Jumat, 01 Februari 2019

Parabel Kalimat yang Baik

Sang negarawan melanjutkan, "Wahai anak muda, berbeda dengan orang-orang munafik, seorang Muslim sejati hendaknya selalu membawa manfaat bagi orang-orang di sekitarnya. 'Al-Bukhari mencatat bahwa 'Abdullah bin Umar berkata, "Kami bersama Rasulullah (ﷺ) ketika beliau bertanya, 'Sampaikan padaku tentang pohon yang menyerupai seorang Muslim, daunnya tak gugur di musim panas atau musim dingin, dan menghasilkan buahnya setiap saat atas seizin Rabb-nya.' Ibnu Umar berkata, "Aku membayangkan pohon kurma, akan tetapi, merasa malu menjawab ketika kulihat Abu Bakar dan Umar tak berkata apa-apa. Saat mereka tak memberikan jawaban, Rasulullah (ﷺ) bersabda, 'Itulah pohon kurma.' Saat kami pulang, aku berkata kepada Umar, 'Ayah, demi Allah! Aku tadi membayangkan pohon kurma." Ia berkata, "Mengapa engkau tak menjawab saat itu?" Aku berkata, "Aku melihat ayah diam dan aku merasa malu mengatakan sesuatu." Umar berkata, "Jika engkau mengatakannya, itu akan lebih berharga bagiku daripada hal-hal seperti itu (yaitu, akan sangat berharga bagiku)'."
Ini mungkin tampak aneh, tetapi Allah Subhanahu wa Ta'ala memberi kita penjelasan dalam sebuah perumpamaan. Allah berfirman,
أَلَمْ تَرَ كَيْفَ ضَرَبَ اللَّهُ مَثَلا كَلِمَةً طَيِّبَةً كَشَجَرَةٍ طَيِّبَةٍ أَصْلُهَا ثَابِتٌ وَفَرْعُهَا فِي السَّمَاءِ
"Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik bagaikan pohon yang baik, akarnya kuat dan cabangnya (menjulang) ke langit." - [QS.14:24]
تُؤْتِي أُكُلَهَا كُلَّ حِينٍ بِإِذْنِ رَبِّهَا وَيَضْرِبُ اللَّهُ الأمْثَالَ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُونَ
"(pohon) itu menghasilkan buahnya pada setiap waktu dengan seizin Rabb-nya. Dan Allah membuat perumpamaan itu untuk manusia agar mereka selalu ingat." - [QS.14:25]
Di sini, Allah mengibaratkan kalimat yang baik dengan pohon yang baik, karena hasil dari kalimat yang baik (kalimatan thayyibah) adalah perbuatan yang baik, dan pohon yang baik, juga akan menghasilkan buah yang bermanfaat dan baik. Makna ini jelas dan mudah dimengerti, dan sesuai dengan pandangan yang dipahami oleh mayoritas ulama Tafsir yang mengatakan bahwa kalimat yang baik dalam ayat ini, berarti Syahadat, pengakuan "La ilaha illallah" (tiada yang berhak diibadahi dengan benar kecuali Allah). Karena sesungguhnya buah dari pernyataan ini, semuanya tersembunyi dan memanifestasikan perbuatan baik, karena setiap perbuatan baik yang diridhai Allah, merupakan hasil dari pernyataan ini.
Ibnu 'Abbas, radiyallahu' anhu, mengatakan tentang, 'akarnya kuat' mengacu pada pernyataan, "La ilaha illallah" yang mengakar kuat didalam qalbu orang-orang mukmin - "dan cabangnya (menjulang) ke langit" mengacu pada amal orang-orang mungkin yang terangkat ke langit melalui pernyataan ini.

Jika seseorang merenungkan parabel ini, ia akan menyadari bahwa pohon itu, sesuai dengan pohon Tauhid, yang akarnya tertancap ke dalam qalbu orang mukmin, yang ranting-rantingnya terdiri dari amal-shalih, naik tinggi ke langit dan terus memberikan hasil dari amal-shalih, tergantung pada ketegasan dan kemantapan Tauhid di dalam qalbu - tingkat kecintaan yang dimiliki qalbu untuknya, tingkat pemahaman akan realitas dan kebenarannya - dan tingkat di mana seseorang secara tepat memperhatikan hak-hak dari perbuatannya.
Barangsiapa yang telah berhasil menjadikan kalimat yang baik ini, tertanam dengan kuat di dalam qalbunya, memahami realitasnya dan qalbunya diliputi oleh karakteristiknya; lidahnya menyaksikan kebenarannya dan anggota tubuhnya bertindak berdasarkan apa yang diperlukan. Qalbu dan lidahnya menegaskan dan meniadakan apa yang ditegaskan dan ditiadakan oleh Tauhid, sementara anggota tubuhnya, tunduk dengan sukarela dan totalitas pada Perintah-perintah Allah yang serupa dengan bagaimana qalbunya tak menerima illah selain Sang Pencipta Yang Sejati. Tak diragukan lagi, kalimat yang baik, yang berasal dari qalbu ini, dan diucapkan oleh lidah, terus membuahkan hasil. Amal-shalih yang naik ke Rabb semesta alam, adalah perbuatan yang menghasilkan banyak buah yang baik setiap kali menyertai amal-shalih, yang dengannya menaikkan kalimat yang baik. Allah berfirman,
مَنْ كَانَ يُرِيدُ الْعِزَّةَ فَلِلَّهِ الْعِزَّةُ جَمِيعًا إِلَيْهِ يَصْعَدُ الْكَلِمُ الطَّيِّبُ وَالْعَمَلُ الصَّالِحُ يَرْفَعُهُ وَالَّذِينَ يَمْكُرُونَ السَّيِّئَاتِ لَهُمْ عَذَابٌ شَدِيدٌ وَمَكْرُ أُولَئِكَ هُوَ يَبُورُ
"Barangsiapa menghendaki kemuliaan, maka (ketahuilah) kemuliaan itu semuanya milik Allah. Kepada-Nyalah akan naik perkataan-perkataan yang baik, dan amal kebajikan Dia akan mengangkatnya. Adapun orang-orang yang merencanakan kejahatan mereka akan mendapat azab yang sangat keras, dan rencana jahat mereka akan hancur." - [QS.35:10]
Beberapa pendahulu yang shalih, mengatakan bahwa pohon yang baik itu, pohon kurma. Ada juga dari mereka yang mengatakan bahwa pohon yang baik itu, orang yang mukmin. Tak ada kontradiksi antara kedua penafsiran ini, karena makna yang dimaksudkan dari contoh tersebut adalah orang mukmin, yang juga memiliki banyak kesamaan dengan pohon kurma. Jadi, karena pohon kurma adalah pohon yang baik, maka lebih tepat mengatakan bahwa orang mukmin itu mirip dengannya. Dan meskipun ada shalaf yang mengatakan bahwa pohon yang baik itu, pohon di surga; juga diketahui bahwa pohon kurma adalah salah satu pohon yang paling mulia di surga.

Dalam contoh ini, kita menemukan rahasia, ilmu, dan kesadaran yang sesuai dengan Dunia Islam dan Ilmu Allah. Sebagai contoh, karena pohon harus memiliki akar, batang, gubal, cabang, daun dan buah - pohon iman dan Islam hendaknya memiliki unsur yang sama, sehingga yang diibaratkan persis seperti apa yang disamakan. Gubal adalah ilmu, pengertian dan kepastian, batangya adalah ketulusan, ranting-rantingnya adalah perbuatan; dan buahnya adalah tuntunan, perilaku yang baik, dan watak yang baik. Mengetahui betapa kokoh dan mapannya pohon yang baik ini di dalam qalbu, dapat diketahui melalui elemen-elemen ini.
Saat ilmu seseorang benar dan berdasarkan pada Al-Qur'an, keyakinannya sesuai dengan apa yang diwahyukan Allah dan Rasul-Nya (ﷺ) tentang kita; qalbunya tulus dan tindakannya sesuai dengan Perintah-perintah Allah - tatakrama dan karakteristiknya sesuai dengan dasar-dasar ini. Jelaslah bahwa akar pohon Iman di dalam qalbunya, teruji kuat dengan cabang-cabangnya yang menjulang ke langit. Di sisi lain, dalam kasus yang berlawanan dengan contoh yang disebutkan di atas, orang akan menyadari bahwa itu adalah pohon kejahatan yang telah ditanam di qalbu. Sebuah pohon yang tak mudah goyah, tercerabut dari bumi, dan kekurangan air, dan pohon-pohon itu, seperti yang kita tahu, tak dapat bertahan dan pada akhirnya akan mengering dan musnah.
Allah menjadikan orang-orang beriman tetap teguh di dunia dan di akhirat dengan ucapan yang teguh. Al-Bara bin ‘Azib mengatakan bahwa Rasulullah (ﷺ) bersabda,
"... Ketika seorang hamba yang beriman mencapai akhir masa hidupnya dalam kehidupan di dunia ini dan awal masa hidupnya di akhirat, sekelompok malaikat, yang wajahnya putih dan berseri-seri bagai mentari, akan turun kepadanya dari surga. Mereka akan membawa kain kafan putih dari surga, dan wewangian untuk mengkafani dari surga. Mereka akan duduk sejauh mata memandang. Kemudian, malaikat maut, akan datang sampai ia duduk tepat di sebelah kepalanya , berkata, "Wahai jiwa yang baik dan suci! Tinggalkan tubuhmu demi ampunan dan ridha Allah." Maka sang sukmapun mengalir (keluar dari tubuhnya), bagai tetesan mengalir keluar dari ujung kendi, dan malaikat maut menangkapnya. Ketika ia menangkap sang sukma, mereka (kelompok malaikat) takkan mau menyerahkannya walau sekejap, dan mereka akan mengambilnya dan membungkusnya dengan kain kafan dan wewangian. Aroma misik paling menyenangkan yang pernah ditemukan di bumi, akan mengalir keluar dari sang sukma, dan para malaikat akan membawanya naik ke surga. Mereka takkan lewat, melainkan mereka akan berkata, “Siapakah jiwa Thayyib (yang baik) ini?" Mereka (para malaikat yang sedang menaikan sang sukma) akan menjawab, "Orang ini, Fulan bin Fulan," - menyebutnya dengan nama-nama terbaik yang ia biasa dipanggil di dunia. Mereka akan mencapai langit yang lebih rendah dan akan meminta pintunya dibuka untuknya, dan akan dibuka untuk mereka. Penduduk terbaik dari setiap langit kemudian akan melihatnya ke langit berikutnya, sampai ia dibawa ke langit ketujuh. Allah Subhanahu wa Ta'ala akan berkata, "Daftarkan catatan hamba-Ku dalam 'Illiyyin' dan kirim ia kembali ke bumi, karena Aku telah menciptakan mereka darinya, dan ke dalamnya Aku akan mengembalikan mereka, dan dari situ Aku akan mengeluarkan mereka sekali lagi."
Sang sukma akan bergabung dengan jasadnya, dan dua malaikat akan datang kepadanya, mendudukannya dan bertanya kepadanya, "Siapa Rabb-mu?" Ia akan berkata, "Allah adalah Rabb-ku." Mereka akan bertanya kepadanya, “Apa Dien-mu?” Ia akan berkata, “Dienku adalah Islam.” Mereka akan berkata kepadanya, “Apa yang engkau katakan tentang orang ini (Nabi Muhammad (ﷺ)) yang diutus kepadamu? " Ia akan berkata, "Ia adalah Utusan Allah." Mereka akan bertanya kepadanya, "Dan bukti apa yang engkau miliki tentangnya?" Ia akan berkata, "Aku membaca Kitabullah (Al-Qur'an), dan beriman kepadanya." Kemudian, akan terdengar seruan (Allah) menyatakan dari langit, "Hamba-Ku telah mengatakan kebenaran. Karena itu, beri ia perlengkapan surga, dan pakaikan (pakaian) surga, dan bukalah pintu baginya untuk surga." Maka, ia diberikan Sakinah dan aroma harum surgawi, dan makamnya akan dilapangkan untuknya sejauh mata memandang. Kemudian, seorang lelaki, dengan wajah tampan dan pakaian yng bagus serta aroma yang menyenangkan, akan datang kepadanya, berkata, “Terimalah berita gembira dengan apa yang menyenangkanmu. Inilah hari yang dijanjikan kepadamu." Ia akan bertanya kepadanya, "Siapakah engkau; karena wajahmu membawa kabar baik? "Ia akan menjawab, "Aku amal-shalihmu." Ia akan berkata, "Wahai Rabbku! Segerakanlah as-Sa'at itu, segerakanlah as-Sa'at itu, sehingga aku dapat kembali kepada keluarga dan hartaku... "- [Imam Ahmad, Abu Dawud dan Ibnu Majah]
Anas bin Malik, radhiyallahu a'nhu, meriwayatkan bahwa Rasulullah (ﷺ) bersabda,
"Ketika seorang hamba diletakkan ke dalam kuburannya, orang-orang yang menyertainya pulang menelusuri kembali langkah mereka, dan ia mendengar suara langkah kaki mereka, dua malaikat datang kepadanya, dan mendudukkannya, dan berkata kepadanya, 'Apa yang hendak engkau katakan tentang orang ini (Rasulullah(ﷺ))? ' Jika ia seorang mukmin, ia akan berkata, 'Aku bersaksi bahwa ia adalah hamba Allah dan Rasul-Nya.' Maka akan dikatakan kepadanya, 'Lihatlah ke tempat kedudukanmu di Neraka, karena Allah telah menggantikan (tempat dudukmu) dengan tempat duduk di Firdaus.' Rasululllah (ﷺ) bersabda, 'Ia akan diperlihatkan kedua kursi itu.' Qatada berkata, 'Disebutkan kepada kami, bahwa kuburannya (kuburan orang beriman) melapang sepanjang tujuh puluh hasta dan penuh dengan warna kehijauan sampai hari ketika mereka akan dibangkitkan'." - [Sahih Muslim]
Secara umum, ketika sebuah tanaman tak dirawat, pada akhirnya akan mengering dan mati, yang menjelaskan mengapa para hamba Allah sangat membutuhkan amal-ibadah yang Dia perintahkan agar mereka lakukan di siang dan malam hari. Itulah dari rahmat, belas-kasih dan nikmat-Nya atas hamba-hamba-Nya dan Dia melegalkan amal-smal ibadah seperti itu, ibarat air yang mengairi tanaman Tauhid, yang Dia tempatkan di dalam qalbu kita. Juga, sangat mungkin terjadi adanya tanaman asing dan berbahaya yang bercampur ke dalam tanaman yang bermanfaat. Maka, ketika orang yang bertanggung jawab atas tanaman ini cenderung merawatnya secara teratur dan membersihkannya dari tanaman pengganggu ini, ia akan tumbuh sehat dan menghasilkan panen yang besar dan bermanfaat. Namun, ketika orang yang bertanggung jawab atas tanaman ini menjadi lalai, tanamannya akan diselubungi oleh gulma dan tanaman berbahaya, dan sebagai hasilnya, tanamannya akan rusak, dan buahnya akan membusuk. Mereka yang tak memiliki pemahaman dan ilmu yang jelas tentang hal-hal ini, tanpa sadar akan kehilangan banyak keuntungannya. Intinya, orang mukmin selalu memangkas dan menyirami tanamannya sehingga abadi, dan ia mencabut semua tanaman berbahaya lainnya dan gulma dari sekitarnya, agar memastikan pertumbuhan yang sehat bagi tanamannya. Dan hanya kepada Allah kita bertawakkal.
Ini hanya beberapa rahasia dan hikmah yang terkandung dalam contoh luar biasa ini, yang mungkin hanya setetes dari lautan yang dapat kita pahami melainkan sedikit dari rahasia Allah, karena keadaan pikiran kita, qalbu yang lemah, kekurangan ilmu dan perbuatan yang mengharuskan menghendaki kita memohon ampunan. Karena sesungguhnya, jika qalbu kita bersih, pikiran kita jernih, jiwa kita teratur dan perbuatan kita dikerjakan dengan ketulusan dan pengabdian, kita akan memperoleh banyak makna dan hikmah luar biasa dari kalimat-kalimat Allah; hikmah yang menaungi semua intelek lainnya. Perbandingan ini menggambarkan bagi kita, tingkat ilmu dan pemahaman yang tinggi dan diberkahi dari para sahabat, radhiyallahu a'nhum, karena perbedaan antara ilmu dan pemahaman mereka, dan orang-orang yang datang setelah mereka, sama besarnya dengan perbedaan antara kebajikan mereka dengan orang-orang yang datang setelahnya - wallahu a'lam, tempat-tempat dimana Dia berikan rahmat-Nya dan kepada siapa Dia limpahkan nikmat-Nya."

Kemudian sang negarawan berkata, "Wahai anak muda, parabel ini menggambarkan amal orang mukmin, kalimat yang baik dan perbuatan yang baik. Orang mukmin itu ibarat pohon kurma yang bermanfaat, selalu memiliki amal-shalih yang naik setiap saat, siang dan malam. Begitulah seharusnya seorang Muslim. Selalu membawa manfaat bagi orang-orang di sekitar kita. Manfaat dari "kalimat yang baik" tak hanya terbatas pada kehidupan ini, melainkan juga dalam kehidupan selanjutnya dengan memberikan keteguhan, dengan cara yang sama pohon kurma takkan tenggelam dalam hempasan angin dan dapat menahan segala terpaan. Wallahu a'lam."
يُثَبِّتُ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا بِالْقَوْلِ الثَّابِتِ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الآخِرَةِ وَيُضِلُّ اللَّهُ الظَّالِمِينَ وَيَفْعَلُ اللَّهُ مَا يَشَاءُ
"Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh (dalam kehidupan) di dunia dan di akhirat; dan Allah menyesatkan orang-orang yang zhalim dan Allah berbuat apa yang Dia kehendaki." - [QS.14:27]
Rujukan :
- Ibn Qayyim al-Jawziyyah, Paragons of the Qur'an, Daar Us-Sunnah
- Syaikh Safiurrahman Al-Mubarakpuri, Tafsir Ibn Kathir (Abridged) Volume V, Darussalam