Jumat, 18 Januari 2019

Kekaisaran Semut (2)

Sekarang, aku akan menyampaikan sedikit tentang diriku kepadamu. Aku terlahir sebagai semut pekerja, pekerja keras. Kami dilahirkan dalam bentuk telur, lalu kami menjadi larva dan kemudian kepompong. Setelah itu, kami akan tahu, akan seperti apa jadinya kami. Ketika telur itu, aku di dalam, menetas, indukku mencuci larva dengan lidahnya, memberiku makanan yang disimpannya di perutnya dan menjagaku dari bahaya sampai aku tumbuh dewasa. Ketika aku tumbuh dewasa, aku menyadari bahwa aku adalah seorang penjaga. Semut pekerja punya tugas yang berbeda. Di antara mereka, ada yang bertugas untuk membersihkan koloni, tentara untuk melindungi mereka dan patroli semut untuk menjaga koloni, menyelamatkan dari bahaya.
Aku termasuk patroli pengawas. Bahkan, aku seorang komandan. Pada awalnya, aku mengawasi koloni-koloni kami, lambat-laun berkembang dengan mantap. Aku mengawasi semut pekerja yang sedang menyusui anak-anak. Aku mengawasi semut pekerja yang sedang memerah susu sapi semut. Ya, kami memerah jenis serangga tertentu yang bertanggung jawab untuk membuat madu nektar sama seperti susu sapi manusia. Aku mengawasi pembangun di antara semut pekerja saat mereka menggali terowongan dan rumah di bawah tanah. Aku bertanggung jawab atas bahaya eksternal yang paling berbahaya bagi manusia. Ya, manusia adalah salah satu kekuatan yang paling berbahaya. Selain manusia, ada ratusan kekuatan alami yang juga mengancam semut. Bahaya pertama adalah hujan, karena kami adalah makhluk yang tak tahu cara berenang. Kami tenggelam dalam air. Saat kilat dan guntur menyerang, kami mengeluarkan teriakan peringatan dan menyatakan keadaan darurat dan semua semut lari-bersembunya ke rumah mereka di bawah tanah. Selain itu, kami, patroli pengawas, mengamati situasi dari tempat-tempat yang jauh dari hujan tetapi yang lebih dekat daripada tempat-tempat semut lainnya. Ketika hujan berhenti, kami tak bergegas ke permukaan, namun kami tetap tinggal di rumah kami, mengamati situasi. Kami menunggu matahari muncul kembali.

Matahari aneh karena kami tak pernah melihatnya lebih dulu, melainkan kami merasakan kehadirannya. Matahari menghabiskan salah satu bahaya terbesar yang mengancam kami. Matahari menyerap air. Begitu matahari muncul di tempat yang berair, ada sesuatu yang menarik, yang tak dapat kita pahami, terjadi. Matahari menyerap air. Kemana perginya? Menguapkah? Apa artinya?
Kami selalu terkejut menemukan bahwa ketika matahari muncul, genangan air, yang dibuat oleh hujan, menghilang. Inilah misteri yang sangat membingungkanku saat kurenungkan hal-hal di waktu luangku. Aku tak mengerti. Aku tak tahu bagaimana semua ini terjadi. Dengan cara ini, aku terus memuliakan Allah seraya menyatakan bahwa aku tak mengerti atau memahami Hikmah-Nya.
Yang kutahu adalah Allah Maha Penyayang terhadap semut dan salah satu tanda dari Rahmat-Nya adalah apa yang dilakukan matahari terhadap udara. Bagaimana caranya? Ini juga rahasia. Aku mengakui ketidakmampuanku mengungkap misterinya.
Setelah bahaya air, datanglah bahaya manusia. Ia menghancurkan, membunuh, dan memusnahkan kami tanpa alasan. Ia tak punya perasaan terhadap kami. Mengapa manusia tak punya rasa? Kenapa ia tak merasakannya? Bangsa semut mengadakan ribuan kali pertemuan untuk membahasnya. Pernyataan terakhirnya adalah sebagai berikut, "Bangsa manusia meremukkan kami dengan kedua kakinya karena ia tak melihat ke bawah saat ia berjalan. Ia melihat ke depan dan ke belakang, serta ke sekelilingnya, namun jarang menundukkan kepalanya. Betapa keangkuhan tempat persembunyian manusia itu! Jika ia memperhatikan langkahnya, malapetaka yang terjadi sepanjang sejarah semut, takkan pernah terjadi." Aku teringat, Abu Hurairah, radhiyallahu 'anhu, meriwayatkan bahwa Rasulullah (ﷺ) bersabda,
"Ketika salah seorang darimu melihat seseorang yang berdiri di tingkat yang lebih tinggi darimu, dalam hal kekayaan dan struktur fisik, ia juga hendaknya melihat orang yang berdiri di tingkat yang lebih rendah darinya dalam hal ini (dimana ia berdiri) di tingkat yang lebih tinggi (dibandingkan dengannya). " - [Sahih Muslim]
Ada sebuah peristiwa yang mengaitkan bangsa semut dengan umat manusia, yang diabadikan dalam Al-Quran. Maka, perkenankan aku menuturkan padamu apa yang telah kudengar dari ibuku, yang didengarnya dari ibunya, ibunya dari ibu dari ibunya sampai mencapai nenek-buyutku. Nenek-buyutku berkata,
Suatu hari, aku merayap dan berjalan jauh. Jarak yang hanya bisa dicapai manusia pada saat-saat tertentu. Aku tak merasa putus asa dan aku juga tak membenci manusia. Salah satu sifat semut yang baik adalah ukurannya yang kecil tetapi besar. Yang pasti, kebijaksanaan lebih baik dari kekayaan yang disertai dengan kesombongan, dan lebih baik dari kemiskinan yang diikuti oleh kebencian. Kami memuliakan Allah di keempat arah. Dimanapun engkau memandang atau memutar tubuhmu, ada Wajah Allah.

Aku yakin itu pasti. Inilah ilmu darimana pohon hikmah berasal. Setelah berjalan jauh, secara kebetulan, aku menemukan sebuah pohon. Aku memanjatnya, berdiri, melihat, memuliakan Allah, berbalik dan melihat lagi. Pandanganku membeku! Tiba-tiba ketakutan membuatku tersengal-sengal. Aku mencium bahaya yang belum terungkap. Ada barisan tentara yang luar biasa. Bukan pasukan biasa dan tak seperti tentara saat ini. Biasanya, pasukan terdiri dari tentara manusia, seperti tentara semut terdiri dari tentara semut. Yang mengejutkanku, apa yang kulihat di hadapanku, tak hanya sepasukan manusia, melainkan pasukan jin, manusia, dan unggas. Barisan manusia tak berujung, barisan hewan tak berujung dan barisan unggas tak berujung!
Aku turun dari pohon dan berjalan dengan kecepatan penuh. Inilah kecepatan maksimum bagi seekor semut. Kami punya lima tingkatan kecepatan dan inilah yang tercepat. Aku mengarahkan gigi-lima kecepatanku ke batas maksimum dan turun dari pohon. Pada saat yang sama, aku mengeluarkan aroma yang sangat bermakna dalam dunia semut. Ini berarti peringatan bagi semut agar berkumpul di pinggiran kekaisaran. Seluruh semut yang bekerja di luar kekaisaran, berjalan dengan cepat ke sana. Aku mencapai lembah kekaisaran semut.

Ada pertemuan darurat bagi yang bertugas menjaga wilayah kekaisaran. Aroma yang telah kusebarkan, telah mengumpulkan mereka. Aku berdiri untuk memberikan laporan kepada pejabat tertinggi Kekaisaran Semut. Pejabat yang ini, semut yang tak banyak bicara, namun punya kemampuan membuat keputusan yang cepat, tepat dan tegas, dalam waktu kurang dari sekejap mata. Aku berkata, "Ada pasukan di dekat lembah kami." Pejabat semut bertanya, "Ada berapa banyak manusia di sana?" "Pasukan itu tak hanya manusia," jawabku. Sambil menggosok kepalanya, sang pejabat semut berkata, "Pasukannya bukan manusia?" "Ya, itu pasukan jin, manusia dan unggas," imbuhku.
Jika engkau suka membaca sejarah seperti bangsa Yunani dan Romawi kuno, menurut pendapatku, secara alegoris, institusi yang mereka miliki, mirip dengan Kekaisaran Semut, namun tentu saja, tak semua sama. Sekarang, perkenankan aku melanjutkan. Pertemuan para pejabat tertinggi Kekaisaran Semut segera berlangsung. Seorang anggota Senat bertanya, "Siapa pemimpin pasukan ini?" Tak ada yang menjawab hingga seorang Jenderal Tentara Semut berkata, "Yang Mulia, mohon perkenankan salah seorang agen intelijenku menyampaikan beberapa data!" Sang senator berkata, "Baik, tampilkan ia ke depan!"

Ada tugas khusus yang dilaksanakan oleh komando khusus, yang tugasnya mengintai musuh. Namun, tugas mereka hanya untuk musuh, bukan mengintai rakyat semut. Baik semut maupun manusia, takkan mau melakukannya, karena Rasulullah (ﷺ) melarang kita saling mengintai. Dari Abu Hurairah, radhiyallahu 'anhu, Rasulullah (ﷺ) bersabda,
"Waspadalah terhadap purba-sangka, karena purba-sangka itu, seburuk-buruk perkataan dusta; dan jangan mencari-cari kesalahan orang lain, dan jangan saling mengintai, dan jangan saling iri, dan janganlah meninggalkan (memutus hubunganmu) satu sama lain, dan jangan saling membenci, dan, wahai para hamba Allah! Bersaudaralah (seperti yang diperintahkan Allah kepadamu!)." - [Sahih al-Bukhari]
Maka, sang agen, melangkah maju, mengucapkan salam, dan menjelaskan beberapa informasi, kemudian ia berkata, "Kesimpulannya, pemimpin pasukan itu, seorang raja. Ia adalah Nabi Sulaiman, alaihissalam, ia memerintah setelah ayahnya, Nabi Dawud, alaihissalam. Allah menundukkan jin, manusia, unggas, dan angin untuknya. Selain itu, Allah memberikan kenabian kepada Nabi Sulaiman, dan ia memohon kepada Rabb-nya agar memberinya kekuasaan yang tak dimiliki oleh siapapun, dan Dia mengabulkannya, menganugerahkan itu untuknya." Sang senator berkata, "Jika demikian, mungkinkah pasukan itu berencana menyerang kita?"
Sang agen melanjutkan, "Menurut sumber-sumber yang dapat dipercaya, setelah kematian ayahnya, Nabi Sulaiman menjadi raja. Nabi Sulaiman adalah putra bungsu Nabi Dawud. Ia dilahirkan di Yerusalem. Nama ibunya adalah Saba. Karena ia adalah seorang anak yang berbakat, ayahnya menjadikannya sebagai pewarisnya. Setelah kematian Nabi Dawud, ia naik takhta Kerajaan Judia karena kebiajaksanaannya, kearifannya, pemahamannya yang benar dan wawasan spiritualnya. Ia memohon kepada Allah agar dikaruniai kerajaan yang tak dimiliki oleh siapapun, dan Allah mengabulkan permintaannya, Nabi Sulaiman sangat taat, banyak beribadah kepada Allah dan selalu memohon ampunan Allah.
Ia diberkahi dengan kemampuan memutuskan dengan baik dalam pelbagai masalah yang rumit. Tersebutlah ada perselisihan diantara dua orang. Mereka mengadu ke hadapan Raja Dawud. Salah seorang dari mereka berkata, "Wahai raja, domba-domba orang ini telah menginjak-injak kebun anggurku. Mereka telah merumput dan menyebabkan banyak kerugian di pihakku. Aku meminta ganti rugi dari pemilik domba-domba itu." Gembala domba-domba itu sangat miskin. Ia tak memiliki apa-apa selain domba dan kerusakan yang dilakukan pada tanaman melebihi harga domba-dombanya.
Raja Dawud menjatuhkan hukuman pada pemilik domba agar mengganti kerugian pemilik kebun anggur itu, namun Nabi Sulaiman berkata, "Bukan begitu, wahai nabi Allah!" Nabi Dawud bertanya, “Mengapa begitu?” Ia berkata, “Serahkan kebun anggur kepada pemilik domba, sehingga ia dapat menjaganya sampai kembali kepada keadaan semula, dan serahkan domba-domba itu kepada pemilik kebun anggur, sehingga ia dapat penghasilan darinya sampai kebun anggurnya kembali seperti sediakala, kemudian serahkan kepada pemiliknya, dan domba kepada pemiliknya."


Sang senator berkata, "Jika ilmu adalah kekuatan, maka kepemimpinan adalah keagungan. Ilmu sangatlah penting bagi kepemimpinan yang kuat. Hasil utamanya didasarkan pada aset ilmu, dan ilmu dipergunakan untuk mengambil keputusan guna pengembangan masyarakat, hasil dan efisiensinya. Aku pernah pergi ke sebuah negara dimana aku mendengar penduduknya berkata, "Pemimpin itu, tak perlu berilmu, yang penting menduduki jabatan dulu, nanti ia bisa belajar bila telah menduduki jabatan itu." Dan aku terperangah, "Bagaimana jadinya, bila sebuah negeri dipimpin oleh seseorang yang hanya bisa berselfie-ria ? Bagaimana jadinya, bila sebuah negeri yang dipimpin oleh seseorang, ketika dimintai keputusan, ia menyerahkannya kepada orang lain? Seorang pemimpin yang luar biasa takkan melakukan apa yang orang biasa lakukan!"
Sang agen melanjutkan, "Selain hikmah, Allah menganugerahkan kepada nabi Sulaiman, banyak kemampuan. Ia dapat memerintahkan angin, dan memahami dan dapat berbicara dengan burung dan binatang. Allah menuntunnya agar mengajarkan manusia dan jin untuk menambang bumi dan mengekstrak mineralnya guna membuat peralatan dan senjata. Allah juga memberikan nikmat padanya berupa tambang tembaga, yang merupakan logam langka pada masa itu." Sang senator berkomentar, "Keterampilan komunikasi tertulis dan verbal yang kuat, sangat penting bagi kepemimpinan yang baik. Komunikasi yang jelas, tepat, dan berguna, adalah caramu merengkuh pemahaman apa yang engkau harapkan dari para kolegamu. Jika engkau merancang agar pertanyaan, instruksi, komentar, dan panduanmu mudah dipahami, mereka dapat dengan mudah mengikuti petunjukmu." Kemudian ia berkata, "Menurut pendapatku, seorang nabi, takkan diutus untuk merusak negara manapun, bahkan kerajaan kita." Namun senator lainnya berkata, "Jika pasukan ini berjalan melalui lembah kekaisaran semut, itu berarti kehancuran total bagi seluruh kekaisaran kita. Dan yang menyakitkan, para tentara pasukan itu, tak sadar bila akan menghancurkan kita." Maka, pertemuan pejabat tertinggi Kekaisaran Semut masih tetap berlangsung selama beberapa detik. Prosedur keamanan diberikan kepada seluruh rakyat semut, di dalam atau di luar kekaisaran. Perintah yang diberikan kepada semut di dalam kekaisaran adalah bahwa mereka harus tetap di rumah mereka. Sambil membuat persiapan, semut pekerja mulai mengisi perbekalan yang banyak, untuk berjaga-jaga, kalau-kalau mereka akan tinggal di sana untuk waktu yang lama.

Perintah yang diberikan kepada semut di luar kekaisaran, adalah bahwa mereka harus bergegas dan kembali ke perbatasan wilayah kekaisaran. Sistem kewaspadaan perlindungan ganda dibuat. Semua sistem peringatan disiapkan dan aku ditunjuk sebagai komandan untuk mengumumkan teriakan peringatan terakhir. Pada hari-hari biasa, aku ditempatkan di sebuah bukit kecil, namun selama keadaan yang luar biasa ini, posisiku berubah, sehingga aku harus memanjat sebatang pohon dan berdiri dengan penuh perhatian. Aku mengamati jalan tertentu di cakrawala, jalan yang hendak dilalui pasukan Nabi Sulaiman melewati daerah itu. Aku tak perlu menunggu lama, sebelum tentara muncul. Tampak bintik kecil, jauh, laksana semut! Kemudian mulai membesar dan lebih besar, maka akupun berteriak, “Wahai semut-semut! Masuklah ke dalam sarang-sarangmu, agar kamu tak diinjak oleh Sulaiman dan bala tentaranya, sedangkan mereka tak menyadari.”
Segera setelah keteriakkan peringatanku, para semut bergegas ke rumah mereka. Aku tak terkejut akan hal itu, namun pada saat yang sama, terjadi sesuatu yang lain. Nabi Sulaiman dan pasukannya berhenti. Mereka hening dan lengang. Aku sangat terpana. Nabi Sulaiman memandangi pohon tempatku berdiri, dan ia tersenyum. Aku sangat terkejut dengan apa yang terjadi. Senyumnya membawa rasa-madu dan tampak bertatahkan belas-kasih yang tak terasakan kecuali di antara kami sendiri. Aku merasa bahwa Nabi Sulaiman memahami apa yang kuucapkan dan berhenti. Ketertakjubanku bertambah. Semakin bertambah saat ia menoleh ke arahku dan menyapaku dengan bahasa ibuku seraya berkata, "Jangan takut! Pasukan ini takkan menghancurkan lembah semut. Kami akan mengubah haluan dan menjauh dari lembahmu." Ia kemudian berbalik ke pasukannya dan memerintahkan, "Putar haluan dari lembah semut dan berbaris maju."

Itulah kisah nenek buyutku. Aku kagum saat mendengar kisah itu dan berpikir, "Bisakah manusia ini benar-benar memahami apa yang dikatakan semut?" Tentu saja, aku telah memiliki jawabannya, karena Allah telah mewahyukannya. Allah berfirman,
وَلَقَدْ آتَيْنَا دَاوُدَ وَسُلَيْمَانَ عِلْمًا وَقَالا الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي فَضَّلَنَا عَلَى كَثِيرٍ مِنْ عِبَادِهِ الْمُؤْمِنِينَ
"Dan sungguh, Kami telah memberikan ilmu kepada Dawud dan Sulaiman; dan keduanya berkata, “Segala puji bagi Allah yang melebihkan kami dari banyak hamba-hamba-Nya yang beriman.”." - [QS.27:15]
وَوَرِثَ سُلَيْمَانُ دَاوُدَ وَقَالَ يَا أَيُّهَا النَّاسُ عُلِّمْنَا مَنْطِقَ الطَّيْرِ وَأُوتِينَا مِنْ كُلِّ شَيْءٍ إِنَّ هَذَا لَهُوَ الْفَضْلُ الْمُبِينُ
"Dan Sulaiman telah mewarisi Dawud, dan ia (Sulaiman) berkata, “Wahai manusia! Kami telah diajari bahasa burung dan kami diberi segala sesuatu. Sungguh, (semua) ini benar-benar karunia yang nyata." - [QS.27:16]
وَحُشِرَ لِسُلَيْمَانَ جُنُودُهُ مِنَ الْجِنِّ وَالإنْسِ وَالطَّيْرِ فَهُمْ يُوزَعُونَ
"Dan untuk Sulaiman dikumpulkan bala tentaranya dari jin, manusia dan burung, lalu mereka berbaris dengan tertib." - [QS.27:17]
حَتَّى إِذَا أَتَوْا عَلَى وَادِ النَّمْلِ قَالَتْ نَمْلَةٌ يَا أَيُّهَا النَّمْلُ ادْخُلُوا مَسَاكِنَكُمْ لا يَحْطِمَنَّكُمْ سُلَيْمَانُ وَجُنُودُهُ وَهُمْ لا يَشْعُرُونَ
"Hingga ketika mereka sampai di lembah semut, berkatalah seekor semut, “Wahai semut-semut! Masuklah ke dalam sarang-sarangmu, agar kamu tak diinjak oleh Sulaiman dan bala tentaranya, sedangkan mereka tak menyadari.” - [QS.27:18]
فَتَبَسَّمَ ضَاحِكًا مِنْ قَوْلِهَا وَقَالَ رَبِّ أَوْزِعْنِي أَنْ أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِي أَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلَى وَالِدَيَّ وَأَنْ أَعْمَلَ صَالِحًا تَرْضَاهُ وَأَدْخِلْنِي بِرَحْمَتِكَ فِي عِبَادِكَ الصَّالِحِينَ
"Maka ia (Sulaiman) tersenyum lalu tertawa karena (mendengar) perkataan semut itu. Dan ia berdoa, “Wahai Rabb-ku, anugerahkanlah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada kedua orang tuaku dan agar aku mengerjakan kebajikan yang Engkau ridhai; dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang shalih.” - [QS.27:19]
Aku terpana saat menyadari bahwa, ketika Nabi Sulaiman melihat semut, ia berbicara kepada Allah dan berdoa."

"Wahai saudara-saudariku, kemampuan memahami ucapan binatang, yang merupakan salah satu keagungan yang diberikan kepada Nabi Sulaiman, alaihissalam, berbeda dari pengetahuan dan seni duniawi lainnya, tetapi merupakan dua mukjizat yang diberikan kepada para nabi terkemuka. Oleh karena itu, kisah tentang bagaimana Nabi Sulaiman mendengarkan pembicaraan binatang yang tak dominan seperti semut, adalah cara yang sama seperti ketika manusia mendengarkan manusia lain. Esok hari adalah milik orang yang dapat mendengarkan kedatangannya. Saat engkau mendengarkan seseorang, sepenuhnya, dengan penuh perhatian, maka engkau tak hanya mendengarkan kata-katanya, melainkan juga rasa yang disampaikan, keseluruhannya, tak hanya sebagian.
Kemudian, ketika Nabi Sulaiman mengalaminya dengan keyakinan pasti, ia, sebagai seorang utusan Allah, mengucapkan rasa syukur atas berkah itu. Orang yang sungguh-sungguh menyembah Allah, adalah mereka yang bersyukur dan berterima kasih kepada-Nya. Wallahu a'lam."
وَمَا مِنْ دَابَّةٍ فِي الأرْضِ وَلا طَائِرٍ يَطِيرُ بِجَنَاحَيْهِ إِلا أُمَمٌ أَمْثَالُكُمْ مَا فَرَّطْنَا فِي الْكِتَابِ مِنْ شَيْءٍ ثُمَّ إِلَى رَبِّهِمْ يُحْشَرُونَ
"Dan tiada seekor binatang pun yang ada di bumi dan burung-burung yang terbang dengan kedua sayapnya, melainkan semuanya merupakan umat-umat (juga) seperti kamu. Tiada sesuatupun yang Kami luputkan di dalam Kitab, kemudian kepada Rabb mereka dikumpulkan." - [QS.6:38]
[Bagian 1]
Rujukan :
- The History of al-Tabari, The Children of Israel, Volume III, Translated by William M. Brinner, SUNY Press
- Ibn Kathir, Stories of The Prophets, Darussalam
- Maulana Hifzur Rahman Soeharwy, Qasasul Ambiyaa, Idara Impex
- Ahmad Bahjat, Animals in The Glorious Qur'an, Islamic e-Books