Sang murai berkata, "Tiada yang telah terjadi, akan bertentangan dengan kehendak Allah dan apa yang telah Dia takdirkan. Apapun yang terjadi di dunia, mengikuti takdir seperti yang ditahbiskan Allah - meskipun manusia sering menggunakan pilihan yang telah Allah berikan kepadanya. Baik menggunakannya dengan benar, atau menyalahgunakannya, sebuah pilihan yang akan diberi pahala atau adzab. Bagaimanapun, bahwa kita hendaknya beriman pada takdir, bagian dasar dari iman, jika tidak, iman kita tak sempurna.Reference :
Sangat penting bahwa orang-orang beriman, beriman pada yang ghaib. Namun, khabar tentang yang ghaib, yang diberikan orang lain kepada kita, tak dapat diandalkan, misalnya, apa yang dikatakan para ahli sihir atau ahli nujum. Tidaklah dibenarkan percaya pada apa yang mereka katakan. Demikian pula, adalah salah bila bergantung pada orang-orang yang menyebut dirinya spiritualis dan orang suci, yang mengklaim dirinya sebagai seorang waliyullah, terutama ketika perilaku mereka bertentangan dengan Syariah.
Apa yang Rasulullah (ﷺ) sampaikan kepada kita tentang yang ghaib, harus kita yakini dan menganggapnya benar. Ini sepenuhnya masalah yang ghaib. Rasulullah (ﷺ) mempelajarinya melalui wahyu dan beliau meneruskannya kepada kita. Kita hendaknya percaya pada segala hal yang disampaikan Rasulullah (ﷺ), baik yang dapat kita pahami dengan nalar atau tidak, karena pemahaman kita terbatas. Allah berfirman,
Jadi, perkenankan aku menuturkan sebuah kisah yang takkan pernah kita ketahui, kecuali melalui wahyu Ilahi, tak disebutkan dalam Al-Quran, melainkan kita mempelajarinya dari Rasulullah (ﷺ), yang menjadi berkah terbaik darinya.وَالنَّجْمِ إِذَا هَوَى"Demi bintang ketika terbenam" - [QS.53:1]
مَا ضَلَّ صَاحِبُكُمْ وَمَا غَوَى"kawanmu (Muhammad) tak sesat dan tak (pula) keliru" - [QS.53:2]
وَمَا يَنْطِقُ عَنِ الْهَوَى"dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al-Qur'an) menurut keinginannya." - [QS.53:3]
إِنْ هُوَ إِلا وَحْيٌ يُوحَى"Tak lain (Al-Qur'an itu) adalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya)" - [QS.53:4]
Kehidupan dunia ini, terdiri dari kesulitan. Setiap manusia yang dilahirkan di dunia ini, akan menghadapi kesulitan kapan saja, entah ia kaya atau miskin, penduduk kota atau penduduk desa, wanita atau pria. Setiap orang akan menghadapi berbagai macam cobaan. Inilah kehidupan. Allah berfirman,
Ini berlangsung sampai nafas terakhir sebelum kematian. Seseorang akan menghadapi masalah yang berkaitan dengan pencarian nafkah, atau, dengan keluarga atau tempat tinggal. Potongan kecil yang dimakan seseorang, memerlukan usaha dan tenaga yang luar biasa untuk menghasilkannya. Setiap butiran yang dimakan oleh seseorang, ada yang harus didapatkan dengan bekerja keras. Sesungguhnya, itulah Sunnatullah, untuk menempatkan orang yang berbeda, ke dalam usaha yang berbeda, sehingga kebutuhan timbal-balik manusia terpenuhi. Setiap berkah yang kita nikmati di dunia ini, punya kisah kerja keras di baliknya. Selain itu, ada penyakit dalam proses atau keadaan eksternal yang tak menguntungkan, pertentangan dengan orang asing atau keterasingan dari lingkaran kawan dekat. Singkatnya, seseorang akan menjalani proses penggilingan sepanjang hidupnya.لَقَدْ خَلَقْنَا الإنْسَانَ فِي كَبَدٍ"Sungguh, Kami telah menciptakan manusia berada dalam susah payah." - [QS.90:4]
Nabi Musa, alaihissalam, adalah salah seorang nabi Allah yang mulia, dan teguh. Ia menghadapi banyak kesulitan dalam hidup. Ia harus melawan Firaun dan pasukannya. Ia harus melarikan diri dari Mesir ke Madyan ketika tak sengaja membunuh seorang Qibthy, dan di Madyan, ia harus menggembalakan ternak selama delapan atau sepuluh tahun. Ketika diangkat menjadi nabi, ia harus menghadapi amarah Firaun. Sesekali, Bani Israil menunjukkan sikap keras kepala, ketidakpatuhan, dan permusuhan. Ia mengalami banyak halangan dan rintangan.
Mungkin kesulitan-kesulitan inilah yang membuatnya penasaran, benarkah dasar dari masalah duniawi ini, disebakan oleh dikeluarkannya Nabi Adam alaihissalam, dari Firdaus. "Jika ia tak mengambil bagian dari pohon terlarang, ia takkan dikeluarkan dari Firdaus dan diutus ke bumi. Anak-anaknya juga akan tetap tinggal di Firdaus bersamanya. Mereka tak harus melalui perubahan-perubahan dunia. " Maka Nabi Musa berkata, "Ya Allah! Tunjukkan padaku Adam! Tunjukkan padaku Adam yang menyebabkan dirinya dan kami semua, terusir dari Jannah. Aku ingin mendebat Adam dengan tenang."
Dalam Sahih Muslim, Abu Hurairah, radhiyallahu 'anhu, meriwayatkan bahwa Rasulullah (ﷺ) bersabda,
Al-Bukhari mencatat, Abu Hurairah, radhiyallahu 'anhu, meriwayatkan Rasulullah (ﷺ) bersabda," احْتَجَّ آدَمُ وَمُوسَى فَقَالَ لَهُ مُوسَى أَنْتَ آدَمُ الَّذِي أَخْرَجَتْكَ خَطِيئَتُكَ مِنَ الْجَنَّةِ فَقَالَ لَهُ آدَمُ أَنْتَ مُوسَى الَّذِي اصْطَفَاكَ اللَّهُ بِرِسَالَتِهِ وَبِكَلاَمِهِ ثُمَّ تَلُومُنِي عَلَى أَمْرٍ قَدْ قُدِّرَ عَلَىَّ قَبْلَ أَنْ أُخْلَقَ فَحَجَّ آدَمُ مُوسَى ""Terjadi perdebatan antara Adam dan Musa. Musa berkata, 'Engkaukah Adam, yang kesalahannya menyebabkanmu keluar dari surga?' Adam berkata kepadanya, 'Engkaukah Musa, yang dipilih Allah karena utusan-Nya, percakapan-Nya dan engkau menyalahkanku atas urusan yang telah ditahbiskan untukku sebelum aku diciptakan?' Inilah bagaimana Adam menjadi yang terbaik dari Musa. "
Nabi Adam dan Musa, alaihimussalam, keduanya di antara para nabi Allah yang utama. Nabi Adam adalah bapak umat manusia dan Nabi Musa adalah Kalimullah (yang berrbicara dengan Allah). Dialog yang terjadi diantara keduanya, kita ketahui melalui Rasulullah (ﷺ). Dimana mereka bertemu dan bercakap-cakap, kapan dan bagaimana? Inilah pertanyaan-pertanyaan yang jawabannya tak tersedia dalam Hadis dan kita tak mengetahuinya. Namun demikian, kita sangat yakin bahwa pertemuan mereka memang terjadi karena Rasulullah (ﷺ) telah menyampaikannya kepada kita." احْتَجَّ آدَمُ وَمُوسَى فَقَالَ لَهُ مُوسَى أَنْتَ آدَمُ الَّذِي أَخْرَجَتْكَ خَطِيئَتُكَ مِنَ الْجَنَّةِ. فَقَالَ لَهُ آدَمُ أَنْتَ مُوسَى الَّذِي اصْطَفَاكَ اللَّهُ بِرِسَالاَتِهِ وَبِكَلاَمِهِ، ثُمَّ تَلُومُنِي عَلَى أَمْرٍ قُدِّرَ عَلَىَّ قَبْلَ أَنْ أُخْلَقَ ". فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم " فَحَجَّ آدَمُ مُوسَى " مَرَّتَيْنِ."Adam dan Musa saling berdebat. Musa berkata kepada Adam. 'Engkaulah Adam yang kesalahannya mengusirmu dari Firdaus.' Adam berkata kepadanya, "Engkaulah Musa yang dipilih Allah sebagai Utusan-Nya dan sebagai orang yang kepadanya, Dia berbicara secara langsung; namun engkau menyalahkanku karena sesuatu yang telah disuratkan padaku sebelum aku diciptakan?" Rasulullah (ﷺ) bersabda dua kali, "Maka, Adam mengalahkan Musa."
Perlu diingat bahwa Nabi Adam adalah manusia pertama dari umat manusia, sedangkan Nabi Musa dilahirkan ratusan tahun kemudian. Jadi, tak mungkin keduanya dapat bertemu di dunia, di alam fisik mereka. Lalu, bagaimana mereka bertemu dan dimana? Hadits tak membahas masalah ini. Namun, para Ulama telah mengajukan beberapa penjelasan. Abu al-Hasan al-Qabisi mengatakan bahwa jiwa kedua nabi bertemu di langit dan mereka berdebat di sana. Qadi Ayad Maliki mengatakan, 'Hadis ini hendaknya dipahami secara tersurat. Keduanya bertemu secara fisik. Kita telah melihat dalam kisah Al-Isra 'bahwa Rasulullah (ﷺ) bertemu dengan para nabi lain, alaihimussalam, di langit dan juga mengimami mereka dalam Shalat di Baitul Maqdis. Oleh karena itu, tak ada alasan bahwa Allah mungkin telah memberi mereka kehidupan lagi karena ini berhubungan dengan para syuhada'. Ada juga kemungkinan bahwa mereka telah bertemu dan berdebat atas permintaan Nabi Musa kepada Allah, ia mungkin diizinkan bertemu Nabi Adam di dunia ini.
Nabi Musa mengingatkan Nabi Adam tentang nikmat Allah kepadanya. Ia diciptakan, diberi jiwa, diciptakan sebagai manusia yang sempurna, para malaikat diperintahkan sujud di hadapannya, diberi tempat tinggal di Firdaus - semua ini seharusnya mengingatkan Adam bahwa ia menahan diri agar tak memakan dari pohon terlarang, karena Allah hanya memberi satu larangan saja.
Nabi Adam memberi jawaban kepada Nabi Musa, yang disebutkan Rasulullah (ﷺ) sebagai, "Itu membungkam Musa." Nabi Adam memulai dengan menuturkan pertolongan yang telah diberikan Allah kepada Nabi Musa, "Wahai Musa! Allah memilihmu sebagai Nabi dan Rasul, menghormatimu dengan berbicara kepadamu secara langsung dan memberimu Taurat. Setelah menerima kehormatan ini, itu tak mendorongmu agar berbicara kepadaku seperti yang engkau lakukan. Katakan padaku, berapa lama sebelum aku diciptakan, Taurat sudah dituliskan? " Ketika Nabi Musa menegaskan bahwa Taurat ditulis empat puluh tahun sebelum penciptaan Nabi Adam, ia berkata, "Tidakkah engkau membaca di dalamnya ayat,
Nabi Musa berkata, "Ya, tentu saja!" Kemudian Nabi Adam bertanya kepadanya, "Lalu, terlepas dari itu, engkau menyalahkanku untuk sesuatu yang telah Allah tetapkan empat puluh tahun sebelum aku diciptakan?"وَعَصَى آدَمُ رَبَّهُ فَغَوَى"...dan telah durhakalah Adam kepada Rabb-nya, dan sesatlah ia." - [QS.20:121]
Rasulullah (ﷺ) menyimpulkan bahwa Nabi Adam memberikan jawaban yang meyakinkan. Jawabannya meyakinkan Nabi Musa bahwa keliru bila menyalahkan Nabi Adam, karena kita semua terikat oleh kehendak Allah, Yang telah memutuskan bahwa manusia akan diutus ke bumi dan akan diangkat menjadi khalifah-Nya di bumi.
Ada banyak hikmah di balik keputusan itu, yang semuanya tak diungkapkan. Bermula dari Nabi Adam yang berada di Firdaus dan larangan mendekati pohon tertentu dan buahnya. Tetapi, ia akan tergoda oleh iblis agar memakan buah terlarang, dan karenanya dihukum dan diutus ke bumi. Karenanya, alasan dikeluarkannya Nabi Adam dari Firdaus, bukan karena memakan buahnya, melainkan karena kehendak Allah dan takdir yang telah ditetapkan bagi Nabi Adam, alaihissalam."
Kemudian sang murai berkata, "Wahai saudara-saudariku, Hadits ini menyangkut etika dan moral. Hadits ini memberitahu kita bahwa dalam beberapa tuntunan agama, ada pandangan yang berbeda-beda, yang memungkinkan debat dan diskusi lisan. Namun, batas-batas syariah haruslah diterapkan dan pelaksanaannya haruslah dilakukan untuk menyebarkan kebenaran.Selain itu, adalah karakteristik dari orang-orang yang berbeda pandangan itu, hendaknya selalu menerima kebenaran ketika terungkapkan atau ditegaskan. Nabi Musa tahu bahwa argumen Nabi Adam benar dan ia menerimanya.
Hadits ini juga mengajarkan kepada kita bahwa ketika dua orang berbeda pendapat dan berdebat tentang suatu masalah, maka mereka berdua hendaknya saling menunjukkan kualitas yang baik, sehingga perbedaan pendapat tak menjadikan mereka saling dengki. Nabi Musa dengan hati-hati menggambarkan keutamaan Nabi Adam dan, pada gilirannya, Nabi Adam mengingatkan nikmat yang telah diperoleh Nabi Musa, alaihimussalam. Wallahu a'lam."
وَإِذَا مَسَّ الإنْسَانَ ضُرٌّ دَعَا رَبَّهُ مُنِيبًا إِلَيْهِ ثُمَّ إِذَا خَوَّلَهُ نِعْمَةً مِنْهُ نَسِيَ مَا كَانَ يَدْعُو إِلَيْهِ مِنْ قَبْلُ وَجَعَلَ لِلَّهِ أَنْدَادًا لِيُضِلَّ عَنْ سَبِيلِهِ قُلْ تَمَتَّعْ بِكُفْرِكَ قَلِيلا إِنَّكَ مِنْ أَصْحَابِ النَّارِ"Dan apabila manusia ditimpa bencana, dia memohon (pertolongan) kepada Tuhannya dengan kembali (taat) kepada-Nya; tetapi apabila Dia memberikan nikmat kepadanya dia lupa (akan bencana) yang pernah dia berdoa kepada Allah sebelum itu, dan diadakannya sekutu-sekutu bagi Allah untuk menyesatkan (manusia) dari jalan-Nya. Katakanlah, “Bersenang-senanglah kamu dengan kekafiranmu itu untuk sementara waktu. Sungguh, kamu termasuk penghuni neraka.” - [QS.39:8]
- Maulana Muhammad Zakaria Iqbal, Stories from the Hadith, Darul Isha'at