Jumat, 12 Maret 2021

The Queen's Gambit?

Belum lagi para unggas bubar, sang elang telah kembali. Pipit bertanya, "Ada apa saudaraku? Engkau pergi, dan bergegas kembali." Sang elang menjawab, "Aku melihat kegaduhan di luar sana. Tapi itu bukanlah sesuatu yang perlu kita khawatirkan. Sekarang, bolehkah aku melanjutkan?" "Tentu saja, silahkan saudaraku!" sang murai langsung menjawab. Kemudian, sang elang bersenandung,
Datanglah ke Laut Hitam itu
Berenanglah bersamaku
Berceburlah bersamaku, berbenamlah bersamaku
Mari kita jadikan itu berharga

Seribu-malam telah berlalu
Perubahan takkan terjadi semalaman
Tak terlihat pada awalnya
Yang penting bertahan
Suntikkan nasehatmu padaku
Luluhkan belenggu-belenggu kita
Sang rajawali melanjutkan kisahnya, "Sang pemuda bertanya, 'Wahai paman, apa itu Queen's Gambit?" Sang orang-tua balik bertanya, 'Maksudmu, dalam permainan catur?' "Iya!" angguk sang pemuda. Sang orang-tua berkata, "Queen's Gambit itu, langkah pembukaan catur. Langkah ini, merupakan salah satu langkah pembukaan tertua dan masih biasa dimainkan sampai sekarang. Secara tradisional digambarkan sebagai langkah pertama karena bidak Putih seolah mengorbankan pion-c; mungkin langkah ini dianggap penamaan yang keliru, karena berakibat bidak Hitam tak dapat mempertahankan pionnya tanpa sebuah pengorbanan.
Aku tak banyak mengetahui tentang permainan catur, tetapi, yang kuketahui, dalam sejarahnya, catur itu, seyogyanya digolongkan sebagai permainan-tempur. Dua pemain mengarahkan konflik antara dua pasukan dengan kekuatan yang sama di medan-perang, dibatasi luasnya, dan tak menyediakan bidang keuntungan di kedua sisi. Tak ada petunjuk bagi para pemain selain yang dihasilkan oleh kemampuan-nalar para pemain, dan kemenangan biasanya jatuh ke tangan orang yang imajinasi-strategisnya lebih besar, yang arah pasukannya lebih terampil, yang kemampuannya memperkirakan posisi lebih berkembang.
Saat ini, catur seperti yang kita kenal, dimainkan oleh orang-orang Barat, dan di setiap negeri yang telah diperluas oleh peradaban atau penjajahan Barat. Permainan ini punya literatur yang isinya mungkin melebihi semua permainan lain bila dikumpulkan. Dialek-dialek dan istilah-teknisnya telah masuk ke dalam bahasa sehari-hari. Prinsip-prinsip dan kemungkinan permainan telah dipelajari selama empat abad, dan orang yang serius mempelajari catur, bisa memulainya dengan keuntungan dari warisan yang kaya akan hikmah dan kemahiran yang tercatat. Master-play mencapai standar yang tinggi, dan berhak mendapatkan reputasi berdasarkan tingkat kesulitannya. Reputasi ini sering diperluas ke dalam permainan itu sendiri, dan berakibat banyak orang urung mempelajarinya. Selain itu, peradaban Barat telah mengembangkan permainan lain, dan dijadikan sebagai permainan waktu-luang, sehingga catur saat ini hanya dapat dianggap sebagai permainan minoritas dunia Barat.
Pada Abad Pertengahan, catur jauh lebih banyak dimainkan, dan dianggap lebih unggul di antara permainan-permainan dalam ruang lainnya, dan masih diberikan penghargaan agar dapat bertahan hidup sejak masa ketika catur merupakan kelas permainan saat-santai paling populer di Eropa.

Duhai anak-muda! Untuk meningkatkan permainan caturmu, mempelajari tentang struktur pion, ide di balik langkah-pembuka, langkah-pembuka itu sendiri, menyelesaikan strategi, dan mempelajari dasar-dasarnya serta permainan penutup yang tak begitu mendasar, merupakan suatu sasaran yang baik. Permainan ini juga dapat membantu melatih kebiasaan berpikirmu, menemukan dan melatih cara berpikir yang benar dan efisien tentang posisi catur. Seperti yang telah kusampaikan, dalam catur, dialek-dialek dan istilah-teknisnya, telah menjadi bahasa yang umum dalam kehidupan sehari-hari.

Duhai anak-muda! Dengarkan cerita ini, 'Seekor burung gagak yang kehausan, menemukan kendi berisi air, namun sangat sedikit air terisi didalamnya, akibatnya, ia perlu berusaha sekuat tenaga, walau begitu, permukaan-air tak dapat tersentuh oleh paruhnya. Sangat mungkin, ia akan mati-kehausan dalam keadaan merana. Akhirnya, ia menemukan langkah-pintar. Ia memulai dengan menjatuhkan sebuah kerikil ke dalam kendi, dan dengan setiap kerikil itu, air naik sedikit-demi-sedikit, sampai akhirnya mencapai bibir kendi, dan sang gagakpun dapat memuaskan dahaganya.'

Duhai anak-muda! Dalam catur, ada prinsip-prinsip yang hendaknya dipatuhi, begitupun dalam hidup ini. Sebagai manusia, terkadang kita tersesat. Sifat ini, umum bagi anak Adam; yang sering melupakan tujuan utamanya. Hidup memberi kita banyak ujian dan cobaan, dan di sepanjang jalan, kita mungkin bingung jalan mana yang terbaik bagi kita. Terkadang ujiannya tak sejelas memilih antara yakin atau tak yakin. Jika ujiannya sejelas itu, tak seorang pun diantara kita akan kehilangan fokus karena pilihannya jelas terlihat. Sebaliknya, Allah Subhanahu wa Ta'ala mengirimi kita ujian yang tak kentara — misalnya, peluang yang mungkin melengkapi bakat kita tetapi belum tentu sejalan dengan misi kita menggapai Jannah.

Duhai anak-muda! Prinsip pertama yang engkau butuhkan dalam hidup ini, keikhlasan kepada Allah. Keikhlasan kepada Allah berarti berjuang dengan segenap sumber-daya yang engkau miliki, dalam hal kekayaan, kekuatan, dan keilmuanmu, untuk memberikan prioritas tertinggi pada perintah-Nya, terlepas dari konsekuensi yang mungkin engkau hadapi. Engkau tak dapat mengungkapkan keikhlasanmu kepada Allah hanya dengan mengucapkan kata-kata syukur; seyogyanya engkau memperlihatkannya dengan menunjukkan kepada-Nya bahwa engkau bersyukur atas nikmat-nikmat-Nya, dengan mematuhi apa yang Dia perintahkan, dan menjauhi apa yang Dia larang.

Duhai anak-muda! Prinsip berikutnya, keteladanan yang baik. Berapa banyak orang yang telah kita lihat, yang sangat berpengetahuan sehingga mereka praktis seperti ensiklopedia-berjalan, namun mereka berperilaku laksana serigala lapar yang siap menggigit kepala setiap orang awam yang mungkin tak begitu paham ajaran-ajaran Islam?
Orang-orang ini, mengutip hadits untuk mendukung argumen mereka terhadap saudara-saudara Muslim mereka. Mereka membaca Al-Qur'an guna menghina siapapun yang berbeda pandangan, dan mereka tak pernah mengucapkan kata yang baik melainkan hanya menyebut diri-mereka sendiri. Banyak diantara orang-orang ini percaya bahwa keteladanan yang baik hanya diterapkan bila mengikuti pendapat mereka, dan bukan sebagai umat manusia pada umumnya. Inilah jenis kebathilan dan bukti yang jelas dari kepandiran.
Mengenai keilmuan, hanya karena seseorang punya ilmu bukan berarti ia telah dikaruniai hikmah. Siapapun bisa menimba ilmu dengan membaca buku, namun dibutuhkan orang istimewa bagi Allah untuk diberikan anugerah pemahaman.
Ketika seorang Muslim menunaikan apa yang dicintai Allah, dalam hal ini, menunjukkan keteladanan yang baik, Allah akan menunjukkan kepadanya cinta-kasih, memerintahkan Malaikat Jibril dan para malaikat mengungkapkan kasih-sayang mereka kepadanya, dan menyebabkan manusia di muka-bumi ini, menghormati dan menyayanginya. Selain itu, keteladanan yang baik mendapatkan pahala yang sama dengan pahala orang-orang yang tanpa-henti menyembah Allah.
Jika seseorang tak punya dasar kesantunan, pada umumnya ia akan berakhir dalam kesendirian dan tak memiliki teman. Orang takkan suka melihat lelaki yang dikenal karena perilakunya yang mengerikan dan ketidakmampuannya bergaul dengan orang lain. Jika engkau berperilaku seperti itu, hanya akan membuat anak-anakmu takut kepadamu, istrimu mengerutkan kening di belakangmu, dan teman-temanmu akan berghibah tentangmu. Akhirnya, hal ini dapat berakibat Rabb-mu tak menyukaimu, dan siapakah yang dapat bertahan bila Rabb seseorang membenci dirinya?

Duhai anak-muda! Beranilah! Jangan bengong di saat menghadapi marabahaya. Ketika engkau bangun di pagi hari, berharaplah yang terbaik, namun bersiaplah pada sesuatu yang lebih buruk. Berusahalah selalu sebaik mungkin, dengan ikhlas, menghindari pertentangan, dan jadilah orang pertama yang meminta maaf jika diperlukan. Seorang lelaki Muslim membawa dirinya dengan cara tertentu, berimbang, sehingga ia tak pernah menjadi agresor namun juga bukan seorang pengecut.
Ada banyak jiwa pemberani di sepanjang sejarah dunia — baik Muslim maupun non-Muslim — yang telah menunjukkan bahwa prinsip-prinsip lebih penting dibanding kehidupan itu sendiri. Bila perdamaian dan wacana-keberadaban itu, dijadikan standar, ada titik dimana bersikap pasif, tak-peduli atau diam, bisa menjadi bahaya bagi dirimu-sendiri atau orang yang engkau cintai.
Jangan mau diatur oleh egomu ketika menghadapi marabahaya atau sesuatu yang mencelakakan. Gunakan sumber-daya terbaikmu, yang diperbolehkan Islam, guna mengatasi konflik. Ketahuilah—semoga Allah melindungimu dan keluargamu—bahwa berani itu, lebih berkaitan dengan kesediaan membahayakan diri-sendiri atas nama keadilan daripada harus menyakiti orang lain. Selalu patuhi hukum, dan jangan pernah mengambil tindakan sendiri. Keberanian bukan berarti ceroboh dan sembrono. Membela kebenaran dan keadilan dengan cara apapun, itu bermakna keberanian.
Agama ini, keberanian. Ia dinyalakan dan dipelihara oleh orang-orang pemberani. Sejak itu, telah dilestarikan dan dilindungi oleh orang-orang pemberani, banyak diantara mereka yang telah gugur dalam prosesnya. Tiada seorangpun yang dapat memilih momen kebenarannya; Allah sendirilah yang memilihkannya, dan kita hanya bisa meresponsnya dengan tepat.
Harga-diri dan kehormatanmu akan hancur setiap kali engkau melalaikan tanggung-jawabmu. Jangan mengukur hidupmu di luar apa yang telah Allah rencanakan untukmu, baik itu takut miskin maupun kehilangan pamormu. Akhirnya, kelak engkau akan terbangun di hari, dimana itu akan menjadi hari terakhir dalam hidupmu. Walau setelah bertahun-tahun berlari, engkau akan bertemu dengan sesuatu yang selama ini engkau hindari. Karena engkau tahu ini sebagai realita, hiduplah dengan taqwa, beranilah, dan yakinlah pada Allah dalam setiap pijakan langkahmu.

Duhai anak-muda! Katakanlah selalu, yang sebenarnya. Para pengecut berdusta karena mereka takut akan kebenaran yang akan terjadi. Banyak yang telah menjadi saksi dari seseorang yang menganggap dirinya pandai, dengan berdusta, agar mendapatkan pujian, keuntungan duniawi, atau seorang wanita. Sungguh orang yang menyedihkan! Seorang anak yang pikirannya berada di antara masa-remaja dan dewasa saja, akan menganggap itu sebuah kelicikan bila mengatakan apa yang akan memberinya kesenangan atau menghindarkannya dari rasa-sakit, tetapi seorang lelaki sejati, akan tahu lebih banyak. Berapa banyak orang yang mengaku sebagai yang tak terkalahkan, terkuat, dan pemimpin, menjalani hidupnya dalam dunia-khayal? Merekalah yang sebenarnya mengarang peristiwa yang dibuat-buat, yang tak pernah terjadi, dan yang menjadikan diri mereka curang walau dalam masalah kecil. Apanya yang dianggap pemberani bila berdusta? Pernah ada yang memperingatkan bahwa seseorang hendaknya berhati-hati terhadap siapapun yang berdusta walau hanya secuil, karena ia pasti akan terus berdusta. Pendusta itu, tak berhak dihormati, dihargai, dipercayai, ataupun ditolong.

Duhai anak-muda! Janganlah menjadi pembela para penindas dan penindasan. Jangan membela saudaramu jika ia terbukti bersalah. Bila ingin membantunya, lebih baik tunjukkan dimana kesalahannya daripada mendukung kezhalimannya. Jangan pernah terlalu dekat dengan teman yang engkau sukai atau terlalu jauh dari seseorang yang tak engkau sukai. Sediakan ruang yang cukup agar tetap netral sehingga tak ada yang terkejut dengan pendapatmu, dan mereka yakin, bahwa mereka akan mendengar kebenaran jika mereka mendatangimu.
Ada orang beranggapan bahwa mengemukakan pendapat yang berbeda di depan umum merupakan sebuah penghujatan bagi seorang teman. Hal ini disebabkan karena kurangnya kedewasaan dan pemahaman tentang dinamika manusia. Engkau takkan berutang apapun, kepada siapapun, bila berpihak pada kebenaran. Jauhilah anggapan seperti itu; jika tidak, engkau akan selalu diajak membela argumen yang lemah dan sepihak, hanya karena engkau hendak membela orang yang disebut 'teman'. Takkan pernah ada persahabatan seperti itu di dunia yang membuat seseorang mengabaikan kebenaran hanya untuk berlindung dengan 'sahabatnya' di balik kandang kebohongan.
Jika engkau mendapati dirimu selalu memohon orang lain agar mendukungmu, baik jika engkau benar maupun salah, dan engkau akan kesal dan marah kepada orang-orang yang tak sepakat denganmu, malu dan bertobatlah.

Duhai anak-muda! Hormatilah hukum negaramu, hormatilah imam dan saudara-saudaramu; dan semua posisi otoritas. Ikuti aturan organisasimu dan jangan pernah jadi pemberontak. Sejatinya, hukum yang berlaku itu, hukum yang mengikuti apa yang telah ditetapkan Allah. Terkadang, kita menghendaki hukum dan peraturan itu, menyebutkan secara tegas hukum-hukum tersebut, namun kita tak menemukannya. Undang-undang yang dibuat manusia, takkan pernah sempurna, dan cukuplah kiranya bila falsafah negara, undang-undang dan peraturan-peraturan itu, telah menjiwai hukum-hukum Allah.
Mengenai kepemimpinan, bedakan antara rasa-hormat dan ketaatan. Abu Bakar As-Siddiq, radhiyallahu 'anhu, pernah berkata, "Wahai manusia! Aku telah diangkat untuk mengendalikan urusanmu, padahal aku bukanlah orang yang terbaik di antaramu. Maka jikalau aku dapat menunaikan tugasku dengan baik, ikutlah aku, tetapi jika aku berlaku salah, maka luruskanlah! Orang yang engkau anggap kuat, kupandang lemah hingga aku dapat mengambil hak darinya. Sedangkan orang yang engkau lihat lemah, kupandang kuat sampai aku dapat mengembalikan haknya kepadanya. Maka hendakklah engkau taat kepadaku selama aku taat kepada Allah dan Rasul-Nya, namun bila aku tiada mematuhi Allah dan Rasul-Nya, engkau tak perlu mematuhiku. Tunaikanlah shalat, semoga rahmat Allah menyelimutimu."
Mengapa kita hendaknya menghormati para pemimpin? Dikatakan bahwa jika engkau ingin mengkritik seorang penguasa, engkau dapat menemukan tujuh-puluh kesalahan - tetapi jika engkau menggantikannya, engkau akan menemukan seribu kesalahanmu sendiri. Tiada orang yang bisa menjadi jenderal terbaik jika ia bukan prajurit yang hebat terlebih dahulu. Maka nasehatilah ia dengan perkataan yang tulus, dan akui bahwa ia sering bekerja tanpa penghargaan. 
Adapun bagi para pemimpin, hendaknya memaklumi bahwa, walau sebagai pemimpin, ia tak dapat langsung menuntut rasa-hormat. Rasa-hormat itu, tak dapat dituntut, melainkan diperoleh. Para pemimpin seyogyanya, terlebih dahulu menunjukkan rasa-hormat terhadap orang-lain dalam kepemimpinan mereka, karena tanpanya, mereka akan mengucilkan dan menghalau orang-orang yang mereka coba pimpin. "Pemimpin" itu, istilah yang menarik, karena menyiratkan bahwa sebagai "pemimpin," engkau menuntun orang menuju kebaikan. Engkau menunjukkan rasa-hormat dalam banyak hal, termasuk menghormati dan menghargai ide, pendapat, perbedaan, dan beragam sudut-pandang yang dimiliki orang lain. Dan engkau menunjukkan kasih-sayang dan rasa-hormat bagi setiap orang yang engkau temui.
Para pemimpin besar, tak pernah secara terbuka dan di depan umum—atau bahkan di balik pintu tertutup—menghakimi, meremehkan, atau menyerang orang dengan beringas. Dan mereka takkan kesal atau marah, saat mereka dikritik atau ditunjukkan kesalahannya. Hal ini bukan berarti mereka tak memiliki perbedaan dengan orang lain, atau selalu saling-berhadapan. Apapun keadaan atau tantangannya, para pemimpin tetap menghormati individu yang dihadapinya.

Duhai anak-muda! Berimbanglah dalam bersikap! Tiada yang lebih buruk dari seseorang yang antusias terhadap agamanya, telah membuatnya menjadi seorang fanatik. Kita beriman kepada Allah dan Rasul-Nya (ﷺ), namun kita hendaknya memahami bagaimana bergaul dengan para penganut keyakinan yang berbeda dengan kita. Sikap berimbang terhadap keyakinan lain, bukan berarti bahwa engkau, entah bagaimana, mengkompromikan keyakinanmu. Jangan berpikir bahwa kesabaranmu terhadap tradisi dan kepercayaan lain, sama dengan mengurangi kualitas siapa engkau atau apa yang engkau perjuangkan.
Islam tak pernah dimaksudkan sebagai agama yang intoleran. Lihat saja ke dalam buku-buku otentik tentang sejarah Islam, serta sejarah dunia sekuler, dan engkau akan menemukan banyak contoh yang akan membuatmu berpikir dua-kali tentang bagaimana seyogyanya Muslim masa-kini mendekati seseorang, masyarakat, dan ide-ide dari agama dan budaya yang berbeda. Apapun kefanatikan yang kita lihat sekarang ini, dari kelompok-kelompok pinggiran kecil, yang mengklaim memegang bendera Islam, yang disebabkan rasa rendah-diri. Orang-orang ini, yang menyebarkan kebencian dan kekejian terhadap penganut agama lain, telah berusaha menutupi kekurangan mereka sendiri dengan mencoba tampil santun dan berani. Namun sesungguhnya, kesantunan itu, datangnya dari kelembutan, dan keberanian itu, datangnya dari melakukan apa yang benar tanpa takut disalahkan.
Sebuah keluarga yang ada di seberang jalan rumahmu, haruslah aman. Komunitas tempatmu tinggal, hendaknya aman, dan negeri tempatmu bermukim, seyogyanya aman. Semua itu tetanggamu, saudaramu.
Inilah kehidupan yang ingin kita tandingi. Inilah posisi intelektual yang kita idam-idamkan. Sebagian besar cendekiawan-lama yang menulis banyak buku ternama, yang kita baca hari ini, merupakan para musafir dan pedagang, yang berinteraksi dengan mereka, yang berasal dari keyakinan berbeda, setiap hari.
Jangan menjadi orang bodoh. Keluarlah! Lihatlah dunia! Temui orang banyak dan pelajari bagaimana sebenarnya kehidupan ini bekerja. Engkau takkan menemukan interpretasi literal kehidupan dalam buku-buku. Engkau harus menjelajah agar dapat memahami. Pemahaman terbaik berasal dari pengalaman. Pengalaman terbaik berasal dari niat yang baik. Rasa-syukurmu kepada Allah, hendaknya ditunjukkan dengan caramu memperlakukan orang lain. Jika tidak, lalu Islam macam apa yang engkau anut?

Duhai anak-muda! Abaikan ucapan-kotor. Jangan mengumpat, memaki, atau menggunakan bahasa-gaul orang yang tak berpendidikan. Berbicaralah dengan cara yang bermartabat, dan jelas. Sekarang ini, kita menemukan bahwa bahasa standar dalam budaya anak muda itu, 'bahasa-gaul'. Bahkan perusahaan-perusahaan besar, telah mengadopsi ucapan-ucapan buta-huruf dan ucapan yang secara tata-bahasa tak tepat dari kaum muda, agar dapat menjual produk mereka. Begitu luasnya tersebar, sehingga seseorang dari satu daerah, tak memahami seseorang dari daerah lain yang hanya beberapa jam jaraknya, walau mereka berdua mengaku, berbahasa yang satu.
Setan telah menjadikan perkataan kotor kita menjadi sebuah mode — sampai-sampai seseorang merasa malu mengucapkan kata yang baik karena takut diejek atau dicap sombong.
Jangan cemaskan. Jadilah diantara mereka yang bisa berada di lingkaran manusia manapun dan berbicara dengan cara yang baik ​​dan bermartabat. Biasakan menggunakan istilah yang jelas dan ekspresi yang tak sumir di balik kata-kata "slang" dan makian. Pastikan memanggil seseorang dengan menyebut namanya.
Jangan melebih-lebihkan kosakata dan pengucapanmu agar membuat orang terkesan. Ambil jalan-tengah: jangan terlalu antusias menunjukkan latar-belakang pendidikanmu atau pendekatanmu lemah dalam berkomunikasi.

Duhai anak-muda! Hormatilah wanita! Sayangi dan hargailah ibu dan saudara perempuanmu, dan juga, istri dan anak-perempuanmu, jika engkau memilikinya. Jangan menyiksa mereka secara fisik atau dengan cara apa pun, dan berbicaralah dengan ramah kepada mereka dalam segala keadaan. Engkau lelaki, dan kaum lelaki, secara hati-hati menghormati kaum perempuan karena sifat-sifatnya, yang Allah berikan kepada mereka. Saat berinteraksi dengan sang istri, sebagian lelaki Muslim, mungkin lupa bahwa mereka sedang berhadapan dengan manusia seutuhnya. Rabb-mu tak bertujuan mengecilkan kaum wanita saat Dia, Subhanahu wa Ta'ala, menciptakan wanita yang kita sebut Hawwa'. Dia mempercayakan kita, kaum lelaki, menjadi pemimpin dan pelindung yang baik bagi mereka.
Dia menganugerahkan kaum perempuan, kecerdasan, yang dapat melampaui kaum lelaki, dan emosi serta kesabarannya yang unik itu, dasar dari sifat terpujinya. Sebagai lelaki, seyogyanya kita tak hanya menerima sifat-sifat ini, melainkan juga menghargainya dalam konteks yang tepat. Dalam banyak hal, cinta kaum perempuan terhadap keluarga, mungkin lebih ia utamakan dibanding logikanya. Jangan pandang ini sebagai kecacatan; cinta dan kesabaran inilah, yang memungkinkannya, mempedulikanmu, dengan segala keterbatasanmu. Jika istrimu punya kecantikan rata-rata, jadikan ia merasa di atas rata-rata dengan menyanjungnya. Ia akan menghargainya dan akan sangat mencintaimu karenanya. Jika kecantikannya di atas rata-rata, alihkan perhatianmu pada kepribadiannya, dan bedakan antara keindahan-kulit dan keindahan-qalbu. Cara ini akan membawa keseimbangan dalam jalinan-kasihmu bersamanya. Jika ia marah kepadamu, ia berhak melampiaskan perasaannya, dan mengekspresikan dirinya tanpa pengecualian.
Jika ia seorang Muslimah yang taat – yang shalat, berpuasa, dan biasanya, mengurus keluarganya – tali-pernikahanmu, seyogyanya, semakin kuat seiring waktu, karena kalian berdua tumbuh dan dewasa bersama. Bila engkau memperlakukannya setara denganmu, hendaknya ada pemahaman diantara kalian bahwa engkaulah yang bertindak sebagai pemimpin rumah-tangga. Berapa banyak dari kita yang telah melihat kehidupan menyedihkan dari seorang lelaki yang disebut sebagai para suami takut isteri? Seorang wanita yang tak dilindungi dan dihormati oleh lelaki yang shalih, takkan merasakan kebahagiaan hingga ia sungguh-sungguh merasa terlindungi dan dihargai. Siapapun yang berpendapat sebaliknya, maka ia lelaki atau wanita lemah yang tak pernah merasakan kekuatan itu.
Hindarilah membicarakan masalah teman lelakimu bersamanya, dan dari membicarakan masalahnya bersama teman lelakimu. Bila engkau membiarkannya, dapat memicu syahwat dan, atau, rasa-penasaran pada dirinya dan teman lelakimu itu. Jika engkau dan istrimu mengalami masalah yang tak dapat kalian selesaikan sendiri, mintalah nasihat dari orang yang lebih tua dan bijak, bukan dari orang-muda dan emosional.

Duhai anak-muda! Jika ada tugas yang diembankan kepadamu, laksanakan dengan sebaik-baiknya. Jangan pernah meremehkan pihak manapun dengan siapa engkau telah membuat kesepakatan-kerja. Tepatilah selalu kesepakatan tawar-menawarmu. Jika engkau diminta menyapu lantai atau membersihkan kamar mandi, lakukanlah dengan efisien. Banyak orang berpikir bahwa melakukan pekerjaan seperti itu, merendahkan mereka, akan tetapi, melakukan tugas seperti itu, sebenarnya tanda kerendahan-hati dan rasa-syukur kepada Allah. Para nabi Allah semuanya gembala pada suatu titik kehidupan mereka, dan Rasulullah (ﷺ) membangun rumahnya dengan tangannya sendiri. Rasulullah (ﷺ) melayani keluarganya, melakukan pekerjaan rumah, dan bahkan menjahit pakaiannya sendiri.

Duhai anak-muda! Jagalah kesehatanmu. Kebugaran itu, kunci kesehatan yang baik. Menghafal Al-Qur'an akan membuat pikiranmu selaras dengan realitas kehidupan ini. Tugasmu di dunia ini, menerapkannya, mengajak orang ke sana, dan mempertahankannya. Poin kedua inilah yang akan membantumu menjadi individu yang berpengetahuan-luas dan secara fisik akan memperkuatmu untuk tugas itu. Jangan terkungkung dalam ruang-belajar sehingga engkau mengabaikan kebugaran fisikmu. Berapa banyak orang yang telah kita lihat unggul dalam satu genre intelektual kehidupan, namun berfungsi kurang dari potensi fisik penuh mereka? Mungkin umat Islam tak menyadari bahwa menjaga tubuh mereka dalam kondisi yang baik itu, diwajibkan. Melalaikannya karena kurang-waktu atau uang, bukanlah alasan. Aturlah hari-harimu hingga engkau bisa mendapatkan manfaat dari lima-puluh push-up atau joging sepuluh menit.

Duhai anak-muda! Jangan terlena dengan makanan yang tidak-sehat. Seorang lelaki hendaknya tetap jauh dari apa yang membahayakan dirinya. Termasuk makan terlalu banyak cemilan, permen, dan apa yang umumnya dikenal sebagai 'junk-food'. Seseorang akan berperilaku seperti apa yang telah ia masukkan ke dalam tubuhnya. Makanan tinggi gula dan lemak, hanya menambah penyakit yang secara alami akan diderita setiap orang, seiring bertambahnya usia. Rasulullah (ﷺ) menyukai manisan, tetapi perlu diperhatikan bahwa manisannya terdiri dari madu murni dan bahan-bahan organik lainnya. Adapun membeli makanan dan pakaian yang mewah, Umar, radhiyallahu 'anhu, pernah berkata, “Aku bisa saja mengikuti kemewahanmu, namun yang mencemaskanku, pahalaku di akhirat, akan berkurang.”

Duhai anak-muda! Berbicaralah dengan Rabb-mu dan menangislah di hadapan-Nya. Doa itu, dasar ibadah dan senjata bagi seorang Muslim. Serulah Allah sepanjang waktu: ketika berjalan, duduk, berdiri, berbaring, sendirian, di tengah orang-banyak, dan kapanpun selagi engkau mendapat inspirasi.
Dikatakan bahwa doa itu, pedang tajam yang takkan selalu dapat membelah. Jika orang yang memegangnya, lemah imannya, ia takkan bisa menggunakannya secara efektif. Sebaliknya, jika yang memegangnya, punya hubungan yang kuat dengan Rabb-nya, ia dapat membelah sebuah gunung hanya dengan sekali-pukul.
Dan berusahalah menangis saat engkau mendengar Al-Qur'an atau ketika engkau menghadiri pemakaman. Jangan takut meneteskan air-mata karena Allah, yang demikian itu, tanda kejantanan dan kesadaran akan Allah.”

Duhai anak-muda! Akhirnya, seluruh dunia bermain catur, bermula dari Benua Asia hingga Eropa, mulai dari negeri-Persia sampai ke tanah-Melayu. Agar dapat meningkatkan kemampuan caturmu, hal terpenting, menumbuhkan pemahamanmu tentang seluruh bagian permainan. Pada tahap pembukaan, tak hanya langkah-langkah, melainkan juga ide-ide yang engkau coba terapkan. Di tengah-permainan, ketahui apa yang harus dilakukan berdasarkan keadaan. Di akhir-permainan, pahami aturan dan pedomannya. Bergiatlah, dan Insya Allah, engkau akan sampai di sana! Wallahu a'lam.”

Sang rajawali menutup kisahnya dengan bersenandung,
Maka, datanglah ke Laut Hitam itu
Berenanglah bersamaku
Berceburlah bersamaku, berbenamlah bersamaku
Mari kita jadikan itu berharga

Engkau bangkit, aku terjatuh
Aku tegak, engkau merangkak
Engkau berpuntir, aku berputar
Siapakah yang lebih dulu terbakar?
Engkau duduk dan diam
Kutakkan patuh
Dimanakah kita mendarat dalam Laut Hitam itu?
Rujukan :
- Taymullah Abdur-Rahman, 44 Ways to Manhood, IIPH
- H.J.R. Murray, A History of Chess, Leland Stanford Jvnior University
- Rev. Geo. Fyler Townsend, M.A., Aesop Fables, George Routledge and Sons