Jumat, 05 November 2021

Yang Dua Pergi, Yang Satu Tinggal (4)

Penguin kedua menawarkan, 'Maukah engkau mendengar sebuah cerita?' Yang pertama mengangguk, 'Tentu, sampaikan padaku!'
'Nah, ini cerita tentang monyet yang mencari nafkah sebagai nelayan dan ia punya kebiasaan, bangun kesiangan,' sang penguin memulai ceritanya.

'Cerita berawal ketika, suatu hari, di musim dingin, kadarullah, sang Nelayan melihat gurita, dan berkata, 'Bila aku menanggalkan pakaianku, dan melompat mengejarnya, aku akan mati membeku! Namun, jika aku tak menangkap sang gurita, aku akan mengutuk diriku, karena mati kelaparan!' Lantas, ia menanggalkan seluruh pakaiannya, telanjang-bulat. Namun, alih-alih menangkap sang gurita, bahkan menjangkaunya pun, ia tak sanggup. Beruntung, ia masih selamat.
Hari-hari berlalu, tapi tetap saja, sang gurita, terlalu licin ditangkap.

Dan tibalah musim semi.
Sang monyet, tahu bahwa ia ahli dalam bermusik, lalu, membawa seruling dan jala ke tepi pantai. Berdiri di atas batu yang menonjol, ia memainkan nada dan irama, dengan harapan, para ikan akan tertarik oleh melodinya, dan dengan sendirinya, menari, berdansa atau berjoget masuk ke dalam jaringnya, yang telah ia bentangkan di bawah air.
Akhirnya, luwamaa menunggu, sia-sia, iapun menyisihkan serulingnya, dan menebarkan jala ke permukaan laut, menghasilkan tangkapan ikan yang sangat banyak. Ketika ia memperhatikan para ikan yang melompat-lompat, seolah berdansa di dalam jaringnya, di atas batu, ia berkata, 'Duhai makhluk yang gigih, saat aku meniup serulingku, kalian tak mau menari, tetapi sekarang, setelah aku berhenti, kalian melakukannya dengan senang-hati.'
'Ngaanuuu!' berkata seekor Ikan tua, 'Bukankah bila engkau berada di bawah kekuasaan seseorang, engkau akan melakukan apa saja yang ia perintahkan? Ada aturan dan metode tertentu, demi melakukan sesesuatu di dunia ini; dan oleh karenanya, biarlah setiap orang, berpegang pada urusan yang ia pahami, dan menjadi sesuatu, dengan syarat, tanpa menjadikan sebuah profesi, mengaduk-ngaduk yang lain.'

Tak puas dengan hasil tangkapannya, esok-harinya, sang nelayan menebarkan jala di sungai, yang mencakupi seluruh aliran dari satu sisi, ke sisi yang lain, mengambil galah panjang, dan menepuk-nepuk keras permukaan air, agar para ikan, berlari masuk ke dalam jalanya.
Salah satu tetangga yang tinggal di sana, melihat ia melakukannya, bertanya-tanya apa maksudnya; dan menghampirinya, 'Bung!' katanya, 'Apa yang ente lakukan di sini? Tak berpikirkah ente, bahwa itu tak pantas dilakukan. Ente berdiri disitu, memercikkan air sungai, sehingga menjadikannya berlumpur, keruh, dan tak layak dipakai?' Lalu, sang tetangga lanjut berkata dengan sebal, 'Menjala ikan di air keruh? Jangan dooong!' Namun, sang nelayan malah menukas, menjawab, 'Aku tak pusingkan diriku sendiri, dan juga hidupmu dengan aku melakukan ini, tapi yang kutahu, aku harus melakukannya, jika tidak, tak ada yang bisa kumakan!'
Namun tiba-tiba, sesuatu bergerak dari dasar sungai, dan tangan-tangan gurita, secepat kilat, menyambar kaki sang nelayan, menyeretnya ke muara. Sungguh, hidup sang nelayan, berakhir menyedihkan.
Para tetangga, yang tak menyangka kejadian ini, bercakap-cakap. Yang telah menegurnya, berkata, 'Ada orang, yang dengan prinsip-prinsip jahatnya, tak peduli dengan kerusakan atau kekacauan apa yang ditimbulkannya di dunia, asalkan mereka dapat memuaskan sedikit selera, yang mementingkan diri sendiri.

Seorang perampok, mau membakar seluruh jalan, agar mendapat kesempatan merampok sebuah rumah; orang yang sakit jiwanya, akan menyalakan api perselisihan di antara teman dan tetangga, semata-mata demi melampiaskan watak dengkinya. Dan dalam skala besar, ada orang, yang, demi mensukseskan rencana ambisiusnya, tak ragu-ragu melibatkan negerinya sendiri, dalam pertaruhan dan permusuhan, dan terkadang, dalam perang dan pertumpahan-darah, asalkan mereka tetap mempertahankan kekuasaan, mereka tak peduli, malapetaka dan kehancuran apa yang mereka bawa ke atas manusia lain.
Mereka melihat sekeliling, kacau dengan faksi dan kemarahan kelompok, tanpa sedikitpun penyesalan atau belas-kasihan. Air mata janda, tangisan anak-yatim, dan desahan putus-asa, tak mampu mempengaruhi mereka. Ibarat sang Nelayan, mereka dengan gagah-perkasa mengejar kesenangan, dan hanya menjawab, 'Memang seharusnya begitu, karena kami tak bisa hidup, seperti yang kami lakukan, tanpanya.' Betapa kasarnya sentimen yang tak ramah ini; laksana sebuah gejala alam, yang sulit dicerna!
Mereka yang masih punya jejak kesetaraan di dalam dadanya, atau yang mau memperhatikan hak-hak umat manusia, sepantasnya, mengajukan penolakan terhadap ide-ide semacam ini, dan menentangnya dengan segenap tenaga dan kekuatan.'

Yang lain menimpali, 'Mereka tak peduli kerusakan apa atau kekacauan apa yang mereka timbulkan di dunia, asal mereka bisa mencapai tujuan mereka, atau bahkan, memuaskan sedikit selera egonya.
Mereka hanya mempertahankan diri dalam kekuasaan, mereka tak peduli malapetaka dan kehancuran apa yang mereka bawa ke atas umat manusia. Satu-satunya alasan mereka, bahwa memang harus demikian, karena mereka tak dapat hidup seperti yang mereka inginkan, tanpanya. Oleh karenanya, yang masih punya kebahagian hati-nurani umat-manusia, sebab, bahagia dan moral itu, tak terpisahkan, hendaknya menolak gagasan mereka dengan sekuat tenaga; dan pada saat yang sama, menjauhkan masyarakat dari karakteristik semacam itu, agar tak mewabah, dan menyampaikan kepada anak-cucu, bahwa karakter-karakter seperti itu, menjijikkan.'

Sang penguin menutup ceritanya dengan berkata, 'Sudah larut, ayo pulang!' Yang lain mengangguk, 'Ya, anak-anak sedang menunggu hasil tangkapan kita.'

Demikianlah, dengan langkah khas penguin, mereka berjalan menyusuri pantai, dan kemudian perlahan-lahan, menyapa sang ombak, dan bernyanyi,
I'd like to be
Under the sea
In an octopus' garden
In the shade

We would sing
And dance around
Because we know
We can't be found

We would be so happy
You and me
No one there to tell us
What to do

I'd like to be
Under the sea
In an octopus' garden
With you *)
Saatnya pergi, Rembulan pun pamit, seraya mengucapkan, “Dan segala puja dan puji, hanya milik Allah Al-Wahid, dan selawat dan salam, semoga Allah curahkan kepada pemimpin kita, Nabi kita tercinta (ﷺ), atas Keluarga dan para Sahabat, sampai Akhir Zaman. Wallahu a'lam.”
Kutipan & Rujukan:
- Ibn Rajab Al-Hanbali, The Three That Follow to the Grave, Dar As-Sunnah
- Rev. Geo. Fyler Townsend, M.A., Aesop Fables, George Routledge and Sons
- Thomas Bewick, Bewick's Select Fables, Bickers & Sons
- Samuel Croxall, D.D., Fables of Aesop and Others, Simon Probasco
*) Octopus's Garden, karya Sir Richard Starkey MBE, lebih dikenal dengan nama panggung, Ringo Starr.