Minggu, 25 Desember 2022

Obrolan Dua Penguin (1)

"Flora memberitahuku, 'Penguin tak bisa terbang, tapi bisa berjalan. Penguin tak bisa terbang, tapi bisa melompat. Penguin tak bisa terbang, tapi bisa berenang. Penguin tak bisa terbang, tapi bisa berdiri-tegak. Pinguin tak bisa terbang, tapi punya bulu. Pinguin tak bisa terbang, tapi kuat. Pinguin tak bisa terbang, tapi mereka hidup di banyak tempat di dunia. Terdapat 17 ragam penguin. Yang terkecil namanya Penguin Peri. Yang terbesar namanya Penguin Kaisar. Ketika para induk penguin kaisar kehilangan anaknya, mereka terkadang mencoba 'mencuri ' anak dari induk lain, namun biasanya tak berhasil, sebab para betina di sekitarnya, membela induk yang mempertahankan anaknya. Pada beberapa spesies, seperti penguin kaisar dan raja, anak-anak penguin berkumpul dalam kelompok besar yang disebut crèches dan menunjukkan perilaku kelompok, seperti singa dan bebek cuddy. Pinguin tak bisa terbang, tapi selalu bersama-sama jalan membungkuk. Penguin tak bisa terbang, tapi mereka selalu melindungi anak-anaknya,'" ucap sang Purnama saat ia tiba, setelah mengucapkan Basmalah dan Salam.
"Flora lalu berkata, 'Dan suatu kali, dua penguin sedang ngobrol di atas batu, di sebuah pantai. 'Bang, napaseh umat Islam kagak boleh ngucapin Selamat Natal?' bertanya seekor penguin peri. Seekor pinguin kaisar berkata, 'Sebab aqidah mereka melarangnya. Namun, walaupun gak ngucapin Selamat Natal kepada para tetangga mereka, itu bukan berarti mereka membencimu atau bakalan ngebom gereja. Dalam perspektif Islam, kebencian dan pembunuhan serta pengrusakan rumah ibadah, sangat tidak dibenarkan. Setiap umat beragama punya keyakinannya sendiri, demikian pula umat Islam.
Islam tak meninggalkan aspek kehidupan manusia tanpa menetapkan pedoman yang diperlukan. Untuk setiap aspek, Islam menetapkan aturan dasar, yang selaras dengan aturan dasar dari aspek lain, guna menunjukkan pada akhirnya, bahwa hanya ada satu pencipta dan satu pembuat undang-undang yang sempurna. Aturan dasar biasanya berfungsi sebagai poros dimana aturan sekunder dan pengecualian, berputar. Tak terkecuali hubungan antara Muslim dan non-Muslim.
Sementara umat Kristiani menganggap Yesus sebagai anak Tuhan atau Tuhan, dalam perspektif Islam, Yesus adalah Nabi Allah yang misinya mengkonfirmasi Taurat yang diturunkan sebelumnya, menyerukan monoteisme dan membawa berita gembira tentang kedatangan Nabi Muhammad (ﷺ) setelah dirinya. Perbedaan kepribadian Yesus inilah yang membuat para pengikut kedua agama ini, terpisah.
Jadi, umat Islam menjunjung tinggi semua Nabi Allah, alaihimassalam, dan menempatkan mereka pada pijakan yang sama. Seorang Muslim percaya pada Yesus sebagaimana ia percaya pada Nabi Muhammad (ﷺ). Selain itu, seorang Muslim yang tak yakin pada salah seorang Nabi Allah dianggap kafir, menurut Al-Qur'an dan Sunnah. Bahkan upaya mendakwa atau menuduh Yesus melakukan dosa, dianggap sebagai kekufuran, sebab umat Islam meyakini bahwa semua Nabi Allah itu, sempurna dan tak berbuat dosa.

Kecintaan umat Islam kepada Yesus dan Maryam, alaihimassalam, tak mengenal batas, dan perasaan mereka terhadapnya begitu dalam. Yesus mengundang manusia agar mengikuti 'jalannya'. Jalan para nabi itu, satu-satunya jalan menuju Allah, karenanya, Allah-lah Yang menentukannya dan tujuan para nabi itu, menyampaikan petunjuk Allah kepada umat manusia. Tanpa para nabi, para manusia takkan tahu bagaimana menyembah Allah. Oleh sebab itu, semua nabi menyampaikan kepada para pengikut mereka tentang cara menyembah Allah. Sebaliknya, menambahkan apapun pada agama yang dibawa oleh para nabi, tak dapat dibenarkan.
Para nabi juga secara praktis menunjukkan kepada para pengikutnya bagaimana seseorang harus hidup dengan hukum. Karena itu, mereka pun mengajak orang-orang yang beriman kepada mereka agar mengikuti jalan mereka sebagai jalan yang benar untuk mendekatkan diri kepada Allah. Prinsip ini diabadikan dalam Injil menurut Yohanes 14:6. 
Ada beberapa contoh ajaran yang diikuti dan diajarkan Yesus, sebagian besar ajaran ini dihidupkan kembali dalam pesan terakhir Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad (ﷺ) dan tetap menjadi bagian mendasar dari praktik keagamaan umat Islam hingga saat ini.
Yesus disunat. Menurut Perjanjian Lama, tradisi ini dimulai dengan Nabi Ibrahim, yang dirinya bukanlah seorang Yahudi atau seorang Kristiani. Yesus mengikuti hukum Musa dan ia tak makan daging babi. Yesus tak pula makan apapun yang mengandung darah, juga tak makan darah. Telah tercatat bahwa Allah telah memerintahkan Nabi Musa dalam Taurat, Ulangan 12:16 dan dalam Imamat 19:26. Yesus dan para pengikut awalnya mempraktekkan metode penyembelihan yang tepat dengan menyebut nama Allah dan memotong urat leher hewan saat mereka hidup agar memungkinkan jantung memompa darah keluar.
Yesus mengabdikan dirinya kepada Allah dan karenanya, menjauhkan diri dari minuman beralkohol sesuai dengan perintah yang tercatat dalam Bilangan 6:1-4. Sebelum melakukan shalat resmi, Yesus biasa membasuh anggota tubuhnya sesuai dengan ajaran Taurat. Nabi Musa dan Harun tercatat melakukan hal yang sama dalam Keluaran 40:30-1. Yesus digambarkan dalam Injil, bersujud saat berdoa. Dalam Matius 26:39, penulisnya menggambarkan sebuah peristiwa yang terjadi ketika Yesus pergi bersama murid-muridnya ke Getsemani.
Para wanita di sekitar Yesus, bercadar menurut praktek para wanita di sekitar para nabi sebelumnya. Pakaian mereka longgar dan menutupi seluruh tubuh mereka, dan mereka mengenakan selendang yang menutupi rambut mereka, dalam Kejadian 24:64-5. Yesus menyapa para pengikutnya dengan mengatakan 'Salam bagimu.' Dalam pasal 20:19, penulis Injil yang tak disebutkan namanya menurut Yohanes menulis hal berikut tentang Yesus setelah penyalibannya, 'Yesus berkata kepada mereka lagi, 'Damai sejahtera bagi kamu. Sebagaimana Bapa mengutus aku, demikian pula aku mengutus kamu.' Salam ini menurut para nabi, sebagaimana disebutkan dalam kitab-kitab Perjanjian Lama. Misalnya, dalam 1 Samuel 25:6, Nabi Daud menginstruksikan utusan yang ia kirim ke Nabal, 'Dan demikianlah kamu harus memberi hormat kepadanya, 'Damai sejahtera bagimu, dan damai sejahtera bagi rumahmu, dan damai sejahtera bagi semua yang kamu miliki.' Setiap kali umat Islam saling-bertemu, mereka menggunakan salam ini.
Yesus menegaskan lembaga amal wajib, yang dikenal sebagai 'perpuluhan,' yang diminta dari panen tahunan agar dikembalikan kepada Allah dalam perayaan. Dalam Ulangan 14:22, 'Haruslah engkau benar-benar mempersembahkan sepersepuluh dari seluruh hasil benih yang tumbuh di ladangmu, tahun demi tahun.' Dalam Al-Qur'an surah ke-6, al-An'aam, ayat 141, Allah mengingatkan orang-orang beriman agar bersedekah pada saat panen, 'Dialah yang menumbuhkan tanaman-tanaman yang merambat dan yang tidak merambat, pohon kurma, tanaman yang beraneka ragam rasanya, serta zaitun dan delima yang serupa (bentuk dan warnanya) dan tidak serupa (rasanya). Makanlah buahnya apabila ia berbuah dan berikanlah haknya (zakatnya) pada waktu memetik hasilnya. Akan tetapi, janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.'
Menurut Injil, Yesus berpuasa selama empat puluh hari. Matius 4:2, 'Dan setelah berpuasa empat puluh hari dan empat puluh malam, akhirnya laparlah Yesus.' Hal ini sesuai dengan praktek para nabi sebelumnya. Nabi Musa juga tercatat dalam Keluaran 34:28, berpuasa, 'Dan Musa ada di sana bersama-sama dengan Tuhan, empat puluh hari empat puluh malam lamanya, tidak makan roti dan tidak minum air, dan ia menuliskan pada loh itu segala perkataan perjanjian, yakni Kesepuluh Firman.'
Dalam Al Qur'an, Surat al-Baqarah (2): 183, orang-orang beriman diperintahkan agar menjalankan puasa secara rutin, 'Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.'
Dengan menjunjung tinggi Hukum, Yesus juga menentang pemberian atau pengambilan riba' karena teks Taurat dengan tegas melarang riba'. Tercatat dalam Ulangan 23:19 bahwa, 'Janganlah engkau membungakan kepada saudaramu, baik uang maupun bahan makanan atau apapun yang dapat dibungakan.' Namun, dalam ayat berikutnya, orang-orang Yahudi membolehkan meminjamkan uang kepada non-Yahudi, 'Dari orang asing, boleh engkau memungut bunga, tetapi dari saudaramu janganlah engkau memungut bunga--supaya Tuhan, Allahmu, memberkati engkau dalam segala usahamu di negeri yang engkau masuki untuk mendudukinya.' [Ulangan 23:20].
Riba' juga dilarang keras dalam Al-Qur'an Surat al-Baqarah (2):278, 'Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang mukmin.' Agar memenuhi persyaratan Ilahi ini, umat Islam mengembangkan sistem perbankan alternatif, umumnya dikenal sebagai 'Perbankan Islam atau Perbankan Syariah', yang bebas riba'. 
Tak ada catatan bahwa Yesus menentang poligami. Jika ia melakukannya, itu berarti ia mengutuk praktik para nabi sebelumnya. Ada sejumlah contoh pernikahan poligami di antara para nabi yang tercatat dalam Taurat. Nabi Ibrahim punya dua istri, menurut Kejadian 16:13, 'Jadi Sarai, isteri Abram itu, mengambil Hagar, hambanya, orang Mesir itu, --yakni ketika Abram telah sepuluh tahun tinggal di tanah Kanaan--lalu memberikannya kepada Abram, suaminya, untuk menjadi isterinya.' Demikian pula Nabi Daud, menurut buku pertama Samuel 27:3, 'Daud dan semua orangnya menetap pada Akhis di Gat, masing-masing dengan rumah tangganya; Daud dengan kedua orang isterinya, yakni Ahinoam, perempuan Yizreel, dan Abigail, bekas isteri Nabal, perempuan Karmel.' Dalam 1 Raja-raja 11:3, Salomo [Nabi Sulaiman, alaihissalam] dikatakan, '...mempunyai tujuh ratus isteri dari kaum bangsawan dan tiga ratus gundik;...' Putra Salomo, Rehabeam, punya pula sejumlah istri, menurut 2 Tawarikh 11:21, 'Rehabeam mencintai Maakha, anak Absalom itu, lebih dari pada semua isteri dan gundiknya--ia mengambil delapan belas isteri dan enam puluh gundik dan memperanakkan dua puluh delapan anak laki-laki dan enam puluh anak perempuan.'

Namun, umat Islam meyakini bahwa Allah Subhanahu wa Ta'ala jauh dari memiliki anak atau pasangan dalam keilahian-Nya, dan karena itu mereka menolak keyakinan apapun yang meninggikan Yesus melebihi apa yang Allah kehendaki.
Yesus atau 'Isa, alaihissalam, putra Maryam—selain disebutkan dalam Al-Qur'an, juga terdapat bukti-bukti sejarah, sehingga umat Islam lebih memilih nama Maryam daripada Maria—adalah hamba dan utusan Allah. Jadi, dalam perspektif Islam, Yesus semata seorang hamba Allah yang Dia ciptakan dan jadikan dalam rahim seperti yang Dia lakukan pada makhluk lain; Dia menciptakannya tanpa ayah, sama seperti Adam terlahir tanpa ayah atau ibu. Sebaliknya Allah cukup berfirman, 'jadilah' maka jadilah ia. Allah juga menjelaskan kelahiran ibunda Yesus, Maryam dan bagaimana ia mengandungnya, sebuah kisah yang dijelaskan dalam Al-Qur'an Surah Maryam.

Allah telah memilih Nabi Adam, alaihissalam, Dia Sendiri Yang menciptakannya, menghembuskannya dari ruh-Nya, memerintahkan para malaikat-Nya bersujud di hadapannya, mengajarinya nama-nama segala sesuatu, membuatnya berdiam di surga, dan kemudian menurunkannya ke bumi. oleh alasan tertentu yang tiada yang tahu kecuali Allah. Dia juga memilih Nabi Nuh, alaihissalam, dan menjadikannya Rasul pertama [ada perbedaan makna 'Rasul' dalam perspektif Islam dibanding umat Kristiani. Dalam perspektif Islam, Rasul adalah utusan Allah yang mengajarkan agama atau wahyu baru pada masyarakat umum. Nabi tak diperingatkan menyampaikan wahyu yang diterima pada umat. Sedangkan rasul menerima wahyu untuk diri sendiri dan menyampaikan pada kaumnya] yang diutus untuk umat manusia. Dia mengutusnya dikala manusia menyembah berhala dan menggangap banyak sekutu dengan Allah dalam keilahian-Nya. Karena Nabi Nuh kian lama berusaha menyeru umatnya siang dan malam, secara terbuka dan diam-diam, namun seruannya hanya membuat mereka semakin menyebalkan, ia berdoa kepada Allah agar Dia mengadzab mereka. Akibatnya, Allah menenggelamkan mereka, kecuali para pengikut Nabi Nuh. Demikian pula, Allah memilih keluarga Nabi Ibrahim, alaihissalam, yang darinya Bani Ismail dan yang paling dihormati dan nabi penutup, Muhammad (ﷺ). Terlebih lagi, Allah, memilih keluarga 'Imran, ayah Maryam, ibunda Yesus, alaihissalam. Tiada perbedaan pendapat atas fakta bahwa Maryam itu, keturunan Nabi Daud, alaihissalam. Ayahnya Imran, pemimpin doa di antara orang Israel pada masanya. Ibundanya, Hannah putri Faqud, seorang shalihah. Zakharia, menurut mayoritas ulama, Nabi pada masanya. Ia merupakan suami Asiyaa', saudara perempuan Maryam. Beberapa ulama lain berpendapat bahwa Zakharia itu, suami dari bibi pihak ibu Asiyaa', wallahu a'lam.
Istri Imran, ibunda Maryam, berkata, 'Aku menamainya Maryam.' Maryam bermakna 'getir.' Lalu, ia berkata, 'Dan aku mohon perlindungan-Mu untuknya dan anak cucunya dari gangguan setan yang terkutuk.' Ini berarti ia berlindung kepada Allah dari kejahatan Setan dan memohon perlindungan Allah untuk putranya, Yesus. Allah kemudian menjawab seruannya. Ibunya membungkusnya dengan pakaian saat lahir dan pergi ke masjid (Al-Aqsa) dan menyerahkannya kepada para jamaah. Kemungkinan besar ia memberikannya kepada mereka setelah masa penyapihan. Menjadi putri Imam mereka, mereka bersaing siapa di antara mereka yang akan dihormati menjadi walinya. Mereka menarik undian, dan diputuskanlah Zakharia. Ia Nabi pada masa itu. Kemudian Maryam dibesarkan di bawah naungan Zakharia.
Maryam, diperintahkan oleh Allah memperbanyak ibadah, shalat, rukuk, dan sujud kepada-Nya agar ia memenuhi syarat, dan agar ia bersyukur kepada Allah. Ia telah terpilih di atas wanita dari segala bangsa. Para mufassir Al-Qur’an berbeda pendapat mengenai jangka waktu kehamilan Maryam. Mayoritas menyatakan bahwa Maryam mengandung anaknya selama sembilan bulan penuh seperti yang semua wanita, karena jika ada cerita yang berbeda, itu akan disebutkan. Ada pula yang menyebutkan bahwa begitu ia mengandung bayinya, ia melahirkannya.
Tersiar kabar di kalangan Yahudi bahwa Maryam hamil. Tiada orang yang menderita seperti yang dialami oleh orang-orang di rumah Zakharia. Beberapa orang kafir menuduhnya berzinah dengan Yosef Al-Nagaar, seorang lelaki shalih dari kerabatnya yang biasa bergabung dengannya di masjid untuk beribadah kepada Allah. Demikianlah, Maryam mengasingkan diri, menarik diri dari orang-orang, dan menyepi ke tempat yang jauh.
Melahirkan, Maryam mencari batang pohon kurma guna menopang di tempat ia bersandar. Tiada makanan yang lebih baik bagi wanita yang mengalami perdarahan nifas ketimbang kurma kering dan kurma segar. Di mana keberadaan tempat ini, tak disepakati para Mufassir dengan suara bulat, akan tetapi, diterima secara umum bahwa itu di Bethlehem, delapan mil jauhnya dari Yerusalem. Dan jelas Maryam melahirkan bukan pada musim dingin, melainkan dimana kurma sedang berbuah ranum.

Landasan risalah Yesus ialah tunduk pada kehendak Allah, karena itulah landasan agama yang Allah tetapkan bagi manusia sejak di awal zaman. Dalam bahasa Arab, tunduk pada kehendak Allah diungkapkan dengan kata 'Islam'. Dalam Injil menurut Matius 7:22, Yesus dikutip mengatakan, 'Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepadaku: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi nama-Mu...'' Dalam pernyataan ini, Yesus menekankan pada 'kehendak Bapa,' penyerahan kehendak manusia pada kehendak Allah. Dalam Yohanes 5:30, diriwayatkan bahwa Yesus juga berkata, 'Aku tidak dapat berbuat apa-apa dari diriku sendiri; aku menghakimi sesuai dengan apa yang aku dengar, dan penghakimanku adil, sebab aku tidak menuruti kehendakku sendiri, melainkan kehendak Dia yang mengutus aku.'
Karena agama Yesus, dan semua nabi sebelumnya, agama penyerahan diri kepada Tuhan, yang dikenal dalam bahasa Arab sebagai Islam, pengikut sejatinya seyogyanya disebut berserah diri kepada Tuhan, yang dikenal dalam bahasa Arab sebagai Muslim. Konsekuensinya, umat Islam menolak disebut para Mohammedan, karena pengikut Kristus disebut Kristiani dan pengikut Buddha disebut Buddhis. Umat Kristiani menyembah Kristus dan Budhis menyembah sang Buddha. Istilah Mohammedans menyiratkan bahwa umat Islam menyembah Muhammad, padahal sesungguhnya tidak demikian. Dalam Al-Qur'an, Allah memilih nama Muslim bagi semua orang yang benar-benar mengikuti para nabi. Sebutan Muslim dalam bahasa Arab bermakna 'orang yang tunduk pada kehendak Tuhan.'

Penguin Kaisar diam sejenak, lalu berkata, 'Jadi, jika umat Islam tak mengucapkan Selamat Natal, itu bukan berarti perang dan melakukan pengeboman, serta bukan pula berarti tiada cara lagi bagi Kemanusiaan yang lebih baik. Dalam Islam, hubungan sosial dengan para tetangga, sesama warga negara dan lain-lain dari kalangan non-Muslim, tak dilarang, ada beberapa hubungan sosial yang boleh dilakukan oleh umat Islam dengan sesama non-Muslim. Umat Islam diwajibkan agar mengingat bahwa Allah memerintahkan mereka, menunjukkan kebajikan kepada seluruh makhluk.'"