Senin, 04 Februari 2019

Parabel Kalimat yang Buruk

Sang musafir muda bertanya, "Jika kalimat yang baik itu, diibaratkan dengan pohon yang baik, maka, apa parabel dari kalimat yang buruk?" Sang negarawan berkata, "Seluruh ciptaan dibagi menjadi dua kelompok; yang dirahmati dengan keteguhan dan yang direndahkan dengan tanpa keteguhan. Asal-usul dan esensi dari keteguhan dihasilkan dari ucapan yang teguh dan kepatuhan terhadap segala Perintah Allah yang Dia pelihara agar hamba-Nya tetap teguh. Semakin teguh dan kokoh ucapannya, serta semakin baik perbuatannya, semakin Allah memelihara hamba-Nya agar tetap kokoh dan kuat.
Allah kemudian menyebutkan kebalikan dari kalimat yang baik, yakni ‘kalimat yang buruk‘ dan mengibaratkannya dengan tanaman buruk yang telah dicabut dari permukaan bumi. Tanaman itu goyah dengan batang yang lemah, dan tak memiliki cabang yang tinggi, tak berbuah dan tak dapat memberikan naungan - karena pada kenyataannya, tak lain melainkan pohon yang pendek dan tak berbuah. Allah berfirman,
وَمَثَلُ كَلِمَةٍ خَبِيثَةٍ كَشَجَرَةٍ خَبِيثَةٍ اجْتُثَّتْ مِنْ فَوْقِ الأرْضِ مَا لَهَا مِنْ قَرَارٍ
"Dan perumpamaan kalimat yang buruk bagaikan pohon yang buruk, yang telah dicabut akar-akarnya dari permukaan bumi; tak dapat tetap (tegak) sedikit pun." - [QS.14:26]
Parabel tentang kalimat yang buruk (kalimatin khabitsah) adalah tentang tanaman buruk yang menggambarkan ketidakpercayaan orang kafir, karena ia tak memiliki dasar atau kestabilan. Ini mirip dengan tanaman colocynth (tanaman yang sangat pahit, tak beraroma) yang juga disebut, 'Asy-Syiryan'. Tanaman ini, terputus akarnya, hingga tak punya pondasi atau mudah goyah, seperti kekufuran, karena tak memiliki dasar atau akar. Tentunya, amal-perbuatan orang-orang kafir, takkan pernah naik ke langit atau takkan pernah diterima.
Ketika seseorang dengan kecerdasan yang baik, merenungkan sebagian besar tulisan dan ucapan manusia, ia akan menyadari bahwa itu mirip dengan pohon yang buruk ini. Inilah kerugian besar saat seseorang menyibukkan diri dengan obrolan yang sia-sia, dan meninggalkan ucapan terbaik dan paling bermanfaat, yakni Al-Qur'an.

Pohon tak berakar tanpa cabang atau buah yang tak bermanfaat, serupa dengan orang-orang kafir, yang tindakan dan ucapannya, tanpa kebaikan, dan karenanya, Allah tak memberikan rahmat atau manfaat di dalamnya. Syirik itu, ibarat pohon yang buruk, mengacu pada orang yang tak beriman, dan syirik yang dilakukan orang tak beriman, tak memiliki dasar yang jelas, juga tak memiliki bukti. Dan Allah tak pernah menerima amal-perbuatan orang kafir dan tak pernah mengangkatnya kepada-Nya. Orang-orang kafir tak memiliki amal-shalih untuk diangkat kepada Allah dan tak ada amal-shalih di akhirat.
Al-Rabi ibnu Anas berkata, "Pohon yang buruk itu, ibarat orang kafir, yang kata-kata dan perbuatannya tak memiliki akar atau ranting, dan perbuatan serta ucapannya yang mudah goyah di atas bumi, juga tak dapat menjulang ke langit."
Said meriwayatkan dari Qatadah mengenai ayat ini, “Seseorang pernah bertanya kepada seseorang dari orang-orang berilmu yang ia temui di jalan, ‘Apa yang engkau katakan tentang frasa di dalam ayat ‘kalimat yang buruk‘? Ia menjawab, ‘Sejauh yang kutahu, kalimat itu tak menetap di bumi atau naik ke langit, jadi, kalimat itu mengikuti orang yang mengatakannya sampai Hari Kiamat.” Kemudian Allah menyampaikan pembagian-Nya antara dua kelompok; orang-orang dari kelompok kalimat yang baik dan orang-orang dari kelompok kalimat yang buruk, dan keadilan-Nya. Dia memberitahu kita bahwa 'Dia meneguhkan orang-orang yang mukmin, dengan ucapan yang teguh, yang merupakan hal yang paling mereka butuhkan dalam kehidupan mereka, dan akhirat; dan bahwa Dia membiarkan orang-orang yang zhalim (yaitu orang-orang kafir) dengan mengarahkan mereka jauh dari ucapan yang teguh, sehingga Dia menyesatkan mereka atas keadilan-Nya; dan memelihara orang-orang mukmin dengan ucapan yang teguh atas rahmat-Nya, dan karena Iman mereka.

Dengan ayat ini, Allah meneguhkan mereka yang beriman, dengan ucapan yang teguh, dalam kehidupan dunia dan di akhirat, yamg terletak harta-karun yang luar biasa. Mereka yang menemukannya, memanfaatkannya dan membelanjakannya, akan sukses, sedangkan mereka yang terhalang menikmati harta ini, akan menjadi pecundang. Sungguh, hamba Allah tak dapat bertahan tanpa Allah menjaganya tetap teguh, walau sekedipan mata, karena tanpa pertolongan Allah, dunianya akan runtuh. Allah berfirman kepada yang paling mulia dan terkasih di antara ciptaan-Nya (ﷺ),
وَلَوْلا أَنْ ثَبَّتْنَاكَ لَقَدْ كِدْتَ تَرْكَنُ إِلَيْهِمْ شَيْئًا قَلِيلا
"Dan sekiranya Kami tak memperteguh (hati)mu, niscaya engkau hampir saja condong sedikit kepada mereka." - [QS.17:74]
Dan Allah berfirman,
إِذْ يُوحِي رَبُّكَ إِلَى الْمَلائِكَةِ أَنِّي مَعَكُمْ فَثَبِّتُوا الَّذِينَ آمَنُوا سَأُلْقِي فِي قُلُوبِ الَّذِينَ كَفَرُوا الرُّعْبَ فَاضْرِبُوا فَوْقَ الأعْنَاقِ وَاضْرِبُوا مِنْهُمْ كُلَّ بَنَانٍ
"(Ingatlah), ketika Tuhanmu mewahyukan kepada para malaikat, “Sesungguhnya Aku bersama kamu, maka teguhkanlah (pendirian) orang-orang yang telah beriman.” Kelak akan Aku berikan rasa ketakutan ke dalam hati orang-orang kafir, maka pukullah di atas leher mereka dan pukullah tiap-tiap ujung jari mereka." - [QS.8:12]
Ucapan yang paling teguh adalah kalimat Tauhid, dan apa yang diwajibkannya - yang sesungguhnya merupakan sarana terbesar, yang dengannya Allah menjaga para hamba-Nya agar tetap teguh di dunia dan akhirat. Karena alasan ini, orang yang jujur tercatat sebagai orang yang paling teguh dan berani oleh orang lain, sedangkan orang yang tak jujur, dipandang sebagai orang yang paling pengecut dan paling tidak tegas. Orang yang punya firasat kuat, mampu mengenali kebenaran orang jujur dengan keteguhan-hati dan keberaniannya selama cobaan; dan ketidakjujuran orang yang tak jujur karena lemah-hati dan kepengecutannya. Pengamatan seperti ini, tak diketahui oleh mereka yang lemah imannya.

Ada orang yang bertanya tentang kalimat yang mereka dengar dari seseorang; maka penjawabnya berkata, "Demi Allah, aku tak memahami sepatah katapun dari apa yang ia ucapkan kecuali tanpa keraguan, kata-katanya memiliki pengaruh yang bukan pengaruh dari para pendusta." Sesungguhnya, Allah tak memberi hamba-Nya sesuatu yang lebih baik, atau lebih menguntungkan daripada ucapan yang teguh; karena orang-orang seperti itu, menuai buah dari perkataan mereka saat mereka sangat membutuhkannya; di alam-kubur dan pada Hari Kiamat. Al-Bara ibn Azib, radhiyallahu 'anhu, meriwayatkan bahwa Rasulullah (ﷺ) bersabda, "Ayat ini diturunkan tentang adzab kubur."

Dalam hadits shahih lainnya, yang diriwayatkan dalam Musnad Imam Ahmad dari hadits Dawud Ibnu Abi Hind, yang diriwayatkan dari Abu Nudrah, yang diriwayatkan dari Abu Saad al-Khudri, radhiyallahu 'anhum, yang mengatakan, "Kami berjalan di pemakaman bersama Rasulullah (ﷺ), yang bersabda,
“Wahai manusia, ummat ini dicoba dalam barzakh sehingga ketika orang yang meninggal telah dimakamkan dan orang-orang telah pulang, seorang malaikat dengan palu di tangannya, mendatangi sang mayit dan bertanya kepadanya, 'Katakanlah tentang orang ini (yaitu Nabi (ﷺ))? 'Jika orang yang meninggal itu, seorang beriman, ia akan bersaksi bahwa tiada yang pantas disembah selain Allah, dan bahwa tiada sekutu bagi-Nya, dan bahwa Muhammad (ﷺ) adalah hamba dan Utusan-Nya. Malaikat itu kemudian akan berkata, 'Engkau mengatakan yang sebenarnya,' dan membukakan baginya pintu yang menunjukkan Neraka dan berkata kepadanya 'Akan menjadi tempatmu di Neraka jika engkau tak beriman, namun karena engkau telah beriman, untukmu, Allah telah menggantikannya dengan ini,' Ia membukakan baginya sebuah pintu yang menunjukkan tempatnya di Jannah. Sang mayit berusaha bangkit dan masuk tetapi sang malaikat berkata. 'Tetaplah di tempatmu' lalu ia melapangkan kuburnya. Adapun orang-orang kafir, ketika mereka ditanya, 'Apa yang engkau katakan tentang orang ini?' Jawabannya, 'Aku tak tahu,' maka sang malaikat berkata bahwa engkau tak tahu atau tak mendapat petunjuk, ia lalu membukakan pintu yang mengarah ke Surga untuknya, dan berkata kepadanya, 'Ini akan menjadi tempatmu jika engkau beriman kepada Rabb-mu, namun karena engkau tak beriman, untukmu, Allah telah menggantinya dengan ini,' dan membuka baginya pintu Neraka dan kemudian sang malaikat memukulnya dengan palu sehingga seluruh ciptaan dapat mendengarnya, kecuali manusia dan jin."
Ada Sahabat yang bertanya, "Wahai Rasulullah, kami semua akan sangat ketakutan dan tak dapat berkata-kata saat kami melihat seorang malaikat dengan palu di tangannya, berdiri di samping kepala kami." Rasulullah (ﷺ) bersabda, "Allah menjadikan orang-orang beriman tetap kokoh dengan ucapan yang teguh di dunia dan akhirat, dan Dia menyesatkan orang-orang yang zhalim (orang-orang kafir) dan melakukan apa yang Dia kehendaki."
Dalam Musnad Imam Ahmad, al-Bara ibnu Azib juga meriwayatkan: Rasulullah (ﷺ) bersabda (menyebutkan bagaimana sukma orang-orang beriman diambil oleh Malaikat Maut),
“Seorang malaikat datang kepadanya di alam kubur, sampai ia bertanya kepadanya, ‘Siapakah Rabb-mu? Apa Dien-mu? Siapakah Nabi-mu? Lalu ia berkata, 'Tuhanku adalah Allah, Dien-ku adalah Islam dan Nabi-ku adalah Muhammad (ﷺ).' Sang malaikat mengulangi tiga pertanyaan itu dengan gusar, dan itu akan menjadi ujian terakhir yang harus dilalui oleh seorang mukmin dan pada saat itu berlaku ayat, 'Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh (dalam kehidupan) di dunia dan di akhirat "Jadi orang beriman itu menjawab, 'Rabb-ku adalah Allah, Dien-ku adalah Islam dan Nabi-ku adalah Muhammad (ﷺ).' Para malaikat menjawab, 'Engkau telah mengucapkan yang benar. ”
Hadits ini diriwayatkan dalam shahih Ibnu Hibban dan Musnad Imam Ahmad. Ibnu Hibban juga meriwayatkan dari Abu Hurairah, radiyallahu a'nhu, bahwa Rasulullah (ﷺ) bersabda,
“Sang mayit dapat mendengar langkah-langkah orang yang meninggalkan kuburnya; jadi, jika ia seorang mukmin, ia akan menemukan bahwa Shalat berdiri di sebelah kepalanya, Zakat berdiri di sisi kanannya, puasa berdiri di sisi kirinya, dan amal-shalih seperti sedekah, bergabung dengan kekerabatan, bersikap baik kepada orang lain dan kebaikan yang serupa, berdiri di samping kakinya. Ketika adzab berusaha mendekatinya dari sisi lain kepalanya, Shalat menghentikannya, sehingga ia berusaha menjangkaunya dari sisi kanan, tetapi Zakat menghentikannya, maka ia berusaha dari sisi kirinya, tetapi puasa menghentikannya. Kemudian ia disuruh duduk sehingga ia duduk, sementara matahari ditunjukkan kepadanya menjelang waktu matahari terbenam sehingga para malaikat bertanya kepadanya, “Jawablah pertanyaan yang akan kami tanyakan kepadamu.' Ia berkata,' Apa yang hendak engkau tanyakan? Jangan ganggu aku, agar aku bisa berdoa.' Mereka menjawab, 'Engkau akan berdoa, namun jawablah apa yang akan kami tanya darimu.' Mereka bertanya, 'Katakanlah tentang orang yang diutus kepadamu? Dan apa yang engkau persaksikan tentang dirinya? Ia berkata, 'Muhammad (ﷺ).' Mereka berkata 'Ya benar.' Ia berkata, 'Aku bersaksi bahwa ia adalah utusan Allah dan ia diutus dengan bukti yang jelas dari Allah, sehingga kami beriman kepadanya.' Mereka mengatakan kepadanya 'Atasnya engkau hidup, dan atasnya engkau mati dan atasnya engkau akan dibangkitkan, atas seizin Allah. 'Kemudian makamnya diperluas menjadi selebar tujuh puluh hasta dan makamnya bercahaya. Kemudian sebuah pintu dari pintu Jannah terbuka untuknya dan kemudian dikatakan kepadanya, "Lihatlah apa yang telah Allah persiapkan untukmu di dalamnya." Maka ia melihat dan merasa bahagia dan senang. Kemudian Allah mengirimkan sukmanya ke burung-burung hijau Jannah yang bertengger di pohon-pohon Jannah. Kemudian jasadpun kembali menjadi debu dan itulah firman Allah, "Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh (dalam kehidupan) di dunia dan di akhirat."
Lalu, sang negarawan berkata, "Wahai anak muda, hendaknya seorang Muslim tak bosan-bosan mendengar tentang kalimat yang teguh dan manfaatnya, karena para Ulama, syuhada, penguasa dan seluruh umat Islam lebih membutuhkan pemahaman ini, daripada kebutuhan mereka akan udara, makanan, dan air. Di sisi Allah-lah terletak segala kesuksesan. Wallahu a'lam."
كُلا نَقُصُّ عَلَيْكَ مِنْ أَنْبَاءِ الرُّسُلِ مَا نُثَبِّتُ بِهِ فُؤَادَكَ وَجَاءَكَ فِي هَذِهِ الْحَقُّ وَمَوْعِظَةٌ وَذِكْرَى لِلْمُؤْمِنِينَ
"Mereka tak mampu menghalangi (siksaan Allah) di bumi, dan takkan ada bagi mereka penolong selain Allah. Azab itu dilipatgandakan kepada mereka. Mereka tak mampu mendengar (kebenaran) dan tak dapat melihat(nya)." - [QS.11:20]
Rujukan :
- Ibn Qayyim al-Jawziyyah, Paragons of the Qur'an, Daar Us-Sunnah
- Syaikh Safiurrahman Al-Mubarakpuri, Tafsir Ibn Kathir (Abridged) Volume V, Darussalam