Selasa, 01 Januari 2019

Jagalah Allah dan Dia akan Menjagamu (1)

"Musim berganti, masa berlalu dan cakram waktu terus berputar. Tiada yang sanggup menghentikannya, atau membalikkannya. Tiada yang tahu, sampai kapan cakram waktu itu akan dihentikan. Bahkanpun makhluk secerdas manusia, takkan pernah tahu berapa lama cakram itu akan terus bergulir, padahal, mereka menjalani hidup di dalamnya; mereka makan, tidur dan bekerja di dalamnya. Mereka juga merasakan perubahan yang menyertai sang waktu. Ya, tentu saja, mengiringi sang waktu, berlangsung pula perubahan. Perubahan akan menggusur mereka yang tak menghargainya, terutama kebodohan dan kelalaian. Tanpa pandang bulu, perubahan akan menggeser mereka yang tak pacak dan yang tak mau melihat perubahan," berkata sang angsa kepada para unggas. Ia melanjutkan, "Sang musafir muda terus berjalan, menempuh cakrawala, berjalan di antara ruang dan waktu, hingga ia bertemu dengan sang negarawan, yang sedang duduk di sebuah dermaga, di bibir pantai yang indah, di tepian samudera waktu. Sang negarawan berkata, "Wahai anak muda, pendiri negeri ini, telah menjaga Allah, maka Allah menjaga mereka dan generasi penerus mereka. Sekarang, giliranmulah menjaga Allah, semoga Allah menjagamu dan generasi penerusmu."
Sang musafir muda berkata, "Yang mulia, sampaikan padaku, bagaimana cara melakukannya?" Sang negarawan diam sejenak, lalu berkata, "Segala puji hanyalah milik Allah. Kita memuliakan-Nya, memohon pertolongan-Nya dan memohon ampunan-Nya. Kita berlindung kepada Allah, dari kejahatan diri kita dan dari keburukan kita. Barangsiapa yang mendapat petunjuk Allah, takkan ada yang dapat menyesatkannya, dan barangsiapa yang Allah sesatkan, tiada yang dapat memberinya petunjuk. Aku bersaksi bahwa tiada yang berhak diibadahi dengan benar, melainkan Allah, tiada sekutu bagi-Nya, dan aku bersaksi bahwa Nabi kita tercinta (ﷺ) adalah hamba dan utusan-Nya.
Abdullah bin ‘Abbas, radhiyallahu ‘anhuma, meriwayatkan, suatu hari aku sedang duduk di belakang Nabi (ﷺ). Beliau bersabda, “Nak, maukah kuajarkan kepadamu beberapa untai kata, yang dengannya, Allah akan memberimu manfaat?" Aku menjawab, "Ya, tentu!" Beliau bersabda, "Jagalah Allah, niscaya Dia akan menjagamu. Jagalah Allah, niscaya engkau 'kan temukan Dia dihadapanmu. Kenalilah Allah di saat lapang, dan Dia akan mengenalimu di saat sempit. Jika engkau hendak meminta, mintalah kepada Allah, dan jika engkau hendak memohon pertolongan, bermohonlah kepada Allah. Pena telah mengering (setelah menulis) segala yang akan terjadi. Jika semua ciptaan, secara keseluruhan, telah mencoba dan memaksakan manfaat bagimu melalui sesuatu yang tak Allah tetapkan, mereka takkan mampu melakukannya; dan jika mereka ingin mencelakaimu melalui sesuatu yang tak Allah putuskan, mereka takkan bisa melakukannya. Ketahuilah, bahwa kebajikan yang banyak, ada di dalam kesabaran, yang tak engkau sukai, bahwa kemenangan itu, akan datang dengan kesabaran, bahwa kelegaan itu, akan datang dengan kesulitan, dan bahwa kesulitan itu, akan datang bersama kemudahan.” - [Imam Ahmad; Sahih]
Sang musafir muda bertanya, "Apa makna dari 'Jagalah Allah'?" Sang negarawan berkata, "Itu bermakna, menjaga batasan-batasan Allah, hak-hak-Nya, perintah-perintah-Nya dan larangan-larangan-Nya. Semua ini, dipertahankan dengan memenuhi perintah-Nya dengan ketaatan, menjauhi larangan-Nya, dan dengan tak melewati atau melampaui batas-batas yang telah Dia gariskan, yang dapat berakibat seseorang meninggalkan apa yang telah ditentukan dan melanggar batasan yang tak diperbolehkan. Oleh karena itu, kata-kata ini mencakup pelaksanaan segala kewajiban dan menjauhi segala larangan, seperti yang disebutkan dalam hadis Abi Ta'labah, dimana Rasulullah (ﷺ) bersabda,
"Allah telah mewajibkan berbagai tanggungjawab, maka janganlah melalaikannya, Dia telah melarang berbagai hal, maka janganlah melanggarnya, dan Dia telah menetapkan batasannya, maka janganlah melewatinya." - [Imam Daruqutni; Hasan oleh Syaikh Al-Albani]
Salah satu hal terbesar yang perlu dijaga adalah shalat lima waktu. Allah berfirman,
"Dan orang-orang yang memelihara shalatnya." - [70:34]
Rasulullah (ﷺ) bersabda,
'Barangsiapa yang menjaganya, akan menjadi cahaya, bukti dan pembebasan baginya pada Hari Kiamat."- [Imam Ahmad dan at-Tabarani; Sahih oleh ibnu Hibban]
Hal yang sama berlaku juga terhadap bersuci, karena bersuci itulah kunci shalat. 'Ali, radhiyallahu' anhu, meriwayatkan bahwa Rasulullah (ﷺ) bersabda,
"Kunci shalat adalah bersuci, Tahrimnya adalah Takbir, dan Tahlilnya adalah Taslim." - [Jami' at-Tirmidzi; Hasan]
Seorang hamba, tanpa sengaja, dapat membatalkan wudhu'-nya, karenanya, menjaga keadaan wudhu untuk sholat adalah bukti bahwa iman telah menetap dengan kokoh di dalam qalbu.

Diantara hal-hal yang diperintahkan Allah agar tetap dijaga, adalah sumpah. Saat Dia menyebutkan denda karena melanggar sumpah, Allah berfirman,
"Allah tak menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpahmu yang tak disengaja (untuk bersumpah), tetapi Dia menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpah yang kamu sengaja, maka kafaratnya (denda pelanggaran sumpah) ialah memberi makan sepuluh orang miskin, yaitu dari makanan yang biasa kamu berikan kepada keluargamu, atau memberi mereka pakaian atau memerdekakan seorang hamba sahaya. Barangsiapa tidak mampu melakukannya, maka (kafaratnya) berpuasalah tiga hari. Itulah kafarat sumpah-sumpahmu apabila kamu bersumpah. Dan jagalah sumpahmu. Demikianlah Allah menerangkan hukum-hukum-Nya kepadamu agar kamu bersyukur (kepada-Nya)." - [QS.5:89]
Orang sering bersumpah, dan akibat melanggarnya, akan berbeda-beda: terkadang dapat berarti pemenuhan atau berakhirnya sumpah itu, terkadang diperlukan pembayaran denda yang berat (kaffarah mughallaza), dan di saat lain, dapat menimbulkan perceraian atau yang semacamnya, bila dipersyaratkan. Iman telah masuk ke dalam qalbu orang yang menjaga sumpahnya.
Para Salaf, sangat berhati-hati menjaga sumpah mereka. Ada yang takkan pernah mau bersumpah karena Allah, yang lain, akan sangat menjaganya, sehingga bila mereka sadar bahwa mereka telah melanggar sumpahnya, mereka akan segera menebusnya.
Ancaman berat terkait dengan sumpah palsu. Sumpah yang sering dilakukan atas nama Allah, atau sumpah palsu atas nama-Nya, muncul akibat melalaikan Allah dan kurangnya takzim di dalam qalbu.

Ada lagi hal lain yang hendaknya dijaga oleh orang beriman, yakni, kepala dan perutnya. Ibnu Mas'ud, radhiyallahu 'anhu, meriwayatkan bahwa Rasulullah (ﷺ) bersabda,
"Merasa malu di hadapan Allah sebagaimana layaknya, untuk melindungi kepala dan apa yang disimpannya, serta perut dan apa yang dikandungnya." - [Ahmad dan at-Tirmidzi; Hasan li ghairihi oleh Syaikh al-Albani]
Menjaga kepala dan apa yang disimpannya, termasuk menjaga pendengaran, penglihatan dan lidah, agar tak terjerumus ke dalam apa yang terlarang. Menjaga perut dan apa yang dikandungnya termasuk melindungi qalbu agar tak bersikukuh pada apa yang dilarang. Allah berfirman,
"Dan janganlah kamu mengikuti sesuatu yang tak kamu ketahui. Karena pendengaran, penglihatan dan hati-nurani, semua itu akan diminta pertanggungjawabannya." - [QS.17:36]
Menjaga perut dan apa yang dikandungnya, termasuk menjaga perut dari makanan dan minuman yang haram.
Juga wajib menjaga lidah dan bagian pribadi dari pelanggaran terhadap yang diharamkan. Abu Hurairah, radhiyallahu 'anhu, meriwayatkan bahwa Rasulullah (ﷺ) bersabda,
"Barangsiapa yang menjaga apa yang ada di antara rahangnya, dan apa yang ada di antara kedua kakinya, akan masuk surga." - [al-Hakim; Sahih]
Allah secara khusus memerintahkan agar menjaga bagian-pribadi dan memuji orang yang melakukannya,
"Katakanlah kepada laki-laki yang beriman, agar mereka menjaga pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu, lebih suci bagi mereka. Sungguh, Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat." - [QS.24:30]
Abu Idris al-Khaulani berkata,
"Ketika Adam turun ke bumi, hal pertama yang diperintahkan Allah kepadanya adalah, menjaga bagian-pribadinya dan bahwa ia seharusnya hanya menempatkannya di tempat yang dihalalkan.'
Sang musafir muda lalu bertanya, "Dan apa makna dari 'Dia akan menjagamu'?" Sang negarawan berkata, "Itu berarti, bahwa barangsiapa yang menjaga batas-batas Allah dan memeliharanya karena Allah, Allah akan menjaganya. Ini karena, pahala itu, setara dengan jenis perbuatannya. Allah berfirman,
"...Dan penuhilah janjimu kepada-Ku, niscaya Aku penuhi janji-Ku kepadamu, dan takutlah kepada-Ku saja." - [QS.2:40]
Allah menjaga hamba-hamba-Nya, dengan dua cara. Pertama, Dia menjaga hamba-Nya dalam hal yang akan bermanfaat baginya dalam kehidupan duniawi, seperti melindungi dirinya, anak-anaknya, keluarga, dan kekayaannya. Ibnu ‘Umar, radhiyallahu 'anhu, meriwayatkan bahwa Rasulullah (ﷺ) tak pernah meninggalkan permohonan berikut, di saat beliau akan tidur dan bangun,
“Ya Allah, aku memohon kesejahteraan-Mu di dunia dan di akhirat. Ya Allah, aku memohon ampun dan keselamatam pada agamaku, hidupku di dunia ini, keluargaku dan hartaku. Ya Allah, tutupilah aibku dan singkirkanlah ketakutanku, jagalah aku dari apa yang ada di depanku dan di belakangku, apa yang ada di kanan dan di kiriku, dan apa yang di atasku. Aku berlindung dengan keagungan-Mu agar tak direnggut dari bawahku. "- [Imam Ahmad, Abu Dawud, Nasa'i dan ibnu Majah; Sahih oleh ibnu Hibban dan Syaikh al-Albani]
Contoh lain dari Allah menjaga hamba-Nya adalah menjaga kesehatan, kekuatan, kecerdasan dan kekayaan mereka. Salah seorang Salaf berkata, "Para Ulama takkan menjadi pikun." Yang lain berkata, "Barangsiapa yang menghafal Al-Qur'an, akan diberkahi kecerdasannya." Allah berfirman,
"Kemudian Kami kembalikan ia ke tempat yang serendah-rendahnya, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan; maka mereka akan mendapat pahala yang tiada putus-putusnya." - [QS.95:5-6]
Tempat yang serendah-rendahnya, mengacu pada usia tua. Abul Tayyib al-Tabari telah melampaui usia seratus tahun, namun kecerdasannya tetap utuh, dan begitu pula kekuatannya. Suatu hari, ia melompati sebuah kapal besar yang ia tumpangi. Ketika ditegur karena melakukannya, ia berkata, "Kami menjaga anggota tubuh ini dari dosa di masa muda kami, maka Allah telah melindunginya untuk kami, di usia tua kami."

Allah juga akan menjaga seseorang, karena keshalihannya, melalui anak-anak dan cucunya. Allah menyebutkan kisah Nabi Musa, alaihissalam, dan al-Khidr. Ketika mereka tiba di sebuah desa, tak ada yang menunjukkan keramahtamahan saat itu, namun al-Khidr memperbaiki tembok yang runtuh dan membentenginya dengan mengaturnya kembali. Allah mewahyukan,
"Dan adapun dinding rumah itu, milik dua anak yatim di kota itu, yang di bawahnya tersimpan harta bagi mereka berdua, dan ayahnya seorang yang shalih. Maka Rabb-mu menghendaki agar keduanya sampai dewasa dan keduanya mengeluarkan simpanannya itu sebagai rahmat dari Rabb-mu. Apa yang kuperbuat bukan menurut kemauanku sendiri. Itulah keterangan perbuatan-perbuatan yang engkau tak sabar terhadapnya.” - [QS.18:82]
Maka, anak-anak yatim itu, terjaga karena keshalihan ayah mereka.
Muhammad ibnu al-Munkadir berkata,
"Allah akan menjaga anak-anak dan cucu seseorang karena keshalihannya, Dia akan menjaga kota tempatnya berada, dan pemukiman di sekitarnya. Mereka akan selalu berada dalam penjagaan dan perlindungan Allah."
Ibnu al-Musayyab berkata kepada putranya,
‘Anakku, aku memperbanyak shalatku untukmu dengan harapan bahwa aku akan dilindungi melalui engkau..."
Contoh lain dari Allah menjaga hamba-Nya adalah, melindunginya dalam kehidupan dunia ini, dari ancaman jin dan manusia. Allah berfirman,
"...Barangsiapa bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan membukakan jalan keluar baginya." - [QS.65:2]
Ummul Mukminin, Aisya, radhiyallahu 'anha, menyurat kepada Mu‘awiyah,
"Jika engkau bertaqwa kepada Allah, Dia akan mencukupimu diantara manusia, dan jika engkau takut kepada manusia, mereka takkan dapat menolongmu dalam hal apapun terhadap Allah."
Salah seorang Salaf menyurat kepada saudaranya,
"...amma ba'du, barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah, telah menjaga dirinya, dan barangsiapa yang mengabaikan taqwa kepada Allah, telah mengabaikan dirinya dan Allah sama sekali tak membutuhkannya."
Salah satu cara yang luar biasa, dimana Allah menjaga mereka yang menjaga-Nya, adalah bahwa Dia menjadikan binatang, yang biasanya berbahaya, menjaga seseorang dari marabahaya dan malah membantunya. Inilah yang terjadi dengan Safinah, hamba-sahaya yang telah dimerdekakan oleh Rasulullah (ﷺ), ketika perahunya tenggelam dan ia hanyut ke sebuah pulau. Di sana, ia melihat seekor singa dan berkata, "Wahai Abul Harith, aku Safinah, hamba-merdeka dari Rasulullah (ﷺ)," maka sang singa berjalan menyertainya dan menuntunnya di sepanjang jalan. Setelah itu, sang singa mendengkur seolah-olah mengucapkan selamat tinggal dan kemudian pergi."
Jadi, barangsiapa yang menjaga Allah, Allah akan menjaganya dari binatang buas dan, bahkan, binatang itu melindunginya. Barangsiapa yang mengabaikan Allah, Allah akan mengabaikannya sedemikian rupa, sehingga ia akan dirugikan oleh hal-hal yang ia harapkan mendapat manfaat darinya. Ia bahkan mungkin menemukan anggota terdekat dari keluarganya dan yang paling dicintainya, menyakitinya! Segala kebaikan ditemukan dalam mematuhi Allah, dan kembali kepada-Nya. Segala keburukan ditemukan bila mendurhakai-Nya dan berpaling dari-Nya.

Tipe kedua, dari Allah yang menjaga hamba-Nya adalah, Allah melindungi hamba-Nya dalam agamanya. Inilah bentuk penjagaan terbaik dan paling mulia.
Selama masa hidup sang hamba, Allah melindungi iman dan keyakinan sang hamba, dengan menjaganya dari segala keraguan, bid'ah dan keinginan yang tak dibenarkan. Allah juga memelihara agamanya pada titik kematiannya, sehingga ia mati dalam keadaan Islam.
Dari ibnu Mas'ud, radhiyallahu 'anhu, Rasulullah (ﷺ) bersabda,
“Ya Allah, jagalah aku dengan Islam saat berdiri, jagalah aku dengan Islam saat duduk, jagalah aku dengan Islam saat berbaring. Janganlah menyebabkan para musuh atau pendengki bersukacita (pada malapetaka yang menimpaku). Ya Allah, aku memohon pada-Mu segala kebaikan, khazanah yang ada di dalam genggaman-Mu, dan aku berlindung pada-Mu dari setiap kejahatan, khazanah yang ada di dalam genggaman-Mu."- [Al-Hakim; Sahih oleh as-Suyuti]
Allah juga membatasi antara seseorang dan qalbunya. Allah berfirman,
"Wahai orang-orang yang beriman! Penuhilah seruan Allah dan Rasul, apabila ia menyerumu kepada sesuatu yang memberi kehidupan kepadamu, dan ketahuilah, bahwa sesungguhnya, Allah membatasi antara manusia dan qalbunya, dan sesungguhnya, kepada-Nyalah kamu akan dikumpulkan." - [QS.8:24]
Barangsiapa yang tulus kepada Allah, Allah akan menjaganya dari kejahatan dan kecerobohan, Dia akan menjaganya melalui sarana, yang bahkan tak ia sadari, dan Dia akan membatasi antara dirinya dan jalur yang mengarah ke dalam dosa yang merusak. Ma'ruf al-Karkhi, suatu ketika melihat beberapa orang pemuda yang mempersiapkan diri berjihad, dan berkata, “Ya Allah, jagalah mereka!” Ditanyakan kepadanya, “Mengapa engkau bermohon untuk mereka?” Ia menjawab, 'Jika Dia menjaga mereka, mereka takkan lupa melaksanakan apa yang mereka niatkan.'

Ada juga seorang hamba yang dijaga melalui peringatan orang lain, yang sang hamba ajak menjadi kaki-tangan dalam berbuat dosa. Contohnya, ada pada salah seorang dari kisah tiga lelaki yang memasuki gua, yang kemudian tertutup oleh batu. Hadisnya menyebutkan, salah seorang dari mereka, menuturkan bahwa di saat ia berbaring dengan seorang wanita, yang siap melakukan hubungan intim dengannya, sang wanita berkata, "Takutlah kepada Allah dan janganlah merusak segel kecuali dengan hak yang benar," maka sang lelakipun meninggalkannya.

Contoh lain dari Allah menjaga agama hamba-Nya adalah, jika seorang hamba mengejar kedudukan duniawi, misalnya, jabatan tertentu, atau menjalankan usaha duniawi, misalnya, perdagangan, namun Allah, mengetahui apa yang terbaik untuknya, membatasi urusan antara dirinya dan tujuannya itu. Akibatnya, sang hamba, melalaikan apa yang telah muncul, tak menyukai apa yang telah terjadi. Ibnu Mas'ud berkata, "Seorang hamba berniat melakukan usaha perdagangan atau ingin memperoleh jabatan, dengan harapan akan dipermudah baginya. Allah memperhatikannya dan berkata kepada para malaikat, 'Cegahlah ia, karena jika Aku mempermudah urusan itu untuknya, maka Aku akan membuatnya masuk Neraka!' Jadi, Allah akan menjauhkan sang hamba dari urusan itu, dan dalam keadaan gelisah, sang hamba akan mengeluh, 'Fulan mengalahkanku! Fulan mengakaliku!' Namun semua itu, adalah rahmat Allah Subhanahu wa Ta'ala.’
Yang lebih mengejutkan lagi, bahwa dalam suatu keadaan, seorang hamba berusaha melakukan suatu tindakan ketaatan tertentu, namun tindakan ini, takkan menjadi jalan terbaik baginya, dan masih ada cara lain untuk melakukannya, sehingga Allah akan membatasi antara dirinya dan perbuatannya itu, untuk menjaganya, dan sementara itu, ia melalaikan tindakannya itu."
[Bagian 2]