Jumat, 03 Agustus 2018

Rumah Itu (2)

"Orang pertama yang berlari di antara al-Safa dan al-Marwah, menurut Ibnu Abbas, adalah ibu Nabi Ismail, alaihissalam. Dan wanita Arab pertama yang membuat ikat pinggang dan mengikat gaunnya adalah ibu Ismail. Ia menghindari Sarah, ia mengikat gaunnya agar menghapus jejak kakinya agar tak ketahuan oleh Sarah. Nabi Ibrahim, alaihissalam, membawa dirinya dan Nabi Ismail, menuju pegunungan Faran, yaitu negeri Mekkah bersama mereka, lalu Nabi Ibrahim meninggalkan mereka di sana, yang kemudian pulang kembali ke Syria. Kelak, Nabi Ibrahim kembali lagi untuk membangun kembali Rumah Allah itu yang dikenal sebagai Baitul 'Atiq atau Ka'bah.
Menurut Mujahid dan ulama lainnya, ketika Allah menunjukkan kepada Nabi Ibraham lokasi letak Ka'bah, dan memberitahukan kepadanya bagaimana membangun rumah suci tersebut, ia berangkat untuk melaksanakan pekerjaan itu dan malaikat Jibril, alaihissalam, menyertainya. Disebutkan bahwa setiap kali Nabi Ibrahim melewati sebuah kota, ia akan bertanya, "Kota inikah yang dimakusdkan oleh perintah Allah, wahai Jibril?" Dan malaikat Jibril berkata, "Lewatkan saja." Akhirnya mereka tiba di Mekkah, yang pada waktu itu tak lain hanya ada pohon akasia, pohon mimosa, dan pohon duri, dan ada kaum yang disebutl orang Amalek di luar Mekkah dan sekitarnya. Ka'bah saat itu hanyalah sebuah bukit tanah liat merah. Nabi Ibrahim berkata kepada kepada malaikat Jibril, "Disinikah aku diperintahkan meninggalkan mereka?" Malaikat Jibril berkata, "Ya." Kemudian, Nabi Ibrahim mengarahkan Hajar dan Ismail menuju al-Hijr, dan menempatkan mereka di sana.

Hajar membawa tempat air kulit yang sudah usang berisi air, namun perlahan habis dan ia merasakan dahaga. Kemudian air susunya berhenti dan Nabi Ismail pun kehausan. Maka, ia mencari bukit yang landai di daerah itu, al-Safa, dan memanjatnya. Kemudian ia melihat-lihat sekeliling, berharap mendengar suara atau melihat seseorang yang bersikap ramah terhadapnya. Namun ia tak mendengar apapun, karenanya ia turun dari bukit itu. Ketika sampai di lembah, ia berlari meski ia tak menghendakinya, ini terkadang terjadi pada orang yang kelelahan. Kemudian, ia mencari-cari bukit landai lainnya dan memanjat al-Marwah untuk melihat-lihat lagi. Lalu ia mendengar suara samar. Karena tak yakin bahwa ia benar-benar mendengarnya, ia berkata "Husy!" pada dirinya sendiri, sampai ia yakin. Lalu ia berkata, "Engkau telah membuatku mendengar suara-Mu, beri aku air, karena aku hampir mati dan begitu juga yang bersamaku."
Kemudian, ia melihat malaikat di tempat air Zam-zam, menggali tanah dengan tumitnya (atau sayapnya) sampai air mengalir dari tempat itu. Menurut Mujahid, malaikat Jibril melepaskan Zamzam dengan tumitnya untuk Ismail. Hajar bergegas mengisi tempat airnya. Rasulullah (ﷺ) bersabda, "Semoga Allah memberkahi ibu Ismail! Jika ia tak segera membendungnya, air Zamzam itu akan terus menjadi mata air yang mengalir dengan deras." Malaikat Jibril berkata kepadanya, "Janganlah takut bila penduduk kota ini akan kehausan, karena mata air ini disediakan untuk minuman bagi para tamu Allah. Ayah anak ini akan datang, dan mereka akan membangun sebuah Rumah di tempat ini."

Sekelompok orang dari suku Jurhum sedang dalam perjalanan ke Syria. Melihat burung-burung di atas bukit, mereka saling bertanya, "Burung seperti itu hanya mengelilingi air, tahukah kalian ada air di lembah ini?" Tak satu pun dari mereka yang mengetahuinya. Kemudian mereka naik ke tempat yang tinggi dan melihat Hajar. Lalu mereka mendekati Hajar dan berkata, "Jika engkau mau, kami akan tinggal bersamamu dan menemanimu, sementara mata air itu tetap milikmu." Ia menjawab, "Ya." Maka, merekapun tinggal bersamanya hingga Ismail tumbuh dewasa. Ketika Hajar wafat, Ismail menikah dengan seorang wanita suku Jurhum.
Sementara itu, Nabi Ibrahim meminta izin Sarah untuk pergi mengunjungi Hajar, dan Sarah mengizinkan, dengan syarat bahwa ia tak menetap di sana. Hajar telah wafat saat Nabi Ibrahim datang ke rumah Nabi Ismail. Ia berkata kepada istri Nabi Ismail, "Di mana majikanmu?" Ia berkata, "Ia tak di sini. Ia pergi berburu." Nabi Ismail sering meninggalkan tempat suci itu untuk pergi berburu. Nabi Ibrahim berkata, "Adakah kemurahan-hatimu? Punyakah engkau makanan atau minuman?" Ia berkata, "Aku tak punya apa-apa, dan tak ada yang bersamaku." Nabi Ibrahim berkata, "Saat suamimu datang, ucapkan salam kepadanya dan sampaikan padanya bahwa ia harus mengganti ambang pintu rumahnya." Lalu Nabi Ibrahim pergi. Dan saat Nabi Ismail kembali, ia mencium aroma ayahnya. Maka ia berkata kepada istrinya, "Adakah tamu yang datang?" Isterinya berkata, "Seorang tua seperti Fulan bin Fulan datang kepadaku" -ia meremehkan Nabi Ibrahim. Nabi Ismail berkata, "Apa yang ia katakan padamu?" Isterinya berkata, "Ia mengatakan kepadaku, 'Ucapkan salam kepada suamimu dan sampaikan padanya bahwa ia harus mengganti ambang pintunya.' '
Maka Nabi Islmail pun menceraikan isterinya itu, dan menikah lagi dengan wanita Jurhum lain.

Nabi Ibrahim tinggal di Syria selama kehendak Allah dan kemudian meminta izin Sarah pergi ke Mekah lagi untuk mengunjungi Nabi Ismail. Sekali lagi, Sarah mengizinkan dengan syarat ia tak menetap disana. Nabi Ibrahim datang ke rumah Nabi Ismail dan berkata kepada istrinya, "Di mana majikanmu?" Ia menjawab, "Ia pergi berburu, tapi ia akan segera kembali, Insya Allah, tunggulah, dan semoga Allah merahmatimu!" ​Nabi Ibrahim bertanya, "Adakah kemurahan-hatimu?" Ia berkata, "Ya." Nabi Ibrahim berkata, "Punyakah engkau roti atau gandum atau jelai atau kurma?" Ia segera membawa susu dan daging, dan Nabi Ibrahim berdoa untuk berkah bagi mereka berdua. Andai ia membawa roti atau gandum atau kurma atau jelai, Mekkah telah banyak dipenuhi dengan barang-barang dari tempat manapun di bumi Allah. Ia berkata, "Tinggallah agar aku dapat membersihkan kapalamu." Namun Nabi Ibrahim tak mau tinggal, maka ia membawakan tempat berdiri dan meletakkannya di sisi kanan Nabi Ibrahim. Lalu, Nabi Ibrahim meletakkan kakinya di atasnya, dan jejak kakinya tampak jelas di atasnya. Lalu ia membasuh sisi kanan kepala Nabi Ibrahim, kemudian membalikkan posisi di sebelah kirinya dan membasuh sisi kirinya. Nabi Ibrahim berkata, "Saat suamimu datang, ucapkanlah salam dan sampaikan kepadanya, 'Ambang pintumu telah terpasang sesuai tempatnya.'"
Ketika Nabi Ismail datang, ia mencium aroma ayahnya, maka ia berkata kepada istrinya, "Adakah yang datang ?" Ia menjawab, "Ya, seorang tua, paling tampan dan paling harum di dunia ini. Ia berkata begini-begitu kepadaku dan aku menjawab begini-begitu, dan aku membasuh kepalanya, dan inilah tempat kakinya di tempat berdiri ini." Nabi Ismail berkata, "Apa yang ia katakan padamu?" Ia menjawab, "Ia berkata kepadaku, 'Saat suamimu datang, ucapkanlah salam dan sampaikan kepadanya, 'Ambang pintumu telah terpasang sesuai tempatnya.'" Nabi Ismail berkata, "Itulah ayahku Ibrahim."

Allah berfirman kepada Nabi Ibrahim, 'Bangunkan Aku Rumah di atas bumi!' Nabi Ibrahim merasa risau, maka Allah mengirimkan Sakinah. Sakinah itu berwujud angin kencang dengan dua kepala, dan satu kepala mengikuti yang lain sampai mereka tiba di Mekkah dan melingkar di lokasi Rumah yang akan dibangun, seperti gulungan ular. Nabi Ibrahim diperintahkan untuk membangun tempat dimana Sakinah itu berhenti. Nabi Ibrahim datang dan menemukan Nabi  Ismail sedang memperbaiki anak panahnya di belakang Zamzam dan berkata kepadanya, "Wahai Ismail, Rabbmu telah memerintahkanku untuk membangun Rumah untuk-Nya." Ismail berkata, "Kalau begitu, taatilah Rabb ayah dan lakukan apa yang Dia perintahkan agar ayah lakukan." Kemudian Nabi Ibrahim berkata, "Dia telah memerintahkan agar engkau membantu ayah" Nabi Ismail menjawab, "Jika demikian, aku akan melakukannya ayah." Mereka memulai bekerja bersama, Nabi Ibrahim mengerjakan pembangunan, sementara Nabi Ismail membawakan batu. Ketika bangunan itu sudah tinggi dan Nabi Ibrahim yang tua terlalu lemah untuk mengangkat batu-batu setinggi itu, Nabi Ismail mengambil batu yang menjadi tempat berdiri Nabi Ibrahim tadi. Ia mulai menyerahkannya, sambil keduanya mengucapkan, seperti yang Allah firmankan dalam Surah Al-Baqarah [2]: 127, "Dan (ingatlah) ketika Ibrahim meninggikan pondasi Baitullah bersama Ismail, (seraya berdoa), “Ya Tuhan kami, terimalah (amal) dari kami. Sungguh, Engkaulah Yang Maha Mendengar, Maha Mengetahui."
Ketika Nabi Ibrahim hampir selesai, sebuah batu di penjuru Rumah itu, ia berkata kepada Nabi Ismail, "Wahai anakku, temukanlah sebuah batu yang bisa kutempatkan di sini sebagai tanda." Nabi ismail membawa sebuah batu, namun ia tak menyukainya dan berkata, "Carilah yang lain." Nabi Ismail pergi mencari, namun ketika ia kembali, sebuah batu penjuru telah dibawa dan Nabi Ibrahim meletakkannya di tempatnya. Ia bertanya, "Wahai ayah, siapa yang membawakan batu ini?" Nabi Ibrahim menjawab, "Seseorang yang tak mempercayakanku kepadamu, wahai anakku!"

Ketika Nabi Ibrahim selesai membangun Rumah sebagaimana yang diperintahkan Allah, Dia, Subhanahu wa Ta'ala, memerintahkan agar Nabi Ibrahim menyerukan Ibadah Haji di antara umat manusia, Allah berfirman dalam Surat Al-Haj [22]: 27, "Dan serulah manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki, atau mengendarai setiap unta yang kurus, mereka datang dari segenap penjuru yang jauh." Nabi Ibrahim kemudian berkata, "Wahai Tuhan, adakah suaraku akan sampai?" (maksudnya, siapa yang akan mendengarkanku?). Allah berfirman, "Serukanlah, sampai-tidaknya tanggung jawab-Ku." Nabi Ibrahim pun berseru, "Wahai manusia! Berziarahlah ke Rumah Allah yang di sediakan untukmu." Dan segala sesuatu antara langit dan bumi mendengarnya. Dan suaranya mencapai bahkan yang belum lahir di pinggul lelaki dan rahim wanita. Semua yang beriman di antara generasi masa lalu, yang mengetahui ilmu dari Allah, bahwa mereka akan melaksanakan ibadah Haji, antara saat itu dan hari kiamat, menjawab panggilan Nabi Ibrahim.
Nabi Ibrahim menghadap ke Selatan dan menyeru manusia kepada Allah dan untuk berziarah ke Rumah-Nya. Dan seruannya dijawab dengan "Aku disini, Wahai Tuhanku, aku disini dihadapan-Mu." Kemudian ia menghadap ke Timur dan menyeru manusia kepada Allah dan untuk berziarah ke Rumah-Nya. Dan seruannya dijawab dengan "Aku disini, Wahai Tuhanku, aku disini dihadapan-Mu." Kemudian ke Barat dan menyeru manusia kepada Allah dan untuk berziarah ke Rumah-Nya. Dan seruannya dijawab dengan "Aku disini, Wahai Tuhanku, aku disini dihadapan-Mu." Kemudian ke Utaradan menyeru manusia kepada Allah dan untuk berziarah ke Rumah-Nya. Dan seruannya dijawab dengan "Aku disini, Wahai Tuhanku, aku disini dihadapan-Mu."

Kemudian Nabi Ibrahim membawa Nabi Ismail pergi bersamanya pada hari Tarwiyah, dan tinggal di Mina bersamanya dan bersama ummat Islam yang bersamanya, dan ia shalat bersama mereka, shalat siang, sore, saat matahari terbenam, dan malam hari. Kemudian ia bermalam bersama mereka sampai mereka bangun, dan ia shalat subuh bersama mereka. Keesokan harinya ia pergi bersama mereka ke 'Arafah, dan ia berbicara kepada mereka di sana sampai matahari hampir terbenam. Kemudian ia menggabungkan dua shalat, siang dan sore, lalu ia keluar dan berdiri bersama mereka di semak-semak yang merupakan tempat berdiri 'Arafah, tempat pemimpin shalat berdiri mengajarinya dan menunjukkan kepadanya. Saat matahari terbenam, ia bergerak bersama pemimpin shalat dan orang-orang yang bersamanya sampai mereka tiba di al-Muzdalifah. Di sana ia menggabungkan dua shalat, shalat matahari terbenam dan shalat malam. Kemudian mereka bermalam sampai saat fajar menyingsing, ia shalat sholat subuh bersama. Kemudian ia berdiri bersama mereka di Quzah dari al-Muzdalifah. Inilah tempat berdiri dimana pemimpin shalat berdiri. Ketika siang tiba, ia memperlihatkan dan menjelaskan kepada mereka apa yang harus dilakukan, termasuk melempar batu. Ia menunjukkan tempat qurban di Mina, lalu melakukan qurban dan mencukur rambut kepala. Dari Mina ia pergi menunjukkan kepada mereka bagaimana melakukan thawaf di sekitar Ka'bah. Kemudian ia membawa mereka kembali ke Mina untuk menunjukkan kepada mereka bagaimana cara melempar batu-batu itu, sampai ia menyetujuinya dan menyerukannya kepada umat manusia.

Malaikat Jibril-lah yang menunjukkan tatacara ibadah Haji kepada Nabi Ibrahim ia melaksakannya. Malaikat Jibril datang kepada Nabi Ibrahim pada hari Tarwiyah dan pergi bersamanya ke Mina, shalat bersamanya siang, sore, matahari terbenam, dan malam, serta sholat subuh di Mina. Kemudian pada pagi hari ia membawa Nabi Ibrahim ke Arafah dan berdiri bersama di semak-semak tempat orang singgah, danshalat siang dan sore bersama-sama. Ia berdiri bersama Abraham sampai shalat matahari terbenam, lalu bergegas membawanya ke kerumunan orang dan shalatbersamanya dengan shalat matahari terbenam dan sore bersamaan. Kemudian mereka singgah dan bersama-sama shalat sholat subuh dengan sangat cepat, dan kemudian dengan sangat pelan. Setelah itu, ia membawa Nabi Ibrahim ke Mina, melemparkan batu, berqurban, mencukur rambut kepala, dan akhirnya bergegas ke Ka'bah."

Sang hujjaj mempersingkat kisahnya dengan berkata, "Kemudian Allah memerintahkan Nabi kita tercinta (ﷺ) agar mengikuti Millah Nabi Ibrahim, sebagai orang yang tulus-ikhlas. Ia bukan penyembah berhala."
"Dan (ingatlah), ketika Kami menjadikan rumah (Ka’bah) tempat berkumpul dan tempat yang aman bagi manusia. Dan jadikanlah maqam Ibrahim itu tempat shalat. Dan telah Kami perintahkan kepada Ibrahim dan Ismail, “Bersihkanlah rumah-Ku untuk orang-orang yang tawaf, orang yang iktikaf, orang yang rukuk dan orang yang sujud!”"- [QS.2:125]
(Bagian 1)
Referensi :
- Ibn Kathir, Stories of The Prophet, Darussalam
- The History of at-Tabari, Volume II, Prophet and Patriarch, translated by William M. Brinner, State University of New York Press.