Jumat, 04 Januari 2019

Jagalah Allah dan Dia akan Menjagamu (2)

Sang negarawan berkata, "Wahai anak muda, sesungguhnya, Allah adalah Pelindung bagi orang-orang beriman dan bahwa Dia melindungi orang-orang shalih; Dia melindungi apa yang baik bagi mereka, baik dalam kehidupan dunia maupun akhirat, dan bahwa Dia takkan menyerahkan mereka kepada orang lain. Barangsiapa yang menegakkan hak-hak Allah, Allah akan memelihara segala sesuatu yang akan bermanfaat baginya, dalam kehidupan ini dan kehidupan selanjutnya. Barangsiapa yang menginginkan Allah memeliharanya dan mengurus segala urusannya, maka ia hendaknya, pertama-tama, melaksanakan hak-hak Allah atas dirinya. Barangsiapa yang tak ingin dirundung oleh apapun yang tak disukainya, janganlah ia melakukan apa yang tak diridhai Allah. Allah peduli dengan hamba-Nya dan melindungi-Nya, namun itu akan sepadan dengan kepedulian sang hamba terhadap hak-hak Allah, menegakkannya, menjaga batasan-batasannya dan mempertahankannya. Barangsiapa bertujuan menggapai ridha Allah, berusaha mendekat kepada-Nya, mengenal-Nya, mencintai-Nya, dan berbhakti kepada-Nya, akan menemukan bahwa Allah akan memperlakukannya dengan sepantasnya. Allah berfirman,
"Allah pelindung orang yang beriman. Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan kepada cahaya (iman). Dan orang-orang yang kafir, pelindung-pelindungnya adalah setan, yang mengeluarkan mereka dari cahaya kepada kegelapan. Merekalah penghuni neraka. Mereka kekal di dalamnya." - [QS.2:257]
Allah juga berfirman,
"Yang demikian itu karena Allah pelindung bagi orang-orang yang beriman; sedang orang-orang kafir, tiada pelindung bagi mereka." - [QS.47:11]
Salah seorang Salaf berkunjung dari satu majelis ke majelis yang lain seraya berkata,
"Barangsiapa yang ingin Allah menjaga kebahagiannya, hendaknya ia bertaqwa kepada Allah."
Lebih jauh lagi, Allah Mahabaik, Dialah Yang paling baik dari segala yang baik. Dia memberikan pahala kebaikan sepuluh kali lipat dan lebih banyak lagi. Dari Abu Hurairah, radhiyallahu 'anhu, Rasulullah (ﷺ) bersabda bahwa Allah berfirman,
"Bila hamba-Ku mendekat kepada-Ku sejengkal, Aku akan mendekat kepadanya sehasta, dan bila ia mendekat kepada-Ku sehasta, Aku akan mendekat kepadanya sedepa, dan ketika ia mendekat kepada-Ku dengan berjalan, Aku akan bergegas menyambutnya."- [Sahih Muslim]
Apapun yang diberikan kepada seseorang, dari dirinya sendiri, dan tiada yang menimpanya, yang tak disukainya, melainkan itulah akibat dari kelalainnya menjaga hak-hak Rabb-nya. ‘Ali, radiyallahu 'anhu, berkata,
"Seorang hamba hendaknya menaruh harapannya pada Rabb-nya dan hanya kepada Rabb-nya, dan ia tak perlu takut karena dosa-dosanya."

Sang musafir muda bertanya, "Apa makna dari 'Jagalah Allah dan engkau 'kan temukan Dia di hadapanmu?'? Sang negarawan berkata, "Maknanya, barangsiapa yang menjaga batasan-batasan Allah dan dengan cermat memperhatikan hak-hak-Nya, akan menemukan Allah bersamanya dalam segala urusan, menaunginya, membantunya, melindunginya, menolongnya, mengokohkan langkahnya dan memberinya petunjuk. Dia mengawasi setiap jiwa dengan segala sesuatu yang dilakukannya, dan Dia bersama mereka yang bertaqwa kepada-Nya, dan bersama mereka yang berbuat kebaikan."
Allah dekat dengan mereka yang menaati dan bertaqwa kepada-Nya, yang menjaga batasan-batasan-Nya dan dengan cermat memelihara hak-hak-Nya. Barangsiapa yang menjaga Allah dan dengan hati-hati memelihara hak-hak-Nya, ia akan menemukan Dia di hadapannya dan di dalam setiap keadaan. Dia akan memberi ketenteraman kepada hamba-Nya dan mencukupinya dengan Dia sebagai pengganti ciptaan-Nya."

Sang musafir muda bertanya, "Apa makna dari 'Kenalilah Allah di saat lapang dan Dia akan mengenalimu di saat sempit'?" Sang negarawan berkata, "Artinya, seorang hamba, saat ia bertaqwa kepada Allah, menjaga batasan-batasan-Nya, dan dengan hati-hati memperhatikan hak-hak-Nya, di saat-saat mudah dan bahagia, telah mengenal Allah. Inilah ilmu tentang yang ghaib antara dirinya dengan Allah dan, sebagai hasilnya, Rabb-nya akan mengenalnya di masa-masa sulit: Dia mengetahui amal-amal yang dilakukan sang hamba selama masa-masa bahagianya, dan berdasarkan ilmu itu, akan membebaskannya dari kesulitan.
Ini juga, merupakan ilmu yang mengarah pada kedekatan Allah, Subhanahu wa Ta'ala, Yang mencintai hamba-Nya dan menjawab permohonan hamba-Nya. Yang tak termasuk dalam hal ini adalah ilmu pengetahuan umum, karena tak ada ciptaan-Nya yang tersembunyi dari Allah. Allah berfirman,
"(Yaitu) mereka yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan keji, kecuali kesalahan-kesalahan kecil. Sungguh, Tuhanmu Mahaluas ampunan-Nya. Dia mengetahui tentang kamu, sejak Dia menjadikan kamu dari tanah lalu ketika kamu masih janin dalam perut ibumu. Maka janganlah kamu menganggap dirimu suci. Dia mengetahui tentang orang yang bertakwa." - [QS.53:32]
DariAbu Hurairah, radhiyallahu 'anhu, bahwa Rasulullah (ﷺ) bersabda,
"Allah Azza wa Jalla berfirman," Barangsiapa yang menunjukkan permusuhan kepada seseorang yang mengabdi kepada-Ku, aku akan memeranginya. Tiadalah yang lebih Ku-cintai dari hamba-Ku yang mendekatkan diri kepada-Ku dengan menjalankan apa yang telah Kuwajibkan kepadanya, dan jika hamba-Ku ingin terus mendekatkan diri kepada-Ku dengan amalan-amalan sunnah, maka aku akan mencintainya. Saat aku mencintainya, Aku menjadi pendengarannya, yang dengannya ia mendengar, penglihatannya, yang dengannya ia melihat, tangannya, yang dengannya ia mengayuh, dan kakinya, yang dengannya ia berjalan. Jika ia meminta sesuatu dari-Ku, niscaya 'kan Ku-kabulkan apa yang dipintanya, dan jika ia memohon perlindungan-Ku, niscaya 'kan Ku-berikan padanya. Aku takkan ragu tentang apapun seberat ketertegunan-Ku mengambil jiwa hamba-Ku yang setia: ia tak menyukai kematian dan Aku tak suka menyakitinya." - [Sahih al-Bukhari]
Mengenal Allah di saat-saat lapang, mengarah pada Allah mengenal hamba-Nya di saat sempit. Perlu diketahui juga, bahwa tiada kesulitan yang dihadapi orang beriman di dunia ini, yang lebih buruk daripada kematian; kesulitan ini sebenarnya lebih ringan dari apa yang terjadi jika tempat yang dituju sang hamba, tak baik, atau yang terburuk, yang akan dihadapinya jika tempat yang ditujunya, baik. Karena itu, menjadi kewajiban bagi sang hamba mempersiapkan kematian sebelum menimpanya, dengan mengerjakan amal-shalih dan bersegera melaksanakannya. Seseorang tak tahu, di saat siang atau malam, ia akan ditimpa kesulitan ini.
Mengingat amal-shalih pada saat kematian, merupakan prasangka baik seseorang tentang Rabb-nya, membantu meringankan pergolakan maut dan memperkuat harapan seseorang. Akan lebih baik bagi seseorang, jika mati setelah menyelesaikan amal-ibadah, misalnya berhaji, atau berjihad, atau berpuasa.
Barangsiapa, selama hidupnya, menaati Allah dan menjaga batas-batas-Nya, Allah akan menjaganya di ranjang kematiannya, dan mematikannya dalam keadaan beriman. Dia akan memperteguh pendiriannya di alam kubur ketika ditanya oleh kedua malaikat dan membendung adzab kubur darinya, dan Dia akan menenteramkan sang hamba dalam kesepiannya di saat menunggu dan di dalam kegelapan alam barzakh. Salah seorang salaf berkata,
"Jika Allah menyertaimu saat memasuki liang kubur, engkau takkan disakiti ataupun kesepian."
Barangsiapa, di dunia ini, menjadikan Allah sebagai karibnya di saat-saat keterasingan dan kesendirian, ia dapat sungguh berharap bahwa Allah akan menemaninya dalam gelapnya relung kubur saat ia meninggalkan dunia ini.
Allah berfirman,
"Sesungguhnya orang-orang yang berkata, 'Rabb kami adalah Allah” kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat-malaikat akan turun kepada mereka (dengan berkata), “Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu bersedih hati; dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan kepadamu'." - [QS.41:30]
Sebaliknya, orang yang tak mengenal Allah di saat lapang, ia takkan punya siapapun yang akan mengenalnya di masa sempit, tidak dalam kehidupan ini atau di akhirat! Untuk membuktikannya, lihatlah keadaan orang seperti itu di dunia ini, dan keadaan mereka di akhirat, akan lebih buruk, karena mereka takkan punya pelindung atau penolong."
Sang musafir muda bertanya, "Apa makna dari 'Jika engkau hendak meminta, mintalah kepada Allah'?" Sang negerawan berkata, "Allah memerintahkan kita agar bila meminta, hanya meminta kepada-Nya dan jangan kepada yang lain. Allah berfirman,
"Dan janganlah kamu iri hati terhadap karunia yang telah dilebihkan Allah kepada sebagian kamu atas sebagian yang lain. (Karena) bagi laki-laki ada bagian dari apa yang mereka usahakan, dan bagi perempuan (pun) ada bagian dari apa yang mereka usahakan. Mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sungguh, Allah Maha Mengetahui segala sesuatu." - [QS.4:32]
Dari Abu Hurairah, radhiyallahu 'anhu, Rasulullah (ﷺ) bersabda,
"Permintaanmu akan dijawab kecuali engkau tak sabar dengan mengatakan, ‘Aku telah bermohon kepada Rabb-ku, namun Dia belum menjawabnya.'"- [Sahih al-Bukhari dan Muslim]
Kita dituntut agar selalu meminta kepada Allah, baik dari sudut pandang rasional maupun Syar'i. Meminta adalah bentuk pengorbanan kehormatan seseorang dan kehinaan-diri orang yang mengajukan permohonan, dan itu, hanya pantas ditujukan kepada Allah. Menghinakan-diri hanya untuk Allah melalui ibadah dan do'a, merupakan tanda cinta sejati.
Yusuf ibnu al-Husain ditanya, "Ada apa dengan para kekasih sehingga mereka suka merendahkan-diri dalam cinta?" Ia menjawab, "Karena cinta, kehinaan-diri seseorang adalah kemuliaan, ketertundukan pada yang dicinta adalah martabat."
Sikap menghinakan-diri dan cinta ini, berlaku hanya untuk Allah, inilah yang membentuk kesatuan ibadah sejati yang khusus bagi Sang Ilahi.
Imam Ahmad, rahimahullah, mengucapkan dalam doanya, "Ya Allah! Sama seperti yang telah Engkau halangi wajahku dari bersujud kepada selain Engkau, maka halangilah aku, meminta dari selain Engkau!"
Lalu, bagaimana mungkin, ada sesuatu, yang fakir dan tak mampu, dimintai sesuatu, sedangkan Dia Yang Mahakaya dan Mahamampu, ditinggalkan?! Naudzubillah mindzalik!
Allah akan ridha bila dimintai dan akan marah pada seseorang yang tak mau meminta kepada-Nya. Dia ingin para hamba-Nya mendamba-Nya, meminta pada-Nya, memohon kepada-Nya dan menunjukkan bahwa mereka butuh pada-Nya. Dia mencintai mereka yang bersungguh-sungguh dan gigih dalam meminta pada-Nya. Makhluk ciptaan, pada umumnya, tak suka diminta, karena kefakiran dan ketidakmampuannya.
Ibnu al-Sammak berkata,
"Janganlah meminta kepada siapapun yang akan lari darimu daripada mendengarkan permintaanmu, lebih baik, mintalah kepada Dia yang telah memerintahkanmu meminta kepada-Nya."
Yahya bin Mu'adz berkata,
"Wahai Engkau Yang murka pada siapapun yang tak meminta kepada-Mu, janganlah enggan dari seseorang yang meminta dari-Mu!"
Dari Abu Hurairah, Rasulullah (ﷺ) bersabda,
"Rabb kita, Tabaraka wa Ta'ala, datang setiap malam di langit terendah, kepada kita, disaat sepertiga malam terakhir masih ada, seraya berfirman, "Adakah yang bermohon kepada-Ku, sehingga Aku dapat menjawab permohonannya? Adakah yang meminta kepada-Ku, sehingga Aku dapat mengabulkan permintaannya? Adakah yang mencari memohon ampunan-Ku, sehingga aku dapat mengampuninya? "- [Sahih al-Bukhari]
Sang musafir bertanya, "Apa makna dari 'dan jika engkau hendak memohon pertolongan, bermohonlah kepada Allah'?" Sang negarawan berkata, "Setelah memerintahkan kita agar menjaga Allah dan mengenal-Nya di masa lapang, dan inilah inti dari ibadah, Rasulullah (ﷺ) mengarahkan kita agar memohon hanya kepada Allah dan berdo'a kepada-Nya. Beliau (ﷺ) bersabda,
"Doa adalah ibadah." (Lalu beliau (ﷺ) membaca) "Dan Tuhanmu berkata, 'Serulah Aku, Aku akan menjawabmu'." - [Jami' at-Tirmidzi; Sahih oleh Syaikh Al-Albani]
Setelah itu, beliau (ﷺ) mengarahkan kita agar memohon pertolongan hanya kepada Allah, ini berasal dari,
"Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan." - [QS.1:5]
Ayat ini menjabarkan prinsip yang komprehensif dan, disebutkan bahwa, sebagai pesan penting dari semua kitab-suci yang diwahyukan. Ada dua manfaat dalam memohon pertolongan hanya kepada Allah. Pertama, seorang hamba takkan sangup mengerjakan amal-shalih tanpa pertolongan Allah. Kedua, tiada yang akan sanggup menolongnya dalam perbaikan kehidupan duniawi dan Dien-nya kecuali Allah, Yang Maha Kuasa dan Mahabesar. Siapapun yang Allah beli pertolongan, sungguh-sungguh ditolong, dan siapapun yang dibiarkan Allah, sungguh-sungguh ditinggalkan.
Rasulullah (ﷺ) memerintahkan Mu'adz, di akhir setiap shalat, agar jangan pernah meninggalkan ucapan,
"Ya Allah! Tolonglah aku dalam mengingat-Mu, bersyukur kepada-Mu, dan beribadah kepada-Mu." - [Imam Ahmad, Abu Dawud, An-Nasa'i; Sahih oleh Ibnu Hajar dan Syaikh al-Albani]
Kemudian, sang negarawan berkata, "Wahai anak muda, Islam menekankan pada perilaku yang baik. Setiap aspek kehidupan kita, hendaknya mengikuti apa yang diperintahkan oleh Dien kita. Dengan kata lain, ada hubungan antara iman seseorang pada "Lailaaha Illallaah" dalam setiap tindakan yang dilakukannya dalam kehidupan ini. Jika seseorang memiliki konsep yang tepat dan benar tentang "Lailaaha Illallaah", akan berpengaruh sempurna ke dalam dirinya, yang akan mengubah dirinya menjadi seseorang yang mencerminkan Iman pada Syahadah. Sebenarnya, inilah tujuan yang hendaknya menjadi cita-cita. Wallahu a'lam."
"Sungguh beruntung orang-orang yang beriman, (yaitu) orang yang khusyuk dalam shalatnya, dan orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tak berguna, dan orang yang menunaikan zakat, dan orang yang memelihara kemaluannya, kecuali terhadap istri-istri mereka atau hamba sahaya yang mereka miliki; maka sesungguhnya mereka tiada tercela. Tetapi barang siapa mencari di balik itu (zina, dan sebagainya), maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas. Dan (sungguh beruntung) orang yang memelihara amanat-amanat dan janjinya, serta orang yang memelihara shalatnya. Mereka itulah orang yang akan mewarisi, (yakni) yang akan mewarisi (surga) Firdaus. Mereka kekal di dalamnya." - [QS.23:1-11]
[Bagian 1]
Rujukan :
- Ibn Rajab al-Hanbali, The Legacy of the Prophet, Daar us-Sunnah
- Jamaal al-Din M. Zarabozo, Commentary On The Forty Hadith Of Al Nawawi Volume 1, Al-Basheer Publications