcote, RA, One Hundred Fables, Originals and Selected, J. Johnson
*) "Rain And Tears" karya Evangelos Papathanassiou & Gerard Bergman

[Bagian 1]