Selasa, 08 Januari 2019

Kesabaran, Kemenangan dan Syukur (1)

Sang musafir muda bertanya, "Dari hadits Rasulullah (ﷺ) yang telah disebutkan terdahulu, apa makna dari 'Pena telah mengering (setelah menulis) segala yang akan terjadi. Jika semua ciptaan, secara keseluruhan, telah mencoba dan memaksakan manfaat bagimu melalui sesuatu yang tak Allah tetapkan, mereka takkan mampu melakukannya; dan jika mereka ingin mencelakaimu melalui sesuatu yang tak Allah putuskan, mereka takkan bisa melakukannya?" Sang negarawan berkata, "Sebelum kita mendiskusikannya, aku ingin membicarakan tentang pernyataan, 'Ketahuilah, bahwa kebajikan yang banyak, ada di dalam kesabaran, yang tak engkau sukai, bahwa kemenangan itu, akan datang dengan kesabaran, bahwa kelegaan itu, akan datang dengan kesulitan, dan bahwa kesulitan itu, akan datang bersama kemudahan.' Pernyataan ini, yang menyebutkan tentang kesabaran, dalam bahasa Arab : Sabr, yang bermakna : menahan, menghambat, atau menghentikan; dalam arti spiritual, kesabaran berarti menghentikan diri kita dari keputusasaan dan kepanikan, menahan lidah kita mengeluh, dan menahan tangan kita dari menampar wajah kita dan merobek pakaian kita pada saat sedih dan stres. Allah berfirman,
وَاصْبِرْ نَفْسَكَ مَعَ الَّذِينَ يَدْعُونَ رَبَّهُم بِالْغَدَاةِ وَالْعَشِيِّ يُرِيدُونَ وَجْهَهُ
"Dan bersabarlah engkau (Muhammad) bersama orang yang menyeru Rabb-nya pada pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya;..." - [QS.18:28]
Beberapa 'Ulama mendefinisikan kesabaran sebagai karakteristik manusia yang baik atau sikap psikologis yang positif, yang karenanya kita menahan diri melakukan apa yang tak baik. Manusia tak dapat menjalani kehidupan yang layak dan sehat, tanpa kesabaran.

Kesabaran adalah istilah umum yang dimanifestasikan dalam berbagai aspek kehidupan manusia. Setiap manifestasi ini, punya nama dan deskripsi yang berbeda. Jika kesabaran ditunjukkan dalam hal menahan hasrat seksual, hasilnya adalah kehormatan, kebalikannya adalah perzinahan dan pergaulan bebas. Jika kesabaran itu dimanifestasikan dalam mengendalikan perut, disebut kontrol-diri dan kebalikannya adalah keserakahan.
Jika dinyatakan dengan diam tentang hal-hal yang tak pantas diucapkapkan, disebut kebijaksanaan, kebalikannya adalah membuka aib, dusta, fitnah atau pencemaran nama -baik. Jika kesabaran itu dimanifestasikan dalam bentuk puas dengan apa yang cukup bagi kebutuhan seseorang, disebut berpantang, dan kebalikannya adalah ketamakan. Jika dinyatakan dalam mengendalikan amarah seseorang, maka disebut pengendalian-diri, yang kebalikannya adalah impulsif dan reaktif.
Jika dimanifestasikan dalam bentuk menahan diri dari ketergesa-gesaan, maka disebut keanggunan dan kemantapan, kebalikannya disebut pemarah. Jika dimanifestasikan dalam bentuk menahan-diri agar tak melarikan-diri, maka disebut keberanian, dan kebalikannya adalah pengecut. Jika dimanifestasikan dalam menahan-diri dari pembalasan-dendam, maka disebut pemberian-maaf, kebalikannya adalah balas-dendam.
Jika dimanifestasikan dalam bentuk menahan diri dari sifat pelit, maka disebut kemurahan-hati, yang kebalikannya adalah kekikiran. Jika dimanifestasikan dalam bentuk menahan diri dari malas dan tak berdaya, maka disebut dinamis dan inisiatif. Jika dimanifestasikan dalam bentuk menahan diri dari menyalahkan dan menuduh orang lain, maka itu disebut ksatria.
Semua nama ini dapat diterapkan untuk kesabaran dalam keadaan yang berbeda, namun semua dicakup oleh gagasan kesabaran yang sama. Inilah indikasi bahwa seluruh spektrum kehidupan dimoderasi oleh kesabaran."

Sang musafir muda bertanya, "Bolehkah mengeluh tentang kadaan sulit seseorang dan masih memiliki sifat kesabaran?" Sang negarawan berkata, "Ada dua kategori mengeluh atau syakwah, pertama, keluhan yang diperbolehkan, termasuk, mengadu kepada Allah. Yaitu, mengeluh kepada Allah yang tak bertentangan dengan kesabaran. Hal ini ditunjukkan oleh beberapa nabi, misalnya, ketika Nabi Yaqub, alaihissalam, berkata,
بَلْ سَوَّلَتْ لَكُمْ أَنْفُسُكُمْ أَمْرًا فَصَبْرٌ جَمِيلٌ
"... Sebenarnya hanya dirimu sendiri yang memandang baik urusan (yang buruk) itu. Maka (kesabaranku) adalah kesabaran yang baik ..." - [QS.12: 83]
Lalu ia berkata,
إِنَّمَا أَشْكُو بَثِّي وَحُزْنِي إِلَى اللَّهِ
"... Hanya untuk Allah aku mengadukan kesusahan dan kesedihanku ..." - [QS.12: 86]
Kedua, keluhan yang tak diperkenankan, termasuk, kerkeluh-kesah kepada manusia. Yaitu, mengeluh kepada orang lain, baik secara langsung, melalui kata-kata, atau secara tak langsung, melalui cara kita memandang dan berperilaku, bertentangan dengan sikap kesabaran. Khabaab bin Al-Arat, radhiyallahu 'anhu, meriwayatkan,
"Kami mengeluh kepada Rasulullah (ﷺ) (tentang penganiayaan yang dilakukan kepada kami oleh orang-orang kafir) saat beliau duduk di bawah naungan Ka'bah, membungkuk di atas Burda-nya (yaitu selimut). Kami berkata kepada beliau, 'Akankah engkau memohon pertolongan untuk kami? Akankah engkau berdoa kepada Allah untuk kami?" Beliau bersabda, 'Di antara umat sebelum kalian, seseorang (orang beriman) akan ditempatkan di parit yang digali untuknya, dan sebuah gergaji diletakkan di atas kepalanya dan ia akan dibelah jadi dua bagian; namun (penyiksaan) itu takkan membuatnya menanggalkan agamanya. Tubuhnya akan disisir dengan sisir besi yang akan menghilangkan dagingnya dari tulang dan ototnya, namun hal itu takkan membuatnya meninggalkan agamanya. Demi Allah, agama ini (yaitu Islam) akan menang sampai seorang musafir dari Sana (di Yaman) sampai Hadrarmaut takkan takut kepada siapa pun kecuali Allah, atau serigala dengan domba-dombanya, tetapi kalian tergesa-gesa." - [Sahih al-Bukhari]
Namun, menggambarkan kondisi seseorang kepada orang-orang tertentu, seperti dokter atau teman dekat, yang nasihat atau ilmunya diperlukan untuk mencari solusi masalah tertentu, tak termasuk ke dalam jenis keluhan yang tak dianjurkan."

Sang musafir muda bertanya, "Apa kekuatan Kesabaran itu?" Sang negarawan berkata, "Setiap individu, memiliki dua kekuatan yang bekerja dalam menengahi tindakan dan kelambanannya. Yang satu adalah" kekuatan pendorong ", yang mendorongnya ke arah beberapa tindakan, dan yang lainnya adalah" kekuatan pengekang ", yang menahannya dari yang lain. Kesabaran pada dasarnya memanfaatkan kekuatan pendorong untuk mendorong kita menuju hal-hal yang baik, dan kekuatan pengekang untuk menahan kita dari tindakan yang mungkin berbahaya bagi diri kita sendiri atau orang lain.
Ada orang memiliki kesabaran yang kuat dalam melakukan apa yang baik dan bermanfaat bagi mereka, tetapi kesabaran mereka lemah bila berhubungan dengan menahan diri dari tindakan berbahaya. Jadi, engkau mungkin menemukan bahwa orang tersebut memiliki kesabaran yang cukup untuk melakukan tindakan ibadah, tetapi ia tak memiliki kesabaran dalam mengendalikan dirinya dan menahan diri untuk tak mengikuti perilaku dan keinginannya, dan dengan cara ini ia dapat melakukan perbuatan haram. Sebaliknya, ada orang yang mungkin memiliki kesabaran yang kuat untuk tak melakukan perbuatan haram, namun kesabaran mereka dalam mematuhi perintah dan melakukan ibadah, terlalu lemah. Ada orang yang tak punya kesabaran dalam kedua hal tersebut! Dan, tentu saja, orang-orang terbaik adalah mereka yang memiliki keduanya.
Hampir semua orang, hanya memiliki satu hal tersebut, dan hanya sedikit yang memiliki keduanya. Jadi, seseorang mungkin punya banyak kesabaran ketika berdiri untuk sholat malam, dan bertahan dalam kondisi panas atau dingin apa pun yang lazim, namun mungkin, tak memiliki kesabaran sama sekali ketika dihadapkan pada tindakan dimana ia harus menurunkan tatapannya dan menahan diri agar tak memandang. pada seorang wanita. Yang lain, mungkin tak masalah dalam hal mengendalikan tatapannya, namun ia tak memiliki kesabaran, yang akan membuatnya melakukan amar ma'ruf nahi mungkar, dan ia begitu lemah dan tak berdaya sehingga ia bahkan tak bisa menyisakan satu kata kebenaranpun terhadap orang-orang kafir maupun musyrik."


Sang musafir muda bertanya, "Apa keutamaan sabar?" Sang negarawan berkata, "Allah telah memerintahkan kita agar bersabar dan menjadikannya sebagai sifat yang paling mulia, yang dengannya manusia dapat diberkahi setelah Iman. Ujian dan cobaan yang dilalui manusia di dunia ini, banyak dan beragam. Terkadang, ujian dan cobaan itu datang dalam bentuk kesulitan dan dapat pula berbentuk lain, yakni kemudahan. Allah berfirman,
وَبَلَوْنَاهُمْ بِالْحَسَنَاتِ وَالسَّيِّئَاتِ لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ
"...Dan Kami uji mereka dengan (nikmat) yang baik-baik dan (bencana) yang buruk-buruk, agar mereka kembali (kepada kebenaran)." - [QS.7:168]
Rasulullah (ﷺ) bersabda,
"Barangsiapa yang tak meminta kepada orang lain, Allah akan mencukupkannya, dan barangsiapa yang berusaha tak bergantung pada orang lain, Allah akan membuatnya mandiri. Dan barangsiapa yang tetap bersabar, Allah akan menjadikannya sabar. Tiada yang bisa diberi berkah lebih baik dan lebih besar daripada kesabaran." - [Sahih al-Bukhari]
Jadi, hanya orang sabarlah yang berhasil. Pentingnya kesabaran ditunjukkan lebih lanjut dengan sering dirujuk oleh Al Qur'an, dimana disebutkan sebanyak 90 kali. Inilah satu kebajikan dimana Allah memberikan pahala yang sangat besar.
Bagian dari kebajikan kesabaran adalah bahwa jika engkau mempertimbangkan semua tindakan atau reaksi yang mungkin diambil dalam situasi tertentu, engkau akan menemukan kesabaran itu amal yang terbaik. Inilah penyebab rahmat dan pertolongan Allah, dan rahmat Allah biasanya melekat pada kesabaran. Dan juga, ketika kesabaran dikombinasikan dengan mengingat Allah, hasilnya adalah pahala Allah yang membawa sukacita spiritual.
Allah berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلاةِ إِنَّ اللَّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ
"Wahai orang-orang yang beriman! Mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan shalat. Sungguh, Allah beserta orang-orang yang sabar." - [QS.2: 153]
Sang musafir muda bertanya, "Apa perbedaan antara kesabaran dan kecukupan?" Sang negarawan berkata, "Perbedaan antara kesabaran dan kecukupan adalah bahwa kesabaran itu, menahan-diri dan mencegahnya dari ketidaksenangan sambil merasakan ketidaknyamanan atau rasa sakit. Kecukupan mengharuskan bahwa qalbu dengan mudah menerima apa yang dihadapinya dan, bahkan jika qalbu ingin merasakan ada rasa sakit pada apa yang dihadapinya, merasa cukup akan menguranginya, bahkan mungkin menghilangkannya sama sekali. Ini karena qalbu telah merasakan nafas yang menenangkan dari kepastian dan kesadaran. Al-Hasan berkata, "Merasa cukup jarang terjadi, namun kesabaran adalah penolong orang beriman. "Sulaiman al-Khawas berkata, "Maqam kesabaran berada di bawah rasa-cukup. Merasa cukup adalah bahwa seseorang, sebelum timbulnya kesusahan, merasa puas, baik itu ada maupun tidak. Kesabaran adalah bahwa seseorang, setelah permulaan kesengsaraan, menanggungnya dengan istiqamah.'
Ada tiga jenis kesabaran. Pertama, kesabaran pada kepatuhan kepada Allah. Kebutuhan terhadap kesabaran, sama jelasnya dalam memenuhi kewajiban wajib lainnya. Dengan berpuasa, muncul kesulitan kelaparan dan kehausan, menahan diri dari makanan dan keinginannya. Imbalan sedekah takkan lengkap bila tanpa mengorbankan harta yang kita sukai. Dan dalam Jihad, seseorang dihadapkan pada bahaya terbunuh atau terluka. Semuanya membutuhkan kesabaran dan ketekunan. Kesabaran pada kepatuhan kepada Allah memiliki tiga bagian. Pertama, kesabaran sebelum melakukan ibadah. Kesabaran ini dilakukan dengan memurnikan niat di balik tindakan dan menghindari Riya' (pamer). Kedua, kesabaran terhadap tindakan lbadah yang memastikan bahwa tindakan itu sendiri diatur dalam Syariah dan dilakukan dengan cara yang konsisten dengan Sunnah Nabi (ﷺ). Ketiga, kesabaran setelah tindakan lbadah dengan bersabar saat menyembunyikannya dan tak menunjukkannya. Ini bisa membatalkan pahala dari tindakan tersebut.

Jenis kesabaran kedua adalah kesabaran atas ketidaktaatan kepada Allah. Yaitu, ketekunan untuk menjauh dari perbuatan dosa. Jiwa manusia secara alami cenderung terhadap kejahatan kecuali orang yang dikasihani Allah. Jiwa cenderung menuruti keinginannya bahkan walau ada bahaya dan hukuman berat di dalamnya. Jika seseorang tak meraih keinginannya dengan kendali kesabaran, jiwanya akan lari dengan Setan ke wilayah Muharramaat (hal-hal yang dilarang).
Jenis kesabaran ini membedakan Muslim yang shalih yang hatinya dipenuhi Taqwa (takut akan Allah) dari umat Muslim lainnya. Bukan hal yang aneh bagi orang yang shalih dan yang tak-shalih untuk mengerjakan ibadah yang wajib, tetapi sesungguhnya, hanya orang shalih yang menjauhkan diri dari dosa dan perbuatan jahat.
Jenis kesabaran yang ketiga, adalah apa yang diperlukan pada saat cobaan yang dihasilkan dari Qadar Allah. Ini bisa terjadi pada saat penderitaan yang menyakitkan atau apa yang tak berhasil kita dapatkan. Dalam keadaan ini, satu-satunya jalan keluar adalah kesabaran. Allah berfirman,
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الأمْوَالِ وَالأنْفُسِ وَاثَّثَّثَََََّثََّ
"Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar."- [QS.2: 155]
Kesabaran ini mencakup, menahan qalbu agar tak putus asa; menahan lidah dari mengeluh, berkabung dan meratap; dan menahan bagian-bagian tubuh dari melakukan perbuatan haram, seperti memukul diri sendiri (seperti yang diketahui dilakukan wanita pada saat kematian orang yang dicintai) dan merobek pakaian dan tindakan lain dari Jaahiliyyah. Dan kesabaran menghadapinya segera dilakukan setelah terjadinya kesulitan.

Unsur utama kesabaran orang beriman terhadap Qadar adalah keyakinannya yang kuat bahwa apapun yang menimpanya, adalah dari keputusan Allah dan itu yang terbaik baginya. Hal lain yang membangkitkan kesabaran orang beriman adalah, keinginannya akan pahala besar yang diperoleh darinya. Allah telah berjanji,
أُولَئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِنْ رَبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُونَ
"Mereka itulah yang memperoleh ampunan dan rahmat dari Rabb-nya, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk." - [QS.2: 157]
Jenis kesabaran inilah yang menghubungkan pernyataan Rasulullah (ﷺ), ''Pena telah mengering (setelah menulis) segala yang akan terjadi. Jika semua ciptaan, secara keseluruhan, telah mencoba dan memaksakan manfaat bagimu melalui sesuatu yang tak Allah tetapkan, mereka takkan mampu melakukannya; dan jika mereka ingin mencelakaimu melalui sesuatu yang tak Allah putuskan, mereka takkan bisa melakukannya,' dengan pernyataan Ketahuilah, bahwa kebajikan yang banyak, ada di dalam kesabaran, yang tak engkau sukai, bahwa kemenangan itu, akan datang dengan kesabaran, bahwa kelegaan itu, akan datang dengan kesulitan, dan bahwa kesulitan itu, akan datang bersama kemudahan.' Salah satu kualitas yang memberikan kesuksesan dalam kekuasaan dan kekayaan adalah kesabaran. Bangsa-bangsa dan orang-orang sukses lainnya akan lebih kuat dari mereka yang memiliki kekuasaan dan lebih kaya dari mereka memiliki harta. Allah mewahyukan seruan Nabi Musa, alaihissalam, kepada umatnya,
قال موسى لقومه استعينوا بالله واصبروا إن الأرض لله يورثها من يشاء من عباده والعاقبة للمتقين
"Musa berkata kepada kaumnya, “Mohonlah pertolongan kepada Allah dan bersabarlah. Sesungguhnya bumi (ini) milik Allah; diwariskan-Nya kepada siapa saja yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya. Dan kesudahan (yang baik) adalah bagi orang-orang yang bertakwa.” - [QS.7: 128]
Apapun peristiwa yang silih-berganti dihadapi orang beriman dalam segala urusannya, sebagai hasil dari kesabarannya, ada kepastian bahwa akhir semuanya itu, pasti akan baik, jika ia bertahan dengan kesabarannya.
[Bagian 2]