Sang geluh melanjutkan kisahnya, "Bani Israil tetap berada di jalan yang lurus selama beberapa waktu setelah kepergian Nabi Musa, alaihissalam. Kemudian mereka berbuat bid'ah dalam agama dan ada yang yang bahkan menyembah berhala. Namun, selalu ada nabi yang diutus di antara mereka yang mengajak mereka agar mengerjakan amal yang benar, menahan diri melakukan kejahatan dan yang mengatur mereka sesuai dengan perintah Taurat. Ketika Bani Israil berbuat kejahatan, Allah menyebabkan musuh-musuh mereka bertambah, dan sebagai akibatnya, banyak korban jiwa jatuh di antara mereka, musuh-musuh mereka juga menangkap sejumlah besar dari mereka, dan mengambil alih wilayah yang luas dari lahan mereka.
Sebelumnya, siapapun yang akan memerangi orang Israel, akan kalah, karena mereka memiliki Taurat dan Tabut, yang mereka warisi dari generasi ke generasi sejak zaman Nabi Musa, yang berbicara kepada Allah secara langsung. Namun, orang Israil terus berbuat kesesatan sampai ada raja yang merebut Tabut dari mereka selama peperangan. Raja tersebut juga merebut Taurat, dan hanya sedikit orang Israil yang menghafalnya. Kenabian berhenti di antara berbagai suku mereka dan hanya seorang wanita hamil yang tersisa dari keturunan Lawi, dimana menurut mereka, kenabian itu muncul. Suaminya telah terbunuh, sehingga orang Israil menyembunyikanya di sebuah rumah agar Allah dapat memberinya seorang anak laki-laki, yang akan menjadi Nabi mereka. Wanita itu juga terus memohon kepada Allah agar memberinya seorang anak lelaki. Allah mendengar permohonannya dan memberinya seorang anak laki-laki yang disebutnya ‘Syamuel' yang berarti 'Allah telah mendengar permohonanku'. Ada yang mengatakan bahwa nama anak laki-laki itu adalah Syam'un (Simeon), yang juga bermakna yang sama.
Ketika anak itu tumbuh dewasa, Allah membesarkannya menjadi orang yang shalih. Saat ia mencapai usia kenabian, Allah mewahyukan dan memerintahkan kepadanya agar menyeru umatnya kepada-Nya dan mentauhidkan-Nya. Syamuel mengajak Bani Israel kembali kepada Allah dan mereka memintanya agar menunjuk seorang raja atas mereka, sehingga mereka dapat berperang melawan musuh-musuh mereka di bawah komandonya. Status raja juga berakhir di antara mereka. Nabi mereka berkata kepada, “Bagaimana jika Allah menunjuk seorang raja atasmu, akankah kamu memenuhi sumpahmu untuk berperang di bawah perintahnya?"
Allah berfirman,
Hanya beberapa dari mereka yang menepati janji, namun hampir semua meninggalkan Jihad dan Allah sangat mengetahui tentang mereka.أَلَمْ تَرَ إِلَى الْمَلإ مِنْ بَنِي إِسْرَائِيلَ مِنْ بَعْدِ مُوسَى إِذْ قَالُوا لِنَبِيٍّ لَهُمُ ابْعَثْ لَنَا مَلِكًا نُقَاتِلْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ قَالَ هَلْ عَسَيْتُمْ إِنْ كُتِبَ عَلَيْكُمُ الْقِتَالُ أَلا تُقَاتِلُوا قَالُوا وَمَا لَنَا أَلا نُقَاتِلَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَقَدْ أُخْرِجْنَا مِنْ دِيَارِنَا وَأَبْنَائِنَا فَلَمَّا كُتِبَ عَلَيْهِمُ الْقِتَالُ تَوَلَّوْا إِلا قَلِيلا مِنْهُمْ وَاللَّهُ عَلِيمٌ بِالظَّالِمِينَ"Tidakkah kamu memperhatikan pemuka-pemuka Bani Israil sesudah Nabi Musa, yaitu ketika mereka berkata kepada seorang Nabi mereka, “Angkatlah untuk kami seorang raja supaya kami berperang (di bawah pimpinannya) di jalan Allah”. Nabi mereka menjawab, “Mungkin sekali jika kamu nanti diwajibkan berperang, kamu takkan berperang”. Mereka menjawab, “Mengapa kami tak mau berperang di jalan Allah, padahal sesungguhnya kami telah diusir dari anak-anak kami?”. Maka tatkala perang itu diwajibkan atas mereka, merekapun berpaling, kecuali beberapa saja di antara mereka. Dan Allah Maha Mengetahui siapa orang-orang yang zalim. " - [QS.2:246]
Allah berfirman,
Ketika Bani Israil meminta Nabi mereka agar mengangkat seorang raja atas mereka, ia menunjuk Thalut (Saul), yang pada waktu itu, seorang prajurit. Tapi, Thalut bukanlah keturunan keluarga raja di antara mereka, yang secara eksklusif berada dalam keturunan Yahudza. Itulah sebabnya mereka berkata, "Bagaimana mengkin ia bisa menjadi raja atas kami?" artinya, bagaimana ia bisa menjadi raja bagi kami, ketika kami lebih pantas jadi raja dibandingkan dengannya, dan ia bukan orang yang kaya? Mereka mengatakan bahwa Thalut juga miskin dan tak punya banyak harta yang membuktikan ia menjadi raja. Ada yang mengatakan bahwa Thalut dulunya pembawa air kepada mereka, sementara yang lain menyatakan bahwa pekerjaannya adalah mewarnai kulit. Bani Israil, dengan demikian, berselisihlah mereka dengan Nabi mereka, padahal mereka seharusnya menaatinya dan berkata-kata yang baik kepadanya. Nabi mereka menjawab, "Allah memilih Thalut dari antara kamu karena ia lebih berilmu. Bukanlah aku yang memilih Thalut untuk menjadi rajamu. Sebaliknya, Allah telah memerintahkannya, atas permintaanmu. Thalut lebih berilmu dan terhormat daripada kamu, dan lebih kuat dan lebih sabar selama pertempuran, dan punya lebih banyak ilmu tentang perang. Singkatnya, ia memiliki lebih banyak pengetahuan dan lebih kuat darimu. Seorang raja haruslah memiliki ilmu yang cukup, bersikap adil dan kuat mental dan fisiknya. Hanya Allah Pemilik Kekuasaan Tertinggi yang melakukan apa yang dikehendaki-Nya dan tak seorangpun dapat mempertanyakan tentang tindakan-Nya, sementara mereka akan ditanyai tentang tindakan-tindakan mereka oleh-Nya. Ini karena Allah memiliki hikmah, kebijaksanaan, dan kebaikan yang sempurna dengan ciptaan-Nya. Dia memberikan rahmat-Nya kepada siapa yang Dia kehendaki, Dia juga tahu orang-orang yang pantas menjadi raja dan mereka yang tak pantas mendapatkannya.وَقَالَ لَهُمْ نَبِيُّهُمْ إِنَّ اللَّهَ قَدْ بَعَثَ لَكُمْ طَالُوتَ مَلِكًا قَالُوا أَنَّى يَكُونُ لَهُ الْمُلْكُ عَلَيْنَا وَنَحْنُ أَحَقُّ بِالْمُلْكِ مِنْهُ وَلَمْ يُؤْتَ سَعَةً مِنَ الْمَالِ قَالَ إِنَّ اللَّهَ اصْطَفَاهُ عَلَيْكُمْ وَزَادَهُ بَسْطَةً فِي الْعِلْمِ وَالْجِسْمِ وَاللَّهُ يُؤْتِي مُلْكَهُ مَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ"Nabi mereka mengatakan kepada mereka, “Sesungguhnya Allah telah mengangkat Thalut menjadi rajamu”. Mereka menjawab, “Bagaimana Thalut memerintah kami, padahal kami lebih berhak mengendalikan pemerintahan daripadanya, sedang iapun tak diberi kekayaan yang cukup banyak?” Nabi (mereka) berkata, “Sesungguhnya Allah telah memilih rajamu dan menganugerahinya ilmu yang luas dan tubuh yang perkasa”. Allah memberikan pemerintahan kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Luas pemberian-Nya lagi Maha Mengetahui. " - [QS.2:247]
Allah telah merahmati Thalut, ilmu dan perawakan yang bermutu tinggi. Adapun ilmu, ada yang mengatakan bahwa ia dikaruniai ilmu tentang strategi perang. Ada yang mengatakan bahwa itu ilmu secara umum. Adapun perawakannya, ada yang mengatakan bahwa ia bertubuh jangkung. Ada yang mengatakan bahwa ia berwajah yang tampan. Thalut adalah orang yang paling tampan dan terpandai setelah Nabi mereka, Syamuel. Jadi, Thalut berperawakan tinggi dan gagah, shalih, serta sangat cerdas.
Thalut tinggal dan bekerja bersama ayahnya di pertanian mereka. Suatu hari, ada keledai mereka yang hilang. Ditemani pelayannya, Thalut pergi mencarinya. Mereka bepergian selama beberapa hari dan sangat lelah. Thalut berkata kepada pelayannya, "Mari kita kembali, karena aku yakin ayahku akan khawatir, dan hewan-hewan lain juga harus dirawat." Pelayannya menyarankan, karena mereka sudah berada di daerah Syamuel, mereka sebaiknya menemuinya untuk menanyakan tentang keledai yang hilang. Thalut setuju, dan mereka melanjutkan perjalanan. Dalam perjalanan, mereka menanyakan arahan dari beberapa gadis yang membawa air. Mereka disuruh pergi ke arah gunung. Di sana, kerumunan besar sedang menunggu Nabi Syamuel. Ketika Thalut menatapnya, ia langsung mengenalinya sebagai seorang nabi oleh orang-orang sucinya. Syamuel juga mengakui Thalut sebagai raja yang dipilih Allah untuk mereka. Thalut menyapa sang nabi dengan hormat. Ketika ia bertanya tentang keledainya yang hilang, Syamuel mengatakan agar tak perlu khawatir, keledainya sudah dalam perjalanan pulang ke peternakan ayahnya.
Syamuel kemudian menyampaikan kepada Thalut bahwa Allah telah memilihnya sebagai raja Bani Israel. Tugasnya bertanggung jawab atas urusan mereka, menyatukan mereka di bawah satu panji, dan melindungi mereka dari musuh-musuh mereka. Jika ia melaksanakan perintah Allah, ia akan diberikan kemenangan. Thalut terkejut dengan kehormatan mendadak yang ditawarkan padanya. Juga, itu tanggung jawab yang berat. Ia mengeluh kepada sang nabi bahwa ia keturunan dari Bunyamin, suku-suku Bani Yaqub yang kurang populer; ia tak tahu apa-apa tentang kepemimpinan atau kerajaan, dan tak punya kekayaan. Syamuel mengatakan bahwa adalah kehendak Allah, ia harus menjadi raja, ia seyogyanya bersyukur kepada Allah atas pertolongan-Nya dan menguatkan imannya.
Rujukan :وَقَالَ لَهُمْ نَبِيُّهُمْ إِنَّ آيَةَ مُلْكِهِ أَنْ يَأْتِيَكُمُ التَّابُوتُ فِيهِ سَكِينَةٌ مِنْ رَبِّكُمْ وَبَقِيَّةٌ مِمَّا تَرَكَ آلُ مُوسَى وَآلُ هَارُونَ تَحْمِلُهُ الْمَلائِكَةُ إِنَّ فِي ذَلِكَ لآيَةً لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَNabi mereka kemudian menyatakan, "Tanda keberkahan raja Thalut atasmu adalah, Allah akan mengembalikan Tabut yang telah diambil darimu." Ada yang mengatakan bahwa "ketenangan (Sakinah) dari Rabb-mu" adalah kedamaian (atau rahmat) dan jaminan. Ada yang mengatakan bahwa Sakinah berarti kasih-sayang. Yang lain mengatakan bahwa itu berarti rahmat. Adapun makna dari "sisa peninggalan keluarga Musa dan keluarga Harun," ada yang mengatakan bahwa Tabut berisi pot manna dan sisa-sisa Tablet Perjanjian, sementara yang lain mengatakan bahwa Tabut berisi tongkat Nabi Musa dan dua sepatu. Yang lain mengatakan bahwa itu adalah tongkat Nabi Musa dan sisa-sisa Tablet Perjanjian. Kemudian malaikat turun sambil membawa Tabut di antara langit dan bumi, sampai mereka meletakkannya di depan Thalut, sementara yang lain menyaksikan. Tabut dibawa ke rumah Talut, sehingga orang-orang percaya pada kenabian Syamuel (Simeon) dan menaati Thalut. Nabi mereka kemudian berkata, "Sesungguhnya, inilah tanda bagimu, bersaksi tentang kebenaranku dalam apa yang telah aku diutus dengan kenabianku, dan perintahku kepadamu untuk menaati Thalut, jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari akhir."
"Dan nabi mereka berkata kepada mereka, “Sesungguhnya tanda kerajaannya ialah datangnya Tabut kepadamu, yang di dalamnya terdapat ketenangan dari Rabb-mu dan sisa peninggalan keluarga Musa dan keluarga Harun, yang dibawa oleh malaikat. Sungguh, pada yang demikian itu terdapat tanda (kebesaran Allah) bagimu, jika kamu orang beriman'." - [QS.2:248]
Allah berfirman,
Thalut mulai mempersiapkan pasukannya dengan iman dan hikmah yang kuat. Ia memerintahkan, bahwa hanya kaum lelaki yang bebas dari tanggung jawab, yang boleh bergabung. Mereka yang terlibat dalam membangun rumah, lelaki yang akan menikah dan mereka yang sibuk dengan bisnis, tak boleh bergabung. Setelah membentuk pasukan yang terlatih, ia memutuskan untuk menguji mereka. Ia berkata kepada mereka bahwa di sepanjang rute mereka, akan melewati sungai dimana mereka hanya boleh minum air secukupnya saja untuk melepas dahaga, namun tak lebih dari itu.فَلَمَّا فَصَلَ طَالُوتُ بِالْجُنُودِ قَالَ إِنَّ اللَّهَ مُبْتَلِيكُمْ بِنَهَرٍ فَمَنْ شَرِبَ مِنْهُ فَلَيْسَ مِنِّي وَمَنْ لَمْ يَطْعَمْهُ فَإِنَّهُ مِنِّي إِلا مَنِ اغْتَرَفَ غُرْفَةً بِيَدِهِ فَشَرِبُوا مِنْهُ إِلا قَلِيلا مِنْهُمْ فَلَمَّا جَاوَزَهُ هُوَ وَالَّذِينَ آمَنُوا مَعَهُ قَالُوا لا طَاقَةَ لَنَا الْيَوْمَ بِجَالُوتَ وَجُنُودِهِ قَالَ الَّذِينَ يَظُنُّونَ أَنَّهُمْ مُلاقُو اللَّهِ كَمْ مِنْ فِئَةٍ قَلِيلَةٍ غَلَبَتْ فِئَةً كَثِيرَةً بِإِذْنِ اللَّهِ وَاللَّهُ مَعَ الصَّابِرِينَ"Maka ketika Thalut membawa bala tentaranya, ia berkata, 'Allah akan menguji kamu dengan sebuah sungai. Maka barangsiapa meminum (airnya), dia bukanlah pengikutku. Dan barangsiapa tidak meminumnya, maka dia adalah pengikutku kecuali menciduk seciduk dengan tangan.' Tetapi mereka meminumnya kecuali sebagian kecil di antara mereka. Ketika ia (Thalut) dan orang-orang yang beriman bersamanya menyeberangi sungai itu, mereka berkata, “Kami tak kuat lagi pada hari ini melawan Jalut dan bala tentaranya.” Mereka yang meyakini bahwa mereka akan menemui Allah berkata, “Betapa banyak kelompok kecil mengalahkan kelompok besar dengan izin Allah.' Dan Allah beserta orang-orang yang sabar." - [QS.2:249]
Delapan puluh ribu orang pergi bersama Thalut. Sekarang Jalut (Goliat) adalah salah seorang manusia yang terkuat dan paling berani. Ia maju mendahului pasukannya, dan rombongannya takkan bergabung dengannya sampai ia sendiri yang menghadang siapapun yang ia temui. Ketika Bani Israil keluar, Thalut berkata kepada mereka, "Sungguh, Allah akan menguji kamu di tepi sungai. Siapapun yang meminumnya, ia bukan dariku, dan siapapun yang tak merasakannya, ia dariku." Siapapun yang mengambil sedikit air sungai itu selekukan telapak tangan, dahaganya akan hilang; Adapun mereka yang minum dengan bebas, rasa haus mereka takkan pernah hilang.
Namun mereka meminumnya karena takut pada Jalut; hanya empat ribu yang menyeberang dengan Thalut, sedangkan yang tujuh puluh enam ribu, pulang. Mereka yang meminumnya, merasa kehausan, sedangkan mereka yang tak meminumnya, kecuali sedikit dalam telapak tangan mereka, tak merasakan haus.
Dan setelah ia dan orang-orang yang beriman menyeberangi sungai, mereka melihat Jalut, merekapun berbalik, mereka berkata, “Kami tak kuat lagi pada hari ini melawan Jalut dan bala tentaranya.” Mereka memandang bahwa jumlah mereka terlalu sedikit dan terlalu lemah jika harus menghadapi musah yang lebih banyak. Namun orang-orang yang beriman, yang yakin bahwa mereka akan bertemu Allah, berkata, "“Betapa banyak kelompok kecil mengalahkan kelompok besar dengan izin Allah. Dan Allah beserta orang-orang yang sabar." Mereka yang berani, beriman, percaya diri dan sabar, tetap termotivasi agar tabah menghadapi peperangan.
Dalam kekecewaannya, Thalut mendapati bahwa sebagian besar anak buahnya, minum lebih banyak air daripada yang seharusnya. Ia mengeluarkan mereka karena ketidaktaatan, dan hanya sedikit yang menaatinya, karena merekalah yang membuktikan ketulusan mereka. Akibatnya, terjadi perpecahan dalam pasukan, namun ia tak terganggu. Ia percaya pada kualitas dan bukan angka; lebih baik sekelompok kecil orang beriman sejati yang bisa ia andalkan, daripada sepasukan besar orang yang tak bisa diandalkan.
Tiga ribu enam ratus delapan puluh pulang kampung, lalu Thalut berangkat dengan tiga ratus sembilan belas. Pertempuran antara Bani Israil dan orang Filistin merupakan isyarat Perang Badar. Dalam Perang Badar, juga, sejumlah kecil kaum Muslimin menghadapi pasukan yang jauh lebih besar, dan mereka mengalahkannya. Bagian ini dengan demikian mempersiapkan umat Islam untuk menghadapi perang, sekaligus mendorong mereka. Ketika Perang Badar terjadi, kaum Ahli-kitab Arab saat itu, seharusnya memahami kemiripan pertempuran ini dan pertempuran antara Bani Israil dan orang-orang Filistin.
Allah berfirman,
Pasukan Thalut melihat musuh di seberang sungai. Lawan mereka tampak kuat secara fisik dan dipersenjatai dengan senjata yang lebih baik. Mereka dipimpin oleh prajurit perkasa, Jalut, yang dikenal karena tubuhnya yang besar dan kekuatannya yang besar. Sejumlah pasukan Thalut, tunggang-langgang melihat kekuatan yang besar ini. Kelompok kecil yang tersisa, siap bertarung, apapun hasilnya, karena mereka telah mendengar bahwa ada banyak peristiwa di masa lalu, dimana Allah telah menyebabkan pasukan kecil mengalahkan yang lebih besar. Saat kedua pasukan itu saling berhadapan, Jalut muncul seraya menantang. Kemudian Dawud (David) maju, Jalut berkata kepadanya, "Kembalilah. Aku tak ingin membunuhmu." Dawud berkata, "Tapi aku ingin membunuhmu."وَلَمَّا بَرَزُوا لِجَالُوتَ وَجُنُودِهِ قَالُوا رَبَّنَا أَفْرِغْ عَلَيْنَا صَبْرًا وَثَبِّتْ أَقْدَامَنَا وَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ"Dan ketika mereka maju melawan Jalut dan tentaranya, mereka berdoa, “Wahai Rabb kami, limpahkanlah kesabaran kepada kami, kukuhkanlah langkah kami dan tolonglah kami menghadapi orang-orang kafir'." - [QS.2:250]
Kemudian, sang geluh berkata, "Wahai saudara-saudariku, kedaulatan dan kepemimpinan tak bergantung pada harta dan kekayaan, atau pada keturunan maupun silsilah keluarga, tetapi ilmu dan kekuatanlah kualitas yang dapat dijadikan kriteria. Untuk menjadi pemimpin yang layak, seseorang hendaknya diberkahi dengan ilmu dan kemampuan lahiriah yang berkualitas mumpuni, baik itu perawakan yang gagah maupun ketampanan.
Seluruh hukum Ilahi adalah ekspresi dari rahmat Ilahi. Allah takkan membiarkan kejahatan itu, mendominasi selamanya, melainkan Dia akan terus membersihkannya, karena jika tidak, kesengsaraan tak berujung bagi umat manusia akan menjadi akibatnya. Jihad adalah sarana penting untuk memusnahkan kejahatan. Saat kebenaran dan kebathilan bertemu dalam pertempuran, dan di sisi kebenaran, kita menemukan orang-orang yang tulus dengan hasrat pengorbanan di dalamnya, berdiri membela sisi kebenaran dan di dalamnya ada kemandirian dan ketergantungan pada Allah. Jadi, ada hubungan antara Hukum Ilahi dan Rahmat Ilahi, dengan mengatakan bahwa Allah telah memberlakukan hukum itu karena Dia Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Wallahu a'lam."
هَزَمُوهُمْ بِإِذْنِ اللَّهِ وَقَتَلَ دَاوُدُ جَالُوتَ وَآتَاهُ اللَّهُ الْمُلْكَ وَالْحِكْمَةَ وَعَلَّمَهُ مِمَّا يَشَاءُ وَلَوْلا دَفْعُ اللَّهِ النَّاسَ بَعْضَهُمْ بِبَعْضٍ لَفَسَدَتِ الأرْضُ وَلَكِنَّ اللَّهَ ذُو فَضْلٍ عَلَى الْعَالَمِينَ"Maka mereka mengalahkannya dengan izin Allah, dan Dawud membunuh Jalut. Kemudian Allah memberinya (Dawud) kerajaan, dan hikmah, dan mengajarinya apa yang Dia kehendaki. Dan kalau Allah tak melindungi sebagian manusia dengan sebagian yang lain, niscaya rusaklah bumi ini. Tetapi Allah mempunyai karunia (yang dilimpahkan-Nya) atas seluruh alam." - [QS.2:251]
- Maulana Hifzur Rahman Soeharwy, Qasasul Ambiyaa, Idara Impex
- Syaikh Safiurrahman Al-Mubarakpuri, Tafsir Ibn Kathir (Abridged) Volume I, Darussalam
- Ibn Kathir, Stories of The Prophets, Darussalam
- The History of al-Tabari, The Children of Israel, Volume III, Translated by William M. Brinner, SUNY Press.