Sang hujjaj berkata, "Wahai anak muda, haji adalah pembangunan karakter. Haji adalah sebuah cobaan yang menguji setiap orang yang melakukan perjalanan ini sampai selesai. Haji seyogyanya suci, bersih dari perbuatan ketidaktaatan, sumpah-serapah, omelan, ataupun caci-maki. Bagi kebanyakan orang, bersabar melalui haji adalah sebuah ujian besar. Haji adalah tindakan ibadah sosial dimana Allah Subhanahu wa Ta'ala mengumpulkan manusia. Jutaan orang berkumpul di satu tempat yang sangat terbatas, dan kesabaran pun diuji. Fungsi haji itu laksana pemanasan bijih besi atau bijih perak Untuk mengekstrak perak, pertama-tama harus diletakkan di atas tungku dimana panas menyebabkan leburnya bijih besi yang murni, lalu diekstraksi. Maka, haji berfungsi seperti itu, memurnikan orang-orang mukmin. Rasa sakit, walau itu sangat kecil, bahkanpun bila itu hanya karena setangkai bunga mawar, atau sesuatu, yang menusuk kaki, jika dihadapi dengan kesabaran, akan menghapus dosa.
Orang yang lemah adalah orang yang lari dari tantangan. Orang yang berada dalam posisi yang lebih tinggi adalah orang yang berkumpul bersama khalayak ramai dan menghadapi kesukarannya, yang membuat imannya menjadi lebih kuat. Halangan utama berhaji adalah pendapat bahwa haji seharusnya dilakukan bagi orang yang telah sepuh. Kepercayaan ini berlatarbelakang bahwa haji itu menyeka dosa-dosa yang terjadi sebelumnya, maka seseorang lebih baik menunggu sampai dosa-dosanya terkumpul, lalu terhapuskan. Namun, haji adalah ibadah fisik yang membutuhkan tenaga, dan orang yang sudah tua, mungkin saja tak memenuhi persyaratan fisik haji. Juga, seseorang yang meninggal dalam ibadah haji dengan niat tulus untuk bertobat, tak sama dengan orang yang menunda haji hanya untuk mengumpulkan dosa-dosa dan kemudian tanpa ketulusan, ingin menghapus papan-tulisnya saja, dan mungkin, kembali berbuat dosa.
Haji mengumpulkan umat Islam dari seluruh penjuru bumi dalam sebuah pertemuan yang biasanya jarang dialami. Islam bersifat komunal dan berimplikasi dalam masyarakat manusia, yang mempengaruhi, mengatur, dan mengarahkannya. Shalat seyogyanya berada dalam masjid, terutama bagi kaum lelaki yang berada di luar rumah. Ini memberi kita rasa kebersamaan yang langsung. Manusia saling mengenal dan akrab dengan tetangga mereka, dengan saling bertemu di dalam masjid dari pagi sampai larut malam. Pertemuan ini membangun ikatan yang membantu seseorang agar dapat menolong dan ditolong oleh orang lain, melalui pertemuan rutin ini.
Ada kegiatan komunal lainnya, Shalat Id dan Shalat Jumat. Seminggu sekali, ada shalat Jum'at. Shalat-shalat Id adalah shalat saat dimana masyarakat berkumpul kembali. Kegiatan komunal utama adalah haji. Rangkaian ibadah ini tak terbatas pada daerah atau negara tertentu, namun mencakup seluruh penjuru dunia. Ummat Islam berkumpul tak hanya dari daerah lain di negara yang sama, atau wilayah yang serupa di atas bumi ini, namun orang-orang datang dari latar belakang yang berbeda sama sekali, dan mereka semua adalah orang-orang mukmin. Inilah yang memperkuat tali persaudaraan umat Islam, dan konsep dasar bahwa hanya ada satu Tuhan Yang menciptakan hanya satu ras manusia.
Orang mengklasifikasikan manusia ke dalam ras yang berbeda dan memberinya nama: Ras Mongoloid untuk orang-orang di Timur Jauh, ras Kaukasoid bagi orang-orang di bagian Utara Eropa, ras Negroids teruntuk orang-orang dari Afrika, dan lain-lain, dan selain ras-ras itu, masih ada lagi ras-ras yang lain. Kenyataannya, bahwa pengklasifikasian ini hanyalah buatan. Manusia mungkin berbeda dalam warna, ukuran, dan bentuk, namun mereka semua tetaplah manusia, satu ras manusia. Dan karena itu, Allah menetapkan satu agama untuk umat manusia. Dia, Subhanahu wa Ta'ala, tak meresepkan beragam agama bagi umat manusia yang kemudian menjadi sumber kerancuan, menyebabkan manusia saling berdebat. Banyaknya agama ini diciptakan oleh manusia sendiri, sedangkan Allah menyediakan hanya satu agama. Faktanya, hanya ada satu Tuhan Yang menciptakan satu umat manusia yang punya satu kebutuhan. Entah itu sepuluh ribu tahun yang lalu, sejuta tahun yang lalu, atau sejuta tahun kemudian, manusia tetaplah manusia. Kebutuhan mereka sama. Kegalauan mereka pun sama. Maka, hanya ada satu agama. Haji menegaskan kesatuan ini.
Islam mendorong agar superioritas sejati berada pada orang-orang yang paling takwa. Tiada superioritas dalam kualitas atau kuantitas yang diberikan Allah kepada manusia. Karena itu, haji merupakan karakter orang-orang yang berpikiran terbuka. Titik fokus Islam adalah tentang iman. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman dalam Surah Al-Hujurat [49]: 13, "Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Mahateliti.."
Karakter kedua yang diserukan dalam ibadah haji adalah kesabaran. Kesabaran adalah karakteristik utama haji, karena sifat haji yang membawa manusia berkumpul dalam keadaan sangat terbatas secara mental, fisik dan emosional. Dalam keadaan seperti ini, kesabaran sangat penting dan tanpanya, tak ada cara lain untuk mencapai tujuan ibadah haji itu. Bagi beberapa orang, kesabaran itu sangatlah mudah dan mereka dapat menanggung banyak tekanan, namun bagi sebagian besar orang, tak dapat bersabar. Bagaimana agar para jemaah haji tetap sabar selama berhaji? Rasulullah (ﷺ) bersabda, "Barangsiapa yang berpura-pura sabar, untuk memperoleh kesabaran, Allah akan memberikan kesabaran untuknya." Jika seseorang ingin mencapai kesabaran, maka ia seyogyanya melakukan kesabaran. Meskipun ini mungkin tampak munafik karena seseorang menampilkan sesuatu yang kurang benar. Namun, pada kenyataannya, kesabaran seyogyanya diteraokan agar dapat dikembangkan. Rasulullah (ﷺ) berkata, "Jika engkau dengan tulus mencari kesabaran, Allah akan memberimu kesabaran." Dalam Surah Al-Asr, Allah menerangkan keadaan manusia sebagai orang-orang yang mengalami kerugian, kecuali bagi mereka yang beriman dan mengerjakan amal-shaleh, serta saling mengingatkan, saling mengajak dalam kejujuran dan kesabaran. Inilah salah satu kunci kesuksesan dalam hidup. Inilah mengapa berkembangnya kesabaran selama beribadah haji lebih diutamakan. Jika tak ada yang lain diperoleh dari berhaji, kesabaran perlu dikembangkan karena kesabaran sangat penting bagi keberhasilan dalam hidup ini.
Elemen mendasar dan yang pertama dari rangkaian ibadah Haji dan Umrah adalah ihram, yang pada dasarnya merupakan tujuan Umrah atau Haji itu. Bukan pada pakaian yang dikenakan untuk berhaji atau berumroh, seperti yang diyakini banyak orang. Umrah adalah ibadah berziarah yang lebih rendah dibandingkan haji, yang merupakan ibadah berziarah utama. Kaum lelaki mengenakan dua lembar kain, sementara kaum wanita memakai apapun yang menutupi mereka, yang sederhana dan tak perlu banyak hiasan. Pakaian wanita tak dibatasi. Sekali lagi, ihram bukanlah pakaian yang dikenakan, namun ihram adalah niat. Dua lembar kain yang dikenakan kaum lelaki itu, adalah kain kafan simbolik yang akan menyelubunginya saat ia dimakamkan. Ihram sebagai penutup dasar, adalah cara paling sederhana menutupi aurat. Ihram mewadahi semua orang, tak peduli perawakannya dalam kehidupan duniawi ini, dengan pakaian yang sama di hadapan Allah dalam rangkaian ibadah ini. Dalam keadaan ihram, tak diperbolehkan memangkas rambut, mengerat kuku ataupun menggunakan parfum.
Pada dasarnya, tujuan masuk dalam keadaan ihram adalah kerendahan hati di hadapan Allah. Inilah persiapan ibadah haji. Kerendahan hati diperlukan dalam melakukan rangkaian ibadah ini. Jika dilakukan dengan angkuh dan sombong, tujuan ibadah haji takkan tercapai. Pakaian yang tak boleh digunakan adalah pakaian bertangkup (saling menutup antara kedua belah bagiannya). Ketika seorang Muslim tiba di Miqat yang telah ditetapkan oleh Rasulullah (ﷺ) untuk masuk dalam keadaan Ihram, ia menanggalkan pakaian sehari-hainya dan menggantinya dengan selembar Izaar di bagian bawah tubuhnya, dan selembar Ridaa' di bagian atas tubuhnya, dan ia membiarkan kepalanya tak berpenutup. Dalam cara berpakaian ini, semuanya sama diantara yang mengerjakan haji sehingga tak ada perbedaan antara si kaya dan si miskin, atau pemimpin dan rakyat jelata. Keseragaman dalam penampilan ini mengingatkan mereka pada kain kafan yang akan membungkus saat mereka mati, karena masing-masing dan setiap orang harus menanggalkan pakaian kesehariannya dan diganti dengan kain kafan yang tak membedakan antara si kaya dan si miskin.
Ihram mencakup gerakan fisik untuk mempersiapkan perjalanan ke depan, serta tindakan psikologis atau mental dan spiritual. Mengerahkan gerakan fisik, menempatkan para jemaah haji ke dalam keadaan pemahaman yang tepat tentang perjalanan yang akan dilaluinya, adalah ghusl. Ghusl bukan hanya mandi biasa, melainkan mandi ibadah. Inilah gerakan fisik yang mengarah pada pemurnian spiritual. Hal ini ditunjukkan dalam kata-kata Rasulullah (ﷺ) ketika ia bersabda, "Saat seseorang berwudhu, dosa-dosanya berguguran bersama tetesan air dari tubuhnya." Selama ghusl, air dibawa ke mulut dan lubang hidung dan wudhu yang sempurna diusahakan. Selama berwudhu, proses bersuci harus tercermin. Penyucian spiritual lahiriah yang lebih kritis, lebih penting. Ghusl, jika dilakukan dengan benar, memasukkan para jemaah haji ke dalam kerangka berpikir, bahkan sebelum mengenakan pakaian dan melakukan niat. Mengerat kuku, memangkas rambut, mencukur bulu ketiak dan bagian yang sangat pribadi, semuanya disarankan dilakukan sebelum ihram. Kaum lelaki memakai parfum sebelum ihram, dan kaum wanita tak mengenakan penutup wajah dan sarung tangan. Pada tingkat fisik ini, kemudian memasuki ihram, maka hubungan seksual atau tindakan pembuka yang mungkin menyebabkannya, harus dihindari.
Pada tingkat psikologis, debat dan pertengkaran, bahasa kasar dan ledakan amarah, tak boleh dilakukan. Dalam hal inilah kesabaran dibutuhkan. Tingkat psikologis ihram melibatkan kesabaran dan kesopanan. Perbuatan kotor harus dihindari, seperti: menatap penuh nafsu pada lawan jenis dan memanfaatkan peluang agar berada di tengah lawan jenis. Dalam situasi yang padat, orang-orang akan lebur bersama. Ada orang yang menggunakan kesempatan ini agar terkontak fisik dengan wanita yang bukan miliknya. Ini error. Pada tingkat psikologis, tingkat emosional, kita harus mempertahankan pengendalian emosi. Pada tingkat spiritual, mengenakan pakaian biasa membuat setiap jemaah setara, tanpa membedakan antara satu sama lain. Hal ini membantu membangun kerendahan hati dan mengembangkan pemahaman bahwa pada kenyataannya, tak ada perbedaan diantara manusia. Berkah yang dianugerahkan Allah bagi beberapa orang, dan ada bagian orang lain yang tertahan, adalah bagian dari ujian hidup ini. Namun, setiap orang memasuki kehidupan dengan cara yang sama: telanjang. Semua orang juga meninggalkan kehidupan ini dengan cara yang sama, hampir telanjang. Tak ada yang bisa dibawa dari dunia ini dan tak ada yang dibawa ke dunia sana pada saat datangnya kematian. Kita semua sama.
Faktor penyebut dalam kesederhanaan berpakaian dalam berhaji seyogyanya membantu dalam mewujudkan siapa diri kita dan posisi kita di hadapan Allah. Kita seyogyanya tulus. Agar realisasi ini terjadi, harus ada ketulusan dalam proses ihram. Seseorang harus siap mematuhi perintah-perintah Allah dan taat pada perintah-Nya. Salah satu cara agar dapat melakukannya adalah dengan menyerahkan hal-hal yang umumnya dapat diakses. Kepemilikan duniawi yang memberi seseorang posisi superioritas atas orang lain berkurang dalam haji. Merendahkan hati harus diupayakan. Sebenarnya, dapat dikatakan bahwa ciri khas ihram adalah kerendahan hati, dan inilah ciri moral utama yang harus dimiliki. Sesungguhnya, Rasulullah (ﷺ) bersabda, "Barangsiapa yang rendah hati karena Allah, Allah akan meninggikannya." Inilah pandangan Islam tentang kerendahan hati. maka saat mendekati ihram, yang seharusnya paling menonjol di benak orang-orang yang masuk ke dalamnya, adalah: kerendahan hati di hadapan Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Saat berhaji, sebaiknya dilaksanakan sesederhana mungkin. Wanita tak diperbolehkan memakai sarung tangan atau niqab. Pakaian wanita lebih rumit dari waktu ke waktu. Sifat wanita adalah suka menunjukkan perhiasannya. Allah memerintahkan mereka memakai jilbab agar tetap terkendali. Pikirkan tentang istri Rasulullah (ﷺ) dan para sahabat wanita awal, dan bagaimana mereka berpakaian. Sederhana saja. Mencapai tingkat kesederhanaan harus menjadi tujuan. Kenyataannya, tanpa kesederhanaan yang merendahkan itu, ibadah sejati tak dapat terjadi. Tanpa benar-benar rendah hati di hadapan Allah Subhaanahu wa Ta'ala, maka ibadah sejati tidak dapat tercapai. Ihram benar-benar tentang meletakkan dasar beribadah. Lebih baik merendahkan diri di hadapan Allah dan menyembah-Nya karena Dialah Yang berhak disembahIhram membantu kita mengatasi keangkuhan. Ihram adalah dasar ibadah kita selama ibadah haji. Oleh karena itu, membangunnya dengan benar, dengan kerendahan hati, dipermulaan rangkaian ibadahnya, sangatlah penting. Karena ihram adalah niat masuk dalam keadaan suci dimana kita tak melakukan perbuatan yang biasanya halal, yang akan melatih kita dan menguatkan kita secara spiritual, psikologis dan emosional agar dapat melepaskan hal-hal yang sebenarnya dilarang dalam kehidupan pada umumnya. Dalam keadaan ini, kita harus fokus pada niat kita, bukan pada pakaian kita. Memfokuskan pada pakaian adalah kesalahan besar yang dilakukan kebanyakan orang. Fokus seyogyanya pada ketulusan niat kita untuk masuk ke dalam ibadah haji. Kerendahan hati adalah untuk membantu kita agar berniat yang tulus, yang merupakan inti ibadah pada umumnya.
Niat yang tulus dengan tenang dan hati-hati dilakukan karena sadar akan tirai ritual yang menyelubungi tujuan haji. Melampaui selubung itu dan masuk ke dalam intinya, sangat penting. Menemukan jiwa, mempertanyakan niat, membangkitkan rasa kerendahan hati, merasa malu dan menyesal atas dosa-dosa kita, dan mengembangkan unsur takwa adalah semua aspek agar berniat yang benar. Kita membangunnya dengan talbiyah, ungkapan verbal kita tentang niat kita untuk berhaji, yang harus kita suarakan dari jiwa kita yang terdalam.
Talbiyah bukan sekedar senandung yang kita ucapkan secara ritual. Talbiyah adalah ungkapan niat kita. Talbiyah harus mewakili pernyataan ketulusan niat. Setelah melakukan niat, pengulangan talbiyah dilakukan, "Labbaik Allaahumma labbaik, Labbaik laa syarika laka labbaik, innal hamda wanni'mata laka wal mulk, laa syarika lak." "Inilah aku, wahai Allah, inilah aku, Inilah aku, tiada sekutu bagi-Mu, inilah aku. yang insya Allah memenuhi panggilan-Mu. Sesungguhnya, segala puji, anugerah dan kekuasaan adalah milikmu, dan tiada sekutu bagi-Mu." Inilah penegasan kembali dasar pernyataan iman kita.
Kerendahan hati di hadapan Allah adalah apa yang dicari; menemukan derajat rendah hati untuk membangun dasar ibadah. Keangkuhan menghancurkan ketulusan. Ketulusan dan keangkuhan adalah sesuatu yang berlawanan, yang tak dapat hidup bersama. Ketulusan hati adalah dasar ibadah. Penting mengingat unsur haji ini. Ihram terkait dengan talbiyah. Dan, insya Allah, juga terkait dengan miqat, karena ungkapan niat, tak berlangsung kecuali telah mencapai miqat. Jika seseorang melintasi titik miqat dan tak melakukan niat, maka ia wajib kembali ke miqat untuk membuat niat ihram dan mengenakan pakaian ihram. Jika memasuki daerah ihram dengan pesawat terbang dimana tak memungkinkan kembali ke miqat, maka wajib pergi ke titik miqat terdekat setiba di Arab Saudi, jika titik miqat itu telah dilintasi.
Ada lima mawaqit yang telah ditetapkan. Nama-namanya adalah Dzul Hulaifah atau Bir Ali, Tzaatu Irq, Al Juhfah, Qarnul Manazil, dan Yalamlam. Area utama dimana para jemaah masuk adalah Ta'if dan Madinah. Dari selatan Makkah, menuju Yaman, tempatnya dikenal dengan nama Yalamlam. Jika daerah miqat masuk tanpa niat dan ihram, wajib menyembelih hewan qurban dan memberikannya kepada orang miskin di Makkah. Ini jika batas dilewati tanpa ihram dengan sengaja. Jika disengaja, yang dibutuhkan adalah keluar dan kemudian melakukan niat dan mengganti pakaian, dan masuk kembali tanpa memberikan hewan qurban sebagai kompensasi.
Seluruh aturan ini menjadikan para jemaah fokus pada ibadah dan rangkaiannya. Mempertahankan kerendahan hati berarti berusaha mengikuti apa yang telah diperintahkan. Rasulullah (ﷺ) berkata, "Ambillah ibadah hajimu dariku." Karena itu, mengikuti cara Rasulullah (ﷺ) agar diupayakan sedekat mungkin, merendahkan hati dalam menyembah Allah yang dengannya Dia meninggikan derajat para jemaah haji. Inilah alasan mengapa tindakan kerendahan hati itu sangat ditekankan di saat sujud. Rasulullah (ﷺ) berkata, "Manusia paling dekat dengan Allah saat ia dalam keadaan sujud," Inilah posisi yang paling rendah dan bila dibayangkan, menghinakan diri. Mempertahankan kualitas ihram ini sangat penting bagi kehidupan pada umumnya.(Bagian 3)
Haji adalah cara hidup yang dikenal sebagai Islam. Prinsip-prinsip haji terjalin ke dalam semua aspek Islam. Prinsip-prinsip ini ditemukan dalam ibadah haji dan juga di luar ibadah haji. Dalam ibadah haji, prinsip ini terkonsentrasi, tapi hadir di semua rukun Islam. Seyogyanya diingat bahwa keadaan ihram adalah niat dan bukan pakaian. Niat bisa saja tak diterima Allah, dan karenanya tak bermanfaat, kecuali jika muncul dari kerendahan hati. Alasannya, karena niat itu untuk ibadah. Semua ibadah mengharuskan kita merendahkan diri di hadapan Allah Subhanahu wa Ta'ala. Ciri khas ihram adalah kerendahan hati. Jika karakteristik itu tersimpan di sepanjang haji, akan menjadi salah satu faktor penentu keberhasilan atau gagalnya ibadah haji. Tak ada kesabaran tanpa kerendahan hati.
(Bagian 1)