Sang elang melanjutkan, "Orang-orang Shabi'in disebutkan dalam Al-Qur'an,
Dalam ayat ini, Allah menyatakan bahwa kaum sebelumnya, yang shalih dan taat, menerima pahala atas amal-shalih mereka. Ini akan terjadi sampai kelak Hari Kiamat. Karena itu, barangsiapa yang mengikuti Rasul dan Nabi yang ummi (ﷺ), akan memperoleh kebahagiaan abadi dan takkan takut pada apa yang akan terjadi di masa depan atau bersedih atas apa yang telah hilang di masa lalu.إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَالَّذِينَ هَادُوا وَالنَّصَارَىٰ وَالصَّابِئِينَ مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَعَمِلَ صَالِحًا فَلَهُمْ أَجْرُهُمْ عِندَ رَبِّهِمْ وَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ"Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani dan orang-orang Shabi'in, siapa saja (di antara mereka) yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir, dan melakukan kebajikan, mereka mendapat pahala dari Rabbnya, tiada rasa takut pada mereka, dan mereka tak bersedih hati." - [QS.2:62]
'Ali bin Abi Talhah meriwayatkan dari Ibnu 'Abbas, tentang ayat, "Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani dan orang-orang Shabi'in, siapa saja (di antara mereka) yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir,...", kemudian bahwa Allah mewahyukan ayat berikut ini,
Pernyataan Ibnu ‘Abbas ini menunjukkan bahwa Allah tak menerima amal atau pekerjaan apapun dari siapapun, kecuali itu sesuai dengan Syari'at Nabi Muhammad (ﷺ) yaitu, setelah Allah mengutus Nabi Muhammad (ﷺ). Sebelumnya, setiap orang yang mengikuti tuntunan Nabinya sendiri, berada di jalan yang benar, mengikuti petunjuk yang benar dan terselamatkan.وَمَنْ يَبْتَغِ غَيْرَ الْإِسْلَامِ دِينًا فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي الْآخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ"Dan barangsiapa mencari agama selain Islam, ia takkan diterima, dan di akhirat ia termasuk orang yang rugi." - [QS.3:85]
Orang-orang Yahudi adalah pengikut Nabi Musa alaihissalam, yang berhukum pada Taurat. Orang-orang Yahudi disebut 'Yahud', sebuah kata yang berarti, 'bertobat', seperti yang diucapkan Nabi Musa, alaihissalam,
artinya, kami bertobat kepada Engkau.اِنَّا ہُدۡنَاۤ اِلَیۡکَ"...Sungguh, kami hudna kepada Engkau...." - [QS.7:156]
Ini menunjukkan bahwa mereka pertama kali disebut Yahud, karena mereka bertobat dan, karena mereka saling berbuat-baik. Dikatakan juga bahwa mereka disebut Yahud mengacu pada Yahuda (Yehuda) putra sulung Nabi Ya'qub, alaihissalam. Abu ‘Amr bin Al-'Ala 'mengatakan bahwa mereka disebut Yahud, karena mereka bergoyang saat membaca Taurat.
Tipuan Iblis terhadap orang Yahudi mengambil banyak bentuk. Berikut ini beberapa contohnya. Mereka mengklaim bahwa ada kesamaan antara Sang Pencipta dan ciptaan-Nya. Jika ini benar, maka segala sesuatu yang berlaku bagi Sang Pencipta akan berlaku bagi ciptaan. Abu Jamid mengatakan bahwa orang-orang Yahudi mengklaim bahwa tuhan adalah manusia yang terbuat dari cahaya, duduk di atas kursi cahaya, mengenakan mahkota cahaya, dan bahwa ia memiliki anggota tubuh yang mirip dengan anggota tubuh manusia.
Contoh lain adalah, klaim mereka bahwa 'Uzair adalah putra Allah. Seandainya mereka memahami kenyataan masa kanak-kanak, mereka akan menyadari bahwa itu hanya dapat terjadi ketika sang ayah memberikan bagian dari dirinya, yakni sperma. Allah takkan pernah memberikan bagian apapun dari-Nya karena Dia tak terdiri dari bagian-bagian yang berbeda. Juga, anak lelaki biasanya berstatus sama dengan ayahnya. Namun, 'Uzair, perlu makan agar dapat bertahan hidup. Bagaimana bisa ia menjadi tuhan ketika tuhan selalu dibutuhkan dan tak pernah membutuhkan. Mereka hanya berasumsi bahwa Uzair adalah putra Allah karena ia kembali dari kematian dan menghafal Taurat. Apa yang membuktikan bahwa orang-orang Yahudi berpikiran lemah adalah bahwa setelah melihat kekuasaan Allah membelah laut, mereka meminta menyembah berhala seraya berkata, "Hai Musa, buatkanlah untuk kami sebuah tuhan (berhala) sebagaimana mereka mempunyai beberapa tuhan (berhala)" Ketika Musa memarahi mereka karena mengajukan permintaan ini, mereka terus berharap punya berhala seperti itu namun secara diam-diam. Harapan mereka akhirnya terwujud saat mereka menyembah anak sapi.
Inilah hasil dari dua hal, pertama, mereka tak mengenal akan Sang Pencipta, dan kedua, bahwa mereka menginginkan sesuatu yang dapat mereka rasakan, karena perasaan lebih efektif bagi mereka daripada merenungkan. Seandainya mereka mengenal Rabb mereka, mereka takkan menyebutnya dengan perkataan buruk, seperti, "Allah itu miskin" dan "Tangan Allah terbelenggu."
lblis juga menipu mereka agar berpikir bahwa syariat itu, tak mungkin dibatalkan. Namun, mereka tahu betul bahwa dalam Syariah Nabi Adam, diperbolehkan menikahi saudara perempuan seseorang dan bekerja pada hari Sabtu. Hal ini dicabut oleh millah Nabi Musa. Mereka berkata, "Setiap kali Alah memerintahkan sesuatu, maka itu takkan mungkin berubah."
Contoh lain dari tipuan Iblis terhadap orang Yahudi adalah klaim mereka, "Api Neraka takkan menyentuh kami melainkan beberapa hari saja." Hari-hari ini, maksudnya, hari dimana mereka menyembah anak sapi.
Perbuatan memalukan mereka sangat banyak. lblis juga menyebabkan mereka menjadi sangat keras kepala hingga menyangkal bahwa Nabi Muhammad (ﷺ) telah dijelaskan dalam kitab mereka. Mereka mengubah ayat-ayat yang menyebutkannya, menolak beriman kepadanya dan menerima adzab Hari Kiamat.
Para cerdik-pandai mereka keras kepala, dan orang-orang bodoh di antara mereka mengikuti. Dan mereka mengubah agama mereka agar sesuai dengan kebutuhan, maka bagaimana mungkin penghambaan dapat terjadi pada mereka yang meninggalkan perintah Allah dan bertindak sesuai dengan keinginan mereka. Mereka tak menaati Nabi Musa, alaihissalam, dan menuduhnya punya testis yang terlalu besar! Dan mereka menuduhnya membunuh Nabi Harun, alaihissalam, dan juga menuduh Daud, alaihissalam, berhubungan dengan istri Irya.
Orang-orang Kristen disebut 'Nasara'. Ketika Nabi Isa, alaihissalam, diutus, Bani Israil diminta agar mengikuti dan menaatinya. Para pengikut Nabi Isa dan sahabat-sahabatnya yang setia, disebut An-Nasara, karena mereka saling menolong dan mendukung. Mereka juga disebut Ansar (penolong), karena Nabi ‘Isa berkata,
Dikatakan bahwa mereka disebut 'Nasara', karena mereka mendiami tanah yang disebut An-Nasirah (Nazareth), seperti yang disebutkan Qatadah, Ibnu Juraij, dan Ibn 'Abbas. Nasara tentu jamak untuk Nasran.مَنۡ اَنۡصَارِیۡۤ اِلَی اللّٰہِ ؕ قَالَ الۡحَوَارِیُّوۡنَ نَحۡنُ اَنۡصَارُ اللّٰہِ"...“Siapakah yang akan menjadi penolong-penolongku (untuk menegakkan agama) Allah?” Al-Hawariyyun berkata, “Kamilah Ansarullah..." - [QS.61:14]
Ketika Allah mengutus Nabi Muhammad (ﷺ) sebagai Nabi Terakhir dan Penutup para Nabi dan Rasul untuk seluruh Bani Adam, umat manusia dituntut agar beriman kepadanya, menaatinya, dan menjauhi larangannya; mereka yang melaksanakannya, orang beriman sejati. Umatnya, disebut ‘Mu'minin (orang-orang beriman) karena kedalaman iman dan kepastian mereka, dan karena mereka beriman pada semua nabi sebelumnya dan hari Akhir.
Tipu-daya Iblis terhadap an-Nasara mengambil banyak bentuk. Berikut ini beberapa contohnya. Iblis memperdaya mereka agar mengira bahwa Sang Pencipta berwujud materi. Al-Ya'qubiyyah, pengikut Ya'qub, al-Malikiyyah, pengikut Agama Raja (Constantine), dan al-Nastiriyyah, pengikut Nastur, semua mengatakan bahwa Allah adalah satu esensi tetapi tiga karakter yang berbeda: ayah, putra dan roh kudus. Ada dari mereka mengklaim bahwa ketiga karakter itu hanya fitur belaka. Yang lain mengatakan itu adalah atribut. Dan yang lain mengklaim bahwa mereka adalah manusia. Mereka lupa bahwa seandainya Allah menjadi materi dari segala sesuatu, berlaku untuk sesuatu akan berlaku pula bagi-Nya, sama seperti makhluk yang terbatas oleh ruang, gerak, keheningan dan warna.
Kemudian Iblis meyakinkan beberapa dari mereka agar meyakini bahwa 'Isa, alaihissalam, adalah Allah. Abu Muhammad al-Nubakhti berkata, 'Al-Malikis dan al-Ya'qubis mengklaim bahwa Maryam melahirkan Sang Pencipta. Iblis berbisik kepada beberapa dari mereka agar percaya bahwa 'Isa adalah putra Allah.' Yang lain mengklaim bahwa Isa memiliki dua esensi, yang satu lama dan yang lainnya baru. Mereka membenarkan kebutuhan Isa akan makanan dan bahwa ia disalibkan dan tak dapat menolak bahaya dari dirinya sendiri. Mereka berkata, "Yang disalibkan adalah esensi humanistik. '' Nah, tak bisakah esensi ilahi menolak bahaya dari esensi humanistik?
Iblis juga memperdaya mereka agar menolak Nabi kita (ﷺ) meskipun beliau disebutkan dalam Injil. Ada Ahli Kitab mengakui bahwa Rasulullah (ﷺ) adalah seorang Nabi sejati, namun hanya diutus kepada orang Arab. Inilah aspek lain dari muslihat Iblis terhadap mereka, karena begitu mereka mengakui bahwa Muhammad (ﷺ) adalah seorang Nabi, mereka seharusnya menegaskan bahwa ia tak mungkin pembohong. Beliau (ﷺ) bersabda, "Aku diutus untuk seluruh umat manusia", dan beliau (ﷺ) berkirim surat kepada raja-raja negara-negara non-Arab, untuk mengajak mereka memeluk Islam.
Iblis juga memperdaya kaum Yahud dan Nasrani agar percaya bahwa Allah takkan pernah menghukum mereka demi leluhur mereka. Leluhur mereka termasuk Nabi dan orang benar. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman tentang perkataan mereka,
Adapun kaum Shabi'in atau Shabi'an, ada perbedaan pendapat tentang identitas mereka. Sufyan Ats-Tsauri mengatakan bahwa Laith bin Abu Sulaim menyampaikan bahwa Mujahid mengatakan bahwa, “Kaum Shabi'in berada di antara kaum Majus, Yahud dan Nasrani. Mereka tak memiliki agama tertentu." Yang lain mengatakan bahwa kaum Shabi'in adalah firqah di antara Ahli Kitab yang biasa membaca Zabur (Mazmur), yang lain mengatakan bahwa merekalah umat yang menyembah para malaikat atau bintang-bintang. Tampaknya pendapat yang paling dekat dengan kebenaran, wallahu a'lam, adalah pernyataan Mujahid dan mereka yang setuju dengannya seperti Wahb bin Munabbih, bahwa kaum Shabi'in bukanlah Yahudi, Kristen, Majus atau musyrik. Sebaliknya, mereka tak memiliki agama tertentu yang mereka ikuti dan tegakkan, karena mereka tetap hidup sesuai dengan Fitrah mereka (sifat naluriah). Itulah sebabnya mengapa para penyembah berhala, menyebut siapapun yang memeluk Islam sebagai 'Sabi', yang bermakna, bahwa ia meninggalkan semua agama yang ada di bumi. Beberapa ulama menyatakan bahwa kaum Shabi'in adalah mereka yang tak pernah menerima risalah dari nabi manapun.وَ قَالَتِ الۡیَہُوۡدُ وَ النَّصٰرٰی نَحۡنُ اَبۡنٰٓؤُا اللّٰہِ وَ اَحِبَّآؤُہٗ ؕ قُلۡ فَلِمَ یُعَذِّبُکُمۡ بِذُنُوۡبِکُمۡ ؕ بَلۡ اَنۡتُمۡ بَشَرٌ مِّمَّنۡ خَلَقَ ؕ یَغۡفِرُ لِمَنۡ یَّشَآءُ وَ یُعَذِّبُ مَنۡ یَّشَآءُ ؕ وَ لِلّٰہِ مُلۡکُ السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضِ وَ مَا بَیۡنَہُمَا ۫ وَ اِلَیۡہِ الۡمَصِیۡرُ"Orang Yahudi dan Nasrani berkata, “Kamilah anak-anak Allah dan kekasih-kekasih-Nya.” Katakanlah, “Mengapa Allah menyiksamu karena dosa-dosamu? Tidak, kamu hanyalah manusia (biasa) di antara orang-orang yang Dia ciptakan. Dia mengampuni siapa yang Dia kehendaki dan menyiksa siapa yang Dia kehendaki. Dan milik Allah seluruh kerajaan langit dan bumi serta apa yang ada di antara keduanya. Dan kepada-Nya semua akan kembali.” - [QS.5:18]
Mengenai kaum Shabi'in, Ibnu Qayyim menyatakan, "Kaum Shabi'in adalah orang kuno yang mendahului orang Yahudi dan Nasrani... Mereka bukan Yahudi, Nasrani atau Majusi. Mereka ada dua faksi: Kaum Shabi'in monoteistik dan Shabi'in yang menyembah berhala. Jadi, para kaum monoteislah yang diselamatkan di antara mereka. Dan di antara kedua faksi ini, ada perselisihan dan penolakan. Merekalah kaum Nabi Ibrahim, alaihissalam, sama seperti kaum Yahud, umat Nabi Musa, alaihissalam. Dan para monoteis dari kaum Shabi'in adalah pengikut Nabi Ibrahim, alaihissalam."
Ibnu Qayyim menekankan dalam Ahkam Ahludz-Dzimmah bahwa secara umum, kaum Shabi'in lebih baik dibanding kaum Majusi. Kaum Majusi atau Zoroastorian (Arab: Al-Majus), dalam hal agama, lebih buruk daripada orang Yahud, Nasara, dan Shabi'in - sesungguhnya merekalah budaya terburuk dalam hal agama. Mereka tak tunduk pada terhadap kitab suci apapun yang diwahyukan atau berpautan dengan agama yang diwahyukan. Karena alasan ini, saat Persia mengalahkan Romawi (yaitu Bizantium Kristen) pada zaman Rasulullah (ﷺ), para penyembah berhala Mekah bersukacita atas kemenangan Majusi Persia, karena kaum itu mirip dengan mereka. Orang-orang Mekah juga tak mengikuti kitab suci yang diwahyukan (sama seperti orang Majusi Persia itu), dan karenanya, mereka bersikap jahat terhadap kaum Muslimin Mekah. Kemudian, saat orang Romawi mengalahkan orang-orang Persia, kaum Muslimin bersukacita karena orang-orang Nasara itu, lebih dekat dengan kaum Muslimin daripada orang-orang Majusi karena fakta bahwa orang-orang Nasara memiliki kitab yang diwahyukan.
Kaum Majusi beriman pada konsep "ilah ganda" atau kekuatan tertinggi yang saling bertentangan. Tuhan mereka, Ahura Mazda, "berada diatas dalam terang dan kebaikan, sedangkan tuhan jahat, Angra Mainyu,"berada dibawah dalam kegelapan dan kebodohan." Mereka telah ada secara berdiri-sendiri sepanjang masa, dan menjadikan diri mereka terwujud dalam materi yang berlawanan. Zoroastrianisme muncul di Iran (Persia) sekitar abad ke-6 SM, dan Zoroastrian (Majusi) menyembah api karena mereka menganggapnya sebagai media tempat memperoleh wawasan spiritual dan kebijaksanaan - dan juga, air diperlakukan dengan cara yang sama. Karena alasan ini, mereka sering disebut sebagai "pemuja api" dan mereka dikenal dengan bangunan kuil api mereka. Mereka bertahan sampai saat ini dan sebagian besar hidup di India dan Iran.
Menurut Ibnu Al-Jauzi, kaum Shabi'in adalah mereka yang meninggalkan satu agama demi agama lain. Para 'ulama memiliki sepuluh pendapat berbeda tentang mereka. Yang pertama, bahwa agama mereka adalah campuran antara agama Nasrani dan Zoroastrianisme. Yang kedua, bahwa agama mereka adalah campuran antara Yudaisme dan Zoroastrianisme. Ketiga, bahwa agama mereka adalah campuran antara Yudaisme dan Nasrani. Yang keempat, bahwa mereka adalah sekte Nasrani tetapi mereka menganut pandangan yang kurang radikal. Kelima, bahwa mereka adalah sekte politeis tanpa kitab suci. Yang keenam, bahwa mereka sama dengan Zoroaster. Yang ketujuh, bahwa mereka adalah para ahli kitab dan kitab suci mereka adalah Zabur. Yang kedelapan, bahwa mereka adalah orang-orang yang shalat menghadap kiblat kita, shalat kepada para malaikat dan yang kitab sucinya adalah Zabur. Yang kesembilan, bahwa mereka hanyalah hanya sekte dari Ahli Kitab. Yang kesepuluh, bahwa mereka adalah umat yang mengakui bahwa tak ada yang layak disembah selain Allah. Mereka tak melakukan amalan lain kecuali pengakuan ini.
Adapun para Mutakallimun, para praktisi penalaran deduktif, mereka mengatakan bahwa Shabi'in menganut berbagai kepercayaan. Ada yang percaya bahwa selalu ada Pencipta yang selalu menciptakan sesuatu yang pra-abadi. Kebanyakan kaum Shabi'in percaya bahwa alam semesta ini diciptakan dari ketiadaan, dan menyebut planet sebagai malaikat yang mereka sembah dan mereka bangunkan tempat suci untuknya. Mereka mengklaim bahwa Ka'bah adalah salah satu tempat suci yang dipersembahkan bagi planet Saturnus. Yang lain mengklaim bahwa Allah seharusnya hanya diberi sifat penolakan, bukan sifat penegasan, jadi mereka berkata, 'Allah tak diciptakan, tak mati, tak bodoh, dan tak cacat.' Mereka mengatakan bahwa dengan menyatakan ini, akan mencegah penggambaran kesamaan antara Allah dan ciptaan-Nya.
Adapun dalam hal ibadah, mereka mengklaim bahwa mereka beribadah tiga kali sehari. Ibadah pertama terdiri dari delapan raka'at dengan tiga sujud di setiap raka'atnya. Ibadah ini dapat dilakukan kapan saja sebelum matahari terbit. Ibadah kedua dan ketiga, masing-masing terdiri dari lima raka'at.
Mereka juga berpuasa selama satu bulan, mulai tanggal delapan Maret ditambah tujuh hari mulai tanggal sembilan Desember, dan tujuh hari lagi mulai tanggal delapan Februari. Setelah berpuasa, mereka merayakannya dengan bersedekah dan menyembelih hewan.
Bagi mereka, daging unta dilarang. Dan mereka mengklaim bahwa jiwa-jiwa orang yang baik naik ke planet-planet yang stasioner dan menuju cahaya. Adapun jiwa-jiwa orang yang jahat, mereka turun ke bumi dan kegelapan. Diantara mereka ada yang mengklaim bahwa dunia ini tak pernah direbut keberadaannya, dan bahwa pahala dan adzab terjadi melalui reinkarnasi. Iblis telah menipu mereka agar percaya bahwa kesempurnaan dapat dicapai melalui hubungan dengan dunia spiritual atas. Mereka melakukannya dengan bersuci dan mengikuti aturan tertentu. Juga, mereka menyibukkan diri dengan meramal dan menolak kehidupan setelah mati.
Allah juga berfirman,
Dalam ayat ini, sebagaimana dikatakan Mujahid, mereka yang beriman, merujuk pada kaum Muslimin, sedang orang-orang Yahud, adalah mereka yang dipercayakan memelihara Taurat, dan para Shabi'in, sebuah sekte dari kaum Nasrani dan Majusi yang tak mengikuti agama tertentu. Adapun orang-orang Nasrani, mereka dikenal dan dipercayakan memegang Injil. Maknanya bahwa jika masing-masing kelompok ini beriman kepada Allah dan Hari Kiamat, yang merupakan Hari Penghakiman dan Perhitungan, dan mengerjakan amal-shalih, yang seharusnya demikian, hendaknya sesuai dengan Syari'at Nabi Muhammad (ﷺ), setelah Nabi Muhammad (ﷺ) diutus untuk semua umat manusia dan jin. Jika ada di antara kelompok-kelompok ini yang mengimani tentang hal ini, maka mereka takkan takut dengan apa yang akan terjadi atau sedih akan kehilangan, dan kenestapaan takkan pernah mempengaruhi mereka.اِنَّ الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا وَ الَّذِیۡنَ ہَادُوۡا وَ الصّٰبِـُٔوۡنَ وَ النَّصٰرٰی مَنۡ اٰمَنَ بِاللّٰہِ وَ الۡیَوۡمِ الۡاٰخِرِ وَ عَمِلَ صَالِحًا فَلَا خَوۡفٌ عَلَیۡہِمۡ وَ لَا ہُمۡ یَحۡزَنُوۡنَ"Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang Yahud, Sabi'in dan orang-orang Nasrani, barangsiapa beriman kepada Allah, kepada hari kemudian, dan berbuat kebajikan, maka tak ada rasa khawatir padanya dan mereka tak bersedih hati." - [QS.5:69]
Dalam ayat lain, Allah berfirman,
Dalam ayat ini, Allah menyampaikan kepada kita tentang para pengikut berbagai agama ini, orang-orang beriman (Muslim) dan yang lainnya seperti Yahud dan Shabi'in. Kita telah membahasnya dan telah mencatat bagaimana ada perbedaan pandangan tentang siapa mereka. Ada juga kaum Nasrani, Majusi dan lainnya yang menyekutukan Allah. Allah akan menghakimi mereka pada Hari Kiamat dengan seadil-adilnya; Dia akan memasukkan mereka yang beriman pada-Nya ke Surga dan akan menjebloskan mereka yang tak beriman pada-Nya ke neraka, karena Dialah Saksi atas perbuatan mereka, dan Dia tahu segala yang mereka ucapkan dan segala yang mereka lakukan secara diam-diam, dan walau mereka menyembunyikannya didalam dada. Wallahu a'lam.اِنَّ الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا وَ الَّذِیۡنَ ہَادُوۡا وَ الصّٰبِئِیۡنَ وَ النَّصٰرٰی وَ الۡمَجُوۡسَ وَ الَّذِیۡنَ اَشۡرَکُوۡۤا ٭ۖ اِنَّ اللّٰہَ یَفۡصِلُ بَیۡنَہُمۡ یَوۡمَ الۡقِیٰمَۃِ ؕ اِنَّ اللّٰہَ عَلٰی کُلِّ شَیۡءٍ شَہِیۡدٌ"Sesungguhnya orang-orang beriman, orang Yahudi, orang Shabi'in, orang Nasrani, orang Majusi dan orang musyrik, Allah pasti memberi keputusan di antara mereka pada hari Kiamat. Sungguh, Allah menjadi saksi atas segala sesuatu." - [QS.22:17]
[Mengikuti Nenek-Moyang]