Sang negarawan melanjutkan, "Wahai anak muda, bergunjing adalah racun bagi masyarakat dan jaringan sosial. Setiap masyarakat ditenggelamkan dalam gunjingan. Seringkali, gunjingan menyebar, dan seiring penyebarannya, semakin besar dan makin membesar. Ketika menyebar, dongeng kecil menjadi sepuluh kali lebih besar. Dalam syari'ah kita, pintu bergunjing, mengumpat dan memfitnah telah ditutup dan dikunci. Dalam syari'ah, kita seyogyanya tak melibatkan diri dengan semua hal yang seperti ini.
Dalam Syari'ah, bergunjing terdiri dari beberapa jenis: ghibah, namimah, dan buhtan; semua ini ada di bawah jenis bergunjing. Ghibah berarti mengatakan sesuatu yang buruk tentang seseorang selama ia tak berada di tempat, meskipun perkataan itu ada kebenarannya. Apa yang engkau ucapkan itu benar. Engkau merendahkannya, mengejeknya, mengolok-oloknya dan menyebarkan sesuatu yang tak ia sukai diucapkan, disaat ia tak berada di tempat.
Ghibah adalah sebuah dosa yang akan di adzab dalam kubur, adzaabil qabr. Lebih buruk dari ini adalah buhtan. Buhtan berarti menyebarkan kebohongan, secara terang-terangan, tentang seseorang; inilah fitnah, dan lebih kejam daripada ghibah. Ghibah berarti engkau mengatakan yang sebenarnya. Menyebarkan ghibah dan buhtan terhadap seseorang, disebut namimah.
Namimah berarti, engkau berada dalam sebuah pertemuan dan seseorang menyebutkan, misalnya, saudara Fulan, dan ia mulai mengatakan sesuatu tentang Fulan yang tak sepantasnya ia katakan di depan umum. Fulan tak ada di sana, dan kerusakan yang telah terjadi adalah antara dirinya dan Allah Subhanahu wa Ta'ala. Sekarang seseorang menemui Fulan dan berkata, “Tahukah engkau apa yang terjadi dalam pertemuan itu ketika engkau tak ada di sana? Anu bin Menganu mengatakan ini tentangmu.” Bagaimana perasaan Fulan? Kerusakan terjadi ketika cerita itu kembali kepadanya. Ini disebut namimah. Orang yang menyampaikan berita itu datang kepadamu - walau itu haram. Kewajiban kita sebenarnya, membela saudara kita saat ia tak ada. Ketika ghibah atau buhtaan selesai, engkau membela saudaramu dalam ketidakhadirannya.
Paling tidak, yang hendaknya engkau lakukan adalah tetap diam dan membencinya di dalam hatimu. Tapi, inilah serendah-rendahnya iman. Posisimu, bila kembali dan menyebarkan gunjingan yang ditujukan kepadanya, dengan niat menyebabkan kerusakan antara dua orang, disebut namimah. Rasulullah (ﷺ) menyampaikan tentang hukuman nammam. Rasulullah (ﷺ) bersabda, "Sesiapa yang melakukan ini, takkan memasuki Jannah."
Sang negarawan diam sejenak, lalu berkata, "Mari kita lanjutkan Kisah Nabi Yusuf! Jadi, pemenjaraan Nabi Yusuf (عليه السلام) bertepatan dengan pemenjaraan dua pemuda lainnya, mungkin saja kedua pemuda tersebut dipenjara bersama Yusuf pada hari yang sama karena sebuah peristiwa yang terjadi di istana raja. Sebenarnya, ini kesempatan baik bagi Yusuf dipenjara. Di tengah-tengah peristiwa itu, tuduhan yang dibuat-buat dan fitnah bisa dengan mudah dilontarkan terhadap orang yang tak dikehendaki, sehingga mereka dapat disingkirkan.
Kebenaran akan meletakkan dirinya sendiri dan ilmu akan meninggikan derajat pemiliknya. Yusuf bisa mendapatkan kepercayaan dari teman-temannya di penjara dengan moralitas, karakter, penilaian bijaksana dan wawasannya yang tinggi. Ia menemukan solusi terhadap masalah mereka dan dipercaya memegang rahasia mereka. Ia mengambilnya untuk menasihati, menuntun dan mengajak mereka meng-Esa-kan Allah. Ia juga mentakwilkan mimpi-mimpi mereka yang sering terjadi.
Inilah cara seorang Muslim, seorang Muslim sejati. Berakhlaq mulia dalam urusannya dan memanfaatkan setiap kesempatan untuk menyampaikan risalah Allah. Seorang Muslim hendaknya memiliki ketulusan saat menyampaikan pesan dan sepenuhnya yakin bahwa Allah adalah Esa, dan tiada sekutu bagi-Nya.
Sekarang, bersamanya ada dua anak-muda masuk penjara. Allah berfirman,
وَدَخَلَ مَعَهُ ٱلسِّجْنَ فَتَيَانِ ۖ قَالَ أَحَدُهُمَآ إِنِّىٓ أَرَىٰنِىٓ أَعْصِرُ خَمْرًا ۖ وَقَالَ ٱلْءَاخَرُ إِنِّىٓ أَرَىٰنِىٓ أَحْمِلُ فَوْقَ رَأْسِى خُبْزًا تَأْكُلُ ٱلطَّيْرُ مِنْهُ ۖ نَبِّئْنَا بِتَأْوِيلِهِۦٓ ۖ إِنَّا نَرَىٰكَ مِنَ ٱلْمُحْسِنِينَ
"Dan bersamanya, masuk pula dua orang pemuda ke dalam penjara. Salah satunya berkata, “Sesungguhnya aku bermimpi memeras anggur,” dan yang lainnya berkata, “Aku bermimpi, membawa roti di atas kepalaku, sebagiannya dimakan burung.” Berikanlah kepada kami takwilnya. Sesungguhnya kami memandangmu termasuk orang yang berbuat baik." - [QS.12.36]
قَالَ لَا يَأْتِيكُمَا طَعَامٌ تُرْزَقَانِهِۦٓ إِلَّا نَبَّأْتُكُمَا بِتَأْوِيلِهِۦ قَبْلَ أَن يَأْتِيَكُمَا ۚ ذَٰلِكُمَا مِمَّا عَلَّمَنِى رَبِّىٓ ۚ إِنِّى تَرَكْتُ مِلَّةَ قَوْمٍ لَّا يُؤْمِنُونَ بِٱللَّهِ وَهُم بِٱلْءَاخِرَةِ هُمْ كَٰفِرُونَ
"Ia (Yusuf) berkata, “Makanan apa pun yang akan diberikan kepadamu berdua aku telah dapat menerangkan takwilnya, sebelum (makanan) itu sampai kepadamu. Itu sebagian dari yang diajarkan Rabb-ku kepadaku. Sesungguhnya aku telah meninggalkan agama orang-orang yang tak beriman kepada Allah, bahkan mereka tak percaya kepada Hari Akhirat." - [QS.12:37]
وَٱتَّبَعْتُ مِلَّةَ ءَابَآءِىٓ إِبْرَٰهِيمَ وَإِسْحَٰقَ وَيَعْقُوبَ ۚ مَا كَانَ لَنَآ أَن نُّشْرِكَ بِٱللَّهِ مِن شَىْءٍ ۚ ذَٰلِكَ مِن فَضْلِ ٱللَّهِ عَلَيْنَا وَعَلَى ٱلنَّاسِ وَلَٰكِنَّ أَكْثَرَ ٱلنَّاسِ لَا يَشْكُرُونَ
"Dan aku mengikuti agama nenek moyangku: Ibrahim, Ishaq dan Ya'qub. Tak pantas bagi kami (para nabi) mempersekutukan sesuatu apapun dengan Allah. Itulah dari karunia Allah kepada kami dan kepada manusia (semuanya); tetapi kebanyakan manusia tak bersyukur." - [QS.12:38]
يَٰصَىٰحِبَىِ ٱلسِّجْنِ ءَأَرْبَابٌ مُّتَفَرِّقُونَ خَيْرٌ أَمِ ٱللَّهُ ٱلْوَٰحِدُ ٱلْقَهَّارُ
"Wahai kedua penghuni penjara! Manakah yang baik, tuhan-tuhan yang bermacam-macam itu ataukah Allah Yang Maha Esa, Mahaperkasa?" - [QS.12:39]
مَا تَعْبُدُونَ مِن دُونِهِۦٓ إِلَّآ أَسْمَآءً سَمَّيْتُمُوهَآ أَنتُمْ وَءَابَآؤُكُم مَّآ أَنزَلَ ٱللَّهُ بِهَا مِن سُلْطَٰنٍ ۚ إِنِ ٱلْحُكْمُ إِلَّا لِلَّهِ ۚ أَمَرَ أَلَّا تَعْبُدُوٓا۟ إِلَّآ إِيَّاهُ ۚ ذَٰلِكَ ٱلدِّينُ ٱلْقَيِّمُ وَلَٰكِنَّ أَكْثَرَ ٱلنَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ
"Apa yang kamu sembah selain Dia, hanyalah nama-nama yang kamu buat-buat, baik oleh kamu sendiri maupun oleh nenek moyangmu. Allah tak menurunkan suatu keteranganpun tentang hal (nama-nama) itu. Keputusan itu hanyalah milik Allah. Dia telah memerintahkan agar kamu tak menyembah selain Dia. Itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tak mengetahui." - [QS.12.40]
يَٰصَىٰحِبَىِ ٱلسِّجْنِ أَمَّآ أَحَدُكُمَا فَيَسْقِى رَبَّهُۥ خَمْرًا ۖ وَأَمَّا ٱلْءَاخَرُ فَيُصْلَبُ فَتَأْكُلُ ٱلطَّيْرُ مِن رَّأْسِهِۦ ۚ قُضِىَ ٱلْأَمْرُ ٱلَّذِى فِيهِ تَسْتَفْتِيَانِ
"Wahai kedua penghuni penjara, “Salah seorang di antara kamu, akan bertugas menyediakan minuman khamr bagi majikannya. Adapun yang seorang lagi, ia akan disalib, lalu burung memakan sebagian kepalanya. Telah terjawab perkara yang kamu tanyakan (kepadaku).” - [QS.12:41]
وَقَالَ لِلَّذِى ظَنَّ أَنَّهُۥ نَاجٍ مِّنْهُمَا ٱذْكُرْنِى عِندَ رَبِّكَ فَأَنسَىٰهُ ٱلشَّيْطَٰنُ ذِكْرَ رَبِّهِۦ فَلَبِثَ فِى ٱلسِّجْنِ بِضْعَ سِنِينَ
"Dan ia (Yusuf) berkata kepada orang yang diketahuinya akan selamat di antara mereka berdua, “Terangkanlah keadaanku kepada majikanmu.” Maka setan menjadikan ia lupa menerangkan (keadaan Yusuf) kepada majikannya. Karena itu, ia (Yusuf) tetap dalam penjara beberapa tahun lamanya." - [QS.12:42]
Raja Mesir mengalami mimpi yang aneh, membingungkan dan membuatnya merasa gentar. Mimpi ini membuatnya mengumpulkan semua penyihir, peramal, dan ahli nujum. Ia memaparkan mimpi yang telah dialaminya. Ia meminta mereka agar menafsirkan mimpi itu, namun mereka semua tak mampu melakukannya, karena telah ditetapkan oleh Allah.
Kemudian salah seorang sahabat Yusuf, yang keluar dari penjara pada waktu itu, menyampaikan kepada sang raja tentang ilmu Yusuf mentakwilkan mimpi. Ia meminta sang raja mengutusnya ke penjara untuk meminta takwil mimpi itu. Dengan demikian, datanglah pembebasan Yusuf dari penjara dan pertolongan dari beban-masalahnya.
Yusuf kemudian menjelaskan mimpi sang raja dan kemudian menyusun rancangan. Rancangan ini harus diikuti mengingat keadaan sulit yang akan segera menelan negeri dan penduduknya.
وَقَالَ ٱلْمَلِكُ إِنِّىٓ أَرَىٰ سَبْعَ بَقَرَٰتٍ سِمَانٍ يَأْكُلُهُنَّ سَبْعٌ عِجَافٌ وَسَبْعَ سُنۢبُلَٰتٍ خُضْرٍ وَأُخَرَ يَابِسَٰتٍ ۖ يَٰٓأَيُّهَا ٱلْمَلَأُ أَفْتُونِى فِى رُءْيَٰىَ إِن كُنتُمْ لِلرُّءْيَا تَعْبُرُونَ
"Dan raja berkata (kepada para pemuka kaumnya), 'Sesungguhnya aku bermimpi melihat tujuh ekor sapi betina yang gemuk dimakan oleh tujuh ekor sapi betina yang kurus; tujuh tangkai (gandum) yang hijau dan (tujuh tangkai) lainnya yang kering. Wahai orang yang terkemuka! Terangkanlah kepadaku tentang takwil mimpiku itu jika kamu dapat menakwilkan mimpi'.” - [QS.12:43]
قَالُوٓا۟ أَضْغَٰثُ أَحْلَٰمٍ ۖ وَمَا نَحْنُ بِتَأْوِيلِ ٱلْأَحْلَٰمِ بِعَٰلِمِينَ
"Mereka menjawab, '(Itu) mimpi-mimpi yang kosong dan kami tak mampu menakwilkan mimpi itu'.” - [QS.12:44]
وَقَالَ ٱلَّذِى نَجَا مِنْهُمَا وَٱدَّكَرَ بَعْدَ أُمَّةٍ أَنَا۠ أُنَبِّئُكُم بِتَأْوِيلِهِۦ فَأَرْسِلُونِ
"Dan berkatalah orang yang selamat di antara mereka berdua dan teringat (kepada Yusuf) setelah beberapa waktu lamanya, 'Aku akan memberitahukan kepadamu tentang (orang yang pandai) menakwilkan mimpi itu, maka utuslah aku (kepadanya)'.” - [QS.12:45]
يُوسُفُ أَيُّهَا ٱلصِّدِّيقُ أَفْتِنَا فِى سَبْعِ بَقَرَٰتٍ سِمَانٍ يَأْكُلُهُنَّ سَبْعٌ عِجَافٌ وَسَبْعِ سُنۢبُلَٰتٍ خُضْرٍ وَأُخَرَ يَابِسَٰتٍ لَّعَلِّىٓ أَرْجِعُ إِلَى ٱلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَعْلَمُونَ
”Yusuf, wahai orang yang sangat dipercaya! Terangkanlah kepada kami (takwil mimpi) tentang tujuh ekor sapi betina yang gemuk yang dimakan oleh tujuh (ekor sapi betina) yang kurus, tujuh tangkai (gandum) yang hijau dan (tujuh tangkai) lainnya yang kering agar aku kembali kepada orang-orang itu, agar mereka mengetahui'." - [QS.12:46]
قَالَ تَزْرَعُونَ سَبْعَ سِنِينَ دَأَبًا فَمَا حَصَدتُّمْ فَذَرُوهُ فِى سُنۢبُلِهِۦٓ إِلَّا قَلِيلًا مِّمَّا تَأْكُلُونَ
"Ia (Yusuf) berkata, “Agar kamu bercocok tanam tujuh tahun (berturut-turut) sebagaimana biasa; kemudian apa yang kamu tuai hendaklah kamu biarkan di tangkainya kecuali sedikit untuk kamu makan." - [QS.12:47]
ثُمَّ يَأْتِى مِنۢ بَعْدِ ذَٰلِكَ سَبْعٌ شِدَادٌ يَأْكُلْنَ مَا قَدَّمْتُمْ لَهُنَّ إِلَّا قَلِيلًا مِّمَّا تُحْصِنُونَ
"Kemudian setelah itu akan datang tujuh (tahun) yang sangat sulit, yang menghabiskan apa yang kamu simpan untuk menghadapinya (tahun sulit), kecuali sedikit dari apa (bibit gandum) yang kamu simpan." - QS.12:48]
ثُمَّ يَأْتِى مِنۢ بَعْدِ ذَٰلِكَ عَامٌ فِيهِ يُغَاثُ ٱلنَّاسُ وَفِيهِ يَعْصِرُونَ
"Setelah itu akan datang tahun, di mana manusia diberi hujan (dengan cukup) dan pada masa itu mereka memeras (anggur).” - [QS.12:49]
Ada sesuatu yang perlu kita perhatikan di sini. Tak seperti kitab-kitab lain yang berisi kisah Nabi Musa dan Yusuf, alaihimassalam, dalam Al-Qur'an, penguasa Mesir disebut sebagai Raja (Malik, dalam bahasa Arab) selama masa Nabi Yusuf dan Firaun selama masa Nabi Musa.
Mari kita lihat secara singkat apa hipotesis saat ini mengenai masuknya Nabi Yusuf ke Mesir. Ada dua hipotesis yang sangat populer. Yang pertama adalah bahwa Nabi Yusuf masuk ke Mesir pada masa Hyksos. Hyksos termasuk dalam kelompok campuran Semit-Asia yang menetap di Mesir Utara selama abad ke-18 SM. Sekitar tahun 1630 mereka merebut kekuasaan, dan raja-raja Hyksos memerintah Mesir sebagai dinasti ke-15 (sekitar 1630-1521 SM). Nama Hyksos digunakan oleh sejarawan Mesir Manetho (fl. 300 SM), yang, menurut sejarawan Yahudi Josephus (abad ke-1 M), menerjemahkan kata itu sebagai "gembala raja" atau "gembala tawanan". Hyksos mungkin istilah Mesir untuk "penguasa tanah asing" (heqa-khase). Yang kedua adalah bahwa masuknya Nabi Yusuf ke Mesir terjadi selama Dinasti ke-12 Periode Kerajaan Tengah. Penguasa pada masanya seharusnya Sesostris III. Bukanlah tujuan kita untuk menliti lebih dalam periodenya.Pada intinya, masuknya Nabi Yusuf ke Mesir terjadi sebelum penguasa Mesir yang disebut Firaun. Penggunaan Malik (Raja) selain Fir'aun oleh Al-Qur'an mewakili keakuratan historis dengan data yang tersedia bagi kita.
Dalam hal Nabi Musa, sebagian besar cendekiawan menempatkan peristiwa penindasan dan eksodus di Periode Kerajaan Baru ketika Merneptah dan Ramases II sebagai penguasa. Tentu saja mereka disebut Firaun. Karenanya, dalam periode Nabi Musa, benarlah Al-Quran dalam menggunakan kata Firaun sebagai penguasa Mesir.
Maka, sang raja percaya akan takwil mimpinya. Ia mengagumi ilmu takwil Nabi Yusuf, dan pendapatnya tentang tindakan efektif untuk menghadapi kesulitan yang akan datang. Lalu, sang raja berkata, "Bawalah ia kepadaku!" Namun Yusuf menolak panggilan sang raja. Kegembiraan kebebasan tak menyita pikirannya agar meminta penyelidikan tentang alasan pemenjaraannya untuk membuktikan secara terbuka bahwa ia tak bersalah. Ia ingin mendapatkan kembali martabatnya dan membersihkan namanya dari orang-orang yang menganggapnya buruk. Allah berfirman,
وَقَالَ ٱلْمَلِكُ ٱئْتُونِى بِهِۦ ۖ فَلَمَّا جَآءَهُ ٱلرَّسُولُ قَالَ ٱرْجِعْ إِلَىٰ رَبِّكَ فَسْـَٔلْهُ مَا بَالُ ٱلنِّسْوَةِ ٱلَّٰتِى قَطَّعْنَ أَيْدِيَهُنَّ ۚ إِنَّ رَبِّى بِكَيْدِهِنَّ عَلِيمٌ
"Dan raja berkata, 'Bawalah ia kepadaku.' Ketika utusan itu datang kepadanya, ia (Yusuf) berkata, 'Kembalilah kepada majikanmu dan tanyakan kepadanya bagaimana halnya perempuan-perempuan yang telah melukai tangannya. Sungguh, Rabb-ku Maha Mengetahui tipu daya mereka.” - [QS.12:50]
Orang beriman sejati tak takut akan celaan demi kebenaran dan tangan orang yang tak bersalah, tak takut dipotong. Pengabdian untuk mencapai reputasi yang baik dan hidup dengan kehormatan serta martabat tanpa rasa hormat dan penghinaan adalah cara seorang Muslim dan moto-nya.
Permintaan Nabi Yusuf yang dipenjara menjentik telinga sang raja bagai sambaran-petir dan membuatnya menyelidiki kejadian itu dari awal. Karenanya, ia memerintahkan penyelidikan dan wanita-wanita yang terlibat, dipertanyakan lagi.
قَالَ مَا خَطْبُكُنَّ إِذْ رَٰوَدتُّنَّ يُوسُفَ عَن نَّفْسِهِۦ ۚ قُلْنَ حَٰشَ لِلَّهِ مَا عَلِمْنَا عَلَيْهِ مِن سُوٓءٍ ۚ قَالَتِ ٱمْرَأَتُ ٱلْعَزِيزِ ٱلْـَٰٔنَ حَصْحَصَ ٱلْحَقُّ أَنَا۠ رَٰوَدتُّهُۥ عَن نَّفْسِهِۦ وَإِنَّهُۥ لَمِنَ ٱلصَّٰدِقِينَ
"Ia (raja) berkata (kepada perempuan-perempuan itu), “Bagaimana keadaanmu ketika kamu menggoda Yusuf untuk menundukkan dirinya?” Mereka berkata, “Mahasempurna Allah, kami tak mengetahui sesuatu keburukan darinya.” Istri Al-Aziz berkata, “Sekarang jelaslah kebenaran itu, akulah yang menggoda dan merayunya, dan sesungguhnya, ia termasuk orang yang benar'." - [QS.12:51]
Seorang mukmin tak mau mengkompromikan standar moralnya hanya untuk sepotong kue. Tak peduli berapa lama kebohongan muncul, kebenaran akan selalu menang. Jadi, jika engkau sedang diuji oleh Allah, berpeganglah erat-erat, namun ingat bahwa kebenaran akan terwujud dan kebohongan pasti akan binasa. Karena Allah takkan menyia-nyiakan pahala Al-Muhsinun. Semua bersaksi tentang kesucian, kemurnian, dan moralitas Yusuf yang baik. Bahkan istri al-Aziz tidak bisa tidak bergabung dalam kesaksiannya. Ia tak malu lagi mengakui, tanpa keraguan, bahwa dirinyalah orang yang berusaha merayu Yusuf seperti yang telah disebutkan dalam ayat tersebut.
Sebuah hak terhadap pencarinya, tak pernah tersesat. Hak atas keadilan yang hilang dari Yusuf diperoleh kembali sebagai hasil dari desakan dan keinginannya untuk melakukan, dan untuk membuktikannya. Dengan demikian, setiap hak diperoleh kembali jika para pencarinya, sungguh-sungguh dan ikhlas dalam berupaya mendapatkannya kembali.
ذَٰلِكَ لِيَعْلَمَ أَنِّى لَمْ أَخُنْهُ بِٱلْغَيْبِ وَأَنَّ ٱللَّهَ لَا يَهْدِى كَيْدَ ٱلْخَآئِنِينَ
"(Yusuf berkata), “Yang demikian itu agar ia (Al-Aziz) mengetahui bahwa aku benar-benar tak mengkhianatinya ketika ia tak ada (di rumah), dan bahwa Allah tak meridhai tipu-daya orang-orang yang berkhianat." - [QS.12:52]
وَمَآ أُبَرِّئُ نَفْسِىٓ ۚ إِنَّ ٱلنَّفْسَ لَأَمَّارَةٌۢ بِٱلسُّوٓءِ إِلَّا مَا رَحِمَ رَبِّىٓ ۚ إِنَّ رَبِّى غَفُورٌ رَّحِيمٌ
"Dan aku tak (menyatakan) diriku bebas (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu mendorong kepada kejahatan, kecuali (nafsu) yang diberi rahmat oleh Rabb-ku. Sesungguhnya Rabb-ku Maha Pengampun, Maha Penyayang. - [QS.12:53]
وَقَالَ ٱلْمَلِكُ ٱئْتُونِى بِهِۦٓ أَسْتَخْلِصْهُ لِنَفْسِى ۖ فَلَمَّا كَلَّمَهُۥ قَالَ إِنَّكَ ٱلْيَوْمَ لَدَيْنَا مَكِينٌ أَمِينٌ
"Dan raja berkata, 'Bawalah ia (Yusuf) kepadaku, agar aku memilihnya (sebagai orang yang dekat) kepadaku.' Ketika ia (raja) telah bercakap-cakap dengannya, ia (raja) berkata, “Sesungguhnya kamu (mulai) hari ini menjadi seorang yang berkedudukan tinggi di lingkungan kami dan dipercaya.” - [QS.12:54]
Nabi Yusuf keluar dari penjara setelah terbukti tak bersalah atas tuduhan keji itu dan berdiri di hadapan sang raja dengan percaya diri dengan kepala terangkat tinggi. Sang raja tertarik dengan pidatonya, integritas pendapatnya, dan kefasihannya dan memberinya kesempatan untuk tinggal di istananya.
Yusuf memilih pekerjaan yang paling cocok yang paling mampu ia tangani dan tata. Hal ini dimungkinkan karena ia sepenuhnya mengenal kemampuan dirinya.
قَالَ ٱجْعَلْنِى عَلَىٰ خَزَآئِنِ ٱلْأَرْضِ ۖ إِنِّى حَفِيظٌ عَلِيمٌ
"Ia (Yusuf) berkata, “Jadikanlah aku bendaharawan negeri (Mesir); karena sesungguhnya aku adalah orang yang pandai menjaga, dan berpengetahuan.” - [QS.12:55]
وَكَذَٰلِكَ مَكَّنَّا لِيُوسُفَ فِى ٱلْأَرْضِ يَتَبَوَّأُ مِنْهَا حَيْثُ يَشَآءُ ۚ نُصِيبُ بِرَحْمَتِنَا مَن نَّشَآءُ ۖ وَلَا نُضِيعُ أَجْرَ ٱلْمُحْسِنِينَ
"Dan demikianlah Kami memberi kedudukan kepada Yusuf di negeri ini (Mesir); untuk tinggal di mana saja yang dia kehendaki. Kami melimpahkan rahmat kepada siapa yang Kami kehendaki dan Kami tidak menyia-nyiakan pahala orang yang berbuat baik." - [QS.12:56]
وَلَأَجْرُ ٱلْءَاخِرَةِ خَيْرٌ لِّلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَكَانُوا۟ يَتَّقُونَ
"Dan sungguh, pahala akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang beriman dan selalu bertakwa." - [QS.12:57]
Karena Mesir akan mengalami tujuh tahun kesuburan yang akan diikuti oleh tujuh tahun kelaparan, harus ada keketatan, manajemen yang efektif, dan perencanaan sumber daya yang cermat. Karena itu Yusuf berperan sebagai wali dalam bidang ilmunya. Perwalian mungkin cukup tanpa ilmu dalam situasi di atas. Sedangkan jika ilmu digunakan tanpa perwalian, kebaikan takkan tercapai dalam keadaan seperti itu.
Solusi dari beberapa permasalahan membutuhkan ilmu, yang lain membutuhkan pengalaman. Ada yang juga tak boleh mengabaikan ilmu maupun pengalaman. Dalam hal ini adalah klarifikasi hubungan antara seorang Muslim, pekerjaannya, dan posisinya. Seorang Muslim perlu memilih apa yang sesuai dengan kecenderungan dan keinginannya sejauh ia mampu melakukannya. Dan dengan melakukan hal itu, diperbolehkan baginya untuk memuji dirinya sendiri dan mengungkapkan kualifikasinya jika orang-orang tak mengetahuinya seperti yang dilakukan oleh Nabi Yusuf (عليه السلام). Dengan setiap kesulitan ada kemudahan dan ini dikonfirmasi oleh firman Allah,
فَإِنَّ مَعَ ٱلْعُسْرِ يُسْرًا
"Maka sesungguhnya beserta kesulitan ada kemudahan," - [QS.94:5]
إِنَّ مَعَ ٱلْعُسْرِ يُسْرًا
"sesungguhnya beserta kesulitan itu ada kemudahan." - [QS.94:6]
Satu kesulitan tak dapat mengalahkan dua kemudahan seperti yang disabdakan Rasulullah (ﷺ). Bagi orang-orang mukmin sejati, akhir dari nasib adalah kebahagiaan dan kebaikan. Kemudian, setelah dipenjara, dihukum, penghinaan mental dan fisik, Yusuf dipromosikan ke posisi dengan status sosial yang tinggi. Jika orang beriman yang shalih dan takut akan Allah tak dapat mencapai kesucian, kebaikan dan kebahagiaan di dunia ini, ia pasti akan mencapainya di akhirat. Karena itu, seorang Muslim hendaknya meningkatkan kepercayaan dan keyakinannya kepada Sang Pencipta dan melakukan apa yang menyenangkan Rabb-nya dalam segala bidang kehidupannya.
Takwil Nabi Yusuf tentang mimpi sang raja terpenuhi ketika tujuh tahun kesuburan berlalu dan diikuti oleh tujuh tahun kelaparan yang melanda seluruh negeri. Di Mesir, karena manajemen yang terampil dan perwalian yang bijaksana dari Yusuf, telah tersimmpan cukup banyak selama tujuh tahun pertama kesuburan dan sepenuhnya siap untuk peristiwa mendatang. Tindakan ini sangat menjamin kemakmuran Mesir sehingga Mesir menjadi negeri tempat para musafir datang mencari perbekalan dan persediaan. Di antara mereka yang datang mencari perbekalan, adalah saudara-saudara Yusuf.