Selasa, 08 Maret 2022

Janji-janji Besar

"Apa yang 'kan kuceritakan padamu, sebuah dongeng belaka," Rembulan mulai bercerita kala ia muncul setelah mengucapkan Basmalah dan Salam. "Konon, sekali lagi, k-o-n-o-n, ko-non, di Negeri Tiongkok, jauh sebelum Luo Guanzhong menulis 'Romance of the Three Kingdoms,' yang kita kenal sebagai Samkok, di sana, memerintah seorang Raja, yang namanya tak diketahui, sebab ... ini 'kan cuma sebuah dongeng.
Sang Raja, katanya, sekali lagi, sang Raja, k-a-t-a-n-y-a, ka-ta-nya, punya kebiasaan aneh, suka berjanji, atau lebih tepatnya, janjinya sering meleset. Banyak janji-janjinya, yang belum terlaksana, atau lebih tepatnya, hanya angin lalu. Pernah, ia berkunjung ke sebuah perkampungan nelayan, dan berjanji, bahwa, di sana, ia akan membangun sebuah pelabuhan besar, daripada yang mana, setiap mata, belum pernah melihatnya. Namun setelah di tunggu-tunggu, selama lebih dari lima tahun, tak kunjung ada berita, dan para wakil nelayan merasa sebal dan minta kepada para Kasim Raja, agar segera mewujudkannya. Ujung-ujungnya, jawabannya, 'Masih dicarikan investor!' atau lebih tepatnya, 'Seng ada doe!' atau mungkin, bisa jadi, lebih tepatnya, 'Tunggu keputusan Opung!'

Bahwa, suatu hari, sang Raja jatuh sakit, gawat, yang menurut catatan perjalanan dunia, ketika para tabib telah menyerah, memaksanya berdoa, dan bersumpah akan mempersembahkan kurban Seribu Lembu, siap di atas mazbah secara serentak, cash on carry, baik untuk Tianzhu, Penguasa Langit, maupun Wenchang Wang, Dewa Kebudayaan dan Sastra, daripada yang mana, di antara keduanya, yang akan membebaskannya dari penyakit ini.
'Haiyyaa,' kata sang Permaisuri, 'jagalah apa yang lu janji'in, dimanakah lu bisa dapat lembu-lembu itu, kalo lu masih sakik aaa? Janganlah berakhir seperti Kura-kura dan Elang.
Kura-kura, yang jemu dengan keadaannya, dimana ia terbatas merangkak di atas tanah, dan berambisi agar punya masa-depan, dan melihat sekelilingnya, pasrah, bahwa andai ada Unggas yang mau membawanya terbang, dan menunjukkan padanya dunia, ia akan menghadiahinya dengan banyak temuan batu berharga, yang ia tahu, tersembunyi di tempat tertentu, di sebuah belahan bumi.
Elang, melakukan apa yang sang Kura-kura inginkan; dan tatkala sang Elang telah menunaikan tugasnya, menuntut hadiah. Namun menemukan sang Kura-kura tak dapat memangku ucapannya dengan baik, atau lebih tepatnya, 'Kura-kura lupa!'
Sang Elang kemudian menawarkannya terbang, lagi. Kura-kura setuju dan Elang melambung hampir mencapai awan, akan tetapi, seketika melepaskannya. Sang Kura-kura terhempas ke tanah, cangkangnya hancur berkeping-keping. Sang Elang, lalu mendarat dan menyantap sang Kura-kura yang nelangsa.
'Haiyyaaa,' kata sang Raja, 'lu ngomong mirip orang bodo aaa. Emangnya para dewa kagak punya kerjaan, ninggalin bisnisnya, dan turun cuma mau nagih hutang sama oee?'

Para dewa, menurut keyakinan mereka, kemudian membuat sang Raja pulih, dengan dalih akan menguji kejujuran dan itikad baiknya. Tak lama setelahnya, sang Raja bugar kembali, akan tetapi, lantaran kekurangan lembu, ia mengabaikan Syarat & Ketentuan yang telah ia buat sendiri, dan mempersembahkan hanya seekor lembu di atas altar. 
Marasa diledek, para dewa mengirim balasan, dan sang Raja bermimpi, bahwa ia berkelana, mencari suatu tempat, di dekat pantai, dan ia menemukan harta-karun, sendirian.

Sang Raja pun berangkat tanpa pengawalan, dan di tengah ia sedang mencari harta-karunnya, jatuh ke tangan Bajak-laut. Ia memohon dengan sangat, dan menawarkan seribu koin emas sebagai tebusan; namun mereka tak mau mempercayainya, dan karenanya, ia dibawa pergi, setelah itu, dijual sebagai budak dengan harga murah.

Para nelayan, yang mendengar akhir sang Raja, semata bisa mengelus dada. Seorang di antara mereka, berkata, 'Sebagaimana orang-orang terhormat yang hendaknya lebih mempertimbangkan sesuatu dengan cermat dan kalem, sebelum berani menyodorkan janji-janji mereka selama masih berkuasa, sebab janji-janji yang tak tertunaikan, 'kan cenderung membangkitkan kegelisahan di dalam diri mereka sendiri, dan menodai pamor mereka di mata orang lain; akibat kegegabahan yang singkat-akal dan kuncup-hati, jangan sampai kelancungan yang memalukan ini, akan menimpanya, oleh kebencian orang-orang yang mereka kecewakan, dan rasa sakit-hati itu, membuat mereka mengalami rasa-pedas tapi pantas. Orang-orang yang sedemikian slebornya membuat janji-bo'ong, dan pastilah 'kan terdeteksi, bakal menerima ganjaran atas kekonyolannya, tanpa belas-kasihan, oleh semua yang mengenalnya.'

Yang lain berkomentar, 'Kejujuran itu, kecendekiaan terbaik; dan salah seorang penyair terbaik, telah lebih jauh memberi nilai pada maksim yang baik, dengan pernyataannya bahwa 'orang yang jujur itu, karya Ilahi yang paling mulia.' Aku pernah mendengar sebuah cerita,
Seorang lelaki, sedang menebang pohon di tepi sungai, dan tanpa sengaja, kapaknya terlepas dari tangannya, yang jatuh ke dalam air, dan seketika tenggelam ke dasar sungai. Karenanya, merasa sangat sedih lantaran kehilangan alatnya, ia duduk dan meratapi diri dalam kepiluan.

Atas hal ini, Wenchang Wang, yang juga dikenal sebagai Wendi, muncul dihadapannya, dan usai disampaikan tentang penyebab keluhan sang lelaki, bergegas menyelam ke dasar sungai, dan timbul lagi, menunjukkan kapak emas kepada sang lelaki, meminta jawaban, benarkah kapak itu miliknya. Sang lelaki menolak itu miliknya. Kemudian Wendi menyelam untuk kedua kalinya, dan membawa sebuah kapak perak. Sang lelaki menolak, menduga kuat bahwa itu bukan miliknya. Ketiga kalinya, Wendi menyelam dan mengambil kapak yang hilang milik sang lelaki; saat melihatnya, sang lelaki yang malang, bersuka-ria, dan menerimanya dengan segala kerendahan-hati dan rasa-syukur. Wendi amat bahagia oleh kejujuran sang lelaki, sehingga ia menyerahkan dua kapak lainnya sebagai hasil dari tawar-menawar tadi, pula sebagai hadiah atas kesepakatannya yang setimpal. 

Sang lelaki pulang menemui rekan-rekannya, dan usai mewartakan apa yang telah terjadi, salah seorang di antara mereka, segera beranjak ke tepi sungai, dan dengan sengaja, membiarkan kapaknya jatuh ke sungai. Lalu, ia duduk di tepi sungai, menangis dan meratap, seolah-olah ia sungguh-sungguh merana.
Wendi muncul seperti sebelumnya, dan menyelam, membawakannya kapak emas, menanyakan benarkah kapak tersebut yang hilang. Tergoda oleh logam-mulia, ia menjawab, ya; dan akan beranjak pergi seraya berupaya merebutnya dengan kemaruk. Akan tetapi, Wendi, yang tak menyukai kebiadaban orang itu, bukan saja menolak menyerahkannya, melainkan pula, tak mau mengembalikan kapak milik orang tersebut.'
Para nelayan yang mendengarkan, menghela nafas, dan yang tertua di antara mereka berkata, 'Ini  pelajaran buat kita. Yuk, kembali bekerja!' Merekapun melaut, sambil bersenandung, 
So, after all is said and done
[Maka, usai semua terucap dan tertunaikan]
I know I'm not the only one
[Kutahu bukanlah cuma aku seorang]
Life indeed can be fun
[Sungguh hidup bisa menyenangkan]
If you really want to
[Jika engkau memang meniatkan]

Sometimes, living out your dreams
[Terkadang, mewujudkan impianmu]
Ain't as easy as it seems
[Tak semudah apa yang terlihat]
You wanna fly around the world
[Engkau hendak terbang keliling dunia]
In a beautiful balloon
[Dalam sebuah balon yang indah]

Life, oh life, oh life, oh life
[Kehidupan, oh kehidupan, oh kehidupan, oh kehidupan]
Doo-doo-doo-doo-doo *)
[Du-du-du-du-du]
Rembulan menyimpulkan dengan, "Jalan Kebenaran dan Integritas itu, sangat jelas, langsung dan mudah. sehingga orang yang mengejarnya, tak membutuhkan alat-alat rancung demi menipu dunia. Ia mendengarkan pantauan yang mukhlis, dan dengan menerapkannya, ia menjadikan profesinya lebih baik; kapak emas dan perak, takkan mampu menyimpangkannya; dan dalam situasi apapun yang mungkin dialaminya, pastilah ia memenuhi ketakziman semua orang dimana ia bergerak, dan pula, dengan adanya pengakuan dari dalam dadanya, ia akan merasakan kebahagiaan, yang tiada terkira. Kamsia. Wallahu a'lam."
Kutipan & Rujukan:
- Laura Gibbs, Mille Fabulae et Una: 1001 Aesop’s Fables in Latin, Lulu Publishers
- Josep Jacobs, The Fables of Aesop, Macmillan & Co
- Thomas Bewick, Bewick's Select Fables, Bickers & Sons
- Samuel Croxall, D.D., Fables of Aesop and Others, Simon Probasco
*) "Life" karya Des'ree Weekes & Prince Sampson