Senin, 08 April 2019

Bintang-bintang, sang Mentari dan Rembulan (4)

Add caption
Sang negarawan melanjutkan, "Allah berfirman bahwa ada ayat-ayat, pelajaran dan hikmah, yang dapat diambil dari kisah Nabi Yusuf dan saudara-saudaranya, bagi mereka yang bertanya tentang kisahnya dan mencari ilmunya. Tentunya, kisahnya unik dan layak dituturkan. Allah berfirman,
لَقَدْ كَانَ فِي يُوسُفَ وَإِخْوَتِهِ آيَاتٌ لِلسَّائِلِينَ
"Sungguh, dalam (kisah) Yusuf dan saudara-saudaranya terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang yang bertanya." - [QS.12:7]
Yusuf (عليه السلام) adalah bungsu dari dua belas anak nabi Ya'qub (عليه السلام), Ia yang paling disukai dan yang paling dicintai ayahnya. Bila bertemu Yusuf, Ya'qub akan tersenyum dengan hati yang bahagia. Ia akan mendengarkan apa yang ia katakan dengan penuh perhatian, baik itu cerita biasa atau kebutuhan Yusuf. Saudaranya, Bunyamin, menikmati status yang sama dari ayahnya walau sedikit dibawahnya. Saudara-saudara lainnya, memperhatikan perlakuan istimewa ayah mereka itu. Mereka mulai mengadakan pertemuan rahasia untuk bersekutu melawan Yusuf dengan cara yang hanya menambah kecemburuan dan kedengkian mereka.

Sepuluh bersaudara itu kemudian memutuskan membunuh Yusuf. Dalih tindakan mereka, bahwa ayah mereka lebih suka saudara muda Yusuf dan Bunyamin dibanding mereka. Mereka mengira bahwa dengan menyingkirkan Yusuf, mereka akan diperhatikan oleh ayah mereka. Karena itu, mereka mengira hati ayah mereka akan berpaling ke arah mereka dan hati mereka akan sembuh dari kekecewaan dan rasa-iri yang disebabkan oleh status Yusuf yang lebih disukai dibanding mereka.


إِذْ قَالُوا لَيُوسُفُ وَأَخُوهُ أَحَبُّ إِلَى أَبِينَا مِنَّا وَنَحْنُ عُصْبَةٌ إِنَّ أَبَانَا لَفِي ضَلالٍ مُبِينٍ
"Ketika mereka berkata, “Sesungguhnya Yusuf dan saudaranya (Bunyamin) lebih dicintai ayah daripada kita, padahal kita adalah satu golongan (yang kuat). Sungguh, ayah kita dalam kekeliruan yang nyata." - [QS.12:8]
اقْتُلُوا يُوسُفَ أَوِ اطْرَحُوهُ أَرْضًا يَخْلُ لَكُمْ وَجْهُ أَبِيكُمْ وَتَكُونُوا مِنْ بَعْدِهِ قَوْمًا صَالِحِينَ
"Bunuhlah Yusuf atau buanglah ia ke suatu tempat agar perhatian ayah tertumpah kepadamu, dan setelah itu kamu menjadi orang yang baik.” - [QS.12:9]
قَالَ قَائِلٌ مِنْهُمْ لا تَقْتُلُوا يُوسُفَ وَأَلْقُوهُ فِي غَيَابَةِ الْجُبِّ يَلْتَقِطْهُ بَعْضُ السَّيَّارَةِ إِنْ كُنْتُمْ فَاعِلِينَ
"Seorang di antara mereka berkata, “Janganlah kamu membunuh Yusuf, tetapi masukan saja ia ke dasar sumur agar ia dipungut oleh sebagian musafir, jika kamu hendak berbuat.” - [QS.12:10]
Ada pelajaran penting dalam hal ini bagi setiap Muslim. Ia hendaknya tak membiasakan anak-anaknya merasa lebih diperhatikan dibanding saudara-saudaranya yang lain. Ia seharusnya tak menampakkan perhatian dan kepdulian yang lebih dibanding yang lain, terutama jika berbeda jenis kelamin, laki-laki dan perempuan, atau dari ibu yang berbeda. Menurut pendapatku, perlakuan yang adil di antara anak-anak kondisi dasar keadilan di antara istri. Inilah masalah yang hendaknya dipastikan sebelum berpikir untuk menikah lagi, untuk yang kedua, ketiga, atau keempat.

Ketika waktu berpikir dan perencanaan telah berakhir, saatnya mulai bertindak. Para putra mendesak ayah mereka agar mempercayakan Yusuf bersama mereka selagi mereka membawa domba-domba merumput. Mereka memberi jaminan kata-kata bahwa mereka akan menjaga Yusuf.
قَالُوا يَا أَبَانَا مَا لَكَ لا تَأْمَنَّا عَلَى يُوسُفَ وَإِنَّا لَهُ لَنَاصِحُونَ
"Mereka berkata, “Wahai ayah kami! Mengapa engkau tak mempercayai kami terhadap Yusuf, padahal sesungguhnya kami semua menginginkan kebaikan baginya." - [QS.12:11]
أَرْسِلْهُ مَعَنَا غَدًا يَرْتَعْ وَيَلْعَبْ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ
"Biarlah ia pergi bersama kami besok pagi, agar ia bersenang-senang dan bermain-main, dan kami pasti menjaganya.” - [QS.12:12]
قَالَ إِنِّي لَيَحْزُنُنِي أَنْ تَذْهَبُوا بِهِ وَأَخَافُ أَنْ يَأْكُلَهُ الذِّئْبُ وَأَنْتُمْ عَنْهُ غَافِلُونَ
"Ia (Ya'qub) berkata, “Sesungguhnya kepergianmu bersamanya (Yusuf) sangat menyedihkanku dan aku khawatir ia dimakan serigala, sedang kamu lengah darinya.” - [QS.12:13]
Namun, sepuluh bersaudara menegaskan bahwa mereka akan menjaga Yusuf. Ayah mereka gembira ketika mereka mengatakan kepadanya bahwa Yusuf akan berkesempatan untuk bersenang-senang dan bermain. Ini menunjukkan kepada kita bahwa bermain dan bersenang-senang adalah sesuatu yang diperbolehkan dalam agama kita, dengan syarat tak terlalu berlebih-lebihan. La‘ib dan lahu adalah dua hal, dan Allah Subhanahu wa Ta'ala menyebutkan keduanya dan membandingkan dunia ini sebagai la‘ibun wa lahu. La‘ib berarti bermain, dan lahu berarti membuang-waktu dan mencari hiburan. Apa perbedaan antara la‘ib dan lahu? La‘ib adalah sesuatu yang engkau lakukan, yang tak seserius dan tak semulia hal-hal lain, namun diperbolehkan dalam kuantitas yang wajar. Lahu adalah buang-buang waktu, dan tak ada manfaat apapun di dalamnya. La‘ib adalah sesuatu yang terkadang dilakukan oleh Rasulullah (ﷺ), misalnya, bermain kejar-kejaran dengan Aisya, menghabiskan waktu bercakap-cakap dengan istri-istri beliau, bercengkerama dengan Hasan dan Husain dan meletakkan mereka di punggungnya. Ini la‘ib, dan cukup menyehatkan bila melakukan la‘ib. Lahu benar-benar buang-buang waktu dan bukan sesuatu yang dianjurkan dalam agama kita.
قَالُوا لَئِنْ أَكَلَهُ الذِّئْبُ وَنَحْنُ عُصْبَةٌ إِنَّا إِذًا لَخَاسِرُونَ
"Sesungguhnya mereka berkata, “Jika ia dimakan serigala, padahal kami golongan (yang kuat), kalau demikian tentu kami orang-orang yang rugi.” - [QS.12:14]
فَلَمَّا ذَهَبُوا بِهِ وَأَجْمَعُوا أَنْ يَجْعَلُوهُ فِي غَيَابَةِ الْجُبِّ وَأَوْحَيْنَا إِلَيْهِ لَتُنَبِّئَنَّهُمْ بِأَمْرِهِمْ هَذَا وَهُمْ لا يَشْعُرُونَ
"Maka ketika mereka membawanya dan sepakat memasukkan ke dasar sumur, Kami wahyukan kepadanya, “Engkau kelak pasti akan menceritakan perbuatan ini kepada mereka, sedang mereka tak menyadari.” - [QS.12:15]
Yusuf berlari bersama saudara-saudaranya ke padang rumput. Saudara-saudaranya, yang mengambil kalimat kegelisahan dari ayah mereka, berencana melaksanakan taktik mereka terhadap Yusuf. Telah dicapai kesepakatan bahwa mereka akan melempar Yusuf ke sumur dan membiarkannya pada nasib dan takdirnya. Karena itulah, mereka menipu ayah mereka.
وَجَاءُوا أَبَاهُمْ عِشَاءً يَبْكُونَ
"Kemudian mereka datang kepada ayah mereka pada petang hari sambil menangis." - [QS.12:16]
قَالُوا يَا أَبَانَا إِنَّا ذَهَبْنَا نَسْتَبِقُ وَتَرَكْنَا يُوسُفَ عِنْدَ مَتَاعِنَا فَأَكَلَهُ الذِّئْبُ وَمَا أَنْتَ بِمُؤْمِنٍ لَنَا وَلَوْ كُنَّا صَادِقِينَ
"Mereka berkata, “Wahai ayah kami! Sesungguhnya kami pergi berlomba dan kami tinggalkan Yusuf di dekat barang-barang kami, lalu ia dimakan serigala; dan engkau tentu takkan percaya kepada kami, sekalipun kami berkata benar.” - [QS.12:17]
Walau demikian, kebohongan mengungkapkan dirinya seolah-olah orang yang bersalah mengatakan "kemari dan bawalah daku". Dalam kata-kata seorang penyair, "Akan tetapi, mata para pendengar tahu dari mata sang pembicara, kawan atau lawankah ia."
Kemudian para putra Nabi Ya'qub kembali pada malam hari, sehingga mata ayah mereka takkan melihat mereka dan kegelapan malam akan menutupi mereka. Bukti mengungkap mereka dan mengungkapkan permainan-mata mereka. Tipu daya mereka tak mungkin disembunyikan dari ayah mereka.
وَجَاءُوا عَلَى قَمِيصِهِ بِدَمٍ كَذِبٍ قَالَ بَلْ سَوَّلَتْ لَكُمْ أَنْفُسُكُمْ أَمْرًا فَصَبْرٌ جَمِيلٌ وَاللَّهُ الْمُسْتَعَانُ عَلَى مَا تَصِفُونَ
"Dan mereka datang membawa baju gamisnya (yang berlumuran) darah palsu. Ia (Ya'qub) berkata, “Sebenarnya hanya dirimu sendirilah yang memandang baik urusan yang buruk itu; maka hanya bersabar itulah yang terbaik (bagiku). Dan kepada Allah saja memohon pertolongan-Nya terhadap apa yang kamu ceritakan.” - [QS.12:18]
Dalam hal ini, ada sebuah seruan atau pelajaran agar tak tergesa-gesa dalam membuat penilaian, namun agar berhati-hati dan sabar dalam memahami situasi; untuk dapat menangani situasi dari segala sudut pandang agar menemukan kebenaran. Ada juga seruan dan pelajaran agar memohon pertolongan Allah selama mengalami cobaan, kesulitan atau masalah.
Dalam konteks ini, bahwa pernah ada seorang wanita yang meminta keputusan pengadilan dari Syuraih. Ia menemui Syuraih menangis dan Syabi berkata, "Wahai ayah Umaya, tidakkah engkau melihatnya menangis." Syuraih menanggapi,"Saudara-saudara Yusuf datang menangis meskipun mereka adalah penindas dan pembohong. Tak layak bagi manusia dihakimi melainkan oleh kebenaran."

Dan tentang Sabrun Jamil yang diucapkan oleh Nabi Ya'qub, Allah berfirman,
فَاصْبِرْ صَبْرًا جَمِيلا
"Maka bersabarlah engkau (Muhammad) dengan Sabrun Jamil (kesabaran yang baik)." - [QS.70: 5]
Mujahid berkata, “Sabrun jamil adalah kesabaran tanpa kepanikan.” Amr bin Qais berkata, “Sabrun jamil berarti puas dengan kemalangan dan pasrah pada kehendak Allah.” Yunus bin Yazid berkata, “Aku bertanya kepada Rabiah bin Abdurrahman, ' Apa yang paling utama dari kesabaran? 'Ia berkata “secara lahiriah tetap sama pada saat kesengsaraan seperti yang terjadi sehari sebelum itu melanda.” [Ini bukan berarti bahwa seseorang tidak atau tak boleh merasakan sakit atau kesedihan: kesabaran dalam hal ini berarti bahwa seseorang menahan diri dari panik dan mengeluh.] Mengomentari arti sabrun jamil, Qiyas bin al Hajjaj mengatakan "orang yang menderita kesusahan hendaknya berperilaku sedemikian rupa sehingga tak ada yang dapat membedakannya dari yang lain "

Kemudian, datanglah bantuan kepada Yusuf dari langit. Sebuah kafilah melewati sumur dan ia dikeluarkan dari sumur itu.
وَجَاءَتْ سَيَّارَةٌ فَأَرْسَلُوا وَارِدَهُمْ فَأَدْلَى دَلْوَهُ قَالَ يَا بُشْرَى هَذَا غُلامٌ وَأَسَرُّوهُ بِضَاعَةً وَاللَّهُ عَلِيمٌ بِمَا يَعْمَلُونَ
"Dan datanglah sekelompok musafir, mereka menyuruh seorang pengambil air. Lalu ia menurunkan timbanya. Ia berkata, “Oh, senangnya, ini ada seorang anak muda!” Kemudian mereka menyembunyikannya sebagai barang dagangan. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan." - [QS.12:19]
وَشَرَوْهُ بِثَمَنٍ بَخْسٍ دَرَاهِمَ مَعْدُودَةٍ وَكَانُوا فِيهِ مِنَ الزَّاهِدِينَ
"Dan mereka menjualnya (Yusuf) dengan harga rendah, yaitu beberapa dirham saja, sebab mereka tak tertarik kepadanya." - [QS.12:20]
Allah tak mengabaikan hamba-hambanya. Bersama Allah dan tanpa rasa takut. Itulah yang ditekankan oleh peristiwa yang dihadapi Yusuf dalam kisah ini.
[Bagian 5]