Kutipan & Rujukan:"Flora bilang begini padaku, 'Kodok melompat dengan riang, ia punya rumah baru di atas bukit. 'Rumah baruku yang terbaik,' bual sang kodok. Ia menunggu dan menunggu mobil truk yang membawa barang-barangnya. Waktu terus berjalan, namun ia kurang beruntung, 'Di mana truknya?' ia berpikir. Lalu ia melompat menuruni bukit. Beruntung baginya, 'Itu truknya!' Namun, tak ada jalur truk menuju rumahnya, maka ia harus membawa barang-barangnya ke atas bukit.'Aku harus membuat jalan,' katanya pada diri-sendiri, 'Aku harus membuat jalan karena badai bakalan datang menjelang akhir tahun. Aku harus membuat jalan sebab stok beras sudah menipis. Aku harus membuat jalan karena tarif KRL orang kaya bakal dilebihkan, kendatipun sulit membedakan antara penumpang kaya dan miskin. Aku harus membuat jalan karena tahun depan, harga-harga bakalan naik lagi,' ucap sang Purnama ketika cahayanya mulai benderang, usai mengucapkan Basmalah dan Salam.'Pagi ini, aku membaca karya George Orwell,' imbuh sang Kodok, 'Ia menuliskan,' Sebelum burung layang-layang, sebelum bakung, dan tak lama setelah tetesan salju, kodok selalu memberi penghormatan pada datangnya musim semi dengan gayanya sendiri, yaitu muncul dari sebuah lubang di tanah, dimana sebelumnya ia telah mendekam sejak musim gugur, dan merangkak secepat mungkin menuju genangan air terdekat yang sesuai. Sesuatu—semacam getaran di bumi, atau mungkin semata kenaikan suhu beberapa derajat—telah memberitahunya bahwa sudah saatnya bangun: walaupun ada beberapa kodok tidur membangkong sepanjang waktu dan melewatkan satu tahun dari waktu ke waktu, aku telah lebih dari sekali menggalinya, hidup dan tampaknya sehat, di tengah musim panas.Pada periode ini, setelah puasa yang panjang, kodok berpenampilan sangat spiritual, ibarat seorang Anglo-Katolik yang taat menjelang akhir Prapaskah. Gerakannya tak bertenaga tapi berpamrih, tubuhnya menyusut, dan sebaliknya matanya terlihat membengkak secara tak normal. Hal ini memungkinkan seseorang memperhatikan, apa yang tak mungkin di waktu lain, bahwa seekor katak punya mata yang paling indah dari semua makhluk hidup. Bagaikan emas, atau lebih tepatnya laksana batu semi-mulia berwarna emas yang acapkali terlihat di cincin stempel, dan kalau tak salah, disebut chrysoberyl.Selama beberapa hari setelah masuk ke dalam air, kodok berkonsentrasi membangun kekuatannya dengan memakan serangga kecil. Saat ini, ia telah membengkak ke ukuran normalnya lagi, dan kemudian, ia mengalami fase keseksian yang intens. Yang ia tahu, setidaknya jika ia kodok jantan, bahwa ia ingin memeluk sesuatu, dan andai engkau memberinya tongkat, atau bahkan jarimu, ia bakalan berpegangan-erat padanya dengan kekuatan yang mengejutkan dan memakan waktu lama untuk mengetahui bahwa itu bukan kodok betina. Seringkali, seseorang menemukan massa tak berbentuk yang terdiri dari sepuluh atau dua puluh kodok berguling-guling di air, satu menempel ke yang lain, tanpa membedakan jenis kelamin. Namun, secara bertahap, mereka memilah diri menjadi pasangan, dengan jantannya duduk di punggung betina. Sekarang, engkau dapat membedakan jantan dari betina, sebab jantan lebih kecil, lebih gelap, dan duduk di atas, dengan lengan melingkari leher sang betina. Setelah satu atau dua hari, bibitnya diletakkan dalam tali panjang yang keluar masuk dari alang-alang dan seketika tak terlihat. Beberapa minggu kemudian, dan air dihidupkan oleh kumpulan kecebong kecil yang dengan cepat tumbuh membesar, menumbuhkan kaki belakang, lalu kaki depan, lalu melepaskan ekornya: dan akhirnya, sekitar pertengahan musim panas, generasi baru kodok, lebih kecil dari seukuran kuku-ibu-jari tetapi lengkap dalam hal-hal tertentu, merangkak keluar dari air guna memulai lagi permainan dengan cara baru.Aku menyebutkan perkembang-biakan kodok, sebab itulah salah satu fenomena musim semi yang paling menarik bagiku, dan karena kodok, tak seperti skylark dan primrose, tak pernah mendapat banyak dorongan dari para penyair.Akan tetapi, aku sadar bahwa banyak orang tak menyukai reptil atau amfibi, dan aku tak menyarankan bahwa untuk menikmati musim semi, engkau haruslah tertarik pada kodok. Ada juga crocus, missel-thrush, cuckoo, blackthorn, dll. Intinya, kesenangan musim semi tersedia bagi semua orang, dan tak ada biaya. Bahkan di jalan yang paling kotor pun, datangnya musim semi akan terlihat dengan sendirinya, dengan beberapa tanda atau lainnya, jika semata warna biru cerah di antara cerobong asap atau warna hijau cerah dari sesepuh yang tumbuh di tempat yang rusak. Sungguh luar biasa bagaimana alam-raya ini, terus ada secara tak resmi; seolah-olah, di jantung kota London. Aku telah melihat alap-alap terbang di atas pabrik gas Deptford, dan aku telah mendengar pertunjukan kelas satu oleh burung hitam di Jalan Euston. Pasti ada ratusan ribu, jika bukan jutaan, burung yang hidup dalam radius empat mil, dan sungguh menyenangkan, bahwa tak satu pun dari mereka, membayar sewa setengah penny.Sedangkan di musim semi, bahkan jalan-jalan sempit dan suram di sekitar Bank of England pun tak terkecuali. Ia merembes ke mana-mana, seperti salah satu gas racun baru yang melewati bermacam filter. Musim semi biasanya disebut sebagai 'keajaiban', dan selama lima atau enam tahun terakhir, kiasan usang ini telah mengambil kesempatan hidup baru. Setelah musim dingin yang harus kita alami akhir-akhir ini; musim semi memang tampak ajaib, sebab secara bertahap semakin sulit dipercaya bahwa itu benar-benar akan terjadi. Setiap Februari sejak 1940, aku menemukan diriku mengira bahwa kali ini, musim dingin bakalan jadi permanen. Tapi Persephone, seperti kodok, selalu bangkit dari kematian pada saat yang hampir bersamaan. Tiba-tiba; menjelang akhir Maret, keajaiban terjadi dan daerah kumuh yang membusuk tempatku tinggal, berganti rupa. Di bawah alun-alun, pohon-pohon jelaga telah berubah menjadi hijau cerah, daun-daun menebal di pohon kastanye, daffodil keluar, bunga-bunga dinding bertunas, tunik polisi terlihat berbayang dengan warna biru yang menyenangkan, penjual ikan menyapa pelanggannya dengan senyuman, dan bahkan burung pipit sangat berbeda warnanya, setelah merasakan udara yang sejuk dan memberanikan diri untuk mandi, yang pertama sejak September lalu.Jahatkah menikmati musim semi dan perubahan musim lainnya? Singkatnya, tercelakah secara politis, sementara kita semua mengeluh, atau setidaknya harus mengeluh, di bawah belenggu sistem kapitalis, guna menunjukkan bahwa hidup seringkali lebih layak dijalani oleh nyanyian burung hitam, pohon elm kuning di bulan Oktober, atau fenomena alam lain yang tak memerlukan biaya dan tak memiliki apa yang disebut editor surat kabar sayap kiri sebagai a class angle [menyajikan atau memperlakukan (sebagai berita) sedemikian rupa untuk menunjukkan atau menekankan kepentingan kelas atau konflik sosial]? Tak diragukan lagi, banyak orang berpikir demikian. Dari pengalaman kuketahui bahwa referensi yang baik bagi 'Alam' di salah satu artikelku, kemungkinan besar akan membawakanku surat-surat dengan kata-kata yang kasar, dan meskipun kata kunci dalam surat-surat ini biasanya 'sentimental', dua gagasan tampaknya tercampur di dalamnya. Salah satunya, kesenangan apapun dalam proses kehidupan yang sebenarnya mendorong semacam ketenangan politik. Para manusia, demikian pemikiran itu, semestinya tidak puas, dan tugas kita ialah melipatgandakan keinginan kita dan bukan sekadar meningkatkan kesenangan kita atas hal-hal yang sudah kita miliki. Gagasan lain ialah, bahwa inilah zaman mesin dan tak menyukai mesin, atau bahkan ingin membatasi dominasinya, adalah melihat ke belakang, reaksioner, dan sedikit menggelikan. Hal ini sering didukung oleh pernyataan bahwa kecintaan terhadap Alam itu, kelemahan orang-orang urban yang tak tahu seperti apa alam itu sebenarnya. Mereka yang benar-benar harus berurusan dengan lahan, demikian dikatakan, tak menyukai lahan, dan tak menaruh minat sedikitpun pada burung atau bunga, kecuali dari sudut pandang utilitarian yang keras.Agar mencintai pedesaan, seseorang harus tinggal di kota, hanya sesekali mengoceh akhir pekan di musim yang lebih hangat. Gagasan terakhir ini terbukti keliru. Sastra abad pertengahan, misalnya, termasuk balada populer, penuh dengan antusiasme yang hampir mirip dengan alam Georgia, dan seni masyarakat pertanian seperti pusat Cina dan Jepang selalu diseputaran pohon, burung, bunga, sungai, gunung. Gagasan lain menurutku keliru dengan cara yang lebih halus. Tentu saja, kita harus merasa tak puas, kita seharusnya tak semata mencari cara agar melakukan yang terbaik dari pekerjaan yang buruk, namun jika kita membunuh semua kesenangan dalam proses kehidupan yang sebenarnya, masa depan macam apa yang sedang kita persiapkan bagi diri kita sendiri? Jika seseorang tak dapat menikmati kembalinya musim semi, mengapa ia harus bahagia di Utopia yang hemat tenaga? Apa yang akan dilakukannya dengan waktu luang yang diberikan mesin itu kepadanya? Aku selalu curiga bahwa jika masalah ekonomi dan politik kita benar-benar diselesaikan, hidup akan menjadi lebih sederhana dan bukannya lebih kompleks, dan jenis kesenangan yang didapat seseorang dari menemukan primrose pertama akan lebih besar daripada jenis kesenangan yang didapat darinya, dari makan es-krim hingga irama Wurlitzer. Aku berpikir bahwa dengan mempertahankan kecintaan masa kecil seseorang pada hal-hal seperti pohon, ikan, kupu-kupu dan kembali ke contoh pertamaku—kodok, seseorang membuat masa depan yang damai dan baik menjadi sedikit lebih mungkin, dan dengan mengajarkan doktrin bahwa tiada yang perlu dikagumi kecuali baja dan beton, seseorang hanya membuatnya sedikit lebih yakin bahwa manusia takkan punya jalan keluar bagi kelebihan energinya kecuali dalam kebencian dan pemujaan terhadap pemimpin.Pokoknya, musim semi telah tiba, termasuk di Londonium, dan mereka tak dapat menghalangimu menikmatinya. Refleksi inilah yang terpuaskan. Berapa kali aku berdiri menyaksikan kodok kawin, atau sepasang kelinci bertinju memperebutkan jagung-muda, dan memikirkan semua orang penting yang akan mencegahku menikmati semua ini jika mereka bisa. Namun untungnya, mereka tak mampu. Selama engkau tak benar-benar sakit, lapar, ketakutan, atau terkurung di penjara atau kamp liburan, musim semi tetaplah musim semi. Bom atom menumpuk di pabrik-pabrik, polisi berkeliaran di kota-kota, dusta mengalir dari pengeras suara, namun sang pertiwi masihlah berputar mengitari sang surya, dan baik sang diktator maupun sang birokrat, yang secara mendalam sangat tak setuju dengan prosesnya, tak mampu mencegahnya.'Kodok menyudahi pembicaraannya, 'Aku harus membuat jalan, karena menurut 'Nyonya Emas'—sebuah klaim yang belakangan ia cabut kembali—rencananya, dua tahun dari sekarang, pemenang pemilihan umum bakalan dari para kodok lagi, tak peduli omongan orang bahwa itu bermain curang. Sekarang, mereka sedang bersenang-senang, main latto-latto.'"Sang Purnama mengakhiri wacananya, "Sebelum berpisah dengan Flora, ia berkata padaku, 'Esoknya, Kodok makan roti panggang, 'Hari ini pestaku!' Tapi, cuma sang Bandot yang bisa mendaki bukit, 'Terlalu curam, kecuali buatku. Yang ente butuhkan hanyalah jalan, Kodok.''Jika aku membutuhkan jalan, maka aku akan membuat jalanan, bila perlu bandara, pelabuhan atau jalan-tol!' kata Kodok. Bandot menanggapi, 'Ente gak bisa membuat semua itu, hasilnya, malu-maluin.'"Wallahu a'lam."
- George Orwell, Some Thoughts on the Common Toad, Penguin Books