Jumat, 30 Agustus 2019

Orang Shabi'in

Sang elang melanjutkan, "Orang-orang Shabi'in disebutkan dalam Al-Qur'an,
إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَالَّذِينَ هَادُوا وَالنَّصَارَىٰ وَالصَّابِئِينَ مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَعَمِلَ صَالِحًا فَلَهُمْ أَجْرُهُمْ عِندَ رَبِّهِمْ وَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ
"Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani dan orang-orang Shabi'in, siapa saja (di antara mereka) yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir, dan melakukan kebajikan, mereka mendapat pahala dari Rabbnya, tiada rasa takut pada mereka, dan mereka tak bersedih hati." - [QS.2:62]
Dalam ayat ini, Allah menyatakan bahwa kaum sebelumnya, yang shalih dan taat, menerima pahala atas amal-shalih mereka. Ini akan terjadi sampai kelak Hari Kiamat. Karena itu, barangsiapa yang mengikuti Rasul dan Nabi yang ummi (ﷺ), akan memperoleh kebahagiaan abadi dan takkan takut pada apa yang akan terjadi di masa depan atau bersedih atas apa yang telah hilang di masa lalu.
'Ali bin Abi Talhah meriwayatkan dari Ibnu 'Abbas, tentang ayat, "Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani dan orang-orang Shabi'in, siapa saja (di antara mereka) yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir,...", kemudian bahwa Allah mewahyukan ayat berikut ini,

وَمَنْ يَبْتَغِ غَيْرَ الْإِسْلَامِ دِينًا فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي الْآخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ
"Dan barangsiapa mencari agama selain Islam, ia takkan diterima, dan di akhirat ia termasuk orang yang rugi." - [QS.3:85]
Pernyataan Ibnu ‘Abbas ini menunjukkan bahwa Allah tak menerima amal atau pekerjaan apapun dari siapapun, kecuali itu sesuai dengan Syari'at Nabi Muhammad (ﷺ) yaitu, setelah Allah mengutus Nabi Muhammad (ﷺ). Sebelumnya, setiap orang yang mengikuti tuntunan Nabinya sendiri, berada di jalan yang benar, mengikuti petunjuk yang benar dan terselamatkan.

Orang-orang Yahudi adalah pengikut Nabi Musa alaihissalam, yang berhukum pada Taurat. Orang-orang Yahudi disebut 'Yahud', sebuah kata yang berarti, 'bertobat', seperti yang diucapkan Nabi Musa, alaihissalam,

اِنَّا ہُدۡنَاۤ اِلَیۡکَ
"...Sungguh, kami hudna kepada Engkau...." - [QS.7:156]
artinya, kami bertobat kepada Engkau.
Ini menunjukkan bahwa mereka pertama kali disebut Yahud, karena mereka bertobat dan, karena mereka saling berbuat-baik. Dikatakan juga bahwa mereka disebut Yahud mengacu pada Yahuda (Yehuda) putra sulung Nabi Ya'qub, alaihissalam. Abu ‘Amr bin Al-'Ala 'mengatakan bahwa mereka disebut Yahud, karena mereka bergoyang saat membaca Taurat.

Tipuan Iblis terhadap orang Yahudi mengambil banyak bentuk. Berikut ini beberapa contohnya. Mereka mengklaim bahwa ada kesamaan antara Sang Pencipta dan ciptaan-Nya. Jika ini benar, maka segala sesuatu yang berlaku bagi Sang Pencipta akan berlaku bagi ciptaan. Abu Jamid mengatakan bahwa orang-orang Yahudi mengklaim bahwa tuhan adalah manusia yang terbuat dari cahaya, duduk di atas kursi cahaya, mengenakan mahkota cahaya, dan bahwa ia memiliki anggota tubuh yang mirip dengan anggota tubuh manusia.
Contoh lain adalah, klaim mereka bahwa 'Uzair adalah putra Allah. Seandainya mereka memahami kenyataan masa kanak-kanak, mereka akan menyadari bahwa itu hanya dapat terjadi ketika sang ayah memberikan bagian dari dirinya, yakni sperma. Allah takkan pernah memberikan bagian apapun dari-Nya karena Dia tak terdiri dari bagian-bagian yang berbeda. Juga, anak lelaki biasanya berstatus sama dengan ayahnya. Namun, 'Uzair, perlu makan agar dapat bertahan hidup. Bagaimana bisa ia menjadi tuhan ketika tuhan selalu dibutuhkan dan tak pernah membutuhkan. Mereka hanya berasumsi bahwa Uzair adalah putra Allah karena ia kembali dari kematian dan menghafal Taurat.
Apa yang membuktikan bahwa orang-orang Yahudi berpikiran lemah adalah bahwa setelah melihat kekuasaan Allah membelah laut, mereka meminta menyembah berhala seraya berkata, "Hai Musa, buatkanlah untuk kami sebuah tuhan (berhala) sebagaimana mereka mempunyai beberapa tuhan (berhala)" Ketika Musa memarahi mereka karena mengajukan permintaan ini, mereka terus berharap punya berhala seperti itu namun secara diam-diam. Harapan mereka akhirnya terwujud saat mereka menyembah anak sapi.
Inilah hasil dari dua hal, pertama, mereka tak mengenal akan Sang Pencipta, dan kedua, bahwa mereka menginginkan sesuatu yang dapat mereka rasakan, karena perasaan lebih efektif bagi mereka daripada merenungkan. Seandainya mereka mengenal Rabb mereka, mereka takkan menyebutnya dengan perkataan buruk, seperti, "Allah itu miskin" dan "Tangan Allah terbelenggu."
lblis juga menipu mereka agar berpikir bahwa syariat itu, tak mungkin dibatalkan. Namun, mereka tahu betul bahwa dalam Syariah Nabi Adam, diperbolehkan menikahi saudara perempuan seseorang dan bekerja pada hari Sabtu. Hal ini dicabut oleh millah Nabi Musa. Mereka berkata, "Setiap kali Alah memerintahkan sesuatu, maka itu takkan mungkin berubah."
Contoh lain dari tipuan Iblis terhadap orang Yahudi adalah klaim mereka, "Api Neraka takkan menyentuh kami melainkan beberapa hari saja." Hari-hari ini, maksudnya, hari dimana mereka menyembah anak sapi.

Perbuatan memalukan mereka sangat banyak. lblis juga menyebabkan mereka menjadi sangat keras kepala hingga menyangkal bahwa Nabi Muhammad (ﷺ) telah dijelaskan dalam kitab mereka. Mereka mengubah ayat-ayat yang menyebutkannya, menolak beriman kepadanya dan menerima adzab Hari Kiamat.
Para cerdik-pandai mereka keras kepala, dan orang-orang bodoh di antara mereka mengikuti. Dan mereka mengubah agama mereka agar sesuai dengan kebutuhan, maka bagaimana mungkin penghambaan dapat terjadi pada mereka yang meninggalkan perintah Allah dan bertindak sesuai dengan keinginan mereka. Mereka tak menaati Nabi Musa, alaihissalam, dan menuduhnya punya testis yang terlalu besar! Dan mereka menuduhnya membunuh Nabi Harun, alaihissalam, dan juga menuduh Daud, alaihissalam, berhubungan dengan istri Irya.

Orang-orang Kristen disebut 'Nasara'. Ketika Nabi Isa, alaihissalam, diutus, Bani Israil diminta agar mengikuti dan menaatinya. Para pengikut Nabi Isa dan sahabat-sahabatnya yang setia, disebut An-Nasara, karena mereka saling menolong dan mendukung. Mereka juga disebut Ansar (penolong), karena Nabi ‘Isa berkata,

مَنۡ اَنۡصَارِیۡۤ اِلَی اللّٰہِ ؕ قَالَ الۡحَوَارِیُّوۡنَ نَحۡنُ اَنۡصَارُ اللّٰہِ
"...“Siapakah yang akan menjadi penolong-penolongku (untuk menegakkan agama) Allah?” Al-Hawariyyun berkata, “Kamilah Ansarullah..." - [QS.61:14]
Dikatakan bahwa mereka disebut 'Nasara', karena mereka mendiami tanah yang disebut An-Nasirah (Nazareth), seperti yang disebutkan Qatadah, Ibnu Juraij, dan Ibn 'Abbas. Nasara tentu jamak untuk Nasran.
Ketika Allah mengutus Nabi Muhammad (ﷺ) sebagai Nabi Terakhir dan Penutup para Nabi dan Rasul untuk seluruh Bani Adam, umat manusia dituntut agar beriman kepadanya, menaatinya, dan menjauhi larangannya; mereka yang melaksanakannya, orang beriman sejati. Umatnya, disebut ‘Mu'minin (orang-orang beriman) karena kedalaman iman dan kepastian mereka, dan karena mereka beriman pada semua nabi sebelumnya dan hari Akhir.

Tipu-daya Iblis terhadap an-Nasara mengambil banyak bentuk. Berikut ini beberapa contohnya. Iblis memperdaya mereka agar mengira bahwa Sang Pencipta berwujud materi. Al-Ya'qubiyyah, pengikut Ya'qub, al-Malikiyyah, pengikut Agama Raja (Constantine), dan al-Nastiriyyah, pengikut Nastur, semua mengatakan bahwa Allah adalah satu esensi tetapi tiga karakter yang berbeda: ayah, putra dan roh kudus. Ada dari mereka mengklaim bahwa ketiga karakter itu hanya fitur belaka. Yang lain mengatakan itu adalah atribut. Dan yang lain mengklaim bahwa mereka adalah manusia. Mereka lupa bahwa seandainya Allah menjadi materi dari segala sesuatu, berlaku untuk sesuatu akan berlaku pula bagi-Nya, sama seperti makhluk yang terbatas oleh ruang, gerak, keheningan dan warna.
Kemudian Iblis meyakinkan beberapa dari mereka agar meyakini bahwa 'Isa, alaihissalam, adalah Allah. Abu Muhammad al-Nubakhti berkata, 'Al-Malikis dan al-Ya'qubis mengklaim bahwa Maryam melahirkan Sang Pencipta. Iblis berbisik kepada beberapa dari mereka agar percaya bahwa 'Isa adalah putra Allah.' Yang lain mengklaim bahwa Isa memiliki dua esensi, yang satu lama dan yang lainnya baru. Mereka membenarkan kebutuhan Isa akan makanan dan bahwa ia disalibkan dan tak dapat menolak bahaya dari dirinya sendiri. Mereka berkata, "Yang disalibkan adalah esensi humanistik. '' Nah, tak bisakah esensi ilahi menolak bahaya dari esensi humanistik?
Iblis juga memperdaya mereka agar menolak Nabi kita (ﷺ) meskipun beliau disebutkan dalam Injil. Ada Ahli Kitab mengakui bahwa Rasulullah (ﷺ) adalah seorang Nabi sejati, namun hanya diutus kepada orang Arab. Inilah aspek lain dari muslihat Iblis terhadap mereka, karena begitu mereka mengakui bahwa Muhammad (ﷺ) adalah seorang Nabi, mereka seharusnya menegaskan bahwa ia tak mungkin pembohong. Beliau (ﷺ) bersabda, "Aku diutus untuk seluruh umat manusia", dan beliau (ﷺ) berkirim surat kepada raja-raja negara-negara non-Arab, untuk mengajak mereka memeluk Islam.
 
Iblis juga memperdaya kaum Yahud dan Nasrani agar percaya bahwa Allah takkan pernah menghukum mereka demi leluhur mereka. Leluhur mereka termasuk Nabi dan orang benar. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman tentang perkataan mereka,
وَ قَالَتِ الۡیَہُوۡدُ وَ النَّصٰرٰی نَحۡنُ اَبۡنٰٓؤُا اللّٰہِ وَ اَحِبَّآؤُہٗ ؕ قُلۡ فَلِمَ یُعَذِّبُکُمۡ بِذُنُوۡبِکُمۡ ؕ بَلۡ اَنۡتُمۡ بَشَرٌ مِّمَّنۡ خَلَقَ ؕ یَغۡفِرُ لِمَنۡ یَّشَآءُ وَ یُعَذِّبُ مَنۡ یَّشَآءُ ؕ وَ لِلّٰہِ مُلۡکُ السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضِ وَ مَا بَیۡنَہُمَا ۫ وَ اِلَیۡہِ الۡمَصِیۡرُ
"Orang Yahudi dan Nasrani berkata, “Kamilah anak-anak Allah dan kekasih-kekasih-Nya.” Katakanlah, “Mengapa Allah menyiksamu karena dosa-dosamu? Tidak, kamu hanyalah manusia (biasa) di antara orang-orang yang Dia ciptakan. Dia mengampuni siapa yang Dia kehendaki dan menyiksa siapa yang Dia kehendaki. Dan milik Allah seluruh kerajaan langit dan bumi serta apa yang ada di antara keduanya. Dan kepada-Nya semua akan kembali.” - [QS.5:18]
Adapun kaum Shabi'in atau Shabi'an, ada perbedaan pendapat tentang identitas mereka. Sufyan Ats-Tsauri mengatakan bahwa Laith bin Abu Sulaim menyampaikan bahwa Mujahid mengatakan bahwa, “Kaum Shabi'in berada di antara kaum Majus, Yahud dan Nasrani. Mereka tak memiliki agama tertentu." Yang lain mengatakan bahwa kaum Shabi'in adalah firqah di antara Ahli Kitab yang biasa membaca Zabur (Mazmur), yang lain mengatakan bahwa merekalah umat yang menyembah para malaikat atau bintang-bintang. Tampaknya pendapat yang paling dekat dengan kebenaran, wallahu a'lam, adalah pernyataan Mujahid dan mereka yang setuju dengannya seperti Wahb bin Munabbih, bahwa kaum Shabi'in bukanlah Yahudi, Kristen, Majus atau musyrik. Sebaliknya, mereka tak memiliki agama tertentu yang mereka ikuti dan tegakkan, karena mereka tetap hidup sesuai dengan Fitrah mereka (sifat naluriah). Itulah sebabnya mengapa para penyembah berhala, menyebut siapapun yang memeluk Islam sebagai 'Sabi', yang bermakna, bahwa ia meninggalkan semua agama yang ada di bumi. Beberapa ulama menyatakan bahwa kaum Shabi'in adalah mereka yang tak pernah menerima risalah dari nabi manapun.

Mengenai kaum Shabi'in, Ibnu Qayyim menyatakan, "Kaum Shabi'in adalah orang kuno yang mendahului orang Yahudi dan Nasrani... Mereka bukan Yahudi, Nasrani atau Majusi. Mereka ada dua faksi: Kaum Shabi'in monoteistik dan Shabi'in yang menyembah berhala. Jadi, para kaum monoteislah yang diselamatkan di antara mereka. Dan di antara kedua faksi ini, ada perselisihan dan penolakan. Merekalah kaum Nabi Ibrahim, alaihissalam, sama seperti kaum Yahud, umat Nabi Musa, alaihissalam. Dan para monoteis dari kaum Shabi'in adalah pengikut Nabi Ibrahim, alaihissalam."
Ibnu Qayyim menekankan dalam Ahkam Ahludz-Dzimmah bahwa secara umum, kaum Shabi'in lebih baik dibanding kaum Majusi. Kaum Majusi atau Zoroastorian (Arab: Al-Majus), dalam hal agama, lebih buruk daripada orang Yahud, Nasara, dan Shabi'in - sesungguhnya merekalah budaya terburuk dalam hal agama. Mereka tak tunduk pada terhadap kitab suci apapun yang diwahyukan atau berpautan dengan agama yang diwahyukan. Karena alasan ini, saat Persia mengalahkan Romawi (yaitu Bizantium Kristen) pada zaman Rasulullah (ﷺ), para penyembah berhala Mekah bersukacita atas kemenangan Majusi Persia, karena kaum itu mirip dengan mereka. Orang-orang Mekah juga tak mengikuti kitab suci yang diwahyukan (sama seperti orang Majusi Persia itu), dan karenanya, mereka bersikap jahat terhadap kaum Muslimin Mekah. Kemudian, saat orang Romawi mengalahkan orang-orang Persia, kaum Muslimin bersukacita karena orang-orang Nasara itu, lebih dekat dengan kaum Muslimin daripada orang-orang Majusi karena fakta bahwa orang-orang Nasara memiliki kitab yang diwahyukan.

Kaum Majusi beriman pada konsep "ilah ganda" atau kekuatan tertinggi yang saling bertentangan. Tuhan mereka, Ahura Mazda, "berada diatas dalam terang dan kebaikan, sedangkan tuhan jahat, Angra Mainyu,"berada dibawah dalam kegelapan dan kebodohan." Mereka telah ada secara berdiri-sendiri sepanjang masa, dan menjadikan diri mereka terwujud dalam materi yang berlawanan. Zoroastrianisme muncul di Iran (Persia) sekitar abad ke-6 SM, dan Zoroastrian (Majusi) menyembah api karena mereka menganggapnya sebagai media tempat memperoleh wawasan spiritual dan kebijaksanaan - dan juga, air diperlakukan dengan cara yang sama. Karena alasan ini, mereka sering disebut sebagai "pemuja api" dan mereka dikenal dengan bangunan kuil api mereka. Mereka bertahan sampai saat ini dan sebagian besar hidup di India dan Iran.

Menurut Ibnu Al-Jauzi, kaum Shabi'in adalah mereka yang meninggalkan satu agama demi agama lain. Para 'ulama memiliki sepuluh pendapat berbeda tentang mereka. Yang pertama, bahwa agama mereka adalah campuran antara agama Nasrani dan Zoroastrianisme. Yang kedua, bahwa agama mereka adalah campuran antara Yudaisme dan Zoroastrianisme. Ketiga, bahwa agama mereka adalah campuran antara Yudaisme dan Nasrani. Yang keempat, bahwa mereka adalah sekte Nasrani tetapi mereka menganut pandangan yang kurang radikal. Kelima, bahwa mereka adalah sekte politeis tanpa kitab suci. Yang keenam, bahwa mereka sama dengan Zoroaster. Yang ketujuh, bahwa mereka adalah para ahli kitab dan kitab suci mereka adalah Zabur. Yang kedelapan, bahwa mereka adalah orang-orang yang shalat menghadap kiblat kita, shalat kepada para malaikat dan yang kitab sucinya adalah Zabur. Yang kesembilan, bahwa mereka hanyalah hanya sekte dari Ahli Kitab. Yang kesepuluh, bahwa mereka adalah umat yang mengakui bahwa tak ada yang layak disembah selain Allah. Mereka tak melakukan amalan lain kecuali pengakuan ini.
Adapun para Mutakallimun, para praktisi penalaran deduktif, mereka mengatakan bahwa Shabi'in menganut berbagai kepercayaan. Ada yang percaya bahwa selalu ada Pencipta yang selalu menciptakan sesuatu yang pra-abadi. Kebanyakan kaum Shabi'in percaya bahwa alam semesta ini diciptakan dari ketiadaan, dan menyebut planet sebagai malaikat yang mereka sembah dan mereka bangunkan tempat suci untuknya. Mereka mengklaim bahwa Ka'bah adalah salah satu tempat suci yang dipersembahkan bagi planet Saturnus. Yang lain mengklaim bahwa Allah seharusnya hanya diberi sifat penolakan, bukan sifat penegasan, jadi mereka berkata, 'Allah tak diciptakan, tak mati, tak bodoh, dan tak cacat.' Mereka mengatakan bahwa dengan menyatakan ini, akan mencegah penggambaran kesamaan antara Allah dan ciptaan-Nya.
Adapun dalam hal ibadah, mereka mengklaim bahwa mereka beribadah tiga kali sehari. Ibadah pertama terdiri dari delapan raka'at dengan tiga sujud di setiap raka'atnya. Ibadah ini dapat dilakukan kapan saja sebelum matahari terbit. Ibadah kedua dan ketiga, masing-masing terdiri dari lima raka'at.
Mereka juga berpuasa selama satu bulan, mulai tanggal delapan Maret ditambah tujuh hari mulai tanggal sembilan Desember, dan tujuh hari lagi mulai tanggal delapan Februari. Setelah berpuasa, mereka merayakannya dengan bersedekah dan menyembelih hewan.
Bagi mereka, daging unta dilarang. Dan mereka mengklaim bahwa jiwa-jiwa orang yang baik naik ke planet-planet yang stasioner dan menuju cahaya. Adapun jiwa-jiwa orang yang jahat, mereka turun ke bumi dan kegelapan. Diantara mereka ada yang mengklaim bahwa dunia ini tak pernah direbut keberadaannya, dan bahwa pahala dan adzab terjadi melalui reinkarnasi. Iblis telah menipu mereka agar percaya bahwa kesempurnaan dapat dicapai melalui hubungan dengan dunia spiritual atas. Mereka melakukannya dengan bersuci dan mengikuti aturan tertentu. Juga, mereka menyibukkan diri dengan meramal dan menolak kehidupan setelah mati.
Allah juga berfirman,
اِنَّ الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا وَ الَّذِیۡنَ ہَادُوۡا وَ الصّٰبِـُٔوۡنَ وَ النَّصٰرٰی مَنۡ اٰمَنَ بِاللّٰہِ وَ الۡیَوۡمِ الۡاٰخِرِ وَ عَمِلَ صَالِحًا فَلَا خَوۡفٌ عَلَیۡہِمۡ وَ لَا ہُمۡ یَحۡزَنُوۡنَ
"Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang Yahud, Sabi'in dan orang-orang Nasrani, barangsiapa beriman kepada Allah, kepada hari kemudian, dan berbuat kebajikan, maka tak ada rasa khawatir padanya dan mereka tak bersedih hati." - [QS.5:69]
Dalam ayat ini, sebagaimana dikatakan Mujahid, mereka yang beriman, merujuk pada kaum Muslimin, sedang orang-orang Yahud, adalah mereka yang dipercayakan memelihara Taurat, dan para Shabi'in, sebuah sekte dari kaum Nasrani dan Majusi yang tak mengikuti agama tertentu. Adapun orang-orang Nasrani, mereka dikenal dan dipercayakan memegang Injil. Maknanya bahwa jika masing-masing kelompok ini beriman kepada Allah dan Hari Kiamat, yang merupakan Hari Penghakiman dan Perhitungan, dan mengerjakan amal-shalih, yang seharusnya demikian, hendaknya sesuai dengan Syari'at Nabi Muhammad (ﷺ), setelah Nabi Muhammad (ﷺ) diutus untuk semua umat manusia dan jin. Jika ada di antara kelompok-kelompok ini yang mengimani tentang hal ini, maka mereka takkan takut dengan apa yang akan terjadi atau sedih akan kehilangan, dan kenestapaan takkan pernah mempengaruhi mereka.

Dalam ayat lain, Allah berfirman,

اِنَّ الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا وَ الَّذِیۡنَ ہَادُوۡا وَ الصّٰبِئِیۡنَ وَ النَّصٰرٰی وَ الۡمَجُوۡسَ وَ الَّذِیۡنَ اَشۡرَکُوۡۤا ٭ۖ اِنَّ اللّٰہَ یَفۡصِلُ بَیۡنَہُمۡ یَوۡمَ الۡقِیٰمَۃِ ؕ اِنَّ اللّٰہَ عَلٰی کُلِّ شَیۡءٍ شَہِیۡدٌ
"Sesungguhnya orang-orang beriman, orang Yahudi, orang Shabi'in, orang Nasrani, orang Majusi dan orang musyrik, Allah pasti memberi keputusan di antara mereka pada hari Kiamat. Sungguh, Allah menjadi saksi atas segala sesuatu." - [QS.22:17]
Dalam ayat ini, Allah menyampaikan kepada kita tentang para pengikut berbagai agama ini, orang-orang beriman (Muslim) dan yang lainnya seperti Yahud dan Shabi'in. Kita telah membahasnya dan telah mencatat bagaimana ada perbedaan pandangan tentang siapa mereka. Ada juga kaum Nasrani, Majusi dan lainnya yang menyekutukan Allah. Allah akan menghakimi mereka pada Hari Kiamat dengan seadil-adilnya; Dia akan memasukkan mereka yang beriman pada-Nya ke Surga dan akan menjebloskan mereka yang tak beriman pada-Nya ke neraka, karena Dialah Saksi atas perbuatan mereka, dan Dia tahu segala yang mereka ucapkan dan segala yang mereka lakukan secara diam-diam, dan walau mereka menyembunyikannya didalam dada. Wallahu a'lam.
Bersambung ke
[Mengikuti Nenek-Moyang]

Selasa, 27 Agustus 2019

Para Pemuja Api

Sang elang berkata, "Iblis telah memperdaya sebagian manusia agar menyembah api. Ia meyakinkan mereka bahwa api itu, esensi dari segala sesuatu, dan bahwa tanpanya, dunia takkan ada. Penyembahan matahari, juga berasal dari pandangan yang sama. At-Tabari berkata, 'Ketika Qabil membunuh Habil, ia pergi ke Yaman, melarikan diri dari ayah mereka. Iblis mendatanginya dan berkata, 'Api melahap persembahan qurban Habil dan diterima Allah karena Habil sering memuja dan menyembah api. Engkau seharusnya mendirikan rumah untuk penyembahan api. Ia yang pertama membangun rumah seperti itu, dan yang pertama menyembah api.'
Al-Jahiz berkata, 'Zaradusht, yang juga dikenal sebagai Zarathustra atau Zoroaster, Zoroastroanisme pertama, pulang dari Balkh, dan menyatakan bahwa ia telah menerima wahyu saat ia berada di gunung Ceylon. Ia menyampaikan kepada mereka yang tinggal di daerah dingin bahwa adzab bagi mereka, dapat berupa meningkatnya hawa-dingin. Ia menyatakan bahwa ia hanya diutus bagi orang-orang yang tinggal di gunung. Ia membolehkan para pengikutnya menggunakan air seni untuk berwudhu, berzinah dengan ibu mereka, memuliakan api, serta hal-hal yang tak beradab lainnya Ia berkata, 'Allah sendirian untuk waktu yang lama. Dia merenungkan tentang kesepian-Nya, sehingga lblis dihasilkan dari perenungan ini. Allah kemudian ingin membunuh lblis tetapi lblis membela diri. Ketika Allah melihatnya, Dia memutuskan memberinya kesempatan untuk masa sebentar saja.'

Para pemuja api membangun banyak kuil. Yang pertama mendesain kuil adalah Afridon. Ia mendirikan sebuah kuil di Tus dan yang lainnya di Bukhara. Bahman membangun satu di Sijjistan. Zaradusht merencanakan agar para pengikutnya percaya bahwa api turun dari surga untuk memakan sesuatu yang mereka korbankan. Ia meletakkan seekor hewan yang akan dikorbankan di dalam rumah dimana ada cermin besar. Ia mengelilingi hewan itu dengan kayu bakar dan menuangkan belerang di atasnya, Ia membuat celah di dinding agar sinar matahari bisa masuk, dipantulkan oleh cermin menuju kayu bakar. Ketika api mulai menyala, Zaradusht memerintahkan para pengikut-nya agar tak mematikannya.
Yahya bin Bisyr al-Nahawandi berkata, 'Raja Zoroastronian pertama adalah Komorth, kemudian bermunculan banyak orang yang mengaku sebagai Nabi termasuk Zaradusht, ia orang yang paling dikenal di antara mereka.
Mereka menyatakan bahwa tuhan adalah sebuah makhluk spiritual yang muncul tiba-tiba, dan dengan kemunculannya itu, diikuti pula dengan munculnya makhluk spiritual suci lainnya. Ketika hal ini terjadi, tuhan berpikir, 'Tak ada yang bisa menciptakan makhluk ini.' Dari pemikiran ini, berkembanglah kegelapan karena mensyaratkan penolakan kemampuan orang lain. Maka kegelapan ini mulai berperang melawan tuhan.
Zaradusht mewajibkan penyembahan api, serta berdoa kepada matahari karena matahari adalah pemilik dunia, seperti yang mereka pahami, matahari adalah pembawa siang, pengganti malam, yang menghidupkan tanaman dan hewan, dan pembangkit panas.

Mereka tak pernah menguburkan jenazah ke dalam perut Bumi, karena menganggap segala makhluk hidup tumbuh darinya. Mereka juga tak pernah menggunakan air untuk mandi karena memuliakannya, sebagai sumber dari segala kehidupan. Mereka menggunakan urin sapi dan tak pernah meludahinya.
Mereka melarang membunuh atau menyembelih hewan, dan mereka biasa mencuci muka dengan air urin sapi untuk mendapatkan berkah. Selain itu, mereka menganggap diperbolehkan bagi seorang lelaki berzinah dengan ibunya dengan alasan bahwa seorang anak laki-laki paling layak memenuhi dorongan seksual ibunya. Dan setiap kali seorang lelaki meninggal, putranya mengambil alih jandanya. Mereka juga membolehkan seorang lelaki menikahi seratus atau seribu wanita. Dan ketika seorang wanita berwudhu saat masa haidhnya, ia harus pergi ke kuil, membayar satu dinar kepada penjaga api, yang akan membawanya dan memandikannya dengan jari telunjuknya.
Mazdak menyebarkan perilaku buruk ini selama masa pemerintah Qubath. Ia membolehkan seorang wanita berzinah dengan siapapun yang mereka kehendaki, dan Mazdak pernah berzinah dengan istri-istri Qubath untuk mencontohkannya kepada masyarakat. Ia juga membolehkan orang memakan daging hewan mati. Ketika Anusyarwan berkuasa, ia menghapus Mazdakisme.

Zoroastroanisme meyakini bahwa dasar Bumi tak berbatas, bahwa langit dibangun dari sayap setan, bahwa guntur adalah suara yang dibuat oleh alat yang terperangkap di belahan bumi atas. Para ahli mengatakan bahwa Zoroastrianisme dulu memiliki kitab suci, namun kitab-kitab ini hilang karena apa yang telah mereka perkenalkan ke dalam agama mereka.
Tipu-daya Iblis yang paling konyol kepada para Zoroastorian adalah meyakinkan mereka bahwa seorang yang berbuat baik, takkan pernah berbuat kejahatan, jadi, hal ini membuat mereka percaya bahwa ada dua tuhan, satu tuhan yang bercahaya bijak, yang hanya berbuat baik, dan yang lain, setan kegelapan dan hanya melakukan kejahatan. Ada diantara mereka yang percaya bahwa Sang Pencipta itu, sudah sangat renta dan hanya berbuat baik, dan bahwa iblis masih muda, dan hanya melakukan perbuatan jahat.
Al-Nubakhti mengatakan bahwa ada Zoroastrian yang mengklaim bahwa Sang Pencipta pernah meragukan sesuatu, sehingga iblis dihasilkan dari keraguan ini. Yang lain mengklaim bahwa Tuhan dan iblis adalah makhluk kuno (pra-abadi) dengan ruang besar di antara mereka berdua. Dan bahwa dunia ini sangat suci hingga Iblis menembus langit bersama dengan tentaranya dan bahwa Tuhan melarikan diri dari mereka dengan para malaikat-Nya dan bertarung dengan mereka selama tiga ribu tahun. Ini hanyalah beberapa dari banyak halusinasi mereka yang tak perlu kuta diskusikan, hanya membuang waktu.
Yang aneh, mereka menegaskan bahwa Sang Pencipta itu, baik dan suci, namun menyatakan bahwa Dia penya pemikiran yang mengerikan!
Iblis memperdaya para Brahmana, sebagian orang-orang India dan lainnya, agar menolak kenabian dan menghalangi jalan mereka kepada Allah. Orang-orang India berbeda pendapat. Ada dari mereka yang sekuler, yang lain, dualis, yang lain mengikuti Brahmana dan yang lain hanya percaya pada risalah Nabi Adam dan Ibrahim, alaihimassalam.
Abu Muhammad al-Nubakhti menyatakan dalam bukunya 'Opini dan Pengkultusan' bahwa ada Brahmana India yang meyakini adanya Pencipta, rasul, surga dan neraka. Dan mereka percaya bahwa nabi mereka adalah malaikat yang datang kepada mereka dalam bentuk manusia tanpa kitab suci. Ia memiliki empat tangan dan dua belas kepala: kepala manusia, kepala singa, kepala kuda, kepala gajah, kepala babi dan sebagainya. Mereka menyatakan bahwa ia memerintahkan mereka agar memuliakan api dan melarang mereka membunuhnya dan makan dari binatang apapun yang tak disembelih atas nama api. Ia juga melarang mereka berbohong dan minum minuman keras. Namun, ia membolehkan mereka berzina, dan memerintahkan mereka agar menyembah sapi. Siapapun yang meninggalkan agamanya dan kemudian kembali ke sana, kepalanya, janggutnya, alis dan bulu matanya dicukur, dan harus membungkuk dihadapan sapi.

lblis telah menjebak beberapa Brahmana India agar membakar diri mereka sendiri sebagai bentuk mendekatkan diri kepada tuhan. Apa yang mereka lakukan, mereka menggali parit, dan masyarakat berkumpul di sekitarnya. Kemudian orang yang akan membakar dirinya, datang memakai parfum. Mereka memukul gendang dengan melantunkan "kabar gembira bagi jiwa yang telah melekat pada surga." Ia menjawab, "Semoga pengorbanan ini diterima dan semoga upahku adalah surga." Lalu ia duduk di dalam parit yang terbakar. Setelah itu, jika ia berusaha melarikan diri, orang-orang akan menghalanginya sampai ia kembali ke api itu lagi.
Ada juga diantara mereka yang menyembah air, mengklaim bahwa air itu, sumber kehidupan. Mereka bersujud ke air. Dan ada diantara dari mereka yang melompat ke api lalu masuk ke air. Mereka terus melakukannya sampai mereka mati. Ada diantara mereka mati kelaparan dan kehausan. Pertama-tama, mereka kelemahan, kemudian kehilangan kemampuan berbicara, kemudian kehilangan akal sehat mereka, dan mati. Yang lain berkeliaran sampai mereka mati, yang lain menenggelamkan diri, dan yang lain lagi tak mau berhubungan-intim dengan wanita, dan hanya menutupi bagian pribadi mereka.
Yang aneh, orang-orang ini dianggap sebagai sumber kebijaksanaan. Mahasuci Dia Yang membutakan hati mereka hingga Iblis dapat menguasai mereka dengan cara ini.

Iblis juga menipu manusia agar menyembah bulan, ia juga menjerat yang lain agar menyembah bintang-bintang. Ibnu Qutaibah berkata, 'Selama masa Jahiliyah, ada orang yang menyembah Sirus (Syi'ra). Mereka terpesona olehnya. Yang pertama menyembahnya, yang keluar dari suku Quraisy adalah Abu Kabsyah. Ketika Rasulullah (ﷺ) mengajaknya menyembah Allah dan meninggalkan berhala, mereka menyebutnya: putra Abu Kabsyah. Artinya keduanya sama-sama menentang orang Quraisy. Ada dua nama bintang, satu yang terletak di rasi Canis Major, yang lain di rasi Canis Minor, yang saling berhadapan; di antara keduanya adalah Galaxy. Canis Minor milik lengan yang terentang di konstelasi Singa, sedangkan Canis Mayor adalah Gemini.

Abu Muhammad Al-Nubakhti mengatakan bahwa ada orang yang mempercayai bahwa benda langit itu, pra-abadi tanpa pencipta. Yang lain mengklaim Saturnus sebagai satu-satunya planet pra-abadi. Mereka mengklaim bahwa benda-benda langit tidak memiliki panas, dingin, rapuh atau kelembutan, dan bahwa mereka tak berat maupun ringan. Yang lain mengklaim bahwa planet terbuat dari awan yang dinyalakan pada malam hari dan berubah pada siang hari. Mereka mengklaim bahwa bulan terbuat dari api dan udara.
Ada yang menyatakan bahwa planet terbuat dari air, angin dan api, dan bahwa mereka adalah bola yang bergerak dari Timur ke Barat dan Barat ke Timur. Mereka menyatakan bahwa Saturnus menyelesaikan siklus mengelilingi matahari dalam waktu sekitar tiga puluh tahun, Yupiter dalam dua belas tahun, Mars selama dua tahun, serta Matahari, Venus dan Merkurius dalam satu tahun. Bulan menyelesaikan siklusnya dalam tiga puluh hari.
Ada yang menyatakan bahwa ada tujuh planet: yang terdekat dengan kita, yakni bulan, kemudian Merkurius, Venus, Matahari, Mars, Jupiter, dan Saturnus. Planet lainnya bersifat stasioner.

Praktisi Astronomi memperkirakan ukuran planet. Yang terbesar adalah matahari, seratus enam puluh enam kali ukuran Bumi. Planet-planet stasioner masing-masing berukuran sembilan puluh empat kali ukuran Bumi. Yupiter delapan puluh dua kali ukuran Bumi dan Mars, satu setengah kali ukuran Bumi.
Ada yang menyatakan bahwa ada kehidupan di masing-masing planet. Dan bintang-bintang itu hidup dan aktif. Ada bintang yang melakukan perbuatan baik dan jahat sesuai dengan sifat keberuntungan atau kemalangan mereka, dan mereka mempengaruhi kehidupan manusia.

Iblis telah memperdaya diantara manusia agar mempercayai adanya reinkarnasi jiwa, dan bahwa jiwa orang yang berbuat baik meninggalkan tubuh mereka pada saat kematian, lalu merasuki tubuh orang baik lagi. Sementara jiwa-jiwa pelaku kejahatan keluar dari tubuh mereka untuk merasuk kembali ke tubuh jahat. Keyakinan ini menjadi lazim selama masa Fir'aun.
Abu'l-Qasim al-Balkhi menyatakan bahwa ketika ada orang yang melihat anak-anak dan hewan mengalami rasa sakit atau menderita, mereka akan menyimpulkan bahwa rasa sakit akibat malapetaka ini pastilah karena dosa yang dilakukan pada kehidupan sebelumnya.
Abu Bakar Ibnu al-Pallas berkata, 'Aku pernah mengunjungi seseorang yang dulunya penganut Syi'ah, ia kemudian menjadi penganut yang percaya pada reinkarnasi. Ia mengelus-elus seekor kucing hitam di antara kedua mata kucing itu. Kucing itu meneteskan air mata dan lelaki itu membelainya sambil menangis. Aku bertanya kepadanya, 'Mengapa kamu menangis?' Ia menjawab, "Kucing ini menangis setiap kali aku mengelusnya." Ini pasti ibuku yang menangis karena sedih ketika ia melihatku. Lalu ia mulai berbicara pada kecing itu seolah ia mengerti apa yang ia katakan. Kucing itu terus saja mengeong, maka aku bertanya kepadanya, "Mengertikah kucing itu pada apa yang kamu katakan padanya?" Ia menjawab, "Ya." Aku merespon, 'Mengertikah kamu pada apa yang diucapkannya?' Ia berkata, 'Tidak.' Maka aku berkata, 'Kalau begitu, kamulah yang bereinkarnasi, dan kucing itu manusia.'

Iblis memperdaya manusia yang lain agar menyembah malaikat dan menyatakan mereka sebagai putri-putri Allah. Maha Tinggi Allah!. Yang lain tertipu menyembah kuda dan sapi. As-Samiri adalah orang yang menyembah seekor anak sapi. Itulah mengapa ia membuat patung anak sapi. Dari beberapa penafsir Al-Qur'an, memberitahu kita bahwa Firaun itu, penyembah uang.
Di antara semua ini, tiada yang menggunakan kecerdasannya atau menggunakan akalnya untuk merenungkan apa yang ia lakukan. Kita memohon kepada Allah semoga menyelamatkan kita di dunia ini dan di Akhirat kelak. Wallahu a'lam.
Bersambung ke
[Orang Shabi'in]

Jumat, 23 Agustus 2019

Al-Jahiliyah

Sang elang melanjutkan, "Segala bentuk jeratan Iblis disebabkan oleh penolakan intelektual dan hanya mengandalkan indera. Melalui cara ini, Iblis membujuk banyak manusia agar menyembah berhala dan menjadikan intelek mereka benar-benar tercela. Ia meyakinkan bahwa berhala-berhala itu, adalah tuhan itu sendiri. Ada juga yang lain - dengan menggunakan inteleknya - menolak pendapat ini, namun iblis menipu mereka dengan membuat mereka beranggapan bahwa dengan menyembah berhala-berhala itu, dapat membuat mereka lebih dekat kepada Sang Pencipta. Allah berfirman,
اَلَا لِلّٰہِ الدِّیۡنُ الۡخَالِصُ ؕ وَ الَّذِیۡنَ اتَّخَذُوۡا مِنۡ دُوۡنِہٖۤ اَوۡلِیَآءَ ۘ مَا نَعۡبُدُہُمۡ اِلَّا لِیُقَرِّبُوۡنَاۤ اِلَی اللّٰہِ زُلۡفٰی ؕ اِنَّ اللّٰہَ یَحۡکُمُ بَیۡنَہُمۡ فِیۡ مَا ہُمۡ فِیۡہِ یَخۡتَلِفُوۡنَ ۬ؕ اِنَّ اللّٰہَ لَا یَہۡدِیۡ مَنۡ ہُوَ کٰذِبٌ کَفَّارٌ
"Ingatlah! Hanya milik Allah agama yang murni (dari syirik). Dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Dia (berkata), “Kami tak menyembah mereka melainkan (berharap) agar mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya.” Sungguh, Allah akan memberi putusan di antara mereka tentang apa yang mereka perselisihkan. Sungguh, Allah tak memberi petunjuk kepada pendusta dan orang yang sangat ingkar." - [QS.39:3]
Kenari bertanya, "Kapankah dimulainya muslihat Iblis atas penyembahan berhala itu?" Elang berkata, "Muhammad bin al-Sa'ib al-Kalbi berkata, 'Berhala pertama kali disembah ketika Nabi Adam, alaihissalam, wafat, putra-putra Nabi Syith bin Adam meletakkan jazadnya di dalam gua di gunung "Buth" dimana Nabi Adam pertama kali turun. Gunung itu, gunung yang paling subur di bumi." Ibnu Abbas, radhiyallahu 'anhu, berkata,' Anak-anak Syith pernah mengunjungi jasad Nabi Adam di gua untuk memuliakan dan memohon rahmat Allah kepadanya. Seorang putra dari Qabil berkata, 'Wahai putra-putra Qabil! Putra-putra Syith memiliki sesuatu yang mereka muliakan dan kitari, sementara kalian tak punya hal sedemikian itu.' Maka Setan mengukirkan patung untuk mereka puja. Merekalah yang pertama kali melakukan perbuatan ini."

Muhammad bin al-Sa'ib al-Kalbi berkata, 'Wadd, Suwa, Yaghuth, Ya'uq dan Nasr, adalah orang-orang shalih. Mereka semua wafat dalam waktu satu bulan sehingga kerabat mereka meratapi mereka. Salah seorang anak Qabil berkata, 'Wahai manusia! Aku dapat membuat lima patung agar terlihat seperti orang yang telah meninggal, kecuali bahwa aku takkan dapat meniupkan ruh ke dalamnya. Mereka setuju, maka iapun memahat lima patung untuk mereka, dan kerabat masing-masing dari lima orang itu, memuliakan dan mengitarinya. Generasi yang datang selanjutnya, lebih mengagung-agungkan patung-patung itu. Kemudian anggota generasi ketiga berkata, 'Para pendahulu kami mengagungkan patung-patung ini karena mereka berharap agar dapat bersyafaat dengan Allah,' maka generasi ketiga inipun menyembah patung-patung itu, dan hal ini makin menjadi-jadi dan kekufuranpun semakin menggila. Allah Subhanahu wa Ta'ala mengutus Nabi Idris, alaihissalam, untuk menyeru mereka kembali ke jalan-Nya, namun mereka menyebutnya sebagai pembohong, maka Allah kemudian mengangkat Nabi Idris ke tempat yang tinggi. Kekufuran semakin bertambah parah hingga Allah mengutus Nabi Nuh, alaihissalam, sebagai seorang Rasul pada usia empat ratus delapan puluh tahun. Ia menyeru mereka kembali ke jalan Allah selama seratus dua puluh tahun, namun mereka tak mau menaatinya dan menggelarinya pembohong. Allah memerintahkan Nabi Nuh agar membuat Bahtera. Ia berusia enam ratus tahun ketika ia naik ke atasnya dan banyak orang yang tenggelam. Nabi Nuh tetap hidup selama tiga ratus lima puluh tahun setelah itu. Total waktu antara Nabi Adam dan Nabi Nuh adalah dua ribu dua ratus tahun. Air-bah membawa berhala-berhala itu ke tanah Yuddah dan ketika air surut, angin membawa pasir yang menutupi berhala-berhala itu.'

Malik bin Haritsah berkata bahwa ia melihat patung Wadd. Ia mengatakan bahwa ayahnya dulu mempersembahkan susu untuknya dan berkata kepadanya, "Berikan kepada majikanmu untuk minum." Ia berkata, "Kemudian aku melihat Khalid bin Walid menghancurkannya menjadi serpihan-serpihan kecil." Rasulullah (ﷺ) memerintahkan Khalid bin Walid, radhiyallahu 'anhu, setelah pertempuran Tabuk untuk menghancurkan berhala ini, tetapi anak-anak 'Abdul Wadd dan anak-anak 'Amir berusaha mencegahnya. Ia bertarung dan mengalahkan mereka, kemudian menjatuhkan patung itu dan menghancurkannya.

Al-Kalbi berkata, 'Aku meminta Malik bin Haritsah agar mendeskripsikan patung Wadd untukku secara terperinci seolah-olah aku sedang melihatnya. Ia berkata, "Patung itu sebesar manusia. Ia memiliki dua jubah yang terukir padanya, satu di bagian atas tubuhnya dan yang lain di bagian bawah. Ia memiliki pedang di sisinya, busur di bahunya dan tombak dengan panji yang melekat padanya. Ia juga membawa kantongan dengan panahnya. " Kata Wadd bermakna cinta.
Suku Muqar bin Nizar menerima ajakan 'Amr bin Luhay, maka 'Amr memberikan patung Suwaa' kepada al-Harits bin Tamim. Ia meletakkannya di tanah Ruhat, sehingga para anggota Muqar menyembah patung itu.
Dan suku Mitshij juga menerima ajakan 'Amr, maka ia memberikan Yaghuth kepada An'am bin' Amr al-Muradi. Ia meletakannya di Akamah, Yaman, agar disembah oleh para anggota suku Mutshij dan sekutunya. Dan suku Hamdan juga menerima ajakan 'Amr, maka ia memberikan Ya'uq kepada Malik bin Marthad bin Jasym. Ia menempatkannya di sebuah desa bernama Jaiwan, agar disembah oleh para anggota suku Hamdan dan sekutunya dari Yaman. Dan suku Himyar juga menerima anjuran 'Amr, maka ia memberikan Nasr ke Ma'di Karib. Ia mengaturnya sebagai tempat yang disebut Balkha 'dari tanah Saba', agar disembah oleh para anggota suku Himyar dan sekutunya. Mereka terus menyembahnya sampai Dzul-Nuwas menjadikan mereka orang Yahudi. Semua berhala ini terus disembah sampai Allah mengutus Rasulullah (ﷺ) dan beliau (ﷺ) memerintahkan agar berhala-berhala itu dihancurkan."

Kenari bertanya, "Siapakah Amr bin Luhayy ini?" Elang berkata, "Muhammad Al-Kalbi berkata, 'Ketika Nabi Ismail, alaihissalam, menetap di Mekah, ia dianugerahi banyak keturunan sehingga mereka mengisi Mekah dan mengusir para rasaksa darinya. Jumlah mereka begitu banyak sehingga perang dan perpecahan terjadi di antara mereka, ada yang meninggalkan Mekah untuk mencari rezeki dan biasanya membawa serta batu-batu dari Mekah dengan cinta dan rasa hormat, dan sebagai suvenir, mereka biasa mengitari batu-batu ini seperti yang mereka lakukan pada Ka'bah. Mereka tak menyembah batu-batu itu, dan terus mengunjungi Mekah untuk berhaji dan umrah, sebagaimana warisan nenek moyang mereka, Nabi Ibrahim dan Ismail, alaihimassalam, dan dengan berjalannya waktu, mereka mulai menyembah batu-batu itu hingga menjadi agama yang keluar dari millah Nabi Ibrahim dan Ismail.

Mereka menyembah berhala dan mencontoh cara-cara kaum sebelumnya. Mereka menggali berhala yang telah disembah oleh kaum Nabi Nuh, tetapi juga tetap mempraktikkan beberapa ajaran Nabi Ibrahim dan Ismail, seperti menghormati Ka'bah, mengitarinya, melaksanakan Haji dan Umroh, diam di 'Arafah, dan menginap Muzdalifah, berqurban dan membaca talbiyah. Yang pertama mengubah millah Ismail dan mendirikan patung-patung itu adalah 'Amr bin Luhayy, pemimpin Khuza'ah. Ia menguasai Ka'bah dengan paksa. Suatu hari, ia jatuh sakit dan disarankan agar mengunjungi air mancur air panas di Syam. Ia pergi ke sana, mandi di dalamnya dan sehat kembali. Ia memperhatikan bahwa penduduk Syam menyembah berhala. Ia bertanya, "Apa ini?" Mereka menjawab, "Kami menggunakan patung-patung ini untuk berdoa agar turun hujan dan menang atas musuh." Ia meminta agar mereka memberinya beberapa berhala, merekapun memberinya. Ia membawa berhala-berhala itu pulang ke Mekah dan menempatkannya di sekitar Ka'bah. Beginilah cara orang Arab mulai mempraktikkan penyembahan berhala. Rasulullah (ﷺ) bersabda, "Neraka dinaikkan untukku (untuk melihatnya). Di dalamnya, aku melihat 'Amr bin Luhayy, lelaki berkulit kemerahan yang pendek. Ia menyeret ususnya. Aku bertanya, 'Ini siapa? ' Aku diberi tahu, 'Inilah' Amr bin Luhayy, yang pertama kali mendirikan Bahirah, Wasilah, Sa'ibah, dan Ham. 'Dia mengubah millah Ismail dan mengajak bangsa Arab menyembah berhala."
 
Berhala yang paling kuno adalah Manat. Berhala ini diberdirikan di pantai Laut Merah antara Mekah dan Madinah. Orang-orang Arab biasa memuliakannya, dan suku-suku Al-Aus, Al-Khazraj dan siapapun yang dulu tinggal di Madinah atau Mekah dan sekitarnya, mereka dulu memuliakan, mempersembahkan qurban, dan memberikan persembahan untuknya. Tak ada suku yang memuliakannya lebih dari Al-Aus dan Al-Khazraj. Kedua suku ini biasa melakukan semua ritual haji seperti yang dilakukan orang lain, kecuali bahwa mereka tak mencukur rambut sampai mereka tiba di patung Manat. Kemudian mereka singgah di sana untuk sementara waktu, percaya bahwa haji mereka takkan lengkap jika tak melakukannya. Manat milik suku Hudzail dan Khuza'ah. Rasulullah (ﷺ) memerintahkan 'Ali, radhiyallahu' anhu, menghancurkannya di tahun ke 8 setelah penaklukan Mekkah.

Orang-orang Arab juga menjadikan al-Lat sebagai dewi. Al-Lat terletak di Ta'if dan lebih baru dibanding Manat. Patung batu ini berbentuk kubus dan para penyembahnya berasal dari suku Thaqif. Mereka membangun sebuah rumah di sekitarnya. Suku Quraisy dan semua orang Arab terus memuliakannya sampai orang-orang Thaqif memeluk Islam. Rasulullah (ﷺ) memerintahkan al-Mughirah bin Syu'bah, radhiyallahu 'anhu, menghancurkan dan membakarnya.

Yang lebih baru dibanding al-Lat adalah patung seorang dewi bernama al-'Uzza. Ibnu Abbas berkata, 'Al-'Uzza adalah setan perempuan yang sering mengunjungi tiga pohon samurah di lembah Nakhlah. Setelah membebaskan Mekah, Rasulullah Allah (ﷺ) memerintahkan Khalid bin al-Walid ke sana. Ketika Khalid mendekati pohon-pohon itu, ia menemukan seorang wanita dengan rambut berantakan yang tangannya di pundaknya. Di belakangnya ada pelayannya Dubayyah al-Sulami.' Khalid berkata (dengan berpuisi), "Kamu lebih pantas disangkali bukan dimuliakan, karena aku telah menyaksikan bahwa Allah telah menghinakanmu." Kemudian ia memukul kepalanya, membunuh pelayannya dan menebang pohonnya. Ketika ia menyampaikan kepada Rasulullah (ﷺ) tentang apa yang telah terjadi, beliau (ﷺ) bersabda, 'Itu al-'Uzza, takan ada lagi' Uzza untuk orang Arab.'

Suku Quraisy juga punya berhala yang terletak di dalam Ka'bah dan sekitarnya. Berhala terbesar bagi mereka adalah Hubal. Berhala ini terbuat dari ruby merah dalam bentuk manusia dengan tangan kirinya rusak. Suku Quraisy kemudian membuat tangan emas untuk melengkapi tangan yang patah. Yang pertama mendudukkannya di dalam Ka'bah adalah Khuzaimah bin Mudrikah bin Ilyas bin Muqar. Di depannya ada tujuh cangkir. Di dalam salah satu cangkir tertulis "Tak Bersalah" dan di dalam cangkir yang lain tertulis "Bersalah". Ketika mereka meragukan keabsahan seorang anak, mereka biasanya memberi persembahan kepada Hubal dan mencabut undian di antara kedua cangkir itu. Jika hasilnya "Tak Bersalah", mereka akan menyatukannya dengan ayahnya, dan jika hasilnya "Bersalah", mereka akan menolak anak itu. Mereka biasa melakukan hal serupa saat melakukan upaya yang besar. Selama pertempuran Uhud, Abu Sufyan berkata, "Termuliakanlah Hubal!', Artinya: semoga agamamu tinggi. Rasulullah (ﷺ) bersabda, "Allah Maha Tinggi dan Maha Mulia."

Orang-orang Arab punya dua berhala lagi, Isaf dan Na'ilah. Ibnu 'Abbas berkata, 'lsaf adalah seorang lelaki dari suku Jurhum yang jatuh cinta pada seorang wanita dari suku yang sama, Na'ilah. Mereka berdua datang untuk melakukan haji dan berzinah di dekat Ka'bah. Sebagai hukuman dari Allah, mereka berubah menjadi dua buah patung batu. Kemudian mereka ditempatkan di dekat Ka'bah agar mereka menjadi contoh bagi orang lain. Kemudian orang-orang menyembah mereka bersama dengan berhala lain di sekitar Ka'bah.
Ada lagi berhala lain, Dzul-Kalasah. Patung batu putih besar ini, bermahkota seperti ukiran di atasnya. Berhala ini diletakkan antara Mekah dan Yaman, dimuliakan oleh suku-suku Khath'am dan Bajilah. Rasulullah (ﷺ) memberitahu Jarir, "Maukah engkau membebaskanku dari Dzul-Kalasah?" Maka iapun melawan para penyembahnya, menghancurkan rumah yang dibangun di sekitarnya dan membakarnya.
Suku Daus menyembah berhala bernama Dzul-Kaffain. Setelah mereka memeluk Islam, Rasulullah (ﷺ) memerintahkan al-Tufail bin 'Amr, radhiyallahu' anhu, membakarnya. Bani al-Haritz bin Yasykur menyembah berhala bernama Dzu'l-Syara, dan suku-suku lain memiliki al-Aqyasir, Nuhm, Su'air, dan al-Fals.

Setiap rumah tangga di Mekah, punya berhala yang mereka sembah. Ketika diantara mereka memulai sebuah perjalanan, hal terakhir yang akan ia lakukan adalah mengusap patung itu. Dan ketika ia kembali, hal pertama yang akan ia lakukan adalah mengusapnya. Mereka yang tak memiliki rumah, akan mendirikan batu dan berputar-putar di sekelilingnya. Jenis-jenis berhala ini disebut al-Ansab.
Ketika diantara mereka beristirahat di tengah perjalanan, mereka biasanya mengambil empat batu, dan menjadikan yang terbaik sebagai induknya. Tiga lainnya akan digunakan untuk menopangnya. Ketika melanjutkan perjalanan, ia akan meniggalkan keempat batu itu, dan mengambil empat batu baru di tempat istirahat berikutnya.
Ketika Rasulullah (ﷺ) menaklukkan Mekah, beliau menggunakan busurnya menusuk berhala yang mengelilingi Ka'bah, di mata dan wajah mereka; seraya mengucapkan,

وَقُلْ جَآءَ ٱلْحَقُّ وَزَهَقَ ٱلْبَٰطِلُ ۚ إِنَّ ٱلْبَٰطِلَ كَانَ زَهُوقًا
"Dan katakanlah, 'Kebenaran telah datang dan yang batil telah lenyap.” Sungguh, yang batil itu pasti lenyap.'" - [QS.17:81]
Kemudian beliau memerintahkan berhala-berhala itu dihempaskan tertelungkup, kemudian dikeluarkan dari Masjid dan dibakar.

lblis memperdaya orang-orang Jahiliyyah dengan sesuatu yang menyangkut penyembahan berhala. Bentuk penipuannya yang terburuk adalah meniru nenek moyang mereka tanpa merenungkan bukti-bukti yang benar. Penipuan Iblis yang lain di masa Jahiliyyah, adalah menjadikan manusia berpaham sekuler. Sebagian dari mereka menyangkal adanya Sang Pencipta dan Hari Kiamat. Sebagian yang lain percaya ada Sang Pencipta, namun tak mempercayai adanya rasul dan hari Kiamat, sedang yang lainnya mengklaim malaikat sebagai anak perempuan Allah. Yang lain terombang-ambing oleh paham Yudaisme dan Zoroastrianisme, seperti suku Tamim.
Orang Arab di masa itu, juga mempercayai syubhat. Mereka percaya bahwa jika mereka mengikat seekor kuda di sebelah makam orang mati sampai kuda itu mati, maka ia akan dibangkitkan menunggang kuda itu. Jika tidak, ia akan dibangkitkan berjalan.
Sebagian besar dari mereka melanjutkan kesyirikan, dan hanya sedikit yang menganut monoteisme dan menolak berhala; diantaranya adalah Quss dan Zayd. Orang-orang Jahilliyyah terus memperkenalkan bid'ah, dalam banyak hal, seperti Al-Nasa', yang membuat bulan-bulan suci tanpa cacat untuk alasan praktis, dan sebaliknya. Sejak zaman Nabi lbrahim, alaihissalam, orang Arab menganggap berdosa bila berperang dalam empat bulan suci. Namun, jika mereka perlu berperang selama masa itu, mereka biasa menyatakan sah-sah saja melakukannya dan menetapkan bulan Safar untuk disakralkan tahun itu sebagai pengganti bulan yang mereka nyatakan tidak sakral.

Mereka menetapkan bahwa hanya lelaki yang boleh menjadi ahli waris, kaum wanita tidak boleh. Dan setiap kali salah seorang darinya meninggal, kerabat terdekat berhak menikahi istrinya. Mereka juga percaya pada Bahira, jika seekor unta melahirkan lima kali berturut-turut, kali kelima seekor betina, akan diiris dan dibelah telinganya, dan akan melanggar hukum bagi perempuan bila menungganginya. Saibah, unta diperbolehkan bebas, tak ditunggangi atau diperah. Wasilah, seekor domba, yang melahirkan tujuh kali, dan entah yang ketujuh itu jantan atau betina, mereka akan mengatakan: 'ia telah gabung (wasalat) saudaranya' dan takkan disembelih, dan hanya boleh digunakan oleh kaum lelaki dan tak boleh oleh perempuan; namun ketika domba itu mati, baik lelaki maupun perempuan, dibolehkan meminum susunya. Ham, unta jantan yang dapat membuntingkan unta betina sepuluh kali; setelah itu mereka akan berkata. 'ia telah melindungi (hama) kemaluannya,' dan unta itu akan dilepaskan untuk berhala-berhala mereka, dan tak dipekerjakan membawa beban.
Mereka mengklaim bahwa Allah memerintahkan mereka melakukan semua ini.

Iblis lebih lanjut membujuk mereka agar membunuh anak-anak mereka, sehingga diantara mereka ada yang membunuh putrinya dan memberi makan anjingnya. Dan Iblis juga memperdaya orang-orang Arab agar percaya bahwa: seandainya Allah tak mengizinkan, kita takkan menyekutukannya. Maksudnya adalah: jika Dia tak menyetujui kesyirikan kita, Dia akan mencegah kita darinya. Mereka melekatkan diri pada kehendak Allah dan mengabaikan perintah-Nya. Kehendak Allah meliputi segala makhluk, dan perintah-Nya tak meliputi segala yang Dia kehendaki. Jadi tak ada yang diperbolehkan menggunakan kehendak Allah sebagai alasan saat perintah telah ditetapkan.
Memang banyak doktrin konyol yang mereka ada-adakan. Akan membuang waktu mencatatnya, dan takkan sulit menyanggahnya.

Lihatlah bagaimana Setan memperdaya orang-orang ini. Ia mengambil intelek mereka dan membuat mereka mengukir tuhan-tuhan mereka dengan tangan mereka sendiri. Allah Subhanhu wa Ta'ala, mengutuk berhala mereka dengan cara yang halus,

اَلَہُمۡ اَرۡجُلٌ یَّمۡشُوۡنَ بِہَاۤ ۫ اَمۡ لَہُمۡ اَیۡدٍ یَّبۡطِشُوۡنَ بِہَاۤ ۫ اَمۡ لَہُمۡ اَعۡیُنٌ یُّبۡصِرُوۡنَ بِہَاۤ ۫ اَمۡ لَہُمۡ اٰذَانٌ یَّسۡمَعُوۡنَ بِہَا ؕ قُلِ ادۡعُوۡا شُرَکَآءَکُمۡ ثُمَّ کِیۡدُوۡنِ فَلَا تُنۡظِرُوۡنِ
"Punyakah mereka (berhala-berhala) itu, kaki untuk berjalan, atau tangan untuk memegang dengan keras, atau mempunyai mata untuk melihat, atau mempunyai telinga untuk mendengar? Katakanlah (Muhammad), “Panggillah (berhala-berhalamu) yang kamu anggap sekutu Allah, kemudian lakukanlah tipu daya (untuk mencelakakan)ku, dan jangan kamu tunda lagi." - [QS.7:195]
Ini bermakna, seolah-olah Allah menunjuk pada manusia seraya berfirman, kalian semua berjalan, memegang sesuatu, melihat dan mendengar. Namun, berhala-berhala itu, tak dapat melakukannya. Mereka benda mati. Lalu, bagaimana mungkin manusia yang lebih mulia, menyembah benda mati yang lebih rendah darinya?
Andai mereka merenungkan dengan baik, mereka akan sadar bahwa Allah-lah Yang menciptakan, dan Dia tak diciptakan, Dialah yang menggubah, tetapi Dia tak digubah, dan segala sesuatu bergantung hanya kepada-Nya dan Dia tak bergantung pada siapa atau apapun. Seseorang hendaknya menyembah yang menciptakannya, bukan apa yang ia ciptakan. Mereka yang beranggapan bahwa berhala itu mampu menjadi penghubung dengan Allah, tak lain hanyalah mirat yang tak berdasar. Wallahu a'lam.
Bersambung ke
[Para Pemuja Api]

Selasa, 20 Agustus 2019

Talbis dan Ghurur

Sang kenari, dengan suaranya yang merdu, bermadah,

Tersebutlah Lily, sang anak-dara
Risau 'kan dunia lawah
Ia tumbuh dibalik tembok puri
Seringkali, ia berusaha melarikan-diri
Dan kemudian, saat melingsirnya mentari
Ia bergegas masuk kedalam jenggala
Gamang, sendiri saja
Mereka mengingatkan, "Jangan ke sana!
Ada makhluk yang bersembunyi dalam gelita"
Lalu ada sesuatu yang melata
Seraya berkata, "Jangan kau jeri!
Ikut saja kemana kupergi!
Ke puncak gunung atau lereng jabal
'Kan kuberi s'gala yang kau khayal
Biarkan kumasuk!
Segala hasratmu 'kan menjadi cerita asyik yang pernah kau dengar
Dan kaukan aman dibawah kekangku
Biarkan kumasuk! *)

Lalu ia berkata, "Wahai elang, lanjutkanlah!" Sang elang berkata, "Wahai saudara-saudariku, ketahuilah bahwa qalbu itu, ibarat benteng berpagar yang dijaga ketat oleh para malaikat. Pagar itu memiliki pintu dan bercelah-celah. Akal-budi kita, berada didalam benteng itu. Di sebelah benteng, ada sebuah lumbung yang berisi hawa-nafsu, dan para setan berada dalam lumbung itu. Terjadilah perang antara penduduk benteng dengan mereka yang berada di dalam lumbung. Para setan mengintai benteng, berharap agar para penjaganya lalai, atau mereka bisa masuk melalui celah-celah pagar. Karenanya, para penjaga hendaknya tak boleh lalai atas semua pintu benteng tempatnya bertugas, dan juga tetap memperhatikan celah-celah pagar. Mereka tak boleh mengendurkan penjagaannya walaupun sesaat, karena musuh takkan pernah melemah.
Iblis mempengaruhi manusia sebanyak mungkin. Pengaruhnya tergantung pada seberapa waspada, lalai, tingkat kebodohan dan ilmu mereka. Pengaruh ini dapat berupa perangkap atau talbis, yakni menghadirkan kebohongan dalam citra kebenaran. Dan juga dapat berupa penyesatan atau ghurur, yakni suatu bentuk ketidaktahuan yang membuatmu yakin bahwa kebohongan itu, benar, dan keburukan itu, baik. Hal ini disebabkan oleh adanya waswas atau keragu-raguan.
Seseorang bertanya kepada al-Hasan, "Pernahkah Iblis tidur?" Ia menjawab, 'Jika ia pernah melakukannya, maka kita dapat beristirahat.'

Benteng itu, dinyalakan dengan mengingat Allah dan iman. Di dalamnya, ada cermin mengkilap yang memantulkan citra dari segala sesuatu yang lewat. Paling tidak, yang dilakukan iblis, membuat asap untuk menghitamkan dinding benteng dan cerminnya menjadi berkarat. Namun angin dzikrullah, mengusir asap itu, dan pemoles dzikrullah, melunturkan karat dari cermin.
Para musuh, beroperasi melawan penduduk benteng. Terkadang, mereka berusaha memasuki benteng, namun para penjaga menyerangnya, memaksanya mundur. Di lain waktu, saat mereka dapat memasuki benteng, menyebabkan kerusakan, atau berada di sekitarnya, karena para penjaganya lalai. Terkadang, angin yang mengusir asap, tak muncul, sehingga tembokpun menghitam dan cerminnya berkarat. Maka, iblispun lewat tanpa disadari. Terkadang para penjaga meninggalkan posnya karena kelalaian dan tertangkap oleh musuh.
Salah seorang Salaf berkata, "Aku bertemu setan, ia berkata kepadaku, 'Aku dulu bertemu seseorang untuk mengajarkan mereka kejahatan, namun sekarang, aku menemui seseorang agar dapat belajar dari mereka." Setan menyerang orang yang waspada dengan membawa calon pengantin wanita. Orang yang waspada itu disibukkan menatap sang pengantin dan tertawan. Rantai terkuat dimana tawanan dirantai adalah ketidaktahuan atau kebodohan. Rantai untuk kekuatan menengah adalah hawa-nafsu. Dan yang terlemah adalah kelalaian. Dan selama orang mukmin mengenakan perisai iman, maka panah musuh takkan pernah mengenai titik lemahnya.
Al-Hasan bin Salih berkata, 'Iblis membuka sembilan puluh sembilan pintu kebaikan di hadapan orang mukmin agar dapat membuka satu pintu kejahatan.'"
Al-A'masy berkata, "Orang yang biasa berinteraksi dengan Jin mengatakan kepadaku, 'Tak ada yang sulit kami hadapi kecuali mereka berpegang-teguh pada Sunnah. Adapun bagi mereka yang mengikuti hasratnya, kami permainkan mereka dengan mudah."

Iblis telah menipu banyak orang agar meyakini bahwa tak ada tuhan atau pencipta, dan bahwa segala sesuatu terjadi dengan sendirinya tanpa ada penciptanya. Mereka yang menganut paham ini disebut ad-Dzariyah atau kaum Sekularis. Kaum ini, menolak keberadaan Allah karena mereka tak dapat merasakan keberadaan-Nya dengan indera mereka, dan tak berhasil menggunakan kecerdasan mereka untuk mengenali-Nya. Bisakah seseorang dengan pikiran yang sehat meragukan keberadaan Sang Pencipta? Jika seseorang melewati sebidang tanah tanpa bangunan, lalu ia kembali dan menemukan ada tembok yang telah dibangun di sana, ia menyadari bahwa pasti ada yang membangun tembok itu.
Hamparan bumi yang luas ini, atap langit yang sangat tinggi, bangunan-bangunan menakjubkan ini dan hukum yang berlaku ini, menyiratkan hikmah, bukankah semua itu membuktikan keberadaan Sang Pencipta ?! Seorang Badui pernah berkata, "Sungguh, unta menunjukkan keberadaan seekor unta, sehingga bagian atasnya menyenangkan seperti ini, dan pusat yang lebih rendah, padat seperti ini; bukankah semua itu membuktikan al-Lathif (Yang Mahalembut), al-Khabir (Yang Maha Waspada) .Bahkan, jika seseorang hanya merenungkan dirinya sendiri, akan cukup bukti. Manusia itu berisi hikmah yang mungkin tak dapat disusun dalam sebuah buku."

Ia yang merenungkan ketajaman giginya, yang memungkinkannya memotong makanan, kesempurnaan gigi geraham yang menggiling makanan, lidah yang memutar apa yang dikunyah, liver yang mematangkan makanan, bagaimana nutrisi mengalir ke setiap bagian tubuh sesuai kebutuhan, jari-jari yang memiliki buku-buku jari agar dapat menutup dan membuka untuk melakukan pekerjaan; semuanya tak pernah kosong dari pekerjaan, bagaimana beberapa jari lebih panjang dari yang lain, sehingga semua menjadi sama panjang saat ditekuk, dan bagaimana sesuatu yang paling ghaib dari tubuh, adalah apa yang menyatukannya, jiwa, begitu ia pergi tubuh menjadi rusak, dan intelek atau kecerdasan yang mengarahkannya ke arah kesejahteraan sosial, siapapun yang merenungkan semua hal ini, pasti akan berseru, 'Adakah keraguan tentang Allah?'
Ia yang mengingkari Allah akan merasa ragu karena ia mencari Dia melalui indera. Yang lain menyangkali Allah karena mereka tak dapat merasakan-Nya setelah ia membuktikan keberadaan-Nya secara prinsip. Maka, iapun berbalik dan menyangkali prinsip itu sendiri. Jika orang-orang ini menggunakan intelek mereka, mereka akan menyadari bahwa ada hal-hal yang hanya dapat ditentukan secara prinsip, seperti: jiwa dan kecerdasan, yang keberadaannya ditolak oleh siapapun. Apalagi tujuan selain membuktikan keberadaan Allah pada prinsipnya? Dan bagaimana orang bisa bertanya, 'Bagaimana Dia? atau seperti apakah Dia? Ketika Dia tak memiliki "bagaimananya" atau "apanya".
Di antara bukti nyata keberadaan-Nya adalah bahwa dunia ini menjadi sebuah peristiwa bukan karena tak pernah bebas dari sebuah peristiwa. Apapun yang tak pernah bebas dari peristiwa, dengan sendirinya, peristiwa itu sendiri. Pasti ada penyebab akan peristiwa-peristiwa ini, dan penyebabnya adalah Sang Pencipta, Yang Mahakuasa lagi Mahaagung.
 
Jeratan iblis lainnya adalah tipu-daya tentang Filsafat yang beragam. Abu Mulammad al-Nibakhti berkata, "Sekelompok orang dungu mengklaim bahwa sesuatu itu, tak ada kesejatian bagi mereka. Sebaliknya, sesuatu itu memiliki banyak kesejatian sesuai persepsi yang muncul dalam masyarakat. Misalnya, madu manis bagi kebanyakan orang, tetapi pahit bagi mereka yang menderita suatu penyakit. Demikian pula, bila mereka mengatakan bahwa dunia ini sudah ada sejak dahulu, maka akan selalu ada bagi mereka yang mempercayainya seperti itu, sudah ada dari dulu, dan terjadi secara kebetulan bagi orang lain yang meyakininya seperti itu. Warna itu, adalah fisik sebuah makhluk, bagi mereka yang meyakininya, kualitas, hanya sebuah sifat, bagi mereka yang meyakininya seperti itu."
Menurut hemat kami, 'Benarkah yang mereka yakini itu?' Mereka pasti akan menjawab, 'Itu benar bagi kami, salah bagi mereka yang tak setuju dengan kami.' Jawaban kita adalah, 'Pernyataan bahwa pendapatmu saja yang benar, dengan sendirinya tak benar,' Dan pengakuanmu bahwa pendapatmu salah bagi lawanmu adalah bukti yang menentangmu. Dan siapapun yang mengukuhkan bahwa pendapatnya itu salah bagi lawan-lawannya, maka ia telah menyelamatkan lawan-lawannya dengan upaya membuktikan kesalahan pendapatnya.
lblis mampu menjerat para filsuf dengan membuat mereka punya pendapat dan intelek yang terpisah dari ajaran para nabi. Mereka berbicara berdasarkan asumsi. Ada dari mereka menganut pendapat kaum sekularis: bahwa dunia ini tak punya pencipta. Hal ini diutarakan oleh al-Nubakhti.
Di zaman Yunani Kuno, para filsuf atau al-falasafah, berusaha menyembunyikan keyakinan mereka dengan menganjurkan bahwa Allah adalah Pencipta dunia ini. Mereka hanya mengatakan demikian dalam pengertian metaforis, bukan dalam kenyataan. Seorang aktor harus punya kemauan agar bertindak, tetapi bagi mereka, alam semesta sudah ada dari dulunya, bukan karena Allah telah melakukannya secara aktif. Mereka juga percaya bahwa dunia akan selalu ada, pokoknya akan terus ada. Pembenaran mereka atas keyakinan ini adalah bahwa keberadaan dunia adalah karena sebab pra-kekekalan. Jadi, ia akan terus dikaitkan dengan penyebabnya. Seandainya keberadaan dunia hanya mungkin, tidak wajib, maka itu tidak mungkin ada sebelumnya, atau dikaitkan dengan suatu sebab.

Para filsuf yang menyangkal keberadaan Sang Pencipta, punya pendapat yang berbeda, ada yang menyatakan bahwa setelah Pencipta menyempurnakan dunia ini, Dia menyukainya, dan takut bahwa jika Dia menambahkan atau menghapus sesuatu di dalamnya, maka dunia ini mungkin akan menjadi rusak. Maka, Dia menghancurkan diri-Nya, dan dunia menjadi kosong dari-Nya, meskipun ciptaan-Nya terus berjalan sebagaimana Dia telah merencanakannya.
Kelompok kedua menyatakan bahwa alam semesta muncul bersama Sang Pencipta dan terus mengambil kekuatan dan cahaya-Nya sampai segala kekuatan dan cahaya dipindahkan ke alam semesta. Sang Pencipta disusutkan sampai Dia menjadi seukuran kucing! Mereka mengklaim bahwa suatu hari, Sang Pencipta akan mendapatkan kembali cahaya-Nya dari dunia ini sampai Dia kembali seperti sedia kala. Dan karena kelemahan-Nya, Dia mengabaikan manusia, sehingga menyebarlah kezhaliman.
Kelompok ketiga mengatakan bahwa setelah Sang Pencipta menyempurnakan dunia, Dia menebarkan diri-Nya di dalamnya, sehingga setiap bentuk kekuatan yang ada di dunia, dihasilkan dari penyebaran ini.

Sebagian besar filsuf meyakini bahwa Allah Subhanahu wa Ta'ala, tak tahu apa-apa selain mengetahui dirinya sendiri. Telah terbukti bahwa suatu makhluk mengenal dirinya sendiri dan juga Penciptanya. Jadi mereka menjadikan ada makhluk yang statusnya lebih tinggi daripada Sang Pencipta, sebuah konsep yang membawa aib untuk didiskusikan. Ini semua jeratan setan terhadap para dungu yang mengaku punya akal yang sempurna.
Para filsuf menyangkal adanya Hari Berbangkit dan akan kembalinya jiwa ke dalam tubuh. Mereka juga percaya bahwa surga dan neraka tak pernah ada, dan bahwa semua itu hanya disebutkan dalam Al-Qur'an dan Sunnah sebagai metafora yang diberikan kepada orang normal untuk memahami pahala dan ganjaran spiritual. Selain itu, mereka mengklaim bahwa jiwa tetap abadi setelah kematian, entah menikmati kebahagiaan yang tak terlukiskan untuk jiwa yang sempurna, atau menderita kesengsaraan yang tak terperi bagi jiwa yang tercemar. Jumlah rasa sakit bervariasi dari satu jiwa ke jiwa lainnya. Ada jiwa yang bisa menghilangkan hanya sebagian atau semua dari rasa sakit mereka.
lblis telah menjerat kelompok-kelompok kaum Muslimin dengan merasuk kedalam kecerdasan tinggi mereka! Ia menjadikan mereka berpikir bahwa hal yang benar adalah dengan mengikuti para filsuf, karena mereka mengaku sebagai orang bijak yang memiliki ucapan dan tindakan yang menunjukkan kecerdasan tinggi.
Ada kaum Muslim di masa awal diberitahu bahwa para filsuf itu mengingkari adanya Sang Pencipta dan menolak agama, dan mereka mengklaim bahwa itu hanyalah metafora dan tipuan belaka. Maka, orang-orang Muslim ini, mempercayai mereka, sehingga mereka, pada gilirannya, menolak agama, mengabaikan shalat, mengerjakan apa yang dilarang, dan mengabaikan batasan yang ditetapkan oleh agama. Orang-orang Yahudi dan Nasrani punya lebih banyak dalih karena mereka berpegang pada agama-agama yang dibuktikan dengan mukjizat. Para ahli bid'ah juga memiliki alasan yang lebih baik karena mereka menyerukan bukti yang merenungkan. Para pengikut para filsuf di sisi lain, tak memiliki dukungan bagi ketidakyakinan mereka, kecuali bahwa mereka menganggap para filsuf itu sebagai orang bijak. Tidakkah mereka menyadari bahwa para nabi lebih bijak dari para filsuf itu?
Ada kaum Muslimin yang mengulurkan tangannya untuk berpegang pada filosofi, dan yang lain, menganut faham kerahiban. Ada orang dungu yang ketika merenungkan hal-hal tentang iman, cenderung ke arah berfilsafat. Sedangkan yang lain, saat merenungkan tentang kezuhudan, cenderung ke arah faham monastik. Kita memohon kepada Allah agar tetap istiqamah pada iman kita, dan dilindungi dari musuh kita.

Banyak orang mengklaim bahwa setiap entitas spiritual dari benda-benda langit, ada horoskopnya, yang merupakan benda langit yang menghubungkan ke entitas spiritual dengan cara yang sama seperti jiwa kita terhubung ke tubuh kita dan mengendalikannya. Ada benda langit yang bergerak, ada yang tak bergerak.
Mereka mengatakan bahwa tubuh berusaha sekuatnya mendekati entitas spiritual dengan melakukan segala jenis ibadah dan pengorbanan. Yang lain mengklaim bahwa setiap horoskop, ada sesuatu dari dunia bawah yang menyerupainya. Kelompok ini, melukis gambar, dan memahat berhala serta membangun rumah bagi berhala ini.
Yahya bin Bisyr al-Nahawandi mengatakan bahwa ada firqah yang mengklaim bahwa tujuh planet: Saturnus, Yupiter, Mars, Matahari, Venus, Merkurius, dan bulan, adalah pengendali dunia ini yang bertindak atas perintah dari penduduk langit. Mereka mencitrakan setiap planet itu dengan citra hewan dan membuat patung untuknya. Mereka membuat berhala besar untuk Saturnus yang dibangun dari timah.
Mereka mewujudkan planet Saturnus sebagai orang buta yang menerima pengorbanan seekor sapi jantan tua yang dibawa kepadanya ke sebuah rumah dengan lubang di bawahnya. Di atas lubang, ada pagar besi. Sapi jantan itu dipukuli sampai memasuki rumah dan berjalan di atas rel. Kakinya tenggelam ke pagar besi. Di bawah rel, api dinyalakan sampai banteng itu sepenuhnya terbakar. Orang-orang yang memp[ersembahkan kurban itu berkata, "Terpujilah engkau, wahai dewa buta, yang jahat sifatnya dan tak pernah berbuat baik. Kami telah mengorbankan untukmu yang menyerupaimu, terimalah kurban kami, dan jauhkanlah kami dari roh jahat dan kejahatanmu."
Adapun Jupiter, mereka mengorbankan bayi laki-laki. Untuk Mars, mereka mengorbankan seorang lelaki yang berambut pirang dengan bintik-bintik. Lalu mereka mengorbankan ke matahari ibu dari anak yang telah mereka korbankan ke Jupiter sambil menghindari gambar matahari. Dan mereka mengorbankan untuk Venus, seorang pezinah wanita tua. Adapun Merkurius, mereka mengorbankan seorang pemuda berkulit-hitam santun yang tahu tentang sastra dan matematika. Untuk bulan, mereka mengorbankan seorang lelaki kulit hitam dengan wajah yang lebar. Wallahu a'lam.
Bersambung ke
[Al-Jahiliyyah]

*) Terinspirasi dari sebuah lagu berjudul "Lily" karya Alan Olav Walker / Didrik Handlykken / Emelie Hollow / Kenneth Nilsen / Lars Kristian Rosness / Magnus Bertelsen / Oda Evjen Gjovag

Jumat, 16 Agustus 2019

Firqah

Kenari berkata, "Wahai saudara-saudariku, kita telah mendengar tentang orang-orang munafik yang disampaikan oleh bunglon. Kita tahu bahwa kemunafikan itu, suatu penyakit, dan aku ingin tahu, masih adakah penyakit lain yang mendera umat ini? Atau adakah golongan sesat yang merongrong umat ini? Adakah di antara kita yang mau berbagi tentang hal-hal ini? "
Sesaat, para unggas terdiam, hingga kemudian, sang elang, salah seorang tetua Kampung Bayan, tampil ke depan. Setelah menyapa dengan salam, ia berkata, "Segala puji hanya untuk Allah, Dialah Yang mengatur keseimbangan jagad-raya ini di tangan orang-orang yang merenungkannya, dan mengutus para Nabi yang membawa berita gembira berupa pahala yang baik, dan juga peringatan akan adzab-Nya. Dia mewahyukan kepada mereka, kitab-kitab, untuk menjelaskan sejelas-jelasnya, yang mana kema'rufan dan yang mana keingkaran. Dan Dia menjadikan syari'at itu sempurna, tanpa cacat atau sesat.
Aku bersyukur pada-Nya, rasa-syukur dari seseorang yang tahu bahwa Dialah Yang memulai segala sesuatu, dan aku bersaksi atas Keesaan-Nya, kesaksian yang tulus dan tanpa keraguan, dan aku juga bersaksi, bahwa Muhammad (ﷺ) itu, hamba dan rasul Allah. Dia mengutus beliau (ﷺ), di saat kekafiran menyungkupi wajah iman. Maka beliau (ﷺ), atas kehendak Allah, melenyapkan kegelapan dengan cahaya kebenaran, dan membuka tabir gelap, dan membimbing manusia kepada apa yang diwahyukan kepada mereka, dan juga menjelaskan ketaksaan Kitab-kitab yang pernah diwahyukan, mensucikannya kembali dimana tiada lagi celah atau khayal. Selawat dan salam selalu menyertai beliau (ﷺ), keluarga beserta para sahabat, dan semoga rahmat-Nya berada di atas para pengikut beliau hingga Akhir Zaman dan di Hari Pengadilan kelak.

Amma ba'du,
Sesungguhnya, anugerah teragung bagi umat manusia adalah intelek atau kecerdasan, itulah satu-satunya sarana, yang dengannya, Allah Subhanahu waTa'ala, dikenal, dan satu-satunya cara, yang dengannya, keyakinan terhadap para nabi diwujudkan. Namun karena intelek itu tak dapat bertanggung jawab atas segala yang dibutuhkan manusia, maka diutuslah para nabi dan diwahyukan pula kitab-kitab suci. Karenanya, hukum ilahi itu, bagaikan sang mentari, dan intelek itu, laksana mata yang melihat sang mentari, dengan syarat jika mata itu terbuka dan sehat. Saat risalah sejati para nabi diterima oleh intelek setelah terpapar dengan bukti-bukti yang menakjubkan, ia tunduk kepada para nabi dan patuh pada mereka agar dapat memahami hal-hal yang ghaib.
Karena Allah Subhanahu wa Ta'ala telah merahmati umat manusia dengan intelek, Dia menjadikan ayah mereka, Adam, 'alaihissalam, seorang Nabi. Ia, alaihissalam, mengajarkan wahyu Allah agar umat manusia dituntun ke jalan yang lurus; hingga akhirnya, Qabil memutuskan menuruti hasratnya dan membunuh saudaranya sendiri. Maka mulailah hasrat manusia itu menjalar, merekapun berserakan di padang pasir kebathilan; terjebak ke dalam penyembahan berhala. Mereka terjerat dalam kebimbangan iman, amal, menentang para nabi, dan karenanya, melawan intelek mereka sendiri. Mereka mengikuti hawa-nafsu, berayun ke arah adat-kebiasaan dan meniru para nenek-moyang mereka. Harapan Iblispun menjadi nyata, mereka mengikutinya, kecuali mereka yang kokoh imannya.

Ketahuilah, wahai saudara-saudariku, bahwa para Nabi membawa keterangan yang cukup, membungkam penyakit dengan obat penyembuhan, dan direstui dengan suatu doktrin yang konsisten. Maka, para setan-Iblis tampil ke depan, membaurkan kebenaran dengan keraguan, dan mencampurkan obat-obatan dengan racun, serta membelokkan jalan yang lurus dengan kebathilan dan kewaswasahan. Ia terus mengacaukan pikiran manusia hingga ia dapat menghancurkan mereka dengan kebodohan, menuntun mereka ke arah jalur kebebalan dan bid'ah yang mengerikan. Akhirnya, merekapun menyembah berhala di Tanah Suci, dan merekapun membuat bahirah, sa'ibah, washilah, dan ham, yang tak pernah disyari'atkan. Allah berfirman,

مَا جَعَلَ اللّٰہُ مِنۡۢ بَحِیۡرَۃٍ وَّ لَا سَآئِبَۃٍ وَّ لَا وَصِیۡلَۃٍ وَّ لَا حَامٍ ۙ وَّ لٰکِنَّ الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا یَفۡتَرُوۡنَ عَلَی اللّٰہِ الۡکَذِبَ ؕ وَ اَکۡثَرُہُمۡ لَا یَعۡقِلُوۡنَ
"Allah tak pernah mensyariatkan adanya Bahirah, Sa'ibah, Washilah dan Ham. Tetapi orang-orang kafir membuat-buat kedustaan terhadap Allah, dan kebanyakan mereka tak mengerti." - [QS.5:103]
Mereka menganut paham mengubur anak perempuannya hidup-hidup, dan melarang mereka berbagi warisan. Selain itu, mereka berbuat bid'ah dengan banyak kebathilan, yang diajarkan Iblis kepada mereka.
Kemudian, Allah Subhanahu wa Ta'ala mengutus Rasulullah (ﷺ) agar menghapus segala hal yang mengerikan itu, dan memerintahkan membawa segala hal yang bermanfaat. Para sahabat menyertai beliau dan setelah beliau wafat, mereka berjalan melalui pancaran cahayanya, terbebas dari musuh mereka (Iblis) dan muslihatnya.
Namun, ketika cahaya kehadiran Rasulullah (ﷺ) berpudar setelah kepergian mereka, kabut-gelappun tiba, dan hawa-nafsupun mulai menghasilkan bid'ah dan membuat jalan yang selalu lebar menjadi sempit. Sebagian besar selalu memperdebatkan tentang millah dan terjadilah firqah yang berbeda, dan Iblispun bergerak aktif. Ia menipu dan berkamuflase, dan ia mengumpulkan dan memecah-belah. Ia hanya bisa melakukan itu dengan merayap dalam gulita kebodohan. Jika fajar ilmu mulai terbit, maka ia akan tepergok."

Kenari bertanya, "Engkau memuji Sunnah dan mengutuk bid'ah, sampaikanlah apa itu Sunnah dan bid'ah?" Sang elang berkata, "Menurut Ibnu Al-Jauzi, makna linguistik dari Sunnah adalah 'tapak jalan'. Tak diragukan bahwa mereka yang mengkhususkan diri dalam menyusun Sirah dan para Salaf serta mereka yang berpegang-erat pada Sunnah-sunnah Rasulullah (ﷺ), adalah Ahlussunnah wal Jama'ah. Ini karena mereka mematuhi doktrin yang terbebas dari hal-hal yang dibuat-buat, dan bid'ah itu baru populer setelah Rasulullah (ﷺ) dan para sahabat, wafat.
Bid'ah, di sisi lain, dikenal sebagai praktik yang awalnya tak ada di sana, tetapi kemudian dibuat-buat, tak ada tuntunannya dalam syari'ah. Bid'ah, sebagian besar bertentangan dengan syari'ah karena bid'ah itu meninggalkan kesan bahwa syari'ah itu cacat atau memiliki kekurangan sehingga butuh penambahan atau pengurangan. Walaupun suatu bid'ah itu tak bertentangan dengan syari'ah, dan tak menyiratkan kekurangannya, sebagian besar para Salafpun tak menyukainya. Mereka berusaha menghindari bid'ah walaupun itu termasuk yang diperbolehkan. Semua itu mereka lakukan agar dapat memastikan kepatuhan mereka terhadap aturan kepatuhan Sunnah dan bukan untuk masalah-masalah bid'ah. Para Salaf, biasanya menghindari segala macam bid'ah, bahkanpun jika bid'ah itu tak berbahaya, dalam rangka mewujudkan kepatuhan terhadap Sunnah. Namun, para Salaf juga tak melihat ada salahnya mempraktikkan beberapa bid'ah yang tak bertentangan dengan Syariah, dan tak menyiratkan kekurangannya.

Diriwayatkan dari sahabat Mu’awiyah bin Abi Sufyan, radhiyallahu ‘anhu, ia menceritakan,

أَلَا إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَامَ فِينَا فَقَالَ: أَلَا إِنَّ مَنْ قَبْلَكُمْ مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ افْتَرَقُوا عَلَى ثِنْتَيْنِ وَسَبْعِينَ مِلَّةً، وَإِنَّ هَذِهِ الْمِلَّةَ سَتَفْتَرِقُ عَلَى ثَلَاثٍ وَسَبْعِينَ: ثِنْتَانِ وَسَبْعُونَ فِي النَّارِ، وَوَاحِدَةٌ فِي الْجَنَّةِ، وَهِيَ الْجَمَاعَةُ
“Ketahuilah, ketika sedang bersama kami, Rasulullah (ﷺ) bersabda, “Ketahuilah! Sesungguhnya orang-orang sebelum kalian dari kalangan ahlu kitab berpecah belah menjadi tujuh puluh dua golongan, dan umatku akan berpecah menjadi tujuh puluh tiga golongan. Tujuh puluh dua golongan masuk neraka dan satu golongan masuk surga, yaitu al-jama’ah.” (HR. Abu Dawud no. 4597, hasan oleh Al-Albani)
Kenari bertanya, "Diketahuikah firqah atau golongan-golongan ini?" Sang elang berkata, "Kami tak tahu nama semua firqah ini dan doktrin mereka, namun kami tahu bahwa beberapa akar dari sekte ini adalah al-Haruriyah; al-Qadariyah; al-Jahmiyah; al-Murji'ah; al-Rafidah; dan al-Jabriyah. Beberapa ahli mengatakan bahwa akar dari firqah yang menyimpang ini, ada enam golongan. Setiap firqah terpecah menjadi dua belas firqah. Totalnya menjadi tujuh puluh dua golongan. Sedang yang satu golongan lagi, yang ke tujuh puluh tiga, Ahlussunnah wal Jama'ah, inilah golongan yang selamat menurut para 'ulama.

Al-Haruriyah terbagi menjadi dua belas golongan. Al-Azraqiyah mengklaim bahwa tak ada seorangpun (selain pengikut mereka) yang beriman, dan mereka menyatakan semua pengikut Islam sebagai orang yang tak beriman. Al-lbadiyah mengklaim bahwa siapapun yang menganut keyakinan mereka adalah seorang mukmin, dan siapapun yang tak mengikuti, orang munafik. Al-Tza'labiyah mengklaim bahwa Allah Subhanahu wa Ta'ala tak menetapkan takdir. Al-Hazimiyah mengklaim bahwa mereka tak memahami iman, dan semua manusia dimaafkan karena tak beriman. Al-Khalafiyah mengklaim bahwa siapapun yang tidak melaksanakan jihad, baik lelaki atau perempuan, orang yang tak beriman. Al-Kuziyah mengklaim bahwa tak ada yang boleh menyentuh orang lain karena tak ada cara untuk mengetahui seseorang itu suci (thaahir) dari orang yang tak suci (najis). Ia tak boleh makan bersamanya sampai ia berwudhu dan bertobat.
Al-Kinziyah mengklaim bahwa tak ada yang boleh bersedekah kepada orang lain, karena tak dapat diketahui cara pasti bahwa penerimanya pantas mendapatkannya. Sebaliknya, ia harus menyimpan uangnya sampai orang-orang yang benar-benar pantas menerimananya. muncul. Al-Syimrakiyah mengatakan bahwa diperbolehkan menyentuh perempuan bukan mahram karena mereka itu, bak setangkai bunga!
Al-Akhnasiyah mengklaim bahwa orang yang meninggal tak bertanggung jawab atas kebaikan atau kejahatannya. Al-Hakamiyah mengklaim bahwa siapapun yang mencari penilaian dari manusia lain, orang yang tak beriman. Al-Mu'tazila yang berasal dari al-Haruriyah, mencampuradukkan tentang fitnah Ali dan Mu'awiyah, sehingga mereka menyatakan diri mereka berlepas-diri dari kedua belah pihak. Al-Maimuniyah mengklaim bahwa seorang pemimpin, takkan ditunjuk tanpa persetujuan dari orang-orang yang mereka sukai.

Adapun al-Qadariyah, mereka juga terbagi menjadi dua belas golongan. Al-Ahmadiyah mengklaim bahwa karena syarat Keadilan Allah, Dia memberikan hamba-Nya kontrol penuh atas urusan mereka, dan bahwa Dia mencegah mereka jatuh ke dalam dosa. Al-Tzanawiyah mengklaim bahwa kebaikan berasal dari Allah, dan kejahatan berasal dari lblis. Al-Mu'tazilah mengklaim bahwa Al-Qur'an itu makhluk dan ciptaan Allah, dan membantah melihat Allah di akhirat. Al-Kaisaniyah menyatakan bahwa mereka tak percaya bahwa Allahkah yang menetapkan tindakan (dilakukan oleh manusia) atau oleh manusia, dan bahwa mereka tak tahu, akankah manusia akan diberi ganjaran atau dihukum. Al-Syaitaniyah mengklaim bahwa Allah tak menciptakan iblis. Al-Syirikiyah mengklaim bahwa segala dosa telah ditakdirkan kecuali kekafiran. Al-Wahmiyah mengklaim bahwa tindakan dan ucapan manusia tak punya esensi, dan bahwa perbuatan baik dan buruk tak memiliki esensi.
Al-Rawandiyah mengklaim bahwa diperbolehkan bertindak atas dasar kitab yang diturunkan dari Allah, baik itu kitab yang telah dibatalkan maupun yang tidak. Al-Minbariyah mengklaim bahwa siapapun yang melakukan dosa kemudian bertobat, bahwa pertobatannya takkan diterima. Al-Nakithiyah mengklaim bahwa siapapun yang melanggar perjanjian Allah bukanlah orang berdosa. Al-Qasitiyah lebih suka mengejar dunia ini (menambah harta) daripada menganut kezuhudan (asketisme). Al-Nazamiyah mengikuti Ibrahim lbnu al-Nazam dalam mengklaim bahwa siapapun yang mengatakan bahwa Allah adalah sesuatu maka ia adalah orang kafir.

Al-Jahmiyah juga terpecah menjadi dua belas golongan. Al-Mu'attilah mengklaim bahwa segala sesuatu yang dapat menjadi sifat manusia adalah makhluk ciptaan, dan siapapun yang mengklaim bahwa Allah dapat dilihat adalah orang yang kafir. Al-Mirrisiyah mengklaim bahwa sebagian besar sifat-sifat Alah itu, diciptakan. Al-Multaziqah mengklaim bahwa Sang Pencipta (Yang Maha Perkasa dan Maha Agung) ada dimana-mana. Al-Waridiyah mengklaim bahwa siapapun yang mengenal Rabb-nya, ia takkan pernah masuk Neraka. Dan siapapun yang masuk neraka, takkan pernah meninggalkannya. Al-Zanadiqah mengklaim bahwa tak ada yang bisa mengenal tuhan, karena konfirmasi seperti itu mungkin tak terjadi kecuali melalui panca-indera, dan yang mungkin tak dirasakan bukanlah tuhan, dan yang mungkin tak dirasakan mungkin tidak dapat diketahui. Al-Harqiyah mengklaim bahwa orang yang tak beriman akan sekali dibakar di dalam Neraka, dan kemudian terus dibakar tanpa merasakan panasnya api Neraka. Al-Makhluqiyah mengklaim bahwa Al-Qur'an adalah makhluk. Al-Faniyyah mengklaim bahwa Surga dan Neraka pada akhirnya akan lenyap. Beberapa dari mereka mengklaim bahwa keduanya belum diciptakan. Al-Irriyyah membantah adanya nubuwah, dan mengklaim bahwa para nabi hanyalah para orang bijak. Al-Waqifiyah mengklaim bahwa Al-Qur'an tak dapat diyakini bahwa ia makhlukkah atau bukan. Al-Qabriyah menyangkal adanya 'adzab kubur dan membantah adanya syafa'at. Al-Lafziyyah mengatakan bahwa pelafalan Al-Qur'an diciptakan.

Al-Murji'ah terbagi menjadi dua belas golongan. Al-Tarikiyah mengklaim bahwa satu-satunya kewajiban yang Allah berikan pada makhluk-Nya adalah beriman kepada-Nya. Jadi siapapun yang telah beriman kepada-Nya, dapat melakukan apapun yang diinginkannya. Al-Sa'ibiyyah mengklaim bahwa Allah Subhanahu wa Ta'ala telah membiarkan ciptaan-Nya agar bertindak sesuka hati. Al-Rajiyah menyatakan bahwa kita tak boleh menggambarkan seseorang sebagai orang yang taat atau tidak taat karena kita tak pernah bisa mengatakan kondisi yang sebenarnya (sebagaimana Allah tahu). Al-Syakiyah mengklaim bahwa melakukan tindakan kepatuhan bukanlah bagian dari iman. Al-Baihasiyah mengklaim bahwa kepercayaan iman itu, tak lebih dari ilmu, dan siapa yang tak tahu membedakan kebenaran dari kebathilan; dan apa yang dibolehkan (halal) dari apa yang tak diperkenankan (haram) adalah orang kafir. Al-Amaliyah mengklaim bahwa iman adalah tindakan. Al-Manqusiyah mengklaim bahwa iman tak bertambah atau berkurang. Al-Mustatzniyah menyangkal diperbolehkannya mengucapkan, "Saya seorang mukmin, Insya Allah". "
Al-Musyabbihah mengklaim bahwa Penglihatan Allah sama seperti penglihatan kita, dan bahwa tangan-Nya sama seperti tangan kita. Al-Hasyawiyah mengklaim bahwa setiap amal-ibadah individu adalah iman secara keseluruhan. Bagi mereka, orang yang tak melakukan amalan sunnah, sama seperti mereka yang tak melakukan ibadah wajib. Az-Zahiriyah membantah bolehnya qiyas (analogi deduksi). Al-Bid'iyah adalah yang firqah pertama yang membuat bid'ah dalam Islam.

Al-Rafidah terpecah menjadi dua belas golongan. Al-'Alawiyah mengklaim bahwa Risalah Islam seharusnya diwahyukan kepada 'Ali, radhiyaallahu' anhu, dan bahwa Malaikat Jibril, 'alaihissalam, keliru dalam menyampaikan pesan kepada Nabi Muhammad (ﷺ). Al-Amriyah mengklaim bahwa 'Ali,radhiyaallahu' anhu, adalah mitra Nabi Muhammad (ﷺ) dalam urusan kenabian. Al-Syi'iyah mengklaim bahwa 'Ali, radhiyaallahu' anhu, wakil dari Utusan Allah, dan bahwa umat Islam yang berbai'at kepada selain Ali, dianggap kafir. Al-Ishaqiyah mengklaim bahwa nubuwah akan berlanjut sampai Hari Akhirat. Setiap orang yang memperoleh ilmu tentang Keluarga Nabi (Ahlul-Bait) adalah seorang Nabi. Al-Nawusiyah mengklaim bahwa 'Ali, radhiyaallahu' anhu, adalah manusia terbaik dalam umat ini, dan jika seseorang lebih menyukai orang lain daripada 'Ali, maka ia kafir. Al-lmamiyyah mengklaim bahwa dunia akan selalu memiliki seorang imam (pemimpin yang diikuti) dari keturunan al-Husain, radhiyallahu 'anhu. Dan bahwa Jibril, 'alayhissalam, akan mengajar Imam sampai kematiannya. Setelah itu, seorang imam baru akan menggantikannya. Al-Zaidiyyah mengklaim bahwa setiap lelaki keturunan al-Husain, semuanya akan menjadi pemimpin dalam shalat (Imam). Jika salah seorang dari mereka ada, maka tak diperbolehkan shalat di belakang orang lain, beriman atau tidak. Al-Abbasiyah mengklaim bahwa al-'Abbas, radhiyallahu 'anhu, paling pantas menjadi Khalifah. Al-Mutanasikhah percaya pada reinkarnasi. Jiwa orang beriman akan keluar dari tubuhnya (setelah mati) dan memasuki tubuh yang menikmati hidup enak. Dan roh orang yang tak beriman, memasuki tubuh yang di dalamnya ia menderita. Al-La'inah mengutuk 'Utsman, Talhah, Zubair, Mu'awiyah, Abi Musa,' A'isyah, dan para sahabat lainnya, radhiyallahu 'anhum. Al-Mutarabbisah mengenakan pakaian sufi dan menunjuk seorang pemimpin di setiap periode waktu mengklaim bahwa ia adalah Mahdi bangsa ini. Jika ia mati, mereka menunjuk pemimpin lain.

Al-Jabriyah terbagi menjadi dua belas golongan. Al-Mudtariyah mengklaim bahwa manusia tak melakukan apa-apa, dan bahwa Allahlah yang melakukan segalanya. Al-Af'aliyah mengklaim bahwa segala tindakan manusia, tak dikendalikan oleh manusia dan sebagai gantinya, kita didorong untuk melakukan hal-hal seperti sapi yang digerakkan oleh tali yang mengikat mereka. Al-Mafrighiyah mengklaim bahwa semua hal telah dibuat dan tidak ada yang diciptakan. Al-Najjariyyah mengklaim bahwa Allah menghukum manusia untuk apa yang Dia lakukan; bukan karena apa yang mereka lakukan. Al-Mannaniyah mengatakan bahwa fokuslah pada apa yang melintasi dalam benakmu, dan bertindaklah atas apa yang engkau rasakan paling tepat untuk melaksanakannya. Al-Kasliyah mengklaim bahwa ibadah tak memperoleh pahala atau ganjaran. Al-Sabiqiyah mengklaim bahwa siapapun yang ingin melakukan sesuatu, maka biarkanlah ia melakukannya, dan siapapun yang tak ingin melakukan sesuatu, maka biarkanlah ia tak melakukannya. Orang yang beruntung takkan dirugikan oleh dosa-dosanya, dan orang yang malang takkan memperoleh manfaat dari perbuatan baiknya. Al-Hibbiyah mengatakan siapapun yang minum dari gelas Cinta Allah, maka ia tak diwajibkan mengerjakan ibadah. Al-Khaufiyah mengatakan siapapun yang mencintai Allah, maka ia tak perlu takut kepada-Nya, karena seorang kekasih tak boleh takut pada orang yang dicintainya. Al-Fikriyah mengklaim bahwa siapapun yang menambah ilmunya dalam jumlah tertentu, maka ia boleh tak mengerjakan sejumlah ibadah tertentu. Al-Hisbiyah mengklaim bahwa manusia semua sama dalam segala hal. Mereka masing-masing mewarisi hal yang sama dari ayah mereka, Adam. Al-Ma'iyah mengklaim bahwa manusia bertindak, dan memiliki kendali atas tindakan mereka.

Ketahuilah, wahai saudara-saudariku, bahwa hasrat dan dorongan itu, dibangun dalam diri manusia agar ia mencari hal-hal yang bermanfaat. Amarah terinstall dalam diri manusia agar ia dapat menggunakannya untuk menghalau mara-bahaya. Dan kecerdasannya, membuatnya jinak dan menertibkan drinya agar berlaku adil dalam hal apa yang ia cari dan hindari.
Iblis membujuk manusia agar berlebih-lebihan dalam segala cara. Maka, orang yang bijak hendaknya berhati-hati terhadap musuh yang telah jelas menyatakan permusuhannya sejak zaman Nabi Adam, alaihissalam, dan telah mengabdikan hidupnya untuk membinasakan anak-anak Adam. Allah Subhanahu wa Ta'ala telah memperingatkan tentang tujuan iblis ini. Dia berfirman,

یٰۤاَیُّہَا النَّاسُ کُلُوۡا مِمَّا فِی الۡاَرۡضِ حَلٰلًا طَیِّبًا ۫ۖ وَّ لَا تَتَّبِعُوۡا خُطُوٰتِ الشَّیۡطٰنِ ؕ اِنَّہٗ لَکُمۡ عَدُوٌّ مُّبِیۡنٌ
"Wahai manusia! Makanlah dari (makanan) yang halal dan baik yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan. Sungguh, setan itu musuh yang nyata bagimu." - [QS.2:168]
اِنَّمَا یَاۡمُرُکُمۡ بِالسُّوۡٓءِ وَ الۡفَحۡشَآءِ وَ اَنۡ تَقُوۡلُوۡا عَلَی اللّٰہِ مَا لَا تَعۡلَمُوۡنَ
"Sesungguhnya (setan) itu hanya menyuruhmu agar berbuat jahat dan keji, dan mengatakan apa yang tak kamu ketahui tentang Allah." - [QS.2:168]
Bersambung ke :
[Talbis dan Ghurur]

Senin, 12 Agustus 2019

Kemunafikan (6)

"Alih-alih menunjukkan cinta kepada umat Islam, orang munafik berkawan dengan kaum kafir." Bunglon melanjutkan. Lalu ia berkata, "Allah berfirman,
اِنَّ الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا ثُمَّ کَفَرُوۡا ثُمَّ اٰمَنُوۡا ثُمَّ کَفَرُوۡا ثُمَّ ازۡدَادُوۡا کُفۡرًا لَّمۡ یَکُنِ اللّٰہُ لِیَغۡفِرَ لَہُمۡ وَ لَا لِیَہۡدِیَہُمۡ سَبِیۡلً
"Sesungguhnya orang-orang yang beriman lalu kafir, kemudian beriman (lagi), kemudian kafir lagi, lalu bertambah kekafirannya, maka Allah takkan mengampuni mereka, dan tidak (pula) menunjukkan kepada mereka jalan (yang lurus)." ― (QS. 4:137)
بَشِّرِ الۡمُنٰفِقِیۡنَ بِاَنَّ لَہُمۡ عَذَابًا اَلِیۡمَۨا
"Kabarkanlah kepada orang-orang munafik bahwa mereka akan mendapat siksaan yang pedih," ― (QS. 4:138)
Allah juga berfirman,
یٰۤاَیُّہَا الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا لَا تَتَّخِذُوۡا بِطَانَۃً مِّنۡ دُوۡنِکُمۡ لَا یَاۡلُوۡنَکُمۡ خَبَالًا ؕ وَدُّوۡا مَا عَنِتُّمۡ ۚ قَدۡ بَدَتِ الۡبَغۡضَآءُ مِنۡ اَفۡوَاہِہِمۡ ۚۖ وَ مَا تُخۡفِیۡ صُدُوۡرُہُمۡ اَکۡبَرُ ؕ قَدۡ بَیَّنَّا لَکُمُ الۡاٰیٰتِ اِنۡ کُنۡتُمۡ تَعۡقِلُوۡنَ
"Wahai orang-orang beriman! Janganlah kamu menjadikan teman orang-orang yang di luar kalanganmu (seagama) sebagai teman kepercayaanmu, (karena) mereka tak henti-hentinya menyusahkanmu. Mereka mengharap kehancuranmu. Sungguh, telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang tersembunyi dalam hati mereka lebih jahat. Sungguh, telah Kami terangkan kepadamu ayat-ayat (Kami), jika kamu mengerti." ― (QS. 3:118)
ہٰۤاَنۡتُمۡ اُولَآءِ تُحِبُّوۡنَہُمۡ وَ لَا یُحِبُّوۡنَکُمۡ وَ تُؤۡمِنُوۡنَ بِالۡکِتٰبِ کُلِّہٖ ۚ وَ اِذَا لَقُوۡکُمۡ قَالُوۡۤا اٰمَنَّا ۚ٭ۖ وَ اِذَا خَلَوۡا عَضُّوۡا عَلَیۡکُمُ الۡاَنَامِلَ مِنَ الۡغَیۡظِ ؕ قُلۡ مُوۡتُوۡا بِغَیۡظِکُمۡ ؕ اِنَّ اللّٰہَ عَلِیۡمٌۢ بِذَاتِ الصُّدُوۡرِ
"Beginilah kamu! Kamu menyukai mereka, padahal mereka tak menyukaimu, dan kamu beriman kepada semua kitab. Apabila mereka berjumpa kamu, mereka berkata, 'Kami beriman,' dan apabila mereka menyendiri, mereka menggigit ujung jari karena marah dan benci kepadamu. Katakanlah, 'Matilah kamu karena kemarahanmu itu!' Sungguh, Allah Maha Mengetahui segala isi hati.'" ― (QS. 3:119)
Ayat-ayat ini menunjukkan bagaimana seorang munafik berperilaku. Ia lebih cenderung memihak orang kafir. Sebaliknya, seorang Muslim memandang Islam dan imanlah yang menjamin kesuksesan di dunia dan di akhirat dibanding keuntungan sementara yang merupakan cara hidup yang dianjurkan Dunia Barat.
Muslim itu bersaudara. Mereka ibarat tubuh, dan mereka saling menyayangi, dan mereka hidup sesuai budaya Islam. Allah berfirman,

وَ الۡمُؤۡمِنُوۡنَ وَ الۡمُؤۡمِنٰتُ بَعۡضُہُمۡ اَوۡلِیَآءُ بَعۡضٍ ۘ یَاۡمُرُوۡنَ بِالۡمَعۡرُوۡفِ وَ یَنۡہَوۡنَ عَنِ الۡمُنۡکَرِ وَ یُقِیۡمُوۡنَ الصَّلٰوۃَ وَ یُؤۡتُوۡنَ الزَّکٰوۃَ وَ یُطِیۡعُوۡنَ اللّٰہَ وَ رَسُوۡلَہٗ ؕ اُولٰٓئِکَ سَیَرۡحَمُہُمُ اللّٰہُ ؕ اِنَّ اللّٰہَ عَزِیۡزٌ حَکِیۡمٌ
"Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebagian mereka menjadi penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah yang mungkar, melaksanakan shalat, menunaikan zakat, dan taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka akan dirahmati Allah. Sungguh, Allah Mahaperkasa, Mahabijaksana." ― (QS. 9:71)
Diriwayatkan An-Nu`man bin Basyir bahwa Rasulullah (ﷺ) bersabda,
ترى المؤمنين في تراحمهم وتوادهم وتعاطفهم كمثل الجسد إذا اشتكى عضوا تداعى له سائر جسده بالسهر والحمى
"Lihatlah orang-orang beriman sebagai mereka yang berbelas kasih di antara mereka dan menunjukkan cinta di antara mereka dan bersikap ramah, menyerupai satu tubuh, sehingga, jika ada bagian tubuh yang tak sehat, maka seluruh tubuh tak dapat tidur dan merasakan demam karenanya." [Sahih al-Bukhari, 6011]
Jika ada yang membantu menggalakkan kekufuran, maka perilakunya kemunafikan dan kekufuran. Jika orang-orang kafir menyakiti umat Islam karena bantuan seseorang, maka hukumannya hukuman mati. Allah berfirman,
وَدُّوۡا لَوۡ تَکۡفُرُوۡنَ کَمَا کَفَرُوۡا فَتَکُوۡنُوۡنَ سَوَآءً فَلَا تَتَّخِذُوۡا مِنۡہُمۡ اَوۡلِیَآءَ حَتّٰی یُہَاجِرُوۡا فِیۡ سَبِیۡلِ اللّٰہِ ؕ فَاِنۡ تَوَلَّوۡا فَخُذُوۡہُمۡ وَ اقۡتُلُوۡہُمۡ حَیۡثُ وَجَدۡتُّمُوۡہُمۡ ۪ وَ لَا تَتَّخِذُوۡا مِنۡہُمۡ وَلِیًّا وَّ لَا نَصِیۡرًا
"Mereka menginginkan agar kamu menjadi kafir sebagaimana mereka telah menjadi kafir, sehingga kamu menjadi sama (dengan mereka). Janganlah kamu jadikan dari antara mereka sebagai teman-teman(mu), sebelum mereka berpindah pada jalan Allah. Apabila mereka berpaling, maka tawanlah mereka dan bunuhlah mereka di manapun mereka kamu temukan, dan janganlah kamu jadikan seorangpun di antara mereka sebagai teman setia dan penolong," ― (QS. 4:89)
Barangsiapa yang tak menaati Allah dan menolong mereka, akan dianggap sebagai golongan mereka dan ia akan mati sebagai orang yang tak beriman. Diriwayatkan Muhammad bin 'Abdur-Rahman Abu Al-Aswad,
قُطِعَ عَلَى أَهْلِ الْمَدِينَةِ بَعْثٌ فَاكْتُتِبْتُ فِيهِ، فَلَقِيتُ عِكْرِمَةَ مَوْلَى ابْنِ عَبَّاسٍ فَأَخْبَرْتُهُ، فَنَهَانِي عَنْ ذَلِكَ أَشَدَّ النَّهْىِ، ثُمَّ قَالَ أَخْبَرَنِي ابْنُ عَبَّاسٍ أَنَّ نَاسًا مِنَ الْمُسْلِمِينَ كَانُوا مَعَ الْمُشْرِكِينَ يُكَثِّرُونَ سَوَادَ الْمُشْرِكِينَ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم يَأْتِي السَّهْمُ فَيُرْمَى بِهِ، فَيُصِيبُ أَحَدَهُمْ فَيَقْتُلُهُ أَوْ يُضْرَبُ فَيُقْتَلُ، فَأَنْزَلَ اللَّهُ ‏{‏إِنَّ الَّذِينَ تَوَفَّاهُمُ الْمَلاَئِكَةُ ظَالِمِي أَنْفُسِهِمْ‏}‏ الآيَةَ‏
"Orang-orang Madinah terpaksa menyiapkan pasukan (untuk memerangi orang-orang Syam selama kekhalifahan 'Abdullah bin Az-Zubair di Mekah), dan aku terdaftar di dalamnya; Kemudian aku bertemu `Ikrima, budak yang dibebaskan Ibnu 'Abbas, dan menyampaikan padanya (tentang hal itu), dan ia melarangku melakukannya (yaitu turut mendaftar dalam pasukan itu), dan kemudian berkata," Ibnu Abbas memberitahuku bahwa ada orang Muslim yang bersama para penyembah berhala sehingga menambah jumlah mereka yang melawan Rasulullah (ﷺ). Anak panah digunakan untuk memanah mereka, yang akan mengenai salah seorang dari mereka (kaum Muslim di tengah-tengah para penyembah berhala) dan membunuhnya, atau ia akan dipukul dan dibunuh (dengan pedang). Kemudian Allah mewahyukan, "Sesungguhnya orang-orang yang dicabut nyawanya oleh malaikat dalam keadaan menzhalimi sendiri..." (4.97)
Orang-orang munafik juga merasa dengki terhadap para sahabat. Diriwayatkan Al-Bara bahwa Rasulullah (ﷺ) bersabda,
الأَنْصَارُ لاَ يُحِبُّهُمْ إِلاَّ مُؤْمِنٌ، وَلاَ يُبْغِضُهُمْ إِلاَّ مُنَافِقٌ، فَمَنْ أَحَبَّهُمْ أَحَبَّهُ اللَّهُ، وَمَنْ أَبْغَضَهُمْ أَبْغَضَهُ اللَّهُ
"Tiada yang mencintai kaum Ansar kecuali orang beriman, dan tiada yang membenci mereka selain orang munafik. Maka Allah akan mencintai orang-orang yang mencintai mereka, dan Dia akan membenci orang yang membenci mereka." [HR Al-Bukhari, 3783]
Diriwayatkan Anas bin Malik bahwa Rasulullah (ﷺ) bersabda,
آيَةُ الإِيمَانِ حُبُّ الأَنْصَارِ، وَآيَةُ النِّفَاقِ بُغْضُ الأَنْصَارِ
"Tanda keimanan adalah mencintai kaum Ansar, dan tanda kemunafikan adalah membenci kaum Ansar." [HR Al-Bukhari, 3784]
Mencintai seluruh Sahabat adalah tanda keimanan, dan membenci salah satu dari mereka dengan alasan apapun, adalah tanda kemunafikan. Ummul Mukminin, Aisya, radhiyallahu 'anhu, meriwayatkan bahwa Rasulullah (ﷺ) bersabda,
يَا عُثْمَانُ إِنَّهُ لَعَلَّ اللَّهَ يُقَمِّصُكَ قَمِيصًا فَإِنْ أَرَادُوكَ عَلَى خَلْعِهِ فَلاَ تَخْلَعْهُ لَهُمْ
"Wahai Utsman! Sesungguhnya Allah dapat memberimu selembar pakaian, dan jika mereka berharap kamu melepasnya, janganlah melepaskannya untuk mereka."" [HR Jami' at-Tirmidhi; Sahih]
Orang-orang munafik bersukacita ketika orang-orang Muslim menghadapi kesulitan, namun jika orang-orang Muslim memperoleh sesuatu yang baik, mereka merasa sedih dan cemburu. Mereka berharap rahmat itu dicabut dari umat Islam. Allah berfirman,
اِنۡ تَمۡسَسۡکُمۡ حَسَنَۃٌ تَسُؤۡہُمۡ ۫ وَ اِنۡ تُصِبۡکُمۡ سَیِّئَۃٌ یَّفۡرَحُوۡا بِہَا ؕ وَ اِنۡ تَصۡبِرُوۡا وَ تَتَّقُوۡا لَا یَضُرُّکُمۡ کَیۡدُہُمۡ شَیۡـًٔا ؕ اِنَّ اللّٰہَ بِمَا یَعۡمَلُوۡنَ مُحِیۡطٌ
"Jika kamu memperoleh kebaikan, (niscaya) mereka bersedih hati, tetapi jika kamu tertimpa bencana, mereka bergembira karenanya. Jika kamu bersabar dan bertakwa, tipu daya mereka takkan menyusahkanmu sedikit pun. Sungguh, Allah Maha Meliputi segala apa yang mereka kerjakan.." ― (QS. 3:120)
Seorang Muslim seyogyanya bersimpati terhadap saudara seimannya ketika ia dalam kesukaran atau kesulitan. Ia menasihatinya agar bersabar. Setiap kali, saat Rasulullah (ﷺ) mengunjungi seseorang untuk menyampaikan belasungkawa dengannya,beliau (ﷺ) akan berdoa,
إِنَّ لِلَّهِ مَا أَخَذَ وَلَهُ مَا أَعْطَى وَكُلٌّ عِنْدَهُ بِأَجَلٍ مُسَمًّى، فَلْتَصْبِرْ وَلْتَحْتَسِبْ
"Apapun yang diambil Allah, untuk-Nya, dan apapun yang Dia berikan, untuk-Nya, dan segala sesuatu bersama-Nya memiliki jangka waktu yang terbatas (di dunia ini) dan karena itu, hendaknya ia bersabar dan berharap pahala dari Allah." [HR Al-Bukhari, 1284]
Jika, dalam hikmah-Nya, Allah membebani kaum Muslimin dengan kesulitan dan membiarkan orang-orang munafik, mereka akan berlagak bahwa mereka telah mengetahui urutan kejadian dan telah mempersiapkannya. Mereka akan berpura-pura bersimpati, namun akan bersenang dalam hati. Merekalah orang-orang munafik.

Allah berfirman,

وَ اِنَّ مِنۡکُمۡ لَمَنۡ لَّیُبَطِّئَنَّ ۚ فَاِنۡ اَصَابَتۡکُمۡ مُّصِیۡبَۃٌ قَالَ قَدۡ اَنۡعَمَ اللّٰہُ عَلَیَّ اِذۡ لَمۡ اَکُنۡ مَّعَہُمۡ شَہِیۡدًا
"Dan sesungguhnya, di antara kamu pasti ada orang yang sangat enggan (ke medan pertempuran). Lalu jika kamu ditimpa musibah, ia berkata, 'Sungguh, Allah telah memberikan nikmat kepadaku karena aku tak ikut berperang bersama mereka.'” ― (QS. 4:72)
وَ لَئِنۡ اَصَابَکُمۡ فَضۡلٌ مِّنَ اللّٰہِ لَیَقُوۡلَنَّ کَاَنۡ لَّمۡ تَکُنۡۢ بَیۡنَکُمۡ وَ بَیۡنَہٗ مَوَدَّۃٌ یّٰلَیۡتَنِیۡ کُنۡتُ مَعَہُمۡ فَاَفُوۡزَ فَوۡزًا عَظِیۡمً
"Dan sungguh, jika kamu mendapat karunia (kemenangan) dari Allah, tentulah ia mengatakan seakan-akan belum pernah ada hubungan kasih-sayang antara kamu dengannya, 'Duhai, sekiranya aku bersama mereka, tentu aku akan memperoleh kemenangan yang agung (pula).'” ― (QS. 4:73)
Jika ada yang menghadapi kesulitan karena taat pada ajaran Islam maka orang-orang munafik menganggap itu sebagai hukuman Allah. Padahal, inilah cobaan dan penyaring mana yang asli dan mana yang palsu. Allah berfirman,
وَ مِنَ النَّاسِ مَنۡ یَّقُوۡلُ اٰمَنَّا بِاللّٰہِ فَاِذَاۤ اُوۡذِیَ فِی اللّٰہِ جَعَلَ فِتۡنَۃَ النَّاسِ کَعَذَابِ اللّٰہِ ؕ وَ لَئِنۡ جَآءَ نَصۡرٌ مِّنۡ رَّبِّکَ لَیَقُوۡلُنَّ اِنَّا کُنَّا مَعَکُمۡ ؕ اَوَ لَیۡسَ اللّٰہُ بِاَعۡلَمَ بِمَا فِیۡ صُدُوۡرِ الۡعٰلَمِیۡنَ
"Dan di antara manusia ada sebagian yang berkata, 'Kami beriman kepada Allah,' tetapi apabila ia disakiti (karena ia beriman) kepada Allah, ia menganggap cobaan manusia itu sebagai siksaan Allah. Dan jika datang pertolongan dari Rabb-mu, niscaya mereka akan berkata, 'Sesungguhnya kami bersamamu.' Bukankah Allah lebih mengetahui apa yang ada di dalam dada semua manusia?" ― (QS. 29:10)
وَ لَیَعۡلَمَنَّ اللّٰہُ الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا وَ لَیَعۡلَمَنَّ الۡمُنٰفِقِیۡنَ
"Dan Allah pasti mengetahui orang-orang yang beriman dan Dia pasti mengetahui orang-orang yang munafik." ― (QS. 29:11)
Yang juga merupakan karakteristik orang-orang munafik, bahwa mereka akan dengan cepat bergabung dengan kaum Muslim agar memperoleh bagian harta rampasan yang diperoleh kaum Muslimin.
سَیَقُوۡلُ الۡمُخَلَّفُوۡنَ اِذَا انۡطَلَقۡتُمۡ اِلٰی مَغَانِمَ لِتَاۡخُذُوۡہَا ذَرُوۡنَا نَتَّبِعۡکُمۡ ۚ یُرِیۡدُوۡنَ اَنۡ یُّبَدِّلُوۡا کَلٰمَ اللّٰہِ ؕ قُلۡ لَّنۡ تَتَّبِعُوۡنَا کَذٰلِکُمۡ قَالَ اللّٰہُ مِنۡ قَبۡلُ ۚ فَسَیَقُوۡلُوۡنَ بَلۡ تَحۡسُدُوۡنَنَا ؕ بَلۡ کَانُوۡا لَا یَفۡقَہُوۡنَ اِلَّا قَلِیۡلً
"Apabila kamu berangkat untuk mengambil barang rampasan, orang-orang Badui yang tertinggal itu akan berkata, 'Biarkanlah kami mengikutimu.' Mereka hendak mengubah janji Allah. Katakanlah, 'Kamu sekali-kali tak (boleh) mengikuti kami. Demikianlah yang telah ditetapkan Allah sejak semula.' Maka mereka akan berkata, 'Sebenarnya kamu dengki kepada kami.' Padahal mereka tak mengerti melainkan sedikit sekali." ― (QS. 48:15)
Seorang munafik akan mudah berpindah sisi antara Muslim dan non-Muslim, mana yang menguntungkan baginya, dan sisi mana yang menyulitkannya. Wahai saudara-saudariku, seorang munafik tak memiliki ilmu dan pemahaman agama meskipun ia mungkin telah menguasai ilmu duniawi. Allah berfirman,
یَعۡلَمُوۡنَ ظَاہِرًا مِّنَ الۡحَیٰوۃِ الدُّنۡیَا ۚۖ وَ ہُمۡ عَنِ الۡاٰخِرَۃِ ہُمۡ غٰفِلُوۡنَ
"Mereka mengetahui yang lahir (tampak) dari kehidupan dunia; sedangkan terhadap (kehidupan) akhirat mereka lalai." ― (QS. 30:7)
Pemahaman tentang agama adalah berkah besar dari Allah. Muawiyah meriwayatkan bahwa Rasulullah (ﷺ) bersabda,
مَنْ يُرِدِ اللَّهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِي الدِّينِ، وَإِنَّمَا أَنَا قَاسِمٌ وَاللَّهُ يُعْطِي، وَلَنْ تَزَالَ هَذِهِ الأُمَّةُ قَائِمَةً عَلَى أَمْرِ اللَّهِ لاَ يَضُرُّهُمْ مَنْ خَالَفَهُمْ حَتَّى يَأْتِيَ أَمْرُ اللَّهِ
"Jika Allah berkehendak kebaikan pada seseorang, Dia membuatnya memahami agama. Aku hanyalah yang membagi dan Allah-lah Yang memberi. (Dan ingatlah) bahwa umat ini akan terus menegakkan perintah Allah dan orang-orang yang menyelisihi mereka tak bisa memudharatkan mereka hingga ditetapkannya keputusan Allah (Hari Pengadilan). " [HR Al-Bukhari, 71]
Seorang munafik tak memahami ilmu agama. Ia mungkin pandai dalam ilmu-ilmu duniawi dan bahkan mungkin berusaha mendapatkannya, namun ia tak punya kecakapan dalam ilmu-ilmu agama. Orang-orang munafik mengutip Hadis yang berbunyi bahwa 'setiap muslim hendaknya menuntut ilmu' hanya untuk mendapatkan ilmu-ilmu duniawi, dengan mudah mengabaikan maknanya yakni untuk memperoleh ketakwaan, ilmu tentang Alquran dan Sunnah. Meskipun tak ada larangan untuk mendapatkan ilmu-ilmu duniawi, namun tanpa ilmu agama, ilmu-ilmu itu tiada artinya. Ilmu agama adalah sarana kesuksesan di akhirat. Oleh karena itu, hendaknya dituntut terlebih dahulu.

Wahai saudara-saudariku, bagian dari iman adalah percaya pada takdir, yang baik maupun yang buruk. Ketika Jibril, alaihissalam, mengunjungi Rasulullah (ﷺ) dalam bentuk manusia dan mengajukan beberapa pertanyaan, ia juga bertanya, "Sekarang, sampaikan tentang iman." Beliau (ﷺ) bersabda, "Bahwa englau beriman pada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab--Nya, Utusan-utusan-Nya dan Hari Akhir, dan bahwa engkau beriman pada takdir yang baik dan buruk." Ia berkata, "Engkau berkata benar."
Rasulullah (ﷺ) juga bersabda, "Seseorang takkan beriman hingga ia (juga) beriman pada takdir yang baik dan buruk sampai ia yakin bahwa apa yang menimpanya takkan dapat dihindari dan apa yang telah dilewatinya tak dapat dihindari. telah menimpanya."

مَاۤ اَصَابَ مِنۡ مُّصِیۡبَۃٍ فِی الۡاَرۡضِ وَ لَا فِیۡۤ اَنۡفُسِکُمۡ اِلَّا فِیۡ کِتٰبٍ مِّنۡ قَبۡلِ اَنۡ نَّبۡرَاَہَا ؕ اِنَّ ذٰلِکَ عَلَی اللّٰہِ یَسِیۡرٌ
"Setiap bencana yang menimpa di bumi dan yang menimpa dirimu sendiri, semuanya telah tertulis dalam Kitab (Lauh Mahfuzh) sebelum Kami mewujudkannya. Sungguh, yang demikian itu mudah bagi Allah." ― (QS. 57:22)
Allah mencoba setiap Muslim dengan cara yang berbeda untuk membedakan mana yang patuh dan mana yang mengabaikan takdir. Dia berfirman,
وَ لَنَبۡلُوَنَّکُمۡ بِشَیۡءٍ مِّنَ الۡخَوۡفِ وَ الۡجُوۡعِ وَ نَقۡصٍ مِّنَ الۡاَمۡوَالِ وَ الۡاَنۡفُسِ وَ الثَّمَرٰتِ ؕ وَ بَشِّرِ الصّٰبِرِیۡنَ
"Dan Kami pasti akan mengujimu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar," ― (QS. 2:155)
الَّذِیۡنَ اِذَاۤ اَصَابَتۡہُمۡ مُّصِیۡبَۃٌ ۙ قَالُوۡۤا اِنَّا لِلّٰہِ وَ اِنَّاۤ اِلَیۡہِ رٰجِعُوۡنَ
"(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka berkata 'Inna lillahi wa inna ilaihi raji‘un (sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali).'" ― (QS. 2:156)
اُولٰٓئِکَ عَلَیۡہِمۡ صَلَوٰتٌ مِّنۡ رَّبِّہِمۡ وَ رَحۡمَۃٌ ۟ وَ اُولٰٓئِکَ ہُمُ الۡمُہۡتَدُوۡنَ
"Mereka itulah yang memperoleh ampunan dan rahmat dari Rabb-nya, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk." ― (QS. 2:157)
Dengan demikian, bagian dari iman itu, mengimani takdir yang baik maupun yang buruk. Jika seseorang tak beriman pada hal itu, maka ia bukanlah seorang Muslim.
Seorang munafik tak menyukai keputusan tersebut. Inilah yang dikatakan oleh orang-orang munafik setelah Pertempuran Uhud ketika tujuh puluh Sahabat syahid. Allah berfirman tentang mereka,

یٰۤاَیُّہَا النَّاسُ کُلُوۡا مِمَّا فِی الۡاَرۡضِ حَلٰلًا طَیِّبًا ۫ۖ وَّ لَا تَتَّبِعُوۡا خُطُوٰتِ الشَّیۡطٰنِ ؕ اِنَّہٗ لَکُمۡ عَدُوٌّ مُّبِیۡنٌ
"Wahai manusia! Makanlah dari (makanan) yang halal dan baik yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan. Sungguh, setan itu musuh yang nyata bagimu." ― (QS. 2:168)
Apa yang telah ditetapkan tak dapat dihindari. Ada yang meratap ketika ditimpa musibah, sedangkan yang patuh tetap tenang.

Orang munafik mencari kesalahan seorang Muslim dan ia selalu mengintainya. Kejahatan mengintai seorang Muslim ini sangat umum. Seyogyanya orang menyadari bahwa hal sepertilah pekerjaan orang-orang munafik. Allah melarang kita melakukannya dan kita harus menghindarinya agar kita tak melakukan dosa besar tanpa menyadari bahwa perbuatan baik kita terhapus karenanya. Rasulullah (ﷺ) bersabda, "Jika ada orang yang menguping pembicaraan orang lain, sementara mereka tak suka ia melakukannya, atau mereka menjauh darinya, maka mendengar akan dituangkan ke telinganya pada hari Kiamat."
Seorang Muslim dilarang mengintai Muslim lain. Mengintai orang lain adalah dosa besar. Allah berfirman,

یٰۤاَیُّہَا الَّذِیۡنَ اٰمَنُوا اجۡتَنِبُوۡا کَثِیۡرًا مِّنَ الظَّنِّ ۫ اِنَّ بَعۡضَ الظَّنِّ اِثۡمٌ وَّ لَا تَجَسَّسُوۡا وَ لَا یَغۡتَبۡ بَّعۡضُکُمۡ بَعۡضًا ؕ اَیُحِبُّ اَحَدُکُمۡ اَنۡ یَّاۡکُلَ لَحۡمَ اَخِیۡہِ مَیۡتًا فَکَرِہۡتُمُوۡہُ ؕ وَ اتَّقُوا اللّٰہَ ؕ اِنَّ اللّٰہَ تَوَّابٌ رَّحِیۡمٌ
"Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah banyak dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah ada di antara kamu yang menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijik. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat, Maha Penyayang." ― (QS. 49:12)
Bara' bin Aazib meriwayatkan bahwa Rasulullah (ﷺ) berbicara kepada mereka sehingga para wanita juga mendengarnya dibalik hijab mereka. Beliau (ﷺ) berseru dengan suara yang nyaring, "Wahai orang-orang yang telah beriman dengan lidah mereka, namun imannya belum dibangun dengan tulus di dalam qalbunya, jangan mengguncang umat Islam dan tak mencari kesalahan mereka, karena, yang mencari-cari kesalahan saudaranya, Allah akan mencari kesalahannya. Dan barangsiapa kesalahannya dicari oleh Allah, Dia akan mengungkapnya (bahkan) di bagian terdalam dari rumahnya."

Orang munafik mengabaikan hukum Syariah dan menaati hukum taghut. Allah berfirman tentang mereka,

اَلَمۡ تَرَ اِلَی الَّذِیۡنَ یَزۡعُمُوۡنَ اَنَّہُمۡ اٰمَنُوۡا بِمَاۤ اُنۡزِلَ اِلَیۡکَ وَ مَاۤ اُنۡزِلَ مِنۡ قَبۡلِکَ یُرِیۡدُوۡنَ اَنۡ یَّتَحَاکَمُوۡۤا اِلَی الطَّاغُوۡتِ وَ قَدۡ اُمِرُوۡۤا اَنۡ یَّکۡفُرُوۡا بِہٖ ؕ وَ یُرِیۡدُ الشَّیۡطٰنُ اَنۡ یُّضِلَّہُمۡ ضَلٰلًۢا بَعِیۡدًا
"Tidakkah engkau (Muhammad) memperhatikan orang-orang yang mengaku bahwa mereka telah beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu dan kepada apa yang diturunkan sebelummu? Tetapi mereka masih menginginkan ketetapan hukum kepada Tagut, padahal mereka telah diperintahkan untuk mengingkari Tagut itu. Dan setan bermaksud menyesatkan mereka (dengan) kesesatan yang sejauh-jauhnya." ― (QS. 4:60)
وَ اِذَا قِیۡلَ لَہُمۡ تَعَالَوۡا اِلٰی مَاۤ اَنۡزَلَ اللّٰہُ وَ اِلَی الرَّسُوۡلِ رَاَیۡتَ الۡمُنٰفِقِیۡنَ یَصُدُّوۡنَ عَنۡکَ صُدُوۡدًا
"Dan apabila dikatakan kepada mereka, 'Marilah (patuh) kepada apa yang telah diturunkan Allah dan (patuh) kepada Rasul,' (niscaya) engkau (Muhammad) melihat orang munafik menghalangi dengan keras darimu." ― (QS. 4:61)
Orang-orang yang berpaling dari pengadilan syariah dan hukum Islam demi hukum yang mereka kehendaki sendiri hendaknya bertanya pada diri sendiri. dimanakah mereka berpihak, Muslim atau orang-orang munafikkah? Mereka yang tak merujuk pada Al-Quran adalah pendosa, pelanggar dan orang-orang kafir.

Nifaq i'tiqadi, mengarah pada hukuman abadi di kedalaman terendah Neraka; hukuman ini akan menimpa orang yang secara lahiriah menunjukkan keimanan kepada Allah, para malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para utusan-Nya dan hari Kiamat, namun secara bathiniah, seseorang tak memiliki keyakinan seperti itu, bahkan tak mempercayainya. Dia tak percaya bahwa Allah berfirman kepada seseorang di antara manusia yang Dia tunjuk sebagai seorang utusan: membimbing mereka atas kehendak-Nya dan memperingatkan mereka tentang adzab-Nya. Dalam Al-Quran, Allah telah mewahyukan muslihat orang-orang munafik, Dia telah menyingkap keimanan mereka, kualitas mereka, dan menampakkan dengan jelas mereka sehingga orang-orang beriman dapat menyadarinya. Dia membagi umat manusia menjadi tiga kelompok di awal Surah al-Baqarah: orang beriman, orang kafir, dan orang munafik. Dia menyebutkan empat ayat tentang orang-orang beriman, dua ayat tentang orang-orang kafir, dan tiga belas ayat tentang orang-orang munafik karena banyaknya jumlah mereka dan kerusakan besar serta kesengsaraan yang mereka bawa kepada Islam dan kaum Muslimin. Allah berfirman,

یَحۡذَرُ الۡمُنٰفِقُوۡنَ اَنۡ تُنَزَّلَ عَلَیۡہِمۡ سُوۡرَۃٌ تُنَبِّئُہُمۡ بِمَا فِیۡ قُلُوۡبِہِمۡ ؕ قُلِ اسۡتَہۡزِءُوۡا ۚ اِنَّ اللّٰہَ مُخۡرِجٌ مَّا تَحۡذَرُوۡنَ
"Orang-orang munafik itu takut jika diturunkan suatu surah yang menerangkan apa yang tersembunyi di dalam hati mereka. Katakanlah (kepada mereka), 'Teruskanlah berolok-olok (terhadap Allah dan Rasul-Nya).' Sesungguhnya Allah akan mengungkapkan apa yang kamu takuti itu." - (QS.9:64)
Mudharat yang mereka sebabkan terhadap Islam, sangat parah karena mereka menyatakan diri sebagai Muslim, mereka menyatakan membantu dan mendukung Islam, namun kenyataannya, merekalah musuh-musuhnya, yang berusaha menghancurkannya dari dalam, secara diam-diam menyebarkan kerusakan dan ketidaktahuan mereka sehingga orang yang tak waspada menyangka bahwa apa yang mereka hadapi adalah ilmu dan amal-shalih."

Bunglon terdiam sejenak, lalu berkata, "Wahai saudara-saudariku, ada banyak lagi tanda-tanda kemunafikan yang akan engkau temukan di luar sana, namun hanya ini yang dapat kusampaikan padamu.
Ketahuilah saudara-saudariku, sekarang, janganlah mematuhi orang-orang munafik. Janganlah menyenangkan mereka. Karena mereka tak beriman pada Allah dan Rasul-Nya (ﷺ). Shalat jenazah tak boleh dilaksanakan atas orang-orang kafir dan orang munafik, juga tak boleh melaksanakan Shalat berjamaah dengan salah seorang dari mereka sebagai Imam, juga tak seorang munafikpun yang boleh diangkat menjadi pemimpin, karena mereka kafir. Merekalah musuh terburuk umat Islam.
Kemunafikan adalah penyakit yang akan mengeluarkan iman dari qalbu seseorang. Terkadang, seseorang tak menyadari bahwa kemunafikan telah membuat rumah didalam qalbunya dan ia melakukan perbuatan kemunafikan tanpa sadar. Rasulullah (ﷺ) bersabda, "Sebagian besar orang-orang munafik dalam ummatku akan menjadi penghafal Al-Qur'an." Mereka berusaha menangkal kesalahan dengan menghafal Al-Qur'an dan tujuan mereka adalah menghapusnya. Inilah yang dilakukan oleh orang-orang munafik pada zaman Rasulullah (ﷺ). Banyak orang menghafal Al-Qur'an dan mendapatkan gelar 'Hafiz' yang ditambahkan di depan nama mereka. Mereka tak lagi memastikan bahwa Al-Qur'an akan tersimpan dalam ingatan mereka. Namun gelar 'Hafiz' tetap mereka pakai.
Akhirnya, kemunafikan akan menjadi biasa sebelum terjadinya Hari Akhir. Hari Kiamat takkan datang sampai setiap orang akan dikuasai oleh kemunafikan mereka. Wallahu a'lam."
Rujukan :
- 'Aed Abdullah Al Qarni, The Signs of the Hypocrites, Darul Ishaat Karachi.
- Ibn Qayyim Al-Jawziyyah, Characteristic of the Hypocrites, translated by Abu Rumaysah, Daar Us Sunnah Publishers.


[Bagian 5]
[Bagian 1]