Jumat, 12 November 2021

Kunci Pintu Kelegaan (1)

“Aku telah mengunjungi sebuah negeri yang bernama Bhumi Rumi,” terang Rembulan ketika ia muncul, setelah mengucapkan basmalah dan salam. “Aku menangkap percakapan antara seorang kusir pedati, dan penumpang yang duduk di sisinya. Seraya mengendalikan tali-kekang kerbau yang berjalan perlahan, ia berkata, 'Di dalam kesulitaan, cobaan, malapetaka dan bencana, terletak sejumlah manfaat; dimana manfaat ini, punya derajat relevansi yang berbeda, sesuai dengan martabat manusia.' Sang penumpang bertanya, 'Sampaikan manfaatnya!' Sang kusir menyitir, 'Manfaatnya antara lain,
  • Menyadari keagungan Keilahian Allah dan Kemahakuasaan-Nya.
  • Menyadari kehinaan dan merasa kecil sebagai seorang hamba.
  • Mewujudkan keikhlasan karena Allah, Subhanhu wa a'ala. Hal ini disebabkan tak ada cara untuk membendung kesulitan kecuali dengan memohon kepada-Nya dan tiada satu pun yang dapat diandalkan, agar menghilangkannya, kecuali Dia.
  • Bertobat kepada Allah Yang Maha Tinggi, dan mengarahkan qalbu kepada-Nya.
  • Ketertundukan dan permohonan.
  • Hilm, kemampuan mengendalikan-diri dan perangai saat amarahnya meluap-luap. Peringkat Hilm berbeda sesuai dengan besarnya bencana; menunjukkan Hilm pada permulaan bencana yang paling parah itu, dari manifestasi terberatnya.
  • Sabar dan tabah dalam menghadapi penderitaan, yang mengarah pada cinta Allah dan penambahan pahala-Nya.
  • Merasakan kenikmatan di awal musibah, lantaran banyaknya manfaat yang dikandungnya.
  • Bersyukur di awal musibah, sebab banyak manfaat yang dikandungnya. Sebanding dengan orang-sakit yang berterima-kasih kepada dokter, yang baru saja mengamputasi salah satu anggota tubuhnya guna menyelamatkan hidupnya, meskipun ini akan membuatnya cacat sampai batas tertentu.
  • Penghapus dosa dan kesalahan.
  • Menunjukkan belas kasihan kepada mereka yang mengalami penderitaan dan membantu mereka.
  • Memahami keagungan nikmat kemudahan dan kemaslahatan. Ini karena berkah tak pernah benar-benar disadari sampai seseorang kehilangannya.
  • Memahami apa yang Allah, Subhanahu wa Ta'ala, sebabkan menjadi hasil dari manfaat-manfaat ini, dalam hal pahala di Akhirat.
  • Menyadari banyak manfaat tersembunyi yang dikandungnya. Ketika penguasa zhalim merampas Sarah dari Nabi Ibrahim, alaihissalam, salah satu manfaat tersembunyi dari cobaan ini, ia kemudian diberikan Hajar sebagai hamba yang melahirkan putra Nabi Ibrahim, Nabi Ismail, alaihissalam, yang dari keturunannya, lahir pemimpin para Rasul dan Penutup Para Nabi (ﷺ). Lihat dan perhatikan, betapa besar manfaat tersembunyi dalam cobaan itu!
  • Kesulitan dan penderitaan mencegah seseorang dari kejahatan, keangkuhan, kecongkakan, besar-kepala, berlagak dan zhalim. Karena kemaslahatan yang besar inilah, mereka yang paling berat cobaanya, para Nabi, kemudian orang-orang shalih, kemudian orang-orang terdekat mereka. Mereka dituduh gila, penyihir, peramal; mereka diejek dan diperolok-olok. Para Sahabat diusir dari rumah dan negeri mereka, dipaksa melarikan-diri meninggalkan harta-bendanya, kesulitan mereka silih berganti, dari kekerasan demi kekerasan, musuh mereka berlipat ganda, terkadang mereka dilemahkan dan dikalahkan, banyak dari mereka terbunuh di Uhud dan di tempat lain serta pertempuran, Rasulullah (ﷺ) terluka di wajahnya, salah satu gigi geraham beliau (ﷺ) patah, dan turban-besinya, terjepit di sisi kepalanya dan terbelah hingga terbuka; musuh-musuh beliau (ﷺ) bersukacita, dan para Sahabat, merasa putus-asa. Mereka terus hidup dalam ketakutan, kemelaratan, dan kemiskinan. Mereka terpaksa mengikatkan batu ke perut karena busung-lapar, dan Rasulullah (ﷺ) tak pernah memakan rotinya dua kali dalam sehari. Ia dilukai dengan berbagai cara, hingga mereka menuduh kesucian istri tercintanya. Para nabi dan orang-orang shalih, selalu mengalami cobaan dan kesengsaraan, dengan coaan setiap insan, sesuai tingkatan Imannya. Beberapa dari mereka, digergaji jadi dua, namun ini tak membuat mereka berpaling dari Iman. Keadaan kesulitan dan kesengsaraan menyebabkan hamba kembali kepada Allah, Subhanhu wa Ta'ala
  • Keadaan yang mudah, sejahtera, dan berkah, menyebabkan seorang hamba kembali kepada Allah. Itulah sebabnya mengapa mereka jarang makan, dan mengenakan pakaian sederhana dll sehingga mereka bisa berada dalam keadaan, yang akan membawa mereka kembali kepada Allah, dan mengabdikan diri kepada-Nya.
  • Merasa senang dan ridha dengan kesulitan, sehingga membawa pada keridhaan Allah. Hal ini karena, baik orang shalih maupun orang berdosa, ditimpa cobaan, maka barangsiapa yang tak ridha di awalnya, baginyalah kesulitan dan kesengsaraan di Dunia dan di Akhirat. Barangsiapa yang merasa cukup dan ridha dengannya, baginya tersimpan keridhaan Allah yang lebih besar, dari Surga dan seisinya.'
Rasulullah (ﷺ) bersabda, '... dan kemudahan itu, datang bersamaan dengan kesusahan.' Sang penumpang meminta, 'Mohon jealskan?' Sang kusir berkata, 'Dalam Kitab-Nya, Allah telah memfirmankan banyak kisah yang berhubungan dengan pertolongan yang datang setelah kesusahan dan kesulitan. Dia, Subhanahu wa Ta'ala, menyampaikan kepada kita, tentang penyelamatan Nabi Nuh, alaihissalam, dan orang-orang yang menyertainya di Bahtera, dari 'kesengsaraan yang sangat berat,' di mana seluruh penduduk bumi tenggelam. Dia memberitakan tentang pertolongan terhadap Nabi Ibrahim, alaihissalam, dari api yang dinyalakan oleh orang-orang musyrik, dan bagaimana Dia menjadikannya 'sejuk dan damai' baginya. Dia juga mengisahkan kepada kita, bagaimana Dia memerintahkan Nabi Ibrahim agar menyembelih putranya dan, pada saat-saat terakhir, bagaimana Dia menebusnya dengan 'qurban yang dahsyat.'
Dia mengisahkan kepada kita, kisah Nabi Musa, alaihissalam, dan bagaimana ibunya, menaruhnya di sungai dan kemudian ia ditemukan oleh keluarga Firaun.
Dia menyampaikan kepada kita, tentang kisah Nabi Musa dan Firaun: bagaimana Dia menyelamatkan Nabi Musa dan menenggelamkan musuhnya. Dia mengisahkan tentang Nabi Ayyub, Yunus, Ya'qub, Yusuf, alaihimussalam, dan kisah kaum Nabi Yunus, ketika mereka beriman. Dia juga memberitakan tentang banyak kejadian dalam kehidupan kekasih kita (ﷺ), dimana Dia menolong dan menyelamatkan beliau (ﷺ), semisal saat berada di dalam gua, di Perang Badar, Pertempuran Uhud dan Pertempuran Hunain.
Sunnah menyebutkan banyak peristiwa seperti itu, sebagaimana kisah tiga orang yang terjebak di dalam gua, oleh batu yang jatuh, dan mereka berdoa kepada Allah, menyebut-nyebut amal shalih mereka, dan Dia membebaskan mereka. Dan seperti kisah Nabi Ibrahim dan Sarah dengan tiran yang menginginkannya demi kepentingannya sendiri, dan bagaimana Allah mengalahkan rencana jahatnya.

Peristiwa yang terjadi pada umat Islam, terlalu banyak untuk disebutkan, tetapi dengarkan kisah berikut ini,. Seorang pedagang, yang berencana melakukan perjalanan ke berbagai negeri dengan tujuan berdagang, suatu ketika, pergi ke Kufah dengan semua barang dagangan dan miliknya. Di tengah perjalanan, ia bertemu dengan seseorang yang melayaninya dengan baik, mereka segera berteman dan ia mulai mempercayainya, sepenuhnya. Kemudian, saat mereka berhenti di tempat peristirahatan, sang teman mengambil keuntungan darinya dan mencuri seluruh harta-benda dan perbekalannya, tanpa meninggalkan apapun. Ia mencari dan mencari, namun tak dapat menemukan kemana sang teman pergi, dan dengan berjalan-kaki dan kelaparan, ia pulang ke kampungnya.
Ia memasuki kotanya pada malam hari, dan mengetuk pintu rumahnya. Saat keluarganya mengetahui bahwa yang datang itu, dirinya, mereka bersukacita dan bersyukur kepada Allah atas kepulangannya dengan mengatakan, 'Istrimu baru saja melahirkan seorang putra, dan kami tak punya uang buat membeli barang-barang yang dibutuhkan bagi wanita yang telah melahirkan. Malam ini, kami sangat lapar, belilah tepung dan minyak untuk lampu.’ Ketika ia mendengarnya, kesulitan dan kesedihannya bertambah. Tak mau memberitahukan apa yang telah terjadi, ia pergi ke toko terdekat dan meyampaikan salam kepada penjaga toko, dan mengumpulkan minyak dan semua yang ia perlukan.
Kemudian, saat berbicara dengan penjaga toko, ia melihat tas pelananya, tergeletak di lantai toko dan bertanya, 'Bagaimana bisa tas tersebut, berada di situ?' Sang penjaga toko berkata, 'Seorang lelaki membeli makanan dariku dan memohon padaku agar menjamunya. Aku menaruh tas pelananya di toko dan mengikat hewan-tunggangannya di rumah tetanggaku. Lelaki itu, sedang tidur di Masjid.’ Dengan membawa tas pelana, ia meuju Masjid, menemukan sang teman yang sedang tidur. Ia menendangnya dan sag teman terbangun ketakutan. 'Maling! Pengkhianat! Di mana harta-bendaku?’ teriaknya. Ia menjawab, 'Itu ada di dalam tas di lehermu,' dan ketika ia memeriksanya, tak ada yang hilang sama sekali. Ia kemudian mengambil hewan-tungganganya, membelanjakan banyak bagi keluarganya, dan kemudian menceriterakan semua yang telah terjadi.

Kisah lain, tentang 'Umar as-Saraya, yang pernah berperang sendirian di provinsi Romawi. Suatu ketika, saat tidur, salah seorang dari mereka, mendatangi, kemudian mendorongnya dengan kaki, membangunkannya. 'Hai Arab,' katanya, 'Kamu punya pilihan: aku bisa membunuhmu dengan tombak, pedang, atau kita bergulat!' Ia berkata, 'Kalau begitu, mari kita bergulat.' Ia memukuli dan, duduk di dadanya, bertanya, 'Dengan cara apa aku membunuhmu?' Ia berteriak, 'Aku bersaksi bahwa segala sesuatu yang disembah di bawah Arsy-Mu itu, bathil kecuali Kemuliaan Wajah-Mu..Engkau menyaksikan keadaanku, maka selamatkanlah aku!’ Kemudian ia jatuh pingsan dan ketika sadar, ia menemukan sang Romawi, terbaring mati di sampingnya.'"
[Bagian 2]
English