Hei, tuan pemain-rebana, dendangkan irama untukkuKutak mengangut dan tiada tempat yang kutujuHei, tuan pemain-rebana, lantunkan nada untukkuDalam gemerincing obrolan pagi, kukan kelak mengikutimuWalau kutahu, kekaisaran-senja telah jadi kersikSirna dari genggamankuTinggalkanku disini tegak dalam nanar, namun tak jua beraduKemudian, ia melanjutkan, "Wahai saudara-saudariku, aku tak berbicara tentang musik, melainkan bersama-merinai, jika berpadu dalam keselarasan dan keseimbangan, akan menyatukan.Pertama-tama, dengarkan cerita ini,"Seekor celurut sedang menyusuri jalan-bebas-hambatan milik sang-raja. Tuan celurut ini, sangat congkak, tak sebanding dengan keboncelannya, dan punya pamor-buruk, yang memang telah tersemat pada bangsa tikus.Saat Tuan celurut berjalan—biasanya, ia merapat ke dalam parit—ia melihat kegaduhan di jalan-bebas-hambatan tersebut, dan tak lama kemudian, arak-arakan megah terlihat, tampaklah sang-raja dan para-pengiringnya. Ngomong-ngomong, para-pengiring sang raja itu, pernah bilang, bahwa, jalan-bebas-hambatan tersebut, milik sang-raja dan para pendukungnya saja, bukan milik rakyat, sebab yang membangunnya, sang-raja, tak peduli rakyatnya harus pontang-panting banting-tulang menyetorkan pajak.Sang-raja—yang menebar pesona dengan cara, yang banyak digunakan para anti-hero, mengenakan pakaian sederhana, agar menarik para-penggemar—menunggangi seekor gajah yang sangat besar dan gemuk, dipercantik dengan riasan yang paling indah. Menemani sang-raja didalam rengga-mewahnya—tempat-duduk dengan kanopi dan pagar-kecil di punggung sang-gajah—ada sang-anjing dan sang-kucing kerajaan. Engkau pastilah telah maklum, apa fungsi dan tugas para anjing dan kucing itu. Sang anjing, akan menyalak, jika ada orang yang mengkritik dan mengutarakan pendapat, bila berseberangan dan mengancam tahta sang-raja. Sang kucing, dengan polahnya yang menggemaskan, akan mengeong, mengajak orang agar selalu mengelu-elukan dan mengakui apapun yang dilakukan sang-raja dan para-pengiringnya. Tak seperti raja-raja terdahulu, hari ini, para anjing dan kucing itu, dipelihara secara resmi oleh kerajaan. Khabarnya, sang-raja, walaupun tahu ada batas-waktu memerintah dan belum-tentu rakyat akan memilihnya kembali, namun karena kedunguannya, berhasrat agar pemerintahannya diperpanjang seumur-hidup, setidaknya, setara dengan para-monarki.Jangan-jangan, sang-raja telah lupa, bahwa ada dua raja sebelum masa pemerintahannya, yang satu dinobatkan sebagai raja dengan masa yang tak terbatas, dan yang satu lagi, entah bagaimana, walaupun waktu itu, masih sesuai Konstitusi, masa-jabatannya, diperpanjang berkali-kali. Tanpa disadari, kedua raja tersebut, melahirkan Kediktatoran. Dalam sistem Komunis, Kediktatoran hidup sebagai Proletariat, dan rakyat di kerajaan itu, tak menginginkannya. Rakyat mengidamkan banyak perubahan, maka terjadilah beberapa amandemen-konstitusi, namun tidak pada falsafah kerajaan. Pada masa itu, dan hingga masa kini, Demokrasi masih tetap sebagai opsi-pertama, walau bukan yang terbaik, tapi bukan pula yang terburuk. Mengenai sistem Syariah, para pendiri kerajaan telah menempatkannya sebagai Ruh dari Konstitusi dan Falsafah kerajaan, semenjak kerajaan berdiri, meskipun belum sempurna. Diharapkan, para generasi-peneruslah yang akan menyempurnakannya. Jika sang-raja tak menyadarinya, maka sesungguhnya, sang-raja memang benar-benar, dungu! Ia mengabaikan semangat perubahan itu.Kerumunan berjibun-orang mengikuti prosesi. Hasil-kerja para anjing dan kucing telah menembus-batas, khalayak terkagum-kagum pada sang-gajah, hingga Tuan celurut diabaikan. Harga-dirinya serasa terhinakan.'Dasar bodoh!' teriak Tuan celurut. 'Lihatlah aku, dan seketika, kalian akan melupakan sang-gajah-kikuk itu! Ukurannya yang besarkah, yang membuat mata kalian melotot? Atau kulitnyakah yang keriput? Apa pasalnya? Aku juga punya mata dan telinga serta kaki sebanyak miliknya! Aku juga sama pentingnya, dan ...'—belumlah ia selesai mengumpat, sang kucing-kerajaan sedari-tadi mengintainya, dan kejadian selanjutnya, Tuan celurut terlambat sadar bahwa ia tidaklah sepenting sang-gajah. Menyerupai sesuatu yang katanya hebat itu, dalam beberapa hal, tak menjadikan kita, hebat."Setelah itu, ia berkata, "Sekarang, perkenankan aku meneruskan ceritaku tentang sang-tabib dan sang-pencari. Sang-tabib melanjutkan, "Duhai manusia! Perlu diketahui bahwa dosa-dosa yang disebabkan oleh kezhaliman kita, merusak qalbu, bagai efek racun dalam tubuh, sesuai dengan tingkat kerusakannya. Faktanya, seluruh kejahatan dan keburukan yang dialami seseorang, di Dunia dan di Akhirat, diakibatkan dosa dan kesalahannya sendiri. Menjadi penyakit-ringan yang, jika berlanjut, akan menjadi penyakit-ganas, yang merusak potensi kita, baik di Dunia maupun di Akhirat.Hari ini, virus corona telah mewabah di mana-mana. Ketahuilah, bahwa virus itu, tanda dalam diri kita. Allah berfirman,وَ فِی الۡاَرۡضِ اٰیٰتٌ لِّلۡمُوۡقِنِیۡنَوَ فِیۡۤ اَنۡفُسِکُمۡ ؕ اَفَلَا تُبۡصِرُوۡنَ"Dan di bumi terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang yakin, dan (juga) pada dirimu sendiri. Maka tidakkah kamu memperhatikan?" [QS. Adz-Dzaariyat (51):20-21]Diriwayatkan dari 'Abdullah bin 'Umar, radhiyallahu 'anhu, ia berkata, "Rasulullah (ﷺ) menoleh kepada kami dan bersabda,يَا مَعْشَرَ الْمُهَاجِرِينَ خَمْسٌ إِذَا ابْتُلِيتُمْ بِهِنَّ وَأَعُوذُ بِاللَّهِ أَنْ تُدْرِكُوهُنَّ لَمْ تَظْهَرِ الْفَاحِشَةُ فِي قَوْمٍ قَطُّ حَتَّى يُعْلِنُوا بِهَا إِلاَّ فَشَا فِيهِمُ الطَّاعُونُ وَالأَوْجَاعُ الَّتِي لَمْ تَكُنْ مَضَتْ فِي أَسْلاَفِهِمُ الَّذِينَ مَضَوْا . وَلَمْ يَنْقُصُوا الْمِكْيَالَ وَالْمِيزَانَ إِلاَّ أُخِذُوا بِالسِّنِينَ وَشِدَّةِ الْمَؤُنَةِ وَجَوْرِ السُّلْطَانِ عَلَيْهِمْ . وَلَمْ يَمْنَعُوا زَكَاةَ أَمْوَالِهِمْ إِلاَّ مُنِعُوا الْقَطْرَ مِنَ السَّمَاءِ وَلَوْلاَ الْبَهَائِمُ لَمْ يُمْطَرُوا وَلَمْ يَنْقُضُوا عَهْدَ اللَّهِ وَعَهْدَ رَسُولِهِ إِلاَّ سَلَّطَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ عَدُوًّا مِنْ غَيْرِهِمْ فَأَخَذُوا بَعْضَ مَا فِي أَيْدِيهِمْ . وَمَا لَمْ تَحْكُمْ أَئِمَّتُهُمْ بِكِتَابِ اللَّهِ وَيَتَخَيَّرُوا مِمَّا أَنْزَلَ اللَّهُ إِلاَّ جَعَلَ اللَّهُ بَأْسَهُمْ بَيْنَهُمْ‘Wahai engkau sekalian kaum Muhajirin, ada lima hal, yang jika kalian terjatuh ke dalamnya—dan aku berlindung kepada Allah, semoga kalian tak menjumpainya.Tidaklah nampak zina dalam suatu kaum, hingga diperbuat secara terbuka, melainkan akan menyebar di tengah-tengah mereka tha’un, dan penyakit-penyakit yang tak pernah menjangkiti generasi sebelumnya,Tidaklah mereka mengurangi takaran dan timbangan, melainkan akan tertimpa paceklik, sulitnya penghidupan dan kezhaliman penguasa atas mereka.Tidaklah mereka menahan zakat, melainkan hujan dari langit akan tertahan atas mereka, dan sekiranya bukan karena fauna-lah, niscaya manusia takkan dilimpahi hujan.Tidaklah mereka melanggar perjanjian dengan Allah dan Rasul-Nya, melainkan Allah akan menjadikan musuh mereka, dari kalangan selain mereka, berkuasa atas mereka, lalu musuh tersebut, mengambil sebagian apa yang mereka milikiDan selama pemimpin-pemimpin mereka, tak berhukum dengan Kitabullah dan mengambil yang terbaik dari apa-apa yang diturunkan Allah, melainkan Allah akan menjadikan mereka, saling-bermusuhan.'" [Sunan Ibn Majah; Sahih]Disebutkan bahwa Muhammad bin Sirin, merasa sangat khawatir karena hutang-lamanya, maka ia berkata, "Aku sadar bahwa penyebab kecemasan ini, dosa yang telah kulakukan empat-puluh tahun yang lalu."Banyak orang, selalu meremehkan konsep penting tentang dosa, karena mereka tak segera melihat akibatnya. Memang, dampaknya bisa tertunda, sehingga kebanyakan-orang, akan melupakannya, dan mengira bahwa mereka sungguh tak berbuat keliru, dan oleh sebab itu, tak perlu memperbaiki-diri. Kesalahpahaman ini, menyebabkan banyaknya siksa bagi banyak-orang; yang mengakibatkan mereka kehilangan banyak berkah, dan menyebabkan mereka dirundung kemalangan.Duhai manusia! Dosa itu, laksana virus, menimbulkan pengaruh yang mengganggu dan merusak, lahir dan bathin, yang konsekuensinya, terjadi di Dunia dan di Akhirat, yang hanya diketahui Allah. Dampak-dampaknya meliputi, terampasnya ilmu; tertariknya berkah; keterkucilan; menghadapi kesulitan; perasaan cemas; terhalangnya amal-shalih; keterpendekan umur.Dosa juga menyebabkan kerusakan dan membusuknya berbagai aspek lingkungan, seperti tempat-tinggal, air, udara, tanaman, dan buah-buahan. Dosa memadamkan cahaya ghairah, yang dapat bermakna semangat, kejantanan, pembelaan, atau keberanian yang kuat, dalam qalbu. Ghairah ini, dalam kehidupan seseorang, bagaikan "basal-body-temperature"; ia menghilangkan seluruh aspek kejahatan dan sifat buruk dalam kepribadian seseorang. Orang yang paling bermartabat itu, mereka yang punya pembelaan yang kuat terhadap diri, keluarga dan orang lain. Dosa jualah yang menghilangkan dari sang-pendosa, seluruh rasa-malu, hayaa', yang merupakan substansi qalbu yang hidup. Rasa-malu dimaknai sebagai dasar dari segala kebajikan, dan bila dikesampingkan, akan menyingkirkan segala yang baik.Duhai manusia! Dosa itu, laksana virus, dapat menduplikasi-diri dan memproduksi dosa-dosa yang lain, hingga seseorang merasa sulit melepaskannya. Virus bekerja dengan cara yang hampir sama. Dalam keterasingannya, partikel virus bersifat lembam dan tak dapat bereproduksi. Namun jika menemukan sel hidup, ia merengsek masuk dan mengecoh inangnya agar dapat menggandakan-diri, berkali-kali, hingga sel-inang, akhirnya pecah dalam luapan virus yang baru lahir.Seorang ulama di masa-lalu berkata, "Di antara adzab-adzab perbuatan-dosa itu, disertai dengan perbuatan-perbuatan dosa susulan. Dan di antara pahala-pahala amal-shalih itu, disertai dengan amal-amal-shalih berikutnya. Ketika seseorang beramal-shalih, ada amal-shalih lain yang menyertainya, yang berkata, 'Tunaikanlah juga untukku!' Jika ia melaksanakannya, amal-shalih yang berikutnya, mengutarakan hal yang sama, dan seterusnya; oleh sebab itu, amal-shalihya, beserta pahalanya, akan tumbuh berlipat-ganda. Hal yang serupa terjadi, namun dengan cara yang berkebalikan, saat seseorang berbuat-dosa. Perlu diketahui, bahwa kisaran perbandingan antara ganjaran-dosa dan pahala amal-shalih, antara 1/10, 1/70, bahkan dapat mencapai 1/100 atau lebih. Niat berbuat-dosa, takkan dihitung, sedangkan niat beramal-shalih, akan diperhitungkan.Hasilnya, amal-shalih dan perbuatan-dosa, dapat menjadi kebiasaan dan atribut dalam kehidupan seseorang. Jika seorang mukmin melewatkan sebuah amal-shalih, ia akan merasa tertekan. Ia akan merasa bagai ikan yang dikeluarkan dari air, dan akan tenteram hanya setelah ia memenuhi kewajibannya.Sebaliknya, jika seorang-pendosa melewatkan suatu dosa, ia juga akan merasa tertekan, dan hanya akan tenang setelah ia melakukan dosa itu. Kenyataannya, banyak pendosa, berbuat dosa tanpa menikmatinya, hanya untuk mencegah gejala keputusasaan karena merindukannya. Salah seorang pendosa yang tenar, berkata, "Segelas anggur yang kuteguk demi kesenangan, diikuti tegukan-tegukan berikutnya, demi memulihkan diriku dari tegukan pertama."Duhai manusia! Tirani dan penindasan itu, salah satu diantara dosa-dosa terbesar, karena menentang keadilan, yang di atasnya langit dan bumi ditegakkan. Allah mengutus para rasul dan kitab-kitab-Nya agar manusia menegakkan keadilan.Membunuh secara tidak-sah dan tanpa hak itu, dosa-besar. Islam banyak memberi contoh perbuatan-buruk seperti ini, semisal membunuh anak karena takut tak ada rezeki (untuk memberi makan, minum dan uang); membunuh orangtua yang telah melahirkannya; membunuh kaum-kerabat.Tingkat perbuatan-buruk seperti ini, berbeda menurut sifat perbuatannya; karenanya, orang yang akan menerima adzab yang paling berat pada Hari Kiamat itu, orang yang membunuh seorang nabi, diikuti oleh orang yang membunuh seorang imam, atau seorang ulama yang menegakkan keadilan dan mengajak ke jalan Allah. Allah juga telah menetapkan tempat-tinggal abadi sebagai adzab bagi para-pembunuh, yang dengan sengaja membunuh orang-orang-mukmin, yakni didalam Jahannam, hidup bersama laknat dan murka Allah.Telah diketahui, bahwa dosa orang yang mengambil satu nyawa saja, di sisi Allah, setara dengan dosa orang yang mengambil seratus nyawa. Ada orang yang beranggapan bahwa keserupaan dalam dosa menunjukkan keserupaan adzabnya; namun menyamakan satu hal dengan hal lain, bukan berarti mengambilnya dengan segala aturannya. Jika ditanyakan, "Lalu, dimana keserupaan antara orang yang membunuh seorang saja dengan orang yang membunuh seratus orang"? Keserupaannya ada dalam banyak aspek,Pertama, keduanya durhaka kepada Allah dan Rasul-Nya (ﷺ), dan akan memperoleh adzab Allah, dan keduanya mendapat murka dan laknat Allah, dan tinggal selamanya dalam Jahannam. Perbedaannya, dalam hal hukuman yang diterima, didalam Neraka tingkat terendah.Kedua, keduanya sama-sama pantas dibunuh.Ketiga, keduanya sama-sama bersalah karena membunuh secara tidak sah. Siapapun yang membunuh seseorang tanpa hak, yang hanya menyebabkan kerusakan di muka-bumi ini, dapat membunuh siapapun demi merampas harta orang-lain; karenanya, orang itulah pembangkang kemanusiaan!Keempat, Allah telah menjadikan orang-orang beriman, saling berkasih-sayang dan bersimpati, sebagai sebuah raga; jadi ketika seorang pembunuh melukai satu bagian raganya, seluruh bagian lain raganya, juga terluka. Maka saat seseorang menyakiti seorang mukmin, maka seluruh mukmin akan seolah merasa tersakiti.Duhai manusia! Perzinahan itu, dosa-besar yang dapat memusnahkan masyarakat. Ia bertentangan dengan manfaat nilai-nilai global memelihara keturunan, melindungi kesucian dan kekeramatan individu. Ia menyebarkan dendam dan kesumat di antara manusia, karena berbuat zinah itu, berakibat pada istri, ibu, saudara perempuan dan anak perempuan orang lain. Ia menyebabkan kehancuran pada masyarakat manusia, dan karenanya, mengikuti dosa pembunuhan dalam hal tingkat kejahatannya.Karena titik-awal kebiadaban zina itu, pandangan, Allah telah memerintahkan umat Islam agar merendahkan pandangannya; karena kebejatan itu, dimulai dari melihat sekilas, disusul dengan syahwat, lalu mendekat, dan akhirnya berbuat-maksiat.Ada empat jalan dimana dosa dapat menginfeksi seseorang. Jalan pertama, menatap sesuatu yang haram, yang merupakan jalan-utama terbangkitnya nafsu. Maka barang siapa yang menjauhinya, sesungguhnya ia telah menjaga kesuciannya. Rasulullah (ﷺ) bersabda, kepada Ali,يَا عَلِيُّ لاَ تُتْبِعِ النَّظْرَةَ النَّظْرَةَ فَإِنَّ لَكَ الأُولَى وَلَيْسَتْ لَكَ الآخِرَةُ"Wahai Ali, jangan menatap yang kedua-kalinya, karena meski engkau tak dapat disalahkan saat tatapan-pertama, engkau tak berhak atas yang kedua." [Sunan Abi Dawud; Hasan oleh Al-Albani]Menatap, tergeletak di balik bencana utama yang menimpa umat manusia. Sesungguhnya, melihat itu, menghasilkan hasrat; hasrat menghasilkan angan-angan; angan-angan menghasilkan gairah; gairah menghasilkan kekuatan-kemauan yang berubah menjadi tekad yang kuat, dan berakhir sebagai perbuatan, selama tak ada yang menghalangi.Jalan kedua dimana dosa dapat menginfeksi manusia, hasrat dan minat, merupakan titik-awal kebaikan dan keburukan, dan darinyalah, kemauan dan tekad, dihasilkan. Oleh sebab itu, barangsiapa yang menguasai hawa-nafsunya, sesungguhnya, ia telah menguasai dirinya sendiri; dan barangsiapa yang pasrah pada hasratnya, akan dikuasai olehnya, namun barangsiapa yang dalam benaknya terlintas minatnya, akan terarahkan menuju kehancuran. Hasrat akan terus mendekati qalbu sampai menjadi kemauan, sebagaimana firman Allah,وَ الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡۤا اَعۡمَالُہُمۡ کَسَرَابٍۭ بِقِیۡعَۃٍ یَّحۡسَبُہُ الظَّمۡاٰنُ مَآءً ؕ حَتّٰۤی اِذَا جَآءَہٗ لَمۡ یَجِدۡہُ شَیۡئًا وَّ وَجَدَ اللّٰہَ عِنۡدَہٗ فَوَفّٰىہُ حِسَابَہٗ ؕ وَ اللّٰہُ سَرِیۡعُ الۡحِسَابِ"Dan orang-orang kafir, perbuatan mereka laksana fatamorgana di tanah yang datar, yang disangka air oleh orang-orang yang dahaga, tetapi apabila (air) itu didatangi, tiada apapun jua. Dan didapatinya (ketetapan) Allah baginya. Lalu Allah memberikan kepadanya perhitungan (amal-amal) dengan sempurna dan Allah sangat cepat perhitungan-Nya." [QS. An-Nur (24):39]Orang yang paling hina, dalam hal tekad, merupakan mereka yang mengubah fakta menjadi harapan-semu, dan menjalaninya dalam kehidupan mereka yang keji. Keinginan-keinginan semu ini, merusak manusia, karena menimbulkan rasa-malas dan apatis, dan menghasilkan perasaan lalai, kecewa, dan sesal.Ketika pemberi harapan merindukan interaksi kebenaran di dalam raganya, ia menggambarkan citranya ke dalam qalbunya, dan dengan demikian, ia akan puas dengan ilusi yang terlukis didalam benaknya, yang tak pernah membawa kepuasan nyata apapun dalam kehidupan. Perumpamaannya seperti orang yang lapar dan haus, membayangkan makanan dan minuman dalam benaknya, tanpa menyantap makanan atau minuman yang menghilangkan rasa lapar dan haus itu.Menerima keadaan pikiran seperti ini, menunjukkan rendahnya harga-diri dan juga merupakan aib; karena martabat dan kesucian-diri itu, terletak pada penolakan hasrat atau fantasi yang semu.Hasrat manusia, dapat dibagi menjadi empat kategori. Hasrat yang dengannya manusia memperoleh manfaat duniawi; hasrat yang dengannya ia dapat menghalau masalah keduniawian; hasrat yang dengannya ia memperoleh manfaat di Akhirat; dan hasrat yang dengannya ia dapat menghalau kerugian di Akhirat.Orang yang berakal-sehat, takkan ragu-ragu mengutamakan hasrat yang akan memberinya manfaat di Akhirat, dengan mengharap keridhaan Rabb-nya. Hasrat dan dambaan seperti ini, ditentukan menurut prioritasnya. Pertama, merenungkan Wahyu-wahyu Allah dan memahami maknanya. Allah tak mewahyukannya hanya untuk dibaca. Sebaliknya, bacaannya hanyalah sarana agar memungkinkan seseorang merenungkan konteksnya. Seorang ulama masa-lalu berkata, "Al-Qur'an diwahyukan agar diterapkan; maka wujudkanlah bacaannya jadi amalan!"Kedua, merenungkan Tanda-tanda Allah dan menggunakannya sebagai bukti untuk mengkonfirmasi Nama-nama Allah, Sifat-sifat, Hikmah, Kebajikan dan Kedermawanan, sebagaimana Allah telah mendorong hamba-hamba-Nya agar merenungkan Tanda-tanda-Nya dan memahaminya. Ketiga, merenungkan rahmat, ampunan, berkah, kesabaran Allah, yang melimpahkan nikmat-Nya kepada para hamba-Nya. Tiga jenis renungan ini, datangnya dari qalbu: ilmu, cinta, dan takut kepada Allah, yang dapat ditegakkan dengan mengingat Allah. Keempat, memikirkan amal dan kekurangan seseorang. Pemikiran ini, berefek menguntungkan yang besar, karena menghancurkan ego yang mengajak berbuat keburukan, memungkinkan qalbu seseorang, hidup di dunia yang tenang. Kelima, merenungkan tentang kewajiban yang menyangkut "waktu" atau "masa," beserta fungsinya, dan mengarahkan seluruh perhatian mengelilinginya, agar setiap detik tak tersia-siakan. Sesungguhnyanya, seluruh manfaat itu, datangnya dari waktu, dan setiap waktu yang terbuang, tak tergantikan.Sesungguhnya, "masa" seseorang itu, sepanjang usianya; "masa" merupakan jalan menuju kehidupan kekalnya di Surga, atau jalan menuju kehidupan siksaan selama-lamanya di Neraka. "Masa" akan hilang lebih cepat dari pergerakan awan. Berapapun "masa" yang dihabiskan seseorang dalam ketaatan kepada Allah, sesungguhnya merupakan kehidupan sebenarnya, sedangkan apapun yang lain, tak dapat dianggap sebagai hidupnya; walau ia telah menjalaninya, hidupnya bisa dibandingkan dengan hewan. Bahkan orang yang melaksanakan Shalat, tak memperoleh keuntungan dari Shalatnya itu, kecuali ia mengingatnya; oleh sebab itu, hidup manusia semata-mata dihabiskan dalam ketaatan kepada Allah, dan segala sesuatu yang lain, hanyalah bisikan setan dan hasrat yang semu.Engkau hendaknya menyadari bahwa hasrat itu sendiri, tak merugikan siapapun; yang berbahaya, berinteraksi atau bereaksi terhadapnya. Hasrat itu, laksana orang yang lewat; jika engkau mengabaikannya, ia akan hilang; namun jika engkau mengundangnya masuk, ia akan menyihirmu dengan ucapannya yang menjebak.Allah telah menempatkan dua jenis ego dalam diri manusia: ego yang berkuasa, dan ego yang tenang, dan keduanya saling-bertentangan; jika ringan bagi yang satu, akan berat bagi yang lain, dan apa yang memuaskan yang satu, akan menyiksa yang lain. Malaikat berada di sisi kanan qalbu, sedangkan setan berada di sisi kiri. Ada pertentangan yang sedang berlangsung, sampai ego menyelesaikan hidupnya di dunia ini. Segala kepalsuan ada di pihak iblis dan ego yang mengajak pada keburukan; sementara segala kebenaran, tetap di sisi Malaikat dan ego yang damai. Pertentangan yang sedang berlangsung itu, dicatat, dan bagi yang bersabar, akan memperoleh kemenangan. Barangsiapa berlapang-dada, bersabar dan bertakwa kepada Allah, akan mendapatkan akhir yang baik di Dunia dan di Akhirat. Allah telah menetapkan bahwa akan ada akhir yang berkah bagi orang-orang yang bertakwa.Jalan ketiga dimana dosa dapat menginfeksi manusia, ucapan, hendaknya dipelihara dan digunakan hanya untuk segala yang bermanfaat. Seseorang seyogyanyanya mengucapkan apa yang bermanfaat bagi Dien-nya saja. Ia hendaknya berpikir dua kali sebelum mengucapkan sepatah-kata, dan, bergunakah itu bagi agamanya atau tidak; jika tiada guna mengatakannya, ia hendaknya tak menyampaikannya; namun jika ada manfaat di dalamnya, ia tak boleh menyia-nyiakan kesempatan menyampaikannya. Jika ia ingin menunjukkan bukti tentang apa yang ada di dalam qalbu orang-lain, ia hendaknya mempertimbangkan ekspresi orang itu. Sesungguhnya, lidah itu, mengungkapkan keadaan qalbu, baik pemiliknya suka ataupun tidak!Ada dua penyakit ganas yang berhubungan dengan lidah; jika seseorang aman dari yang satu, ia takkan lolos dari yang lain; itulah penyakit "ucapan" dan "diam". Yang satu bisa menjadi dosa yang lebih besar dibanding yang lain; karena orang yang diam tentang kebenaran, akan berwujud jadi "iblis yang dungu," tak taat kepada Allah; sedangkan orang yang berdusta, akan berwujud jadi “iblis yang berpidato,” durhaka kepada Allah.Orang-orang shalih itu, orang-orang yang mengetatkan lidahnya dari ucapan dusta, namun melonggarkannya bila berbicara tentang apapun yang bermanfaat bagi keuntungan Akhirat. Seseorang mungkin akan muncul pada Hari Kiamat dengan membawa pahala sebesar gunung, namun dihancurkan oleh lidahnya; atau seseorang muncul dengan sekian banyak perbuatan-buruk, sebesar gunung, namun ia akan sadar bahwa, lidahnya, menyelamatkannya, karena berdzikir tanpa henti!Jalan keempat dimana dosa dapat menginfeksi manusia, langkah, hendaknya diperhatikan dalam arti bahwa seseorang seyogyanya menggunakan kakinya menuju ke tempat yang semestinya mendapatkan Pahala Allah, bukan Laknat-Nya. Karena "ketergelinciran" itu, berkaitan dengan kaki, dan juga, lidah, keduanya disebutkan dalam ayat berikut, sebagaimana Allah berfirman,وَعِبَادُ الرَّحْمَٰنِ الَّذِينَ يَمْشُونَ عَلَى الْأَرْضِ هَوْنًا وَإِذَا خَاطَبَهُمُ الْجَاهِلُونَ قَالُوا سَلَامًا"Adapun hamba-hamba dari Yang Maha Pengasih itu, orang-orang yang berjalan di muka-bumi dengan kerendahan-hati, dan apabila orang-orang bodoh menyapa mereka (dengan kata-kata yang menghina), mereka mengucapkan “salam,”" [QS. Al-Furqan (25):63]Lurus dalam ucapan dan langkah, itulah yang Allah citrakan kepada para hamba-Nya yang setia.Duhai manusia! Dengan rahmat-Nya, Allah mengirim untukmu, "tanda-tanda," guna mengingatkanmu akan keteledoranmu, dan tentang apa yang dapat Dia lakukan terhadap tubuhmu yang rapuh, dalam kehidupan ini dan kehidupan berikutnya, akibat kekeliruan-kekeliruanmu. Sebagai manusia, engkau berusaha melupakan kekeliruanmu itu, move-on, dan hidup dengan nyaman. Namun kenyamanan seperti itu, hanyalah ilusi. Ketika Kufah dilanda gempa, Ibnu Mas'ud, radhiyallahu 'anhu, menoleh kepada orang-orang yang bersamanya dan berkata, 'Wahai manusia! Rabb-mu sedang mengajarimu, maka belajarlah!'Wallahu a'lam.”Akhirnya, sang garuda-perkasa bernyanyi,Bertolak kemanapun, aku adaMemudarpun, kusediaDalam pawai milikkuTebarkan tarianmu, manterai jalankuKuberjanji, 'kan berada dibawah pengaruhnyaHei, tuan pemain-rebana, dendangkan irama untukkuKutak mengangut dan tiada tempat yang kutujuHei, tuan pemain-rebana, lantunkan nada untukkuDalam gemerincing obrolan pagi, kukan kelak mengikutimu
Referensi :
- Imam Shams-ud-Din Muhammad ibn Abi Bakr ibn Qayyim Al Jawziyyah, Spiritual Disease and Its Cure, Edited by Shaikh Zakariya 'Amiraat, Al-Firdous
- Rev. Geo. Fyler Townsend, M.A., Aesop Fables, George Routledge and Sons