Senin, 28 Januari 2019

Tak Ada Lagi Alasan

"Wahai anak muda, Manusia terjerumus ke dalam kesulitan karena kesalahannya sendiri, namun alih-alih menyadari atau memperbaiki dirinya, malah menyalahkan orang lain atau mencari-cari alasan. Ada kalanya, alasan itu masih dapat diterima, namun sampai batas tertentu, maka semua alasan itu, tak dapat lagi diterima," kata sang negarawan kepada sang musafir muda. Ia melanjutkan, "Ketahuilah bahwa dusta, pengkhianatan dan kecurangan, adalah perbuatan ketidakjujuran, yang akan menghilangkan kepercayaan pada seseorang. Sebenarnya, ketidakjujuran ada tiga jenis: dalam ucapan, perbuatan dan niat, masing-masing saling bergantian : dusta menghianati kepercayaan dan melanggar janji. Ketika kepercayaan hilang, iman menghilang. Orang yang terus berperilaku seperti ini, akan berakhir sebagai seorang munafik dalam keyakinan."
Sang musafir muda bertanya, "Apa makna kemunafikan itu, wahai yang mulia?" Sang negarawan berkata, "Kalimat terbaik adalah Kitabullah dan jalan terbaik adalah jalan Nabi kita tercinta (ﷺ). Dan urusan terburuk adalah pembaruan dalam agama, dan setiap pembaruan agama itu adalah bid'ah, dan setiap bid'ah itu adalah sesat, dan setiap yang sesat mengarah ke neraka.

Ketika Allah mengutus Nabi-Nya (ﷺ) dan beliau (ﷺ) mendakwahkan misinya, ada yang menolaknya dan ada yang beriman. Dari yang terakhir, ada yang hanya mengenakan pakaian iman itu tanpa benar-benar meyakininya, sehingga mereka menyebabkan kerusakan. Mereka disebut orang munafik. Seorang munafik bermuka-dua dan orang-orang seperti inilah, manusia yang paling buruk. Dari Abu Hurairah, radhiyallahu 'anhu, Rasulullah (ﷺ) bersabda tentang mereka, "Manusia yang paling buruk di sisi Allah pada Hari Kiamat adalah orang-orang bermuka-dua, yang muncul pada orang-orang tertentu dengan satu wajah, dan kepada yang lain dengan wajahnya yang lain." - [Sahih al-Bukhari]
Orang munafik adalah orang yang membenci atau tak menyukai Islam, namun mengaku sebagai seorang Muslim. Orang munafik akan bersandar pada apa yang tampak menguntungkan baginya, dan orang-orang ini, yang paling berbahaya bagi manusia. Sejarah umat Islam bersaksi bahwa mereka selalu menderita di tangan orang-orang munafik, dan kisah yang sama terjadi pada hari ini. Jika seorang penguasa munafik, maka umat Islam akan mengalami rintangan dan kemunduran. Rasulullah (ﷺ) selalu memperingatkan kaum Muslim tentang orang munafik. Dari Umar bin al-Khattab, radhiyallahu 'anhu, Rasulullah (ﷺ) bersabda, "Yang paling kutakutkan bagi umatku adalah setiap orang munafik yang pandai bermain-kata." - [Imam Ahmad]

Kata Munafiq berasal dari kata Nafiqa. Orang munafik, disebut demikian karena ia menyembunyikan kekafiran dan mengungkapkan sisi lain dari keyakinannya. Al-Hasan, rahimahullah, mendefinisikan kemunafikan demikian, "Dikatakan bahwa kemunafikan adalah perbedaan antara yang dirahasiakan dan yang dinyatakan, antara kata dan perbuatan, dan antara masuk dan keluar. Dan dikatakan bahwa dasar kemunafikan dimana ia dibangkitkan adalah kebohongan."
Setiap Muslim hendaknya selalu berhati-hati dan takut akan kemunafikan, dan ia hendaknya menjauhkan diri dari segala hal yang mungkin menumbuhkan kemunafikan. Begitu kemunafikan itu merambah ke dalam qalbu, ia akan terus menyebar dan tumbuh, dan bahkan mungkin menyebabkan peotnya keyakinan dan iman, menuntunnya ke dalam jurang neraka yang paling dalam. Atau, kemunafikan itu mungkin melibatkan dirinya ke dalam dosa besar dan ia mungkin tak bertobat, akibatnya, ia akan masuk neraka, atau, pahala amalnya erkurang karena kemunafikannya. Hari ini, penyakit kemunafikan telah mewabah di kalangan umat Islam."

Sang musafir muda bertanya, "Kapankah awal kemunafikan dalam Islam?" Sang negarawan berkata, "Tak ada orang munafik selama kehidupan Rasulullah (ﷺ) di Mekah, melainkan permusuhan terbuka. Dua tahun setelah hijrah Rasulullah (ﷺ) ke Madinah, Perang Badar terjadi, dan Allah memberi kemenangan bagi kaum muslimin. Abdullah bin Ubai bin Salul, seorang yang kuat dan kaya, adalah orang yang berpengaruh di Madinah. Ia kepala suku al-Khazraj dan penguasa kedua suku Awz dan Khazraj selama periode Jahiliyyah. Setiap kali suku-suku yang bertikai ini dalam konflik satu sama lain, Abdullah bin Ubai turut campur tangan mendamaikan mereka. Segala usahanya diarahkan agar diakui sebagai satu-satunya pemimpin kedua suku. Ia telah berhasil mencapai tujuan ini dan persiapan sedang berlangsung untuk penobatannya sebagai raja mereka ketika umat Islam berhijrah ke Madinah, dan banyak orang Madinah memeluk Islam. Akibatnya, Abdullah bin Ubai merasa benci terhadap umat Islam karena ia tak bisa lagi dianggap sebagai pemimpin, karena Islam mengambil-alih pengaruhnya di Madinah. Namun sebagai orang yang licik, ia tak bisa menghadapi Rasulullah (ﷺ) dan menyatakan persaingannya secara terbuka, maka ia memutuskan menghancurkan Islam dari dalam. Oleh karena itu, ia dan para pengikutnya menerima Islam hanya sebagai sebutan, namun dalam qalbu mereka, menolak dan membenci Rasulullah (ﷺ), Muslim dan Islam. Itulah awal kemunafikan dalam Islam."

Sang musafir muda bertanya, "Apa yang menyebabkan kemunafikan tumbuh?" Sang negarawan berkata, "Sejarah mengungkapkan bahwa salah satu dari tiga hal berikut ini menyebabkan kemunafikan tumbuh. Pertama, keserakahan. Ketika Islam bangkit dan menyebar, dan umat Islam berkekuatan sebagai penentu, ada jiwa yang sakit muncul dan menyusup di antara pejabat tinggi untuk melaksanakan rencana busuk mereka. Kedua, kecemburuan. Ada orang yang membenci Muslim dan Islam menyusup ke barisan Muslim, mereka berusaha menyakiti Islam melalui tipu-daya. Mereka berpura-pura memeluk Islam untuk menyelamatkan lahiriah mereka, namun secara bathiniah, tak mempercayai dan sangat mendengki Islam. Secara lahiriah, mereka menyatakan cinta kepada umat Islam dan menunjukkan bahwa mereka memiliki semangat berdakwah. Ketiga, cobaan. Ketika orang-orang beriman menghadapi cobaan melalui penganiayaan di tangan para tiran dan diasingkan sampai mati karena keiamanan mereka, hanya yang tuluslah yang bertahan. Para munafik meminta perlindungan dari orang-orang kafir.
Ada dua jenis kemunafikan. Jenis yang pertama, kemunafikan dalam keyakinan, yang menghargai keyakinan para kafir, menyekutukan Allah, membenci Utusan Allah (ﷺ) dengan menutup-nutupinya dengan berpura-pura beriman dan mencintainya, melakukan praktik-praktik yang bertentangan dengan keimanan, lebih memilih selain Hukum Allah dan mengikuti perintah selain perintah Rasulullah (ﷺ). Orang-orang seperti ini, tak diragukan lagi sebagai orang kafir. Mereka menyembunyikan kekafiran mereka atas motif pribadi untuk memajukan tujuan mereka yang tercela. Alih-alih membela agama, mereka berusaha memadamkan iman kaum Muslimin dan meragukan pikiran mereka tentang Rasulullah (ﷺ). Kadang-kadang, mereka berperang melawan kaum Muslimin karena kebencian dan kecemburuan, namun sebaliknya, mereka menunjukkan cinta yang besar kepada kaum Muslimin bila ada motif atau tujuan tertentu.
Jenis yang kedua, kemunafikan dalam perbuatan, tak mengeluarkan seseorang dari Islam, namun membuatnya menyerupai orang munafik. Ia menderita salah satu tanda kemunafikan, misalnya suka berdusta, mengkhianati amanah, melanggar janji, memaki dan mencerca, dan sebagainya. Telah menjadi kesepakatan para ulama, bahwa orang seperti ini, tak keluar dari Islam, tapi jelas merupakan orang berbuat dosa besar dan selalu ada kemungkinan ia menjadi seorang munafik dalam keyakinan.

Sang musafir muda bertanya, "Apa tanda kemunafikan dan perbuatan mereka?" Sang negarawan berkata, "Allah telah mengemukakan perumpamaan bagi orang-orang munafik. Allah berfirman,
مَثَلُهُمْ كَمَثَلِ الَّذِي اسْتَوْقَدَ نَارًا فَلَمَّا أَضَاءَتْ مَا حَوْلَهُ ذَهَبَ اللَّهُ بِنُورِهِمْ وَتَرَكَهُمْ فِي ظُلُمَاتٍ لا يُبْصِرُونَ
"Perumpamaan mereka seperti orang-orang yang menyalakan api, setelah menerangi sekelilingnya, Allah melenyapkan cahaya (yang menyinari) mereka dan membiarkan mereka dalam kegelapan, tak dapat melihat." - [QS.2:17]
Sebuah perumpamaan bagi orang-orang munafik, laksana orang-orang yang menyalakan api untuk memperoleh cahaya dan manfaat - karena mereka adalah orang-orang dalam perjalanan yang tersesat. Ketika api ini telah menyala dan menyinari lingkungan sekitar mereka, mereka dapat melihat jalan yang benar, mereka dapat melihat apa yang akan menguntungkan mereka dan apa yang akan membahayakan mereka; namun kemudian, tiba-tiba, cahayanya padam dan mereka berada dalam kegelapan.
صُمٌّ بُكْمٌ عُمْيٌ فَهُمْ لا يَرْجِعُونَ
"Mereka tuli, bisu dan buta, sehingga mereka tak dapat kembali." [QS.2:18]
Tiga rute menuju petunjuk, terhalang bagi mereka. Tuli, bisu dan buta, petunjuk datang kepada seorang hamba dari tiga pintu: apa yang ia dengar dengan telinganya; apa yang ia lihat dengan matanya; dan apa yang ia pahami dengan qalbunya; qalbu orang-orang ini tak dapat memahami, mereka tak dapat melihat, dan mereka juga tak dapat mendengar. Pendengaran dan kecerdasan adalah dasar dari ilmu dan melaluinya, orang memperoleh ilmu. Namun mereka tak memperoleh ilmu dari salah satu dari tiga pintu: kecerdasan, pendengaran, dan penglihatan. Mereka telah melihat jalan tuntunan, namun ketika cahayanya mati, mereka tak dapat kembali menuju petunjuk itu.

Kemudian setelah mengemukakan perumpamaan cahaya, Allah mengemukakan perumpamaan lain bagi orang-orang munafik, kali ini, air. Allah berfirman,
أَوْ كَصَيِّبٍ مِنَ السَّمَاءِ فِيهِ ظُلُمَاتٌ وَرَعْدٌ وَبَرْقٌ يَجْعَلُونَ أَصَابِعَهُمْ فِي آذَانِهِمْ مِنَ الصَّوَاعِقِ حَذَرَ الْمَوْتِ وَاللَّهُ مُحِيطٌ بِالْكَافِرِينَ
"Atau seperti (orang yang ditimpa) hujan lebat dari langit, yang disertai kegelapan, petir dan kilat. Mereka menyumbat telinga dengan jari-jarinya, (menghindari) suara petir itu karena takut mati. Allah meliputi orang-orang yang kafir." - [QS.2:19]
يَكَادُ الْبَرْقُ يَخْطَفُ أَبْصَارَهُمْ كُلَّمَا أَضَاءَ لَهُمْ مَشَوْا فِيهِ وَإِذَا أَظْلَمَ عَلَيْهِمْ قَامُوا وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ لَذَهَبَ بِسَمْعِهِمْ وَأَبْصَارِهِمْ إِنَّ اللَّهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
"Hampir saja kilat itu menyambar penglihatan mereka. Setiap kali (kilat itu) menyinari, mereka berjalan di bawah (sinar) itu, dan apabila gelap menerpa mereka, mereka berhenti. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya Dia hilangkan pendengaran dan penglihatan mereka. Sungguh, Allah Mahakuasa atas segala sesuatu." - [QS.2:20]
Ayat ini merujuk pada hujan lebat yang turun dari langit. Disini, petunjuk yang dengannya, Dia menuntun hamba-hamba-Nya, diibaratkan dengan air, karena petunjuk memberi kehidupan kepada qalbu bagai air yang memberikan kehidupan bagi bumi. Bagian yang didapat orang munafik dari petunjuk ini sama dengan orang yang terperangkap dalam badai, namun tak mendapat apa-apa darinya kecuali kegelapan, guntur, dan kilat; tak dapat melihat banyak manfaatnya seperti kehidupan bagi bumi - hewan dan tetumbuhannya - muncul setelah hujan. Kegelapan, guntur, dan kilat dalam badai, bukanlah hal-hal yang diinginkan di dalam dan dari diri mereka sendiri, melainkan hal-hal yang mengarah pada pemenuhan apa yang diinginkan dari badai ini. Orang bebal, cukup dengan hanya melihat efek luar dari badai ini: kegelapan, guntur, kilat, dingin, dan fakta bahwa ia tak dapat bepergian; namun tak memiliki firasat akan manfaat besar yang datang sebagai hasil dari hujan ini. Ini berlaku terhadap setiap orang yang berpikiran sempit; persepsinya tak lebih dalam daripada melihat bentuk luar sesuatu, dan ia tak dapat melihat apa yang ada di baliknya. Inilah keadaan sebagian makhluk ciptaan kecuali beberapa di antaranya. Ketika orang yang berpikiran pendek melihat kesulitan dan kerja keras dalam berjihad, saat ia melihat fakta bahwa ia bisa terluka, dicela oleh orang-orang tertentu, dan membangkitkan permusuhan dari orang lain; ia tak mau berangkat berjihad. Ia tak dapat melihat dengan lebih dalam dan menyadari makna besar, tujuan terpuji, dan pahala besar yang terkandung dalam Jihat itu. Ketika salah seorang dari mereka ingin berhaji dan melihat kesulitan yang ditimbulkan dalam perjalanan, meninggalkan kenyamanan rumah dan kota, dan kesulitan yang harus dihadapi, ia tak dapat melihat lebih jauh dari apa yang ada di akhir perjalanan ini, dan karenanya, goyah dan tak melakukannya.
Inilah keadaan mereka yang tak berwawasan spiritual dan lemah iman: mereka yang menganggap bahwa setiap ancaman, janji, perintah, dan larangan yang dapat ditemukan dalam Al Qur'an, sebagai aturan yang terlalu berat bagi ego mereka, yang hanya menuntut mengikuti hawa-nafsu mereka. Aturan-aturan ini menyapih jiwa dari sifat-sifat dasarnya. Menyapih benar-benar sulit bagi seorang anak; dan semua manusia adalah anak-anak bila dibandingkan dengan intelek mereka, kecuali mereka yang telah menyapih dan mengaturnya, dan dengan demikian, telah memahami kebenaran melalui ilmu dan tindakan. Orang-orang seperti inilah yang dapat melihat apa yang ada di balik awan badai ini; apa yang ada di balik kegelapan, guntur, dan kilat; orang-orang inilah yang menyadari bahwa badai inilah sumber kehidupan bagi keberadaan.

Dari Abu Hurairah, radhiyallahu 'anhu, Rasulullah (ﷺ) bersabda, "Tanda-tanda orang munafik ada tiga: Saat ia berbicara, ia berbohong; saat ia dipercayakan suatu amanah, ia khianat; dan bila ia berjanji, ia melanggar janjinya." - [Sahih al-Bukhari]
'Abdullah bin' Amr, radhiyallahu 'anhu, meriwayatkan bahwa Rasulullah (ﷺ) berkata, "Ada empat hal yang barangsiapa memilikinya, maka ia seorang yang munafik, dan sesiapa yang memiliki salah-satu sifatnya, maka ia memiliki sifat kemunafikan, sampai ia meninggalkannya: Sesiapa yang berbohong di saat ia berbicara; ia tak menunaikan setiap kali ia berjanji, ia bersikap kasar saat berdebat, dan setiap kali ia berjanji, ia melanggarnya." - [Jami 'at-Tirmidzi; Sahih]

Rasulullah (ﷺ) bersabda tentang empat hal yang dimiliki seseorang yang munafik. Keempat hal ini bukanlah tanda-tanda kemunafikan dalam keyakinan dan pelaku tak keluar dari Islam, namun inilah tanda-tanda kemunafikan dalam perilaku, dan pelakunya, adalah orang yang berdosa dan tak taat. Namun, orang yang terus berperilaku seperti ini, akan berakhir sebagai seorang munafik dalam keyakinan. Rasulullah (ﷺ) menyebutkan hal ini, karena penting dan umumnya ditemukan pada orang-orang munafik, jika tidak, ada banyak tanda-tanda lain yang dilakukan pada zaman Rasulullah (ﷺ). Di antara perbuatan kemunafikan, bisa disebutkan sebagai berikut,

Berbohong, inilah akar dari segala kejahatan. Berbohong akan menjerumuskan ke neraka. Berbohong membawa aib. Berbohong itu, memungkiri kesaksian dan merupakan dasar kemunafikan dan kekufuran. Rasulullah (ﷺ) bersabda,
"Jujurlah, karena kejujuran itu menuntun kepada keshalihan dan keshalihan mengarah pada surga. Dan jika seseorang tak berhenti berbicara jujur dan tergerak oleh kejujuran, hingga ia dicatat Allah sebagai orang yang jujur. Dan jauhilah dusta, karena dusta mengarah pada kekejian dan kekejian membawa ke neraka. Dan seseorang tak berhenti berbicara dusta dan tergerak olehnya, hingga ia dicatat Allah sebagai pendusta." - [Sahih al-Bukhari dan Muslim]
Dan Rasulullah (ﷺ) bersabda, "Celakalah dia yang mengatakan banyak hal, berbicara dusta, agar membuat orang tertawa. Celakalah ia! Celakalah ia!." - [Sunan Abu Dawud; Hasan oleh Syaikh al-Albani]
Orang-orang munafik sangat sigap mengambil sumpah palsu untuk melindungi diri mereka sendiri. Sumpah palsu adalah tanda kemunafikan dan juga dosa besar. Rasulullah (ﷺ) bersabda, "dosa besar adalah, berbuat syirik, membunuh dan bersumpah palsu." [Sahih al-Bukhari]
Jika ada orang yang berbohong untuk mempromosikan dagangannya, maka ia juga berada di bawah lingkup Hadits ini. Kesaksian palsu adalah dosa besar dan kemunafikan, karena itu termasuk dusta. Orang-orang munafik juga menggunakan dalih-palsu. Setiap kata atau perbuatan yang memiliki kebohongan di dalamnya adalah dosa besar. Inilah sebabnya mengapa Allah berfirman bahwa hukuman yang menyakitkan menunggu orang-orang munafik, mereka yang berjualan dengan berbohong dan kebohongan-kebohongan lainnya.

Orang-orang munafik tak memenuhi janji mereka. Allah berfirman tentang janji,
وَأَوْفُوا بِالْعَهْدِ إِنَّ الْعَهْدَ كَانَ مَسْئُول
"...dan penuhilah janji, karena janji itu pasti diminta pertanggungjawabannya." - [QS.17:34]
Janji-janji biasanya dikemas dengan sangat baik dan orang beriman akan menuntutnya sebagaimana seorang kreditur menagih uangnya. Orang-orang mukmin adalah mereka yang memenuhi janji-janji mereka. Allah berfirman,
وَالَّذِينَ هُمْ لأمَانَاتِهِمْ وَعَهْدِهِمْ رَاعُونَ
"Dan (sungguh beruntung) orang yang memelihara amanat-amanat dan janjinya." - [QS.23:8]
Orang-orang munafik telah berjanji kepada Allah dan Rasul-Nya (ﷺ) bahwa mereka takkan lari bila diwajibkan memerangi musuh, mereka tak dapat menepati janji mereka. Mereka berjanji mengeluarkan sedekah jka Allah memberinya kekayaan, namun ia lupa pada janjinya. Jenis orang yang sama, ada pada zaman ini, yang menghabiskan uangnya dalam pesta musik malam, namun hanya membuat janji kosong untuk bersedekah jika Allah memberinya kekayaan.
Setia memegang amanah adalah salah satu sifat dari seorang Muslim. Bahkan sebelum beliau berdakwah, Rasulullah (ﷺ) dikenal sebagai al-Amin dan as-Shadiq (dapat dipercaya dan jujur). Allah memerintahkan orang-orang beriman agar setia pada kepercayaan atau amanah yang dibebankan kepada mereka. Allah sering menyebutkan dalam Al Qur'an, bahwa orang beriman setia memegang amanah. Dan tak setia pada kepercayaan atau amanah, adalah tanda utama kemunafikan.

Islam mempertahankan setiap hal yang baik dan menghapus segala hal yang buruk. Tak ada agama yang menyetujui kecurangan. Rasulullah (ﷺ) menetapkan prinsip umum ketika bersabda, "Orang yang berbuat curang, bukan dari kami." - [Sahih Muslim]
Dan setiap kali beliau mengirim pasukan, beliau memerintahkan amir (atau komandan) untuk menahan diri dari berbuat curang. Beliau memerintahkan, terutama takut kepada Allah dan berprasangka baik terhadap Muslim yang menyertainya. Beliau bersabda, "Berjuanglah atas nama Allah, di jalan-Nya. Perangilah orang yang menolak Allah. Dan jangan berkhianat, jangan berbuat curang, jangan mencincang dan jangan membunuh anak-anak." - [Sahih Muslim]
Beliau memerintahkan agar tak mencurangi setiap pasukan yang maju, unit kecil atau kafilah. Jika ada yang berbuat curang setelah menyepakati perjanjian, baik itu dengan Muslim atau orang-orang kafir, dengan komandan atau dengan bawahannya, maka ia sesungguhnya memiliki tanda kemunafikan besar dalam dirinya. Rasulullah (ﷺ) berkata, "Pada hari Kiamat, setiap penipu akan memiliki spanduk di punggungnya dimana ia akan dikenali. Dikatakan bahwa ia adalah penipu si Fulan." [Sahih al-Bukhari]

Sang musafir muda bertanya, "Bagaimana keadaan orang-orang munafik setelah kematian?" Sang negarawan berkata, "Setelah orang munafik dimakamkan, nasibnya tak berbeda dengan orang kafir. Rasulullah (ﷺ) bersabda," ... Kemudian Dia akan bertemu orang ketiga dan mengatakan kepadanya kata-kata yang sama (seperti sebelumnya), dan ia akan menjawab, "Rabb-ku, aku beriman pada-Mu, kitab-kitab-Mu dan Utusan-utusan-Mu. Aku menegakkan Shalat, berpuasa dan menunaikan Zakat." Ia akan mengutarakan segala amal-shalihnya, sebanyak yang ia bisa. Allah akan berfirman. "Di sini (kamu tinggal) kalau begitu," dan Dia akan berfirman, "Sekarang kami bawakan kamu saksi-saksi Kami." Ia akan bertanya-tanya pada dirinya sendiri, siapa yang bisa bersaksi melawannya. Maka, mulutnya akan disegel dan akan dikatakan ke pahanya, dagingnya dan tulangnya, "Bicaralah!" Dan mereka akan berbicara tentang perbuatannya. Ini akan terjadi agar keadilan dapat diberikan kepadanya dan Allah akan murka dengan kemunafikan itu."- [Sahih Muslim]
Pada Hari Kiamat, Allah takkan menutupi aib orang-orang munafik, namun akan menutupi aib orang-orang beriman. Rasulullah (ﷺ) bersabda, "Sesungguhnya, Allah Ta'ala, akan mendekatkan orang yang beriman kepada-Nya dan menutupinya dengan hijab-Nya dan menyembunyikannya dan mengingatkan tentang dosa-dosanya. Allah akan bertanya," Ingatkah engkau tentang dosa itu? " Ia akan berkata, "Ya, Rabb-ku," dan Allah akan mengingatkan semua dosanya sehingga ia akan membayangkan pada dirinya sendiri bahwa ia akan hancur. Allah akan berfirman, "Sesungguhnya, Aku menutupinya untukmu di dunia dan hari ini, Aku memaafkannya untukmu. "Kemudian ia akan diberikan kitabnya, di tangan kanannya.
Namun, bagi orang yang tak beriman dan orang munafik, mereka akan dipanggil di hadapan seluruh ciptaan. Allah berfirman,
وَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنِ افْتَرَى عَلَى اللَّهِ كَذِبًا أُولَئِكَ يُعْرَضُونَ عَلَى رَبِّهِمْ وَيَقُولُ الأشْهَادُ هَؤُلاءِ الَّذِينَ كَذَبُوا عَلَى رَبِّهِمْ أَلا لَعْنَةُ اللَّهِ عَلَى الظَّالِمِينَ
"Dan siapakah yang lebih zhalim daripada orang yang mengada-adakan suatu kebohongan terhadap Allah? Mereka itu akan dihadapkan kepada Rabb mereka, dan para saksi akan berkata, 'Orang-orang inilah yang telah berbohong terhadap Rabb mereka.' Ingatlah, laknat Allah (ditimpakan) kepada orang yang zhalim." - [QS.11:18]
Kemudian sang negarawan berkata, "Wahai anak muda, kemunafikan adalah penyakit yang mengusir iman dari qalbu seseorang. Terkadang, seseorang tak menyadari bahwa kemunafikan telah bermukim didalam qalbunya, dan ia telah berbuat kemunafikan tanpa sadar. Maka, waspadalah, wahai anak muda! Orang munafik akan menjadi manusia terburuk di Hari Kiamat. Segala alasan takkan lagi diterima dan tak ada keringanan hukuman akan ditunjukkan kepada orang munafik dan juga orang-orang kafir. Wallahu a'lam."

فَالْيَوْمَ لا يُؤْخَذُ مِنْكُمْ فِدْيَةٌ وَلا مِنَ الَّذِينَ كَفَرُوا مَأْوَاكُمُ النَّارُ هِيَ مَوْلاكُمْ وَبِئْسَ الْمَصِيرُ
"Maka pada hari ini, takkan diterima tebusan dari kamu maupun dari orang-orang kafir. Tempat kamu di neraka. Itulah tempat berlindungmu, dan itulah seburuk-buruk tempat kembali." - [QS.57:15]
Rujukan :
- 'Aaidh Alqarni, The Signs Of The Hypocrites, Darul Ishaat
- Ibn Qayyim al-Jawziyyah, Characteristics of the Hypocrites, Daar Us-Sunnah
- Ibn Qayyim al-Jawziyyah, Paragons of the Qur'an, Daar Us-Sunnah

Jumat, 25 Januari 2019

Ilmu dan Kekuatan

Sang geluh melanjutkan kisahnya, "Bani Israil tetap berada di jalan yang lurus selama beberapa waktu setelah kepergian Nabi Musa, alaihissalam. Kemudian mereka berbuat bid'ah dalam agama dan ada yang yang bahkan menyembah berhala. Namun, selalu ada nabi yang diutus di antara mereka yang mengajak mereka agar mengerjakan amal yang benar, menahan diri melakukan kejahatan dan yang mengatur mereka sesuai dengan perintah Taurat. Ketika Bani Israil berbuat kejahatan, Allah menyebabkan musuh-musuh mereka bertambah, dan sebagai akibatnya, banyak korban jiwa jatuh di antara mereka, musuh-musuh mereka juga menangkap sejumlah besar dari mereka, dan mengambil alih wilayah yang luas dari lahan mereka.
Sebelumnya, siapapun yang akan memerangi orang Israel, akan kalah, karena mereka memiliki Taurat dan Tabut, yang mereka warisi dari generasi ke generasi sejak zaman Nabi Musa, yang berbicara kepada Allah secara langsung. Namun, orang Israil terus berbuat kesesatan sampai ada raja yang merebut Tabut dari mereka selama peperangan. Raja tersebut juga merebut Taurat, dan hanya sedikit orang Israil yang menghafalnya. Kenabian berhenti di antara berbagai suku mereka dan hanya seorang wanita hamil yang tersisa dari keturunan Lawi, dimana menurut mereka, kenabian itu muncul. Suaminya telah terbunuh, sehingga orang Israil menyembunyikanya di sebuah rumah agar Allah dapat memberinya seorang anak laki-laki, yang akan menjadi Nabi mereka. Wanita itu juga terus memohon kepada Allah agar memberinya seorang anak lelaki. Allah mendengar permohonannya dan memberinya seorang anak laki-laki yang disebutnya ‘Syamuel' yang berarti 'Allah telah mendengar permohonanku'. Ada yang mengatakan bahwa nama anak laki-laki itu adalah Syam'un (Simeon), yang juga bermakna yang sama.

Ketika anak itu tumbuh dewasa, Allah membesarkannya menjadi orang yang shalih. Saat ia mencapai usia kenabian, Allah mewahyukan dan memerintahkan kepadanya agar menyeru umatnya kepada-Nya dan mentauhidkan-Nya. Syamuel mengajak Bani Israel kembali kepada Allah dan mereka memintanya agar menunjuk seorang raja atas mereka, sehingga mereka dapat berperang melawan musuh-musuh mereka di bawah komandonya. Status raja juga berakhir di antara mereka. Nabi mereka berkata kepada, “Bagaimana jika Allah menunjuk seorang raja atasmu, akankah kamu memenuhi sumpahmu untuk berperang di bawah perintahnya?"
Allah berfirman,
أَلَمْ تَرَ إِلَى الْمَلإ مِنْ بَنِي إِسْرَائِيلَ مِنْ بَعْدِ مُوسَى إِذْ قَالُوا لِنَبِيٍّ لَهُمُ ابْعَثْ لَنَا مَلِكًا نُقَاتِلْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ قَالَ هَلْ عَسَيْتُمْ إِنْ كُتِبَ عَلَيْكُمُ الْقِتَالُ أَلا تُقَاتِلُوا قَالُوا وَمَا لَنَا أَلا نُقَاتِلَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَقَدْ أُخْرِجْنَا مِنْ دِيَارِنَا وَأَبْنَائِنَا فَلَمَّا كُتِبَ عَلَيْهِمُ الْقِتَالُ تَوَلَّوْا إِلا قَلِيلا مِنْهُمْ وَاللَّهُ عَلِيمٌ بِالظَّالِمِينَ
"Tidakkah kamu memperhatikan pemuka-pemuka Bani Israil sesudah Nabi Musa, yaitu ketika mereka berkata kepada seorang Nabi mereka, “Angkatlah untuk kami seorang raja supaya kami berperang (di bawah pimpinannya) di jalan Allah”. Nabi mereka menjawab, “Mungkin sekali jika kamu nanti diwajibkan berperang, kamu takkan berperang”. Mereka menjawab, “Mengapa kami tak mau berperang di jalan Allah, padahal sesungguhnya kami telah diusir dari anak-anak kami?”. Maka tatkala perang itu diwajibkan atas mereka, merekapun berpaling, kecuali beberapa saja di antara mereka. Dan Allah Maha Mengetahui siapa orang-orang yang zalim. " - [QS.2:246]
Hanya beberapa dari mereka yang menepati janji, namun hampir semua meninggalkan Jihad dan Allah sangat mengetahui tentang mereka.

Allah berfirman,
وَقَالَ لَهُمْ نَبِيُّهُمْ إِنَّ اللَّهَ قَدْ بَعَثَ لَكُمْ طَالُوتَ مَلِكًا قَالُوا أَنَّى يَكُونُ لَهُ الْمُلْكُ عَلَيْنَا وَنَحْنُ أَحَقُّ بِالْمُلْكِ مِنْهُ وَلَمْ يُؤْتَ سَعَةً مِنَ الْمَالِ قَالَ إِنَّ اللَّهَ اصْطَفَاهُ عَلَيْكُمْ وَزَادَهُ بَسْطَةً فِي الْعِلْمِ وَالْجِسْمِ وَاللَّهُ يُؤْتِي مُلْكَهُ مَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ
"Nabi mereka mengatakan kepada mereka, “Sesungguhnya Allah telah mengangkat Thalut menjadi rajamu”. Mereka menjawab, “Bagaimana Thalut memerintah kami, padahal kami lebih berhak mengendalikan pemerintahan daripadanya, sedang iapun tak diberi kekayaan yang cukup banyak?” Nabi (mereka) berkata, “Sesungguhnya Allah telah memilih rajamu dan menganugerahinya ilmu yang luas dan tubuh yang perkasa”. Allah memberikan pemerintahan kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Luas pemberian-Nya lagi Maha Mengetahui. " - [QS.2:247]
Ketika Bani Israil meminta Nabi mereka agar mengangkat seorang raja atas mereka, ia menunjuk Thalut (Saul), yang pada waktu itu, seorang prajurit. Tapi, Thalut bukanlah keturunan keluarga raja di antara mereka, yang secara eksklusif berada dalam keturunan Yahudza. Itulah sebabnya mereka berkata, "Bagaimana mengkin ia bisa menjadi raja atas kami?" artinya, bagaimana ia bisa menjadi raja bagi kami, ketika kami lebih pantas jadi raja dibandingkan dengannya, dan ia bukan orang yang kaya? Mereka mengatakan bahwa Thalut juga miskin dan tak punya banyak harta yang membuktikan ia menjadi raja. Ada yang mengatakan bahwa Thalut dulunya pembawa air kepada mereka, sementara yang lain menyatakan bahwa pekerjaannya adalah mewarnai kulit. Bani Israil, dengan demikian, berselisihlah mereka dengan Nabi mereka, padahal mereka seharusnya menaatinya dan berkata-kata yang baik kepadanya. Nabi mereka menjawab, "Allah memilih Thalut dari antara kamu karena ia lebih berilmu. Bukanlah aku yang memilih Thalut untuk menjadi rajamu. Sebaliknya, Allah telah memerintahkannya, atas permintaanmu. Thalut lebih berilmu dan terhormat daripada kamu, dan lebih kuat dan lebih sabar selama pertempuran, dan punya lebih banyak ilmu tentang perang. Singkatnya, ia memiliki lebih banyak pengetahuan dan lebih kuat darimu. Seorang raja haruslah memiliki ilmu yang cukup, bersikap adil dan kuat mental dan fisiknya. Hanya Allah Pemilik Kekuasaan Tertinggi yang melakukan apa yang dikehendaki-Nya dan tak seorangpun dapat mempertanyakan tentang tindakan-Nya, sementara mereka akan ditanyai tentang tindakan-tindakan mereka oleh-Nya. Ini karena Allah memiliki hikmah, kebijaksanaan, dan kebaikan yang sempurna dengan ciptaan-Nya. Dia memberikan rahmat-Nya kepada siapa yang Dia kehendaki, Dia juga tahu orang-orang yang pantas menjadi raja dan mereka yang tak pantas mendapatkannya.

Allah telah merahmati Thalut, ilmu dan perawakan yang bermutu tinggi. Adapun ilmu, ada yang mengatakan bahwa ia dikaruniai ilmu tentang strategi perang. Ada yang mengatakan bahwa itu ilmu secara umum. Adapun perawakannya, ada yang mengatakan bahwa ia bertubuh jangkung. Ada yang mengatakan bahwa ia berwajah yang tampan. Thalut adalah orang yang paling tampan dan terpandai setelah Nabi mereka, Syamuel. Jadi, Thalut berperawakan tinggi dan gagah, shalih, serta sangat cerdas.
Thalut tinggal dan bekerja bersama ayahnya di pertanian mereka. Suatu hari, ada keledai mereka yang hilang. Ditemani pelayannya, Thalut pergi mencarinya. Mereka bepergian selama beberapa hari dan sangat lelah. Thalut berkata kepada pelayannya, "Mari kita kembali, karena aku yakin ayahku akan khawatir, dan hewan-hewan lain juga harus dirawat." Pelayannya menyarankan, karena mereka sudah berada di daerah Syamuel, mereka sebaiknya menemuinya untuk menanyakan tentang keledai yang hilang. Thalut setuju, dan mereka melanjutkan perjalanan. Dalam perjalanan, mereka menanyakan arahan dari beberapa gadis yang membawa air. Mereka disuruh pergi ke arah gunung. Di sana, kerumunan besar sedang menunggu Nabi Syamuel. Ketika Thalut menatapnya, ia langsung mengenalinya sebagai seorang nabi oleh orang-orang sucinya. Syamuel juga mengakui Thalut sebagai raja yang dipilih Allah untuk mereka. Thalut menyapa sang nabi dengan hormat. Ketika ia bertanya tentang keledainya yang hilang, Syamuel mengatakan agar tak perlu khawatir, keledainya sudah dalam perjalanan pulang ke peternakan ayahnya.

Syamuel kemudian menyampaikan kepada Thalut bahwa Allah telah memilihnya sebagai raja Bani Israel. Tugasnya bertanggung jawab atas urusan mereka, menyatukan mereka di bawah satu panji, dan melindungi mereka dari musuh-musuh mereka. Jika ia melaksanakan perintah Allah, ia akan diberikan kemenangan. Thalut terkejut dengan kehormatan mendadak yang ditawarkan padanya. Juga, itu tanggung jawab yang berat. Ia mengeluh kepada sang nabi bahwa ia keturunan dari Bunyamin, suku-suku Bani Yaqub yang kurang populer; ia tak tahu apa-apa tentang kepemimpinan atau kerajaan, dan tak punya kekayaan. Syamuel mengatakan bahwa adalah kehendak Allah, ia harus menjadi raja, ia seyogyanya bersyukur kepada Allah atas pertolongan-Nya dan menguatkan imannya.
وَقَالَ لَهُمْ نَبِيُّهُمْ إِنَّ آيَةَ مُلْكِهِ أَنْ يَأْتِيَكُمُ التَّابُوتُ فِيهِ سَكِينَةٌ مِنْ رَبِّكُمْ وَبَقِيَّةٌ مِمَّا تَرَكَ آلُ مُوسَى وَآلُ هَارُونَ تَحْمِلُهُ الْمَلائِكَةُ إِنَّ فِي ذَلِكَ لآيَةً لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ
"Dan nabi mereka berkata kepada mereka, “Sesungguhnya tanda kerajaannya ialah datangnya Tabut kepadamu, yang di dalamnya terdapat ketenangan dari Rabb-mu dan sisa peninggalan keluarga Musa dan keluarga Harun, yang dibawa oleh malaikat. Sungguh, pada yang demikian itu terdapat tanda (kebesaran Allah) bagimu, jika kamu orang beriman'." - [QS.2:248]
Nabi mereka kemudian menyatakan, "Tanda keberkahan raja Thalut atasmu adalah, Allah akan mengembalikan Tabut yang telah diambil darimu." Ada yang mengatakan bahwa "ketenangan (Sakinah) dari Rabb-mu" adalah kedamaian (atau rahmat) dan jaminan. Ada yang mengatakan bahwa Sakinah berarti kasih-sayang. Yang lain mengatakan bahwa itu berarti rahmat. Adapun makna dari "sisa peninggalan keluarga Musa dan keluarga Harun," ada yang mengatakan bahwa Tabut berisi pot manna dan sisa-sisa Tablet Perjanjian, sementara yang lain mengatakan bahwa Tabut berisi tongkat Nabi Musa dan dua sepatu. Yang lain mengatakan bahwa itu adalah tongkat Nabi Musa dan sisa-sisa Tablet Perjanjian. Kemudian malaikat turun sambil membawa Tabut di antara langit dan bumi, sampai mereka meletakkannya di depan Thalut, sementara yang lain menyaksikan. Tabut dibawa ke rumah Talut, sehingga orang-orang percaya pada kenabian Syamuel (Simeon) dan menaati Thalut. Nabi mereka kemudian berkata, "Sesungguhnya, inilah tanda bagimu, bersaksi tentang kebenaranku dalam apa yang telah aku diutus dengan kenabianku, dan perintahku kepadamu untuk menaati Thalut, jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari akhir."

Allah berfirman,
فَلَمَّا فَصَلَ طَالُوتُ بِالْجُنُودِ قَالَ إِنَّ اللَّهَ مُبْتَلِيكُمْ بِنَهَرٍ فَمَنْ شَرِبَ مِنْهُ فَلَيْسَ مِنِّي وَمَنْ لَمْ يَطْعَمْهُ فَإِنَّهُ مِنِّي إِلا مَنِ اغْتَرَفَ غُرْفَةً بِيَدِهِ فَشَرِبُوا مِنْهُ إِلا قَلِيلا مِنْهُمْ فَلَمَّا جَاوَزَهُ هُوَ وَالَّذِينَ آمَنُوا مَعَهُ قَالُوا لا طَاقَةَ لَنَا الْيَوْمَ بِجَالُوتَ وَجُنُودِهِ قَالَ الَّذِينَ يَظُنُّونَ أَنَّهُمْ مُلاقُو اللَّهِ كَمْ مِنْ فِئَةٍ قَلِيلَةٍ غَلَبَتْ فِئَةً كَثِيرَةً بِإِذْنِ اللَّهِ وَاللَّهُ مَعَ الصَّابِرِينَ
"Maka ketika Thalut membawa bala tentaranya, ia berkata, 'Allah akan menguji kamu dengan sebuah sungai. Maka barangsiapa meminum (airnya), dia bukanlah pengikutku. Dan barangsiapa tidak meminumnya, maka dia adalah pengikutku kecuali menciduk seciduk dengan tangan.' Tetapi mereka meminumnya kecuali sebagian kecil di antara mereka. Ketika ia (Thalut) dan orang-orang yang beriman bersamanya menyeberangi sungai itu, mereka berkata, “Kami tak kuat lagi pada hari ini melawan Jalut dan bala tentaranya.” Mereka yang meyakini bahwa mereka akan menemui Allah berkata, “Betapa banyak kelompok kecil mengalahkan kelompok besar dengan izin Allah.' Dan Allah beserta orang-orang yang sabar." - [QS.2:249]
Thalut mulai mempersiapkan pasukannya dengan iman dan hikmah yang kuat. Ia memerintahkan, bahwa hanya kaum lelaki yang bebas dari tanggung jawab, yang boleh bergabung. Mereka yang terlibat dalam membangun rumah, lelaki yang akan menikah dan mereka yang sibuk dengan bisnis, tak boleh bergabung. Setelah membentuk pasukan yang terlatih, ia memutuskan untuk menguji mereka. Ia berkata kepada mereka bahwa di sepanjang rute mereka, akan melewati sungai dimana mereka hanya boleh minum air secukupnya saja untuk melepas dahaga, namun tak lebih dari itu.
Delapan puluh ribu orang pergi bersama Thalut. Sekarang Jalut (Goliat) adalah salah seorang manusia yang terkuat dan paling berani. Ia maju mendahului pasukannya, dan rombongannya takkan bergabung dengannya sampai ia sendiri yang menghadang siapapun yang ia temui. Ketika Bani Israil keluar, Thalut berkata kepada mereka, "Sungguh, Allah akan menguji kamu di tepi sungai. Siapapun yang meminumnya, ia bukan dariku, dan siapapun yang tak merasakannya, ia dariku." Siapapun yang mengambil sedikit air sungai itu selekukan telapak tangan, dahaganya akan hilang; Adapun mereka yang minum dengan bebas, rasa haus mereka takkan pernah hilang.

Namun mereka meminumnya karena takut pada Jalut; hanya empat ribu yang menyeberang dengan Thalut, sedangkan yang tujuh puluh enam ribu, pulang. Mereka yang meminumnya, merasa kehausan, sedangkan mereka yang tak meminumnya, kecuali sedikit dalam telapak tangan mereka, tak merasakan haus.
Dan setelah ia dan orang-orang yang beriman menyeberangi sungai, mereka melihat Jalut, merekapun berbalik, mereka berkata, “Kami tak kuat lagi pada hari ini melawan Jalut dan bala tentaranya.” Mereka memandang bahwa jumlah mereka terlalu sedikit dan terlalu lemah jika harus menghadapi musah yang lebih banyak. Namun orang-orang yang beriman, yang yakin bahwa mereka akan bertemu Allah, berkata, "“Betapa banyak kelompok kecil mengalahkan kelompok besar dengan izin Allah. Dan Allah beserta orang-orang yang sabar." Mereka yang berani, beriman, percaya diri dan sabar, tetap termotivasi agar tabah menghadapi peperangan.

Dalam kekecewaannya, Thalut mendapati bahwa sebagian besar anak buahnya, minum lebih banyak air daripada yang seharusnya. Ia mengeluarkan mereka karena ketidaktaatan, dan hanya sedikit yang menaatinya, karena merekalah yang membuktikan ketulusan mereka. Akibatnya, terjadi perpecahan dalam pasukan, namun ia tak terganggu. Ia percaya pada kualitas dan bukan angka; lebih baik sekelompok kecil orang beriman sejati yang bisa ia andalkan, daripada sepasukan besar orang yang tak bisa diandalkan.
Tiga ribu enam ratus delapan puluh pulang kampung, lalu Thalut berangkat dengan tiga ratus sembilan belas. Pertempuran antara Bani Israil dan orang Filistin merupakan isyarat Perang Badar. Dalam Perang Badar, juga, sejumlah kecil kaum Muslimin menghadapi pasukan yang jauh lebih besar, dan mereka mengalahkannya. Bagian ini dengan demikian mempersiapkan umat Islam untuk menghadapi perang, sekaligus mendorong mereka. Ketika Perang Badar terjadi, kaum Ahli-kitab Arab saat itu, seharusnya memahami kemiripan pertempuran ini dan pertempuran antara Bani Israil dan orang-orang Filistin.

Allah berfirman,
وَلَمَّا بَرَزُوا لِجَالُوتَ وَجُنُودِهِ قَالُوا رَبَّنَا أَفْرِغْ عَلَيْنَا صَبْرًا وَثَبِّتْ أَقْدَامَنَا وَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ
"Dan ketika mereka maju melawan Jalut dan tentaranya, mereka berdoa, “Wahai Rabb kami, limpahkanlah kesabaran kepada kami, kukuhkanlah langkah kami dan tolonglah kami menghadapi orang-orang kafir'." - [QS.2:250]
Pasukan Thalut melihat musuh di seberang sungai. Lawan mereka tampak kuat secara fisik dan dipersenjatai dengan senjata yang lebih baik. Mereka dipimpin oleh prajurit perkasa, Jalut, yang dikenal karena tubuhnya yang besar dan kekuatannya yang besar. Sejumlah pasukan Thalut, tunggang-langgang melihat kekuatan yang besar ini. Kelompok kecil yang tersisa, siap bertarung, apapun hasilnya, karena mereka telah mendengar bahwa ada banyak peristiwa di masa lalu, dimana Allah telah menyebabkan pasukan kecil mengalahkan yang lebih besar. Saat kedua pasukan itu saling berhadapan, Jalut muncul seraya menantang. Kemudian Dawud (David) maju, Jalut berkata kepadanya, "Kembalilah. Aku tak ingin membunuhmu." Dawud berkata, "Tapi aku ingin membunuhmu."

Kemudian, sang geluh berkata, "Wahai saudara-saudariku, kedaulatan dan kepemimpinan tak bergantung pada harta dan kekayaan, atau pada keturunan maupun silsilah keluarga, tetapi ilmu dan kekuatanlah kualitas yang dapat dijadikan kriteria. Untuk menjadi pemimpin yang layak, seseorang hendaknya diberkahi dengan ilmu dan kemampuan lahiriah yang berkualitas mumpuni, baik itu perawakan yang gagah maupun ketampanan.
Seluruh hukum Ilahi adalah ekspresi dari rahmat Ilahi. Allah takkan membiarkan kejahatan itu, mendominasi selamanya, melainkan Dia akan terus membersihkannya, karena jika tidak, kesengsaraan tak berujung bagi umat manusia akan menjadi akibatnya. Jihad adalah sarana penting untuk memusnahkan kejahatan. Saat kebenaran dan kebathilan bertemu dalam pertempuran, dan di sisi kebenaran, kita menemukan orang-orang yang tulus dengan hasrat pengorbanan di dalamnya, berdiri membela sisi kebenaran dan di dalamnya ada kemandirian dan ketergantungan pada Allah. Jadi, ada hubungan antara Hukum Ilahi dan Rahmat Ilahi, dengan mengatakan bahwa Allah telah memberlakukan hukum itu karena Dia Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Wallahu a'lam."
هَزَمُوهُمْ بِإِذْنِ اللَّهِ وَقَتَلَ دَاوُدُ جَالُوتَ وَآتَاهُ اللَّهُ الْمُلْكَ وَالْحِكْمَةَ وَعَلَّمَهُ مِمَّا يَشَاءُ وَلَوْلا دَفْعُ اللَّهِ النَّاسَ بَعْضَهُمْ بِبَعْضٍ لَفَسَدَتِ الأرْضُ وَلَكِنَّ اللَّهَ ذُو فَضْلٍ عَلَى الْعَالَمِينَ
"Maka mereka mengalahkannya dengan izin Allah, dan Dawud membunuh Jalut. Kemudian Allah memberinya (Dawud) kerajaan, dan hikmah, dan mengajarinya apa yang Dia kehendaki. Dan kalau Allah tak melindungi sebagian manusia dengan sebagian yang lain, niscaya rusaklah bumi ini. Tetapi Allah mempunyai karunia (yang dilimpahkan-Nya) atas seluruh alam." - [QS.2:251]
Rujukan :
- Maulana Hifzur Rahman Soeharwy, Qasasul Ambiyaa, Idara Impex
- Syaikh Safiurrahman Al-Mubarakpuri, Tafsir Ibn Kathir (Abridged) Volume I, Darussalam
- Ibn Kathir, Stories of The Prophets, Darussalam
- The History of al-Tabari, The Children of Israel, Volume III, Translated by William M. Brinner, SUNY Press.

Selasa, 22 Januari 2019

Negeri Makmur Para Lebah

Akulah lebah betina. Aku makhluk ciptaan Allah Subhanahu Wa Ta'ala, Rabb-mu dan Rabb-ku. Engkau tak perlu terkejut atau heran, aku disini karena aku hanya ingin menuturkan padamu tentang kehidupan sosialku sehingga engkau dapat memahami pentingnya makhluk kecil sepertiku.
Tahukah engkau? Setidaknya ada 20.000 spesies lebah. Yang paling dikenal dan dipelajari dengan sangat teliti adalah bangsaku, lebah madu. Ini karena engkau, bangsa manusia, menyukai madu. Banyak bangsa manusia yang telah mengetahui bahwa madu adalah sumber makanan penting bagi tubuhnya, sedangkan hanya sedikit manusia yang menyadari keiistimewaan yang luar biasa dari penghasilnya, lebah madu. Ada lukisan di gua prasejarah, yang berusia 8.000 hingga 15.000 tahun, yang menggambarkan orang menjarah sarang lebah. Perlebahan tampaknya telah dimulai di Mesir kuno, mungkin 2400 SM. Lalu ini berkembang sebagai sebuah industri di seluruh Eropa dan Mediterania.

Allah Subhanahu wa Ta'ala telah menciptakan langit, bumi, dan manusia. Alam atas ciptaan-Nya, adalah langit, dan alam bawah, adalah bumi dan segala yang ada di dalamnya. Semua ini diciptakan untuk tujuan yang benar, bukan dengan sia-sia, sehingga Dia dapat membalas orang-orang yang berbuat keburukan dengan apa yang telah mereka lakukan dengan mengadzab mereka di Neraka, dan memberi pahala kepada mereka yang berbuat kebaikan, dengan apa yang terbaik, yakni Surga.
Mungkin, engkau bertanya-tanya, mengapa Allah menciptakanku? Ya, kami, para Lebah, diciptakan untuk menyembah Allah, sama seperti yang engkau lakukan. Tiada yang pantas disembah selain Dia, al-Wahid, Al-Ahad, Al-Qayyum, Jalla Jalaaluhu. Ibadah adalah hak Allah, dan bahwa ibadah harus diarahkan hanya kepada-Nya, bukan untuk berhala yang tak mampu mencipta, melainkan juga makhluk ciptaan. Allah berfirman,
أَفَمَنْ يَخْلُقُ كَمَنْ لا يَخْلُقُ أَفَلا تَذَكَّرُونَ
"Maka apakah (Allah) yang menciptakan sama dengan yang tak dapat menciptakan (sesuatu)? Mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?" - [QS.16: 17]
Jadi, cara kami beribadah pada-Nya, dalam bentuk tugas tertentu. Aku tahu dengan pasti akan tugas-tugasku, karena sejak aku lahir, Allah, Rabb-mu dan Rabb-ku, mengilhamiku, dan untuk seluruh bangsa lebah. Dia berfirman,
وَأَوْحَى رَبُّكَ إِلَى النَّحْلِ أَنِ اتَّخِذِي مِنَ الْجِبَالِ بُيُوتًا وَمِنَ الشَّجَرِ وَمِمَّا يَعْرِشُونَ
"Dan Rabb-mu mengilhamkan kepada lebah, “Buatlah sarang di gunung-gunung, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibikin manusia." - [QS.16:68]
Maka, sejak aku dilahirkan, aku menjalani hidupku sesuai dengan petunjuk Allah, tanpanya, bangsa lebah tak dapat mengatur tempat tinggal mereka dan menghasilkan madu. Engkau takkan pernah melihatku membangun pemukiman kecuali di tempat-tempat yang telah diperintahkan Allah. Sebagian besar pemukimanku berada di gunung dan bukit, di pepohonan dan di tempat tinggal manusia, tak pernah di tempat lain; tempat yang kusebutkan pertama adalah tempat yang paling sering digunakan, berikutnya di pepohonan, dan yang terakhir ditempat tinggal manusia. Yang terakhir ini, ukuran yang terkecil, sedangkan yang di pegunungan dan pepohonan, sarang kami sangat besar; dan disitu, madu dengan jumlah yang sangat banyak, dapat dikumpulkan.

Dan Allah juga mewahyukan,
ثُمَّ كُلِي مِنْ كُلِّ الثَّمَرَاتِ فَاسْلُكِي سُبُلَ رَبِّكِ ذُلُلا يَخْرُجُ مِنْ بُطُونِهَا شَرَابٌ مُخْتَلِفٌ أَلْوَانُهُ فِيهِ شِفَاءٌ لِلنَّاسِ إِنَّ فِي ذَلِكَ لآيَةً لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ
"Kemudian makanlah dari segala (macam) buah-buahan lalu tempuhlah jalan Rabb-mu yang telah dimudahkan (bagimu).” Dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berpikir." - [QS.16:69]
Aku akan menyampaikan padamu tentang kehidupan sosialku. Tapi pertama-tama, engkau harus tahu bahwa leluhurku muncul sekitar 100 juta tahun yang lalu, bertepatan dengan pertama kali tampilnya tanaman berbunga. Dalam sistem yang indah dari Allah ini, bunga-bunga dan lebah bergantung satu sama lain. Warna dan bau bunga bukan untuk manusia, meskipun engkau boleh, dan harus menikmatinya. Sebenarnya itu untuk mempesona aku dan kawananku, bangsa lebah, agar memastikan kelangsungan hidup bunga itu. Dan jika bunga itu tak menghasilkan nektar dan serbuk sari, kami takkan bertahan hidup.

Nah sekarang, mari kita ke sarangku. Dengan membentuk lilin-lebah yang kecil, bangsa lebah membangun sarang di mana 30,000 hingga 80,000 lebah dapat hidup dan bekerja bersama-sama. Untuk mengatur makhluk yang begitu banyak didalam sebuah ruang kecil, harus ada organisasi yang besar. Para lebah dalam sarang itu memahami perannya dan melakukan pekerjaan mereka tanpa keluhan atau kebingungan. Kami tahu pasti tugas kami, tujuan dari bangsa lebah diciptakan. Karena ilham dari Allah-lah mengapa kami membangun sarang, makan dari buah-buahan, dan menghasilkan madu. Inilah ilham dan keseluruhan disain Sang Pencipta tentang mengapa bangsa lebah diciptakan.
Fakta menakjubkan tentang bangsaku adalah bahwa kami punya seorang ratu, yang tanpanya kami takkan terbang berkeliling, tak bekerja, dan tak menyedot. Dalam sarang lebah madu, ada tiga jenis lebah, ratu, pekerja dan lebah jantan. Hanya ada satu lebah ratu. Tugasnya hanyalah bertelur. Ia tak memiliki kelenjar untuk membuat lilin dan lidah untuk mengumpulkan nektar. Ia diberi makan, dirawat, dan dipertahankan mati-matian. Ia tak memiliki naluri keibuan, ia hanya mengeluarkan telur, yang dirawat oleh para pekerja.

Kami mematuhi ratu kami, mengindahkannya, dan bekerja atas perintahnya. Ratu berhak mengarahkan, memerintahkan dan melarang. Kamilah kawulanya, taat kepadanya, dan tunduk atas keridhaannya. Ia mengarahkan kami seperti cara seorang raja mengarahkan rakyatnya. Ketika kami memasuki rumah kami, ratu berdiri di pintu, tak membolehkan setiap lebah mendorong yang lain atau saling menggeser sewaktu mengantri masuk. Kami masuk satu-per-satu, tanpa berkerumun, bertabrakan atau bergerombol; ratu mengatur kami masuk dengan cara yang sama seperti yang dilakukan seorang pemimpin ketika pasukannya tiba di sebuah lorong sempit dimana tak ada ruang yang cukup untuk lebih dari satu orang pada saat bersamaan.
Dalam penerapan urusan manajemen bangsaku, kebijakan yang baik, tuntunan, kesatuan niat, pengelolaan, penanganan aturan kami, dan tugas pekerjaan masing-masing individu, engkau akan terheran-heran! Akan menjadi jelas bagimu bahwa itu bukanlah karena kehendak kami sendiri jika lebah dapat melakukan tindakan-tindakan, atau mencapai kontrol dan paling sempurna seperti itu. Jika engkau mengamati lebah pekerja, engkau akan melihat bahwa mereka adalah salah satu makhluk Allah yang paling lemah, yang benar-benar tahu tentang urusan mereka sendiri, dan yang paling mampu mengenali urusan mereka, namun tak berkata apa-apa tentang prestasi menakjubkan yang telah mereka lakukan.
Satu fakta membingungkan tentang bangsa kami adalah bahwa kami tak pernah punya dua ratu dalam satu tempat tinggal, yang memerintah dalam kelompok yang sama. Jika dua kelompok terbentuk dan diperintah oleh dua pemimpin, salah satunya dibunuh dan dipotong-potong, dan kami setuju untuk memberikan kesetiaan kami hanya kepada satu ratu, tanpa menunjukkan permusuhan di antara kami sendiri, atau berusaha mencelakakan satu sama lain. Kami bersatu sebagai satu kelompok yang memiliki satu pasukan.
Hal yang membingungkan tentang bangsaku, sesuatu yang kebanyakan manusia tak menyadari atau memahami, adalah cara lebah bereproduksi, dengan cara melahirkankah, atau bertransformasi. Sangat sedikit manusia yang membayangkan atau mengenali bagaimana hal itu terjadi! Sesungguhnya, kami berkembang-biak bukan dari dua metode itu, tetapi dengan metode yang paling membingungkan! Saat aku pergi ke padang rumput mengambil nektar, sari murni dari daun, kelopak, bunga, rumput, dll; aku mengisapnya, dan inilah yang merupakan intisari dari madu. Lalu aku memerasnya menjadi kental dipermukaan daun, dan melekatkannya pada kakiku, membentuknya serupa kacang-kacangan; lalu aku memasukkannya kedalam heksagonal kosong yang terbuat dari madu.
Kemudian, ratu berkeliling, dimulai dari tempat tinggalnya, menarik nafas di dalamnya, dan terus menuju ke tempat tinggal yang lain serta bernafas kedalam semuanya. Dari sini, kehidupan muncul didalamnya atas kehendak Allah, dan dengan demikian, mereka keluar sebagai makhluk terbang atas kehendak Allah. Inilah sebuah keajaiban yang ganjil dan sebuah pertanda dimana hanya sedikit manusia yang mengetahuinya; itu terjadi karena ilham Ilahi, yang menuntun kami dan mengajarkan kami cara-cara untuk mengelola, bepergian, hidup, membangun dan berproduksi. 

Dan bagaima tentang madu yang telah kami hasilkan? Sebuah varietas madu begitu putih, dimana engkau melihat pantulan wajahmu di dalamnya lebih baik daripada engkau melihatnya di cermin, itulah madu terpilih yang dikenal manusia, yang paling murni dan paling lezat. Rasanya memang manis-getir. Varietas lain, berwarna merah, hijau, anyelir, hitam, cokelat dan banyak warna lain, dengan rasa yang berbeda-beda, tergantung pada jenis tanaman yang dihisap dan substansi aslinya.
Madu merupakan konstituen dari hampir semua obat-obatan, dalam suatu tingkatan dimana masyarakat kuno tak mengenal gula, bahkan juga tak disebutkan dalam buku-buku mereka. Yang mereka gunakan untuk obat-obatan hanyalah madu, dan itu sebabnya engkau dapat melihatnya tersebutkan dalam buku-buku mereka. Sesungguhnya, madu lebih bermanfaat daripada gula, lebih efektif dan lebih menjernihkan pikiran, lebih mempertajam dan mengurangi serta memperkuat pertahanan tubuh jika mengalami cedera. Lebih memperkuat perut, meningkatkan semangat, mengangkat sukma, memparbanyak obat katalitik dan membantu dalam melacak penyakit ditempat yang tak terjangkau didalam tubuh.
Jika dunia tanpa gula, tak masalah, namun jika madu yang berkurang, akan ada permintaan yang besar untuknya. Beberapa kota pernah menggunakan gula sebagai pengganti madu, dan mereka lebih suka rasa gula itu dibanding madu; mereka merasa bahwa gula tak begitu tajam dan intens daripada madu. Mereka tak menyadari bahwa manfaat madu terletak pada ketajaman dan intensitasnya. Jika seseorang merasakannya tak sesuai bagi tubuhnya, ia dianjurkan agar melembutkan ketajaman madu dengan makanan lain, dan dengan cara ini, madu akan lebih menguntungkan dibandingkan gula.

Tahukah engkau betapa pentingnya madu sebagai sumber makanan, yang disediakan Allah  kepada umat manusia melalui hewan kecil sepertiku? Madu terdiri dari gula seperti glukosa dan fruktosa dan mineral seperti magnesium, kalium, kalsium, natrium klor, belerang, besi dan fosfat. Termasuk juga vitamin B1, B2, C, B6, B5 dan B3, vitamin-vitamin yang berubah sesuai dengan kualitas nektar dan serbuk-sari sumbernya. Selain itu terdapat juga tembaga, yodium, zat besi dan seng, dalam jumlah kecil. Juga, terdapat beberapa jenis hormon didalamnya.
Dewasa ini, pemeliharaan lebah dan produk lebah telah menjadi cabang baru penelitian di negara-negara maju dalam ilmu pengetahuan. Ada manfaat lain dari madu, misalnya, mudah dicerna oleh perut yang paling sensitif, meskipun konsentrasi asam yang tinggi, karena molekul gula pada madu dapat berubah menjadi jenis lain dari gula, yakni madu. Juga membantu ginjal dan usus agar berfungsi lebih baik. Kualitas madu yang lain adalah, bila dibandingkan dengan jumlah gula yang sama, memberikan 40% lebih sedikit kalori untuk tubuh. Meskipun memberikan energi yang besar bagi tubuh, tidak menambah berat badan. Ketika dicampur dengan air hangat, madu melebur ke dalam aliran darah dalam waktu 7 menit. Molekul-molekul gula bebas di dalamnya lebih meringankan fungsi otak.

Madu menyediakan bagian penting energi yang dibutuhkan oleh tubuh untuk pembentukan darah. Selain itu, madu membantu membersihkan darah. Madu memiliki beberapa efek positif dalam mengatur sirkulasi darah dan memfasilitasinya. Juga, berfungsi sebagai pelindung penting melawan masalah kapiler dan arteriosklerosis.
Madu tak bertahan terhadap bakteri. Bakteri ini membunuh properti madu yang disebut sebagai "efek inhibisi". Percobaan yang dilakukan pada madu mengatasinya, bakteri yang membunuh meningkatkan propertinya dua kali ketika diencerkan dengan air. Yang sangat menarik dicatat, bahwa bayi yang baru lahir dalam koloni lebah, yang dipelihara dengan madu, diencerkan oleh lebah yang bertanggung jawab atas pengawasan mereka, seolah-olah mereka tahu keistimewaan madu ini.
Royal jelly adalah zat yang diproduksi lebah pekerja di dalam sarang. Dalam zat bergizi ini, terdapat gula, protein, lemak dan banyak vitamin. Ini digunakan untuk mengatasi masalah yang terjadi sebagai akibat dari kekurangan jaringan atau kelemahan tubuh.

Akhirnya, dari Abu Sa`id al-Khudri, radhiyallahu 'anhu, seorang lelaki menemui Rasulullah (ﷺ) dan berkata, "Saudaraku mengalami masalah perut." Rasulullah (ﷺ) bersabda, "Minumkan madu padanya." Lelaki itu datang kedua kalinya dan Rasulullah (ﷺ) bersabda, 'Minumkan ia madu." Ia datang lagi untuk ketiga kalinya dan Rasulullah (ﷺ) bersabda, "Minumkan ia madu." Ia kembali lagi dan berkata , "Aku telah melakukannya.' Rasulullah (ﷺ) kemudian bersabda," Allah Mahabenar, tetapi perut saudaramu itulah yang berdusta. Minumkan ia madu." Maka iapun memberi minum saudaranya itu madu dan iapun sembuh. - [Sahih al-Bukhari]
Dari Ibnu Abbas, radhiyallahu 'anhu, Rasulullah (ﷺ) berkata, "Kesembuhan itu ada pada tiga hal: Satu tegukan madu, berbekam, dan pengobatan dengan pisau panas (kayy). Namun aku melarang umatku menggunakan pengobatan dengan pisau panas."- [Sahih al-Bukhari]

Aku bersyukur atas segala berkah yang Allah berikan untuk kita dan banyak hal yang telah Dia anugerahkan untuk kita. Dan jika engkau hendak menghitung nikmat Allah, engkau takkan dapat menyebutkannya. Unta, ternak, domba, dan kambing, "empat pasang” hewan ternak, adalah rahmat dalam penciptaan An‘am-Nya. Berkah-berkah ini termasuk manfaat yang diperoleh dari wol dan bulu-bulunya, darimana pakaian dan perabotan dibuat, susunya yang diminum, dan anak-anaknya yang dimakan. Keindahannya, semacam perhiasan ketika mereka dibawa kembali dari padang rumput di malam hari. Lihatlah bagaimana panggul mereka menjadi gemuk, ambing mereka diisi dengan susu dan punuk mereka membesar. Mereka membawa beban berat yang sulit dipindahkan atau dibawa sendiri oleh manusia, dalam perjalanan untuk haji, ‘Umrah, kampanye militer, dan perjalanan untuk tujuan perdagangan, dan sebagainya. Manusia menggunakan hewan-hewan ini untuk segala jenis keperluan, berkuda dan membawa beban. Allah-lah yang telah menaklukkan An'am (ternak) untukmu. Dan Allah juga telah menciptakan kuda, bagal, dan keledai untuk engkau tunggangi, dan sebagai perhiasan. Inilah tujuan utama binatang ini diciptakan.

Wahai saudara-saudariku, seperti yang telah kusebutkan sebelumnya, bahwa kami, para Lebah, cara hidup kami, berdasarkan petunjuk Allah, yang diilhami-Nya kepada kami. Tanpa tuntunan Ilahi dalam hidup kami, kami takkan dapat menghasilkan madu yang bermanfaat bagi kami sendiri dan juga bagi makhluk lain. Dengan mengikuti petunjuk Ilahi, kami tak perlu membuang-buang waktu dan energi untuk membuat aturan di antara kami sendiri, dan juga tak perlu saling berdebat tentang apa yang salah dan apa yang benar, seperti yang dilakukan manusia jika mereka membuat aturan mereka sendiri. Tanpa mengikuti tuntunan ilahi, kami hanyalah makhluk kecil yang tak bermakna.
Selain menciptakan unta untuk dikendarai, Allah juga menciptakan kuda dan keledai, yang dapat digunakan untuk tujuan perjalanan fisik. Demikian juga, ada jalur moral dan agama yang bisa diikuti seseorang. Seringkali dalam Al-Quran, ada pergeseran dari hal-hal fisik atau berwujud, ke dalam hal-hal spiritual dan keagamaan yang bermanfaat. Orang selalu berusaha menjangkau salah satu cara yang terbaik untuk diikuti, dan jalan yang benar itulah hak Allah. Hak Allah untuk menerangkan, menjelaskan jalan yang lurus dan yang menyimpang. Wallahu a'lam."
وَعَلَى اللَّهِ قَصْدُ السَّبِيلِ وَمِنْهَا جَائِرٌ وَلَوْ شَاءَ لَهَدَاكُمْ أَجْمَعِينَ
"Dan hak Allah menerangkan jalan yang lurus, dan di antaranya ada (jalan) yang menyimpang. Dan jika Dia menghendaki, tentu Dia memberi petunjuk kamu semua (ke jalan yang benar)." - [QS.16:9]

Rujukan :
- Syaikh Safiurrahman Al-Mubarakpuri, Tafsir Ibn Kathir (Abridged) Volume V, Darussalam
- Anas Abdul-Hameed Al-Qoz, Men and The Universe - Reflections of Ibn Al-Qayyem, Darussalam

Jumat, 18 Januari 2019

Kekaisaran Semut (2)

Sekarang, aku akan menyampaikan sedikit tentang diriku kepadamu. Aku terlahir sebagai semut pekerja, pekerja keras. Kami dilahirkan dalam bentuk telur, lalu kami menjadi larva dan kemudian kepompong. Setelah itu, kami akan tahu, akan seperti apa jadinya kami. Ketika telur itu, aku di dalam, menetas, indukku mencuci larva dengan lidahnya, memberiku makanan yang disimpannya di perutnya dan menjagaku dari bahaya sampai aku tumbuh dewasa. Ketika aku tumbuh dewasa, aku menyadari bahwa aku adalah seorang penjaga. Semut pekerja punya tugas yang berbeda. Di antara mereka, ada yang bertugas untuk membersihkan koloni, tentara untuk melindungi mereka dan patroli semut untuk menjaga koloni, menyelamatkan dari bahaya.
Aku termasuk patroli pengawas. Bahkan, aku seorang komandan. Pada awalnya, aku mengawasi koloni-koloni kami, lambat-laun berkembang dengan mantap. Aku mengawasi semut pekerja yang sedang menyusui anak-anak. Aku mengawasi semut pekerja yang sedang memerah susu sapi semut. Ya, kami memerah jenis serangga tertentu yang bertanggung jawab untuk membuat madu nektar sama seperti susu sapi manusia. Aku mengawasi pembangun di antara semut pekerja saat mereka menggali terowongan dan rumah di bawah tanah. Aku bertanggung jawab atas bahaya eksternal yang paling berbahaya bagi manusia. Ya, manusia adalah salah satu kekuatan yang paling berbahaya. Selain manusia, ada ratusan kekuatan alami yang juga mengancam semut. Bahaya pertama adalah hujan, karena kami adalah makhluk yang tak tahu cara berenang. Kami tenggelam dalam air. Saat kilat dan guntur menyerang, kami mengeluarkan teriakan peringatan dan menyatakan keadaan darurat dan semua semut lari-bersembunya ke rumah mereka di bawah tanah. Selain itu, kami, patroli pengawas, mengamati situasi dari tempat-tempat yang jauh dari hujan tetapi yang lebih dekat daripada tempat-tempat semut lainnya. Ketika hujan berhenti, kami tak bergegas ke permukaan, namun kami tetap tinggal di rumah kami, mengamati situasi. Kami menunggu matahari muncul kembali.

Matahari aneh karena kami tak pernah melihatnya lebih dulu, melainkan kami merasakan kehadirannya. Matahari menghabiskan salah satu bahaya terbesar yang mengancam kami. Matahari menyerap air. Begitu matahari muncul di tempat yang berair, ada sesuatu yang menarik, yang tak dapat kita pahami, terjadi. Matahari menyerap air. Kemana perginya? Menguapkah? Apa artinya?
Kami selalu terkejut menemukan bahwa ketika matahari muncul, genangan air, yang dibuat oleh hujan, menghilang. Inilah misteri yang sangat membingungkanku saat kurenungkan hal-hal di waktu luangku. Aku tak mengerti. Aku tak tahu bagaimana semua ini terjadi. Dengan cara ini, aku terus memuliakan Allah seraya menyatakan bahwa aku tak mengerti atau memahami Hikmah-Nya.
Yang kutahu adalah Allah Maha Penyayang terhadap semut dan salah satu tanda dari Rahmat-Nya adalah apa yang dilakukan matahari terhadap udara. Bagaimana caranya? Ini juga rahasia. Aku mengakui ketidakmampuanku mengungkap misterinya.
Setelah bahaya air, datanglah bahaya manusia. Ia menghancurkan, membunuh, dan memusnahkan kami tanpa alasan. Ia tak punya perasaan terhadap kami. Mengapa manusia tak punya rasa? Kenapa ia tak merasakannya? Bangsa semut mengadakan ribuan kali pertemuan untuk membahasnya. Pernyataan terakhirnya adalah sebagai berikut, "Bangsa manusia meremukkan kami dengan kedua kakinya karena ia tak melihat ke bawah saat ia berjalan. Ia melihat ke depan dan ke belakang, serta ke sekelilingnya, namun jarang menundukkan kepalanya. Betapa keangkuhan tempat persembunyian manusia itu! Jika ia memperhatikan langkahnya, malapetaka yang terjadi sepanjang sejarah semut, takkan pernah terjadi." Aku teringat, Abu Hurairah, radhiyallahu 'anhu, meriwayatkan bahwa Rasulullah (ﷺ) bersabda,
"Ketika salah seorang darimu melihat seseorang yang berdiri di tingkat yang lebih tinggi darimu, dalam hal kekayaan dan struktur fisik, ia juga hendaknya melihat orang yang berdiri di tingkat yang lebih rendah darinya dalam hal ini (dimana ia berdiri) di tingkat yang lebih tinggi (dibandingkan dengannya). " - [Sahih Muslim]
Ada sebuah peristiwa yang mengaitkan bangsa semut dengan umat manusia, yang diabadikan dalam Al-Quran. Maka, perkenankan aku menuturkan padamu apa yang telah kudengar dari ibuku, yang didengarnya dari ibunya, ibunya dari ibu dari ibunya sampai mencapai nenek-buyutku. Nenek-buyutku berkata,
Suatu hari, aku merayap dan berjalan jauh. Jarak yang hanya bisa dicapai manusia pada saat-saat tertentu. Aku tak merasa putus asa dan aku juga tak membenci manusia. Salah satu sifat semut yang baik adalah ukurannya yang kecil tetapi besar. Yang pasti, kebijaksanaan lebih baik dari kekayaan yang disertai dengan kesombongan, dan lebih baik dari kemiskinan yang diikuti oleh kebencian. Kami memuliakan Allah di keempat arah. Dimanapun engkau memandang atau memutar tubuhmu, ada Wajah Allah.

Aku yakin itu pasti. Inilah ilmu darimana pohon hikmah berasal. Setelah berjalan jauh, secara kebetulan, aku menemukan sebuah pohon. Aku memanjatnya, berdiri, melihat, memuliakan Allah, berbalik dan melihat lagi. Pandanganku membeku! Tiba-tiba ketakutan membuatku tersengal-sengal. Aku mencium bahaya yang belum terungkap. Ada barisan tentara yang luar biasa. Bukan pasukan biasa dan tak seperti tentara saat ini. Biasanya, pasukan terdiri dari tentara manusia, seperti tentara semut terdiri dari tentara semut. Yang mengejutkanku, apa yang kulihat di hadapanku, tak hanya sepasukan manusia, melainkan pasukan jin, manusia, dan unggas. Barisan manusia tak berujung, barisan hewan tak berujung dan barisan unggas tak berujung!
Aku turun dari pohon dan berjalan dengan kecepatan penuh. Inilah kecepatan maksimum bagi seekor semut. Kami punya lima tingkatan kecepatan dan inilah yang tercepat. Aku mengarahkan gigi-lima kecepatanku ke batas maksimum dan turun dari pohon. Pada saat yang sama, aku mengeluarkan aroma yang sangat bermakna dalam dunia semut. Ini berarti peringatan bagi semut agar berkumpul di pinggiran kekaisaran. Seluruh semut yang bekerja di luar kekaisaran, berjalan dengan cepat ke sana. Aku mencapai lembah kekaisaran semut.

Ada pertemuan darurat bagi yang bertugas menjaga wilayah kekaisaran. Aroma yang telah kusebarkan, telah mengumpulkan mereka. Aku berdiri untuk memberikan laporan kepada pejabat tertinggi Kekaisaran Semut. Pejabat yang ini, semut yang tak banyak bicara, namun punya kemampuan membuat keputusan yang cepat, tepat dan tegas, dalam waktu kurang dari sekejap mata. Aku berkata, "Ada pasukan di dekat lembah kami." Pejabat semut bertanya, "Ada berapa banyak manusia di sana?" "Pasukan itu tak hanya manusia," jawabku. Sambil menggosok kepalanya, sang pejabat semut berkata, "Pasukannya bukan manusia?" "Ya, itu pasukan jin, manusia dan unggas," imbuhku.
Jika engkau suka membaca sejarah seperti bangsa Yunani dan Romawi kuno, menurut pendapatku, secara alegoris, institusi yang mereka miliki, mirip dengan Kekaisaran Semut, namun tentu saja, tak semua sama. Sekarang, perkenankan aku melanjutkan. Pertemuan para pejabat tertinggi Kekaisaran Semut segera berlangsung. Seorang anggota Senat bertanya, "Siapa pemimpin pasukan ini?" Tak ada yang menjawab hingga seorang Jenderal Tentara Semut berkata, "Yang Mulia, mohon perkenankan salah seorang agen intelijenku menyampaikan beberapa data!" Sang senator berkata, "Baik, tampilkan ia ke depan!"

Ada tugas khusus yang dilaksanakan oleh komando khusus, yang tugasnya mengintai musuh. Namun, tugas mereka hanya untuk musuh, bukan mengintai rakyat semut. Baik semut maupun manusia, takkan mau melakukannya, karena Rasulullah (ﷺ) melarang kita saling mengintai. Dari Abu Hurairah, radhiyallahu 'anhu, Rasulullah (ﷺ) bersabda,
"Waspadalah terhadap purba-sangka, karena purba-sangka itu, seburuk-buruk perkataan dusta; dan jangan mencari-cari kesalahan orang lain, dan jangan saling mengintai, dan jangan saling iri, dan janganlah meninggalkan (memutus hubunganmu) satu sama lain, dan jangan saling membenci, dan, wahai para hamba Allah! Bersaudaralah (seperti yang diperintahkan Allah kepadamu!)." - [Sahih al-Bukhari]
Maka, sang agen, melangkah maju, mengucapkan salam, dan menjelaskan beberapa informasi, kemudian ia berkata, "Kesimpulannya, pemimpin pasukan itu, seorang raja. Ia adalah Nabi Sulaiman, alaihissalam, ia memerintah setelah ayahnya, Nabi Dawud, alaihissalam. Allah menundukkan jin, manusia, unggas, dan angin untuknya. Selain itu, Allah memberikan kenabian kepada Nabi Sulaiman, dan ia memohon kepada Rabb-nya agar memberinya kekuasaan yang tak dimiliki oleh siapapun, dan Dia mengabulkannya, menganugerahkan itu untuknya." Sang senator berkata, "Jika demikian, mungkinkah pasukan itu berencana menyerang kita?"
Sang agen melanjutkan, "Menurut sumber-sumber yang dapat dipercaya, setelah kematian ayahnya, Nabi Sulaiman menjadi raja. Nabi Sulaiman adalah putra bungsu Nabi Dawud. Ia dilahirkan di Yerusalem. Nama ibunya adalah Saba. Karena ia adalah seorang anak yang berbakat, ayahnya menjadikannya sebagai pewarisnya. Setelah kematian Nabi Dawud, ia naik takhta Kerajaan Judia karena kebiajaksanaannya, kearifannya, pemahamannya yang benar dan wawasan spiritualnya. Ia memohon kepada Allah agar dikaruniai kerajaan yang tak dimiliki oleh siapapun, dan Allah mengabulkan permintaannya, Nabi Sulaiman sangat taat, banyak beribadah kepada Allah dan selalu memohon ampunan Allah.
Ia diberkahi dengan kemampuan memutuskan dengan baik dalam pelbagai masalah yang rumit. Tersebutlah ada perselisihan diantara dua orang. Mereka mengadu ke hadapan Raja Dawud. Salah seorang dari mereka berkata, "Wahai raja, domba-domba orang ini telah menginjak-injak kebun anggurku. Mereka telah merumput dan menyebabkan banyak kerugian di pihakku. Aku meminta ganti rugi dari pemilik domba-domba itu." Gembala domba-domba itu sangat miskin. Ia tak memiliki apa-apa selain domba dan kerusakan yang dilakukan pada tanaman melebihi harga domba-dombanya.
Raja Dawud menjatuhkan hukuman pada pemilik domba agar mengganti kerugian pemilik kebun anggur itu, namun Nabi Sulaiman berkata, "Bukan begitu, wahai nabi Allah!" Nabi Dawud bertanya, “Mengapa begitu?” Ia berkata, “Serahkan kebun anggur kepada pemilik domba, sehingga ia dapat menjaganya sampai kembali kepada keadaan semula, dan serahkan domba-domba itu kepada pemilik kebun anggur, sehingga ia dapat penghasilan darinya sampai kebun anggurnya kembali seperti sediakala, kemudian serahkan kepada pemiliknya, dan domba kepada pemiliknya."


Sang senator berkata, "Jika ilmu adalah kekuatan, maka kepemimpinan adalah keagungan. Ilmu sangatlah penting bagi kepemimpinan yang kuat. Hasil utamanya didasarkan pada aset ilmu, dan ilmu dipergunakan untuk mengambil keputusan guna pengembangan masyarakat, hasil dan efisiensinya. Aku pernah pergi ke sebuah negara dimana aku mendengar penduduknya berkata, "Pemimpin itu, tak perlu berilmu, yang penting menduduki jabatan dulu, nanti ia bisa belajar bila telah menduduki jabatan itu." Dan aku terperangah, "Bagaimana jadinya, bila sebuah negeri dipimpin oleh seseorang yang hanya bisa berselfie-ria ? Bagaimana jadinya, bila sebuah negeri yang dipimpin oleh seseorang, ketika dimintai keputusan, ia menyerahkannya kepada orang lain? Seorang pemimpin yang luar biasa takkan melakukan apa yang orang biasa lakukan!"
Sang agen melanjutkan, "Selain hikmah, Allah menganugerahkan kepada nabi Sulaiman, banyak kemampuan. Ia dapat memerintahkan angin, dan memahami dan dapat berbicara dengan burung dan binatang. Allah menuntunnya agar mengajarkan manusia dan jin untuk menambang bumi dan mengekstrak mineralnya guna membuat peralatan dan senjata. Allah juga memberikan nikmat padanya berupa tambang tembaga, yang merupakan logam langka pada masa itu." Sang senator berkomentar, "Keterampilan komunikasi tertulis dan verbal yang kuat, sangat penting bagi kepemimpinan yang baik. Komunikasi yang jelas, tepat, dan berguna, adalah caramu merengkuh pemahaman apa yang engkau harapkan dari para kolegamu. Jika engkau merancang agar pertanyaan, instruksi, komentar, dan panduanmu mudah dipahami, mereka dapat dengan mudah mengikuti petunjukmu." Kemudian ia berkata, "Menurut pendapatku, seorang nabi, takkan diutus untuk merusak negara manapun, bahkan kerajaan kita." Namun senator lainnya berkata, "Jika pasukan ini berjalan melalui lembah kekaisaran semut, itu berarti kehancuran total bagi seluruh kekaisaran kita. Dan yang menyakitkan, para tentara pasukan itu, tak sadar bila akan menghancurkan kita." Maka, pertemuan pejabat tertinggi Kekaisaran Semut masih tetap berlangsung selama beberapa detik. Prosedur keamanan diberikan kepada seluruh rakyat semut, di dalam atau di luar kekaisaran. Perintah yang diberikan kepada semut di dalam kekaisaran adalah bahwa mereka harus tetap di rumah mereka. Sambil membuat persiapan, semut pekerja mulai mengisi perbekalan yang banyak, untuk berjaga-jaga, kalau-kalau mereka akan tinggal di sana untuk waktu yang lama.

Perintah yang diberikan kepada semut di luar kekaisaran, adalah bahwa mereka harus bergegas dan kembali ke perbatasan wilayah kekaisaran. Sistem kewaspadaan perlindungan ganda dibuat. Semua sistem peringatan disiapkan dan aku ditunjuk sebagai komandan untuk mengumumkan teriakan peringatan terakhir. Pada hari-hari biasa, aku ditempatkan di sebuah bukit kecil, namun selama keadaan yang luar biasa ini, posisiku berubah, sehingga aku harus memanjat sebatang pohon dan berdiri dengan penuh perhatian. Aku mengamati jalan tertentu di cakrawala, jalan yang hendak dilalui pasukan Nabi Sulaiman melewati daerah itu. Aku tak perlu menunggu lama, sebelum tentara muncul. Tampak bintik kecil, jauh, laksana semut! Kemudian mulai membesar dan lebih besar, maka akupun berteriak, “Wahai semut-semut! Masuklah ke dalam sarang-sarangmu, agar kamu tak diinjak oleh Sulaiman dan bala tentaranya, sedangkan mereka tak menyadari.”
Segera setelah keteriakkan peringatanku, para semut bergegas ke rumah mereka. Aku tak terkejut akan hal itu, namun pada saat yang sama, terjadi sesuatu yang lain. Nabi Sulaiman dan pasukannya berhenti. Mereka hening dan lengang. Aku sangat terpana. Nabi Sulaiman memandangi pohon tempatku berdiri, dan ia tersenyum. Aku sangat terkejut dengan apa yang terjadi. Senyumnya membawa rasa-madu dan tampak bertatahkan belas-kasih yang tak terasakan kecuali di antara kami sendiri. Aku merasa bahwa Nabi Sulaiman memahami apa yang kuucapkan dan berhenti. Ketertakjubanku bertambah. Semakin bertambah saat ia menoleh ke arahku dan menyapaku dengan bahasa ibuku seraya berkata, "Jangan takut! Pasukan ini takkan menghancurkan lembah semut. Kami akan mengubah haluan dan menjauh dari lembahmu." Ia kemudian berbalik ke pasukannya dan memerintahkan, "Putar haluan dari lembah semut dan berbaris maju."

Itulah kisah nenek buyutku. Aku kagum saat mendengar kisah itu dan berpikir, "Bisakah manusia ini benar-benar memahami apa yang dikatakan semut?" Tentu saja, aku telah memiliki jawabannya, karena Allah telah mewahyukannya. Allah berfirman,
وَلَقَدْ آتَيْنَا دَاوُدَ وَسُلَيْمَانَ عِلْمًا وَقَالا الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي فَضَّلَنَا عَلَى كَثِيرٍ مِنْ عِبَادِهِ الْمُؤْمِنِينَ
"Dan sungguh, Kami telah memberikan ilmu kepada Dawud dan Sulaiman; dan keduanya berkata, “Segala puji bagi Allah yang melebihkan kami dari banyak hamba-hamba-Nya yang beriman.”." - [QS.27:15]
وَوَرِثَ سُلَيْمَانُ دَاوُدَ وَقَالَ يَا أَيُّهَا النَّاسُ عُلِّمْنَا مَنْطِقَ الطَّيْرِ وَأُوتِينَا مِنْ كُلِّ شَيْءٍ إِنَّ هَذَا لَهُوَ الْفَضْلُ الْمُبِينُ
"Dan Sulaiman telah mewarisi Dawud, dan ia (Sulaiman) berkata, “Wahai manusia! Kami telah diajari bahasa burung dan kami diberi segala sesuatu. Sungguh, (semua) ini benar-benar karunia yang nyata." - [QS.27:16]
وَحُشِرَ لِسُلَيْمَانَ جُنُودُهُ مِنَ الْجِنِّ وَالإنْسِ وَالطَّيْرِ فَهُمْ يُوزَعُونَ
"Dan untuk Sulaiman dikumpulkan bala tentaranya dari jin, manusia dan burung, lalu mereka berbaris dengan tertib." - [QS.27:17]
حَتَّى إِذَا أَتَوْا عَلَى وَادِ النَّمْلِ قَالَتْ نَمْلَةٌ يَا أَيُّهَا النَّمْلُ ادْخُلُوا مَسَاكِنَكُمْ لا يَحْطِمَنَّكُمْ سُلَيْمَانُ وَجُنُودُهُ وَهُمْ لا يَشْعُرُونَ
"Hingga ketika mereka sampai di lembah semut, berkatalah seekor semut, “Wahai semut-semut! Masuklah ke dalam sarang-sarangmu, agar kamu tak diinjak oleh Sulaiman dan bala tentaranya, sedangkan mereka tak menyadari.” - [QS.27:18]
فَتَبَسَّمَ ضَاحِكًا مِنْ قَوْلِهَا وَقَالَ رَبِّ أَوْزِعْنِي أَنْ أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِي أَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلَى وَالِدَيَّ وَأَنْ أَعْمَلَ صَالِحًا تَرْضَاهُ وَأَدْخِلْنِي بِرَحْمَتِكَ فِي عِبَادِكَ الصَّالِحِينَ
"Maka ia (Sulaiman) tersenyum lalu tertawa karena (mendengar) perkataan semut itu. Dan ia berdoa, “Wahai Rabb-ku, anugerahkanlah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada kedua orang tuaku dan agar aku mengerjakan kebajikan yang Engkau ridhai; dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang shalih.” - [QS.27:19]
Aku terpana saat menyadari bahwa, ketika Nabi Sulaiman melihat semut, ia berbicara kepada Allah dan berdoa."

"Wahai saudara-saudariku, kemampuan memahami ucapan binatang, yang merupakan salah satu keagungan yang diberikan kepada Nabi Sulaiman, alaihissalam, berbeda dari pengetahuan dan seni duniawi lainnya, tetapi merupakan dua mukjizat yang diberikan kepada para nabi terkemuka. Oleh karena itu, kisah tentang bagaimana Nabi Sulaiman mendengarkan pembicaraan binatang yang tak dominan seperti semut, adalah cara yang sama seperti ketika manusia mendengarkan manusia lain. Esok hari adalah milik orang yang dapat mendengarkan kedatangannya. Saat engkau mendengarkan seseorang, sepenuhnya, dengan penuh perhatian, maka engkau tak hanya mendengarkan kata-katanya, melainkan juga rasa yang disampaikan, keseluruhannya, tak hanya sebagian.
Kemudian, ketika Nabi Sulaiman mengalaminya dengan keyakinan pasti, ia, sebagai seorang utusan Allah, mengucapkan rasa syukur atas berkah itu. Orang yang sungguh-sungguh menyembah Allah, adalah mereka yang bersyukur dan berterima kasih kepada-Nya. Wallahu a'lam."
وَمَا مِنْ دَابَّةٍ فِي الأرْضِ وَلا طَائِرٍ يَطِيرُ بِجَنَاحَيْهِ إِلا أُمَمٌ أَمْثَالُكُمْ مَا فَرَّطْنَا فِي الْكِتَابِ مِنْ شَيْءٍ ثُمَّ إِلَى رَبِّهِمْ يُحْشَرُونَ
"Dan tiada seekor binatang pun yang ada di bumi dan burung-burung yang terbang dengan kedua sayapnya, melainkan semuanya merupakan umat-umat (juga) seperti kamu. Tiada sesuatupun yang Kami luputkan di dalam Kitab, kemudian kepada Rabb mereka dikumpulkan." - [QS.6:38]
[Bagian 1]
Rujukan :
- The History of al-Tabari, The Children of Israel, Volume III, Translated by William M. Brinner, SUNY Press
- Ibn Kathir, Stories of The Prophets, Darussalam
- Maulana Hifzur Rahman Soeharwy, Qasasul Ambiyaa, Idara Impex
- Ahmad Bahjat, Animals in The Glorious Qur'an, Islamic e-Books

Senin, 14 Januari 2019

Kekaisaran Semut (1)

Aku hanyalah semut, namun tentu saja, aku tahu mengapa Allah menciptakan kami, para semut. Aku merasa sangat aneh, bahkan heran, dan terkadang merasa kesal, melihat makhluk yang berjalan dengan ceroboh dan menginjak-injak pasukan semut. Lebih dari itu, dengan kudanya, ia menghancurkan ribuan semut tanpa merasa atau memperlihatkan apapun! Ia melakukan hal-hal seperti itu tanpa mengetahui, tanpa menyadari, tanpa memperhatikan, tanpa pengertian dan tanpa merasa marah atau sedih. Namun, sudahlah. Aku ingin engkau mengenal semut, bangsaku, sehingga engkau bisa belajar banyak tanda-tanda dan bukti-bukti.
Kita beriman pada takdir Allah, dan takdir yang ditentukan oleh-Nya. Kami sadar bahwa, secangkir air dapat menenggelamkan sepasukan semut, namun iman kami kepada Allah, tak menghalangi kami untuk membuat perhitungan, studi kelayakan, meneliti dan mengatur serta mengelola segala sesuatu yang diperjuangkan untuk hikmah dan kesempurnaan. Lebih jauh lagi, kami memahami bahwa beriman kepada Allah, mewajibkan kita untuk melakukannya, agar hukum alam semesta tak boleh dilanggar oleh siapapun, dan tak ada makhluk yang menyimpang dari sifatnya. Itu sebabnya, kami tak pernah terkejut.

Akulah semut, dan semut, sesuatu yang sangat kecil; serangga kecil, namun pada saat yang sama, makhluk yang lengkap, dan keberadaan kami bertepatan dengan sifat dan hikmah kami berdiri sebagai bagian integral dari karakter kami. Semboyan hidup kami, jelas dan langsung pada intinya. Kami bangsa semut, memiliki beberapa kebiasaan yang sama dengan manusia. Kami membangun kota dan jalan, menggali terowongan, menyimpan makanan, dan berkebun serta bercocok-tanam. Kami memiliki pasukan yang siap untuk perang dan pertahanan. Kamipun mengambil tawanan perang, kami juga punya sidang pengadilan, dan sebagainya. Ada subspesies semut yang disebut 'pemerah susu', yang menundukkan jenis cacing dan belatung serta membesarkannya di tempat-tempat dan peternakan khusus, memberi makan dan merawatnya; mengekstrak dari mereka zat manis yang disebut 'embun madu'.
Meskipun ukuran kami tak lebih dari dua milimeter, Allah, Yang Maha Pemurah, Yang Maha Penyayang, telah memberikan kompensasi kepada kami untuk ukuran tubuh kami yang kecil dan lemah dengan bakat organisasi, manajemen dan membuat perhitungan yang cermat. Ketahuilah kawan, kamilah species yang sangat cerdas!

Kami sanggup mengangkat sebutir beras selama setengah hari. Engkau dapat melihat bagaimana ketika bangsa semut mencari makanan, kami meninggalkan lubang untuk mencarinya. Setelah kami temukan, kami masuk berbaris ke lubang kami, dan mulai memindahkannya. Engkau akan melihat kami dalam dua barus, satu membawa makanan dan menuju rumah, dan yang lainnya keluar dari rumah, tak bercampur dengan barisan lain, kedua barisan itu terus berbeda dan terpisah. Mereka menyerupai dua kelompok orang, yang satu pergi ke suatu tempat dan yang lainnya kembali dari sana. Jika muatannya terlalu berat, sekelompok semut mengambil bagian dalam membawanya, dengan cara yang sama ketika sekelompok manusia mengambil bagian dalam membawa batu atau batang kayu. Jika itu hanya seekor semut yang telah menemukan benda yang berat, para temannya akan membantu membawanya ke tempat tinggalnya, dan kemudian menyerahkannya kepada pemiliknya. Di sisi lain, jika suatu kelompok telah menemukan sesuatu bersama, kami bekerja-sama untuk memindahkannya, kemudian membagikannya di rumah.
Seorang yang berpengalaman menuturkan cerita yang luar biasa berikut ini, "Aku pernah melihat seekor semut yang menemukan setengah bangkai belalang; ia berusaha memindahkannya, namun ia tak berhasil membawanya. Jadi, ia bergerak agak jauh dan memanggil sekelompok semut." Narator menambahkan, "Aku mengambil bangkai belalang itu dari tanah, sehingga ketika semut dan rekan-rekannya datang, ia berkeliling dan mereka berkeliling, namun tak dapat menemukannya, maka merekapun kembali. Lalu, bangkai belalang itu kuletakkan lagi. Ketika semut itu datang, ia melihatnya, ia berusaha membawanya namun tak berhasil, maka ia berjalan agak jauh, membawa kelompoknya, mereka datang dan berkeliling tempat itu, dan ketika kelompok itu tak menemukan apa-apa, mereka melingkari sang semut, menyerangnya, dan memotong anggota tubuhnya satu demi satu. Aku duduk di sana mengamati semuanya."
Dalam hal ini, izinkan aku memberi tahu cara kerjanya. Jadi, katakanlah, ketika kami menemukan sepotong gula, lalu kami laporkan ke sebuah lembaga, kami menyebutnya Dewan Spesialis Tinggi untuk Keamanan Pangan. Jadi lembaga ini, mengadakan rapat, "Ada sepotong gula di sana," kata mereka. "Dimana?" kami akan bertanya. "Pada jarak seribu langkah semut dari pohon apel." "Berapa banyak semut yang dibutuhkan untuk membawanya?" kami bertanya. "Sepuluh ribu semut." "Kumpulkan sepasukan pasukan lima puluh ribu semut," ucap kami sambil mengatur diri.

Orang-orang yang berilmu berkata, "Aspek yang luar biasa dari kelihaian semut adalah ketika mereka memindahkan sebutir biji-bijian ke tempat tinggal mereka, mereka memecahnya menjadi keping-keping sehingga tak bertunas. Jika itu adalah dua cuping gandum, setiap cuping masih bisa tumbuh, mereka lalu memecahnya menjadi empat bagian.Jika gandum itu dibasahi dengan embun, dan mereka khawatir akan membusuk, mereka menaruhnya di bawah cahaya matahari, dan kemudian membawanya kembali ke tempat tinggal mereka. Inilah alasan mengapa engkau sering melihat di luar tempat tinggal mereka, banyak biji-bijian yang rusak, maka jika engkau datang sebentar, lalu kemudian engkau takkan menemukan apapun yang tersisa. Tanda lain mereka adalah bahwa mereka tak menggali tempat tinggal mereka kecuali di sebidang tanah yang tinggi, jangan sampai banjir akan menenggelamkannya. Engkau tak pernah melihat kekaisaran semut itu di dasar lembah, melainkan di bagian atas, dimana banjir tak mengalir."
Kelihaian seperti itu, tak perlu heran pada spesies yang memuliakan Rabb dengan rasa-syukur. Abu Hurairah, radhiyallahu 'anhu, meriwayatkan bahwa Rasulullah (ﷺ) bersabda,
"Seekor semut telah menggigit seorang Nabi (salah satu di antara para nabi sebelumnya) dan ia memerintahkan agar koloni semut itu dibakar. Dan Allah mewahyukan kepadanya, 'Karena gigitan semut, kamu membakar sebuah komunitas dari antara komunitas yang menyanyikan Kemuliaan-Ku'." - [Sahih Muslim]


Tahukah engkau dimana lembah Kekaisaran Semut? Jika engkau tak tahu, maka itu lebih baik, menurutku. Lebih baik bagi makhluk kecil seperti kami, menyembunyikan lembah mereka agar dapat menjaga kehidupan mereka, terutama dari kaki besar manusia. Sudah menjadi rahasia umum bahwa ukuran kecil makhluk mungkin menjadi penyebab kehancurannya. Di tengah-tengah hutan duniawi tempat kita hidup ini, engkau harus menjadi serigala atau dimakan serigala; dan engkau harus menjadi harimau atau dimakan harimau. Itulah yang dikatakan manusia, bukan? Jadi, apa yang dapat dilakukan semut karena merekalah salah satu dari makhluk terkecil di dunia ini?
Rahmat Allah telah menjawab pertanyaan ini. Kita tak perlu menjadi serigala lagi agar tak dimakan oleh yang kuat di antara serigala. Allah telah memberi kami kehidupan yang luar biasa dan tiada makhluk lain yang dapat melakukan pekerjaan dengan sangat teliti sampai tingkat kemahiran seperti semut! Semut tak hidup sendirian. Kami hidup di koloni yang terdiri dari ratusan ribu dan pembagian kerja jelas dan populer. Misalnya, jantan tak boleh melakukan pekerjaan betina, dan pekerjaan semut pekerja, tak dapat dilakukan oleh siapapun kecuali mereka. Kota kami terletak di bawah tanah. Semua kota dihubungkan oleh sistem jalan yang rumit, yang membuat mustahil bagi siapa pun kecuali semut, melewatinya. Selain itu, kami membangun kota kami, jauh di bawah tanah untuk menangkal bahaya yang mungkin terjadi.

Ada tiga jenis semut: betina, jantan dan semut pekerja. Setiap jenis dilahirkan dengan ilmu yang melekat tentang pekerjaan yang seharusnya dilakukan. Tak seperti manusia, kami tak punya guru, karena kami belajar langsung dari Allah Subhanahu wa Ta'ala. Semut pertama yang diciptakan oleh Allah mengetahui semua ilmu dan mewariskan ilmunya ke generasi berikutnya. Segera setelah seekor semut lahir dan mengetahui posisinya di dunia semut, ia langsung mulai melakukan tanggung jawabnya. Kami tak pernah mengeluh, kami tak pernah bercita-cita, kami tak pernah mengingini dan kami tak pernah bermimpi. Kita tak menumbuhkan sayap kecuali saat kami sedang jatuh cinta. Hanya di musim kawin, sayap kami tumbuh. Apa yang orang anggap sebagai jenis khusus semut terbang sebenarnya hanyalah pasukan jantan dan betina di musim cinta. Pada akhir musim ini, jantan jatuh ke tanah dan mati. Tugasnya telah berakhir dan hidupnya tak memiliki arti lagi. Setelah jantan meninggal, tugas betina dimulai. Ia menggigit sayapnya, karena ia tak membutuhkannya lagi. Kemudian, ia membangun sarangnya di tanah dan bertelur. Sarang kecil ini akan menjadi koloni semut.
Itulah koloni yang bisa menjadi koloni dan kemudian berubah menjadi Kekaisaran Semut. Kekaisaran terletak di atas dan di bawah permukaan tanah. Juga termasuk rumah untuk setiap individu di dalamnya dan juga mengandung persentase tertentu dari setiap jenis yang hidup di dalamnya.

Salah satu misteri yang belum ditemukan oleh para ilmuwan tentang kami, dan kukira, mereka takkan pernah menemukannya, bersembunyi dalam pertanyaan-pertanyaan ini, "Mengapa semut memiliki jantan, betina dan pekerja masing-masing dalam jumlah terbatas? Mengapa induk semut meletakkan telur-telurnya yang menetas menjadi pekerja? Mengapa para pekerja ini tumbuh agar memungkinkan bagi induk semut meletakkan jutaan telur sepanjang sisa hidupnya? " "Juga, mengapa sang induk menelurkan jantan dan kemudian betina? Mengapa ia memilih sejumlah jantan dan sejumlah betina, sehingga jumlah itu akan cukup bagi kehidupan agar terus berlanjut dan diatur sedemikian rupa dengan cara yang mencengangkan? Induk semutkah yang membuat semua perhitungan ini, yang tak dapat dicapai oleh manusia atau pikiran elektronik? Benarkah semut melakukannya? "
Manusia tak dapat menentukan jenis kelamin embrio, namun semut dapat melakukannya dengan mudah, dan melakukannya tanpa memahami bagaimana mereka mampu melakukannya. Para ilmuwan akan tetap terkungkung dalam rahasia dunia semut ini, dan rahasia ini akan tetap menjadi misteri bagi mereka, dan juga bagiku. Aku juga tak tahu jawaban atas rahasia ini.
Cukup untuk mengatakan bahwa Allah Yang Maha Pemurah, Maha Penyayang, tahu sebelum Dia menciptakan kita, apa yang akan kita temui di tangan manusia; dan Allah, Yang Mahakuasa, tahu bahwa jika seorang anak amnusia menginjak koloni semut, ia tak sengaja dapat membunuh seribu semut dengan kakinya. Karena alasan ini, Allah memberi kami apa yang tak Dia berikan bagi manusia. Dia telah menuntun kami kepada apa yang tak Dia tunjuk kepada manusia dan memberikan kepada kami senjata yang membantu kami bertahan hidup di dunia, dimana konflik bertahan hidup tak pernah berhenti walau sesaatpun.
[Bagian 2]