Selasa, 06 April 2021

Lagu Saus Tomat (2)

Pantang menyerah, selagi masih di atas panggung, Kacer tetap tenang. Ia memejamkan mata, menarik napas dalam-dalam, perlahan, dan setelah menemukan dirinya kembali, tersenyum seraya berkata, "Wahai saudara-saudariku! Maukah kalian mendengarkan ceriteraku selanjutnya?" Sang-murai, yang sedari tadi sungguh-sungguh memperhatikan, menyemangati, "Lanjut saudariku! Silahkan! Semangat, semangat!"
Kemudian, Kacer menyampaikan, "Ada sebuah ceritera, tentang seorang lelaki, yang oleh media pada zamannya, disebut Diego. Namun, seperti virus yang berkembang menjadi varian baru, aku lebih suka menamainya, Cassano. Tentunya, kalian sudah tak asing lagi dengan nama baru ini, jika tidak, tak mengapa, karena tak semua orang menggemari K-Drama.
Jadi, cerita Cassano ini, yang bukan Cassanova, sebuah "remake." Cassano yang engkau kenal, berasal dari Negeri Jinsom, akan tetapi, Cassano dalam cerita pendekku, dari Negeri Andalus. Tentang Al-Andalus, pertama-tama, perkenankan aku, menyampaikan sebuah kisah yang menarik.

Suatu hari, di awal abad kesembilan, seorang musisi-muda, tiba bersama keluarganya di Jazirah al-Khadra,' sekarang dikenal Algeciras, di pantai Iberia, guna memohon perlindungan di Istana al-Hakam I, seorang Amir Dinasti Umayyah dari Kordoba. Sang musafir, Abul Hasan Ali bin Nafi, yang lebih dikenal, Ziryab—setiba di sana, mengetahui bahwa selama perjalanannya, sang Amir telah wafat. Beruntung, ia bertemu dengan utusan Istana di Kordoba, musisi lain bernama al-Mansur sang Yahudi. Al-Mansur meyakinkan Ziryab bahwa, seperti ayahnya, sang Amir baru, Abdurrahman II, juga seorang pecinta musik yang cemerlang. Pada akhirnya, Ziryab memang disambut di Kordoba oleh sang pangeran sekitar awal bulan Muharram 207 H.
Maka, dimulailah karir musisi dan komposer termasyhur dalam sejarah Islam Spanyol. Ziryab diyakini telah tiba dari Baghdad, pusat Kekaisaran Abbasiyah, dan membawa perubahan dramatis dalam budaya musik Umayyah Spanyol. Metode pengajaran, perbendaharaan, dan filosofi musiknya, tampaknya telah mempengaruhi para musisi beberapa generasi berikutnya, dan sekaligus menciptakan tradisi musikal yang terkini di Kordoba. Keutamaan perannya dalam kaitan budaya Istana Andalusia, mungkin dapat diukur dengan banyak terobosan yang dikaitkan dengannya, dua abad kemudian.

Pada intinya, biografi standar Ziryab, yang disusun oleh al-Maqqari, terdiri dari dua tahap, Baghdad dan Kordoba. Nama lengkapnya, disajikan oleh beberapa penulis, dan Ibnu Hayyan memberikan dua penjelasan tentang nama panggilannya: versi yang paling sering dikutip—salah satunya terdapat dalam Nafh al-Tib—yang menyatakan bahwa Ziryab bermakna "Burung Hitam", dari kata Persia "Dziryaab," atau "Mirlo" dalam bahasa Spanyol. Disebut demikian, karena warna kulit, suara yang indah, dan perilakunya, mengingatkan orang pada burung hitam yang bernyanyi. Penjelasan lain yang jarang dikutip, yang diajukan oleh Ibnu Hayyan, bahwa, Ziryab berarti ''emas,'' yang disifatkan kepada sang biduan, karena warna kulitnya.

Ziryab hadir pertama-kali di Baghdad, di Istana Khalifah Abbasiyah yang masyhur, Harun al-Rasyid, sebagai pemagang muda diantara musisi komposer khalifah yang paling kondang, Ishaq al-Mausili. Kisah berlanjut, saat Khalifah Harun meminta Ishaq menampilkan musisi muda, terkesan dengan kesantunan dan bakat musik Ziryab. Pada saat acara, ia meminta Ziryab memainkan sebuah lagu dan menyerahkan oud—alat musik senar tipe kecapi berleher pendek, berbentuk buah pir, tanpa fret, biasanya dengan 11 senar, yang dikelompokkan dalam 6 jalur, tetapi beberapa model memiliki 5 atau 7 jalur, dengan 10 atau 13 senar masing-masing. Oud sangat mirip dengan kecapi modern, dan juga dengan kecapi Barat—milik Ishaq, untuk dimainkan. Ziryab menolak, dan membawakan instrumennya sendiri—yang ia sebut telah disesuaikan, agar layak memainkan irama-irama spesialnya sendiri, yang tak diketahui orang lain. Irama khusus inilah yang ingin dimainkan Ziryab bagi Sang-khalifah. Khalifah Harun tentu saja setuju, dan sangat berkenan dengan apa yang didengarnya.
Setelah debut yang mengesankan di hadapan Sang-khalifah, Ishaq, dalam keadaan kesal, menawarkan Ziryab pilihan: ia boleh menetap di Baghdad dan menghadapi kemarahan Ishaq, atau meninggalkan Baghdad—dengan bantuan Ishaq—dan tak pernah kembali. Karena gurunya juga merupakan musisi paling berpengaruh di istana Khalifah Harun, Ziryab memilih segera pergi ke al-Andalus.

Ia dilupakan di Bagdad, dan malah diundang ke Kordoba oleh al-Hakam I. Seperti yang telah disebutkan, setiba di Iberia, ia baru mengetahui bahwa al-Hakam telah wafat dan digantikan oleh putranya, Abdurrahman, yang terbukti sebagai malaikat pelindung yang murah-hati dan energik. Abdurrahman banyak memberikan hadiah bagi Ziryab, termasuk gaji bulanan 20 kali lebih besar dibanding musisi lain di Istana, dan juga sebagai Komisaris di beberapa peternakan; sesungguhnya, sang pangeran menjadikan Ziryab sebagai orang yang ia banggakan. Di Kordoba, Ziryab meninggalkan kesan abadi pada budaya musik di Istana Umayyah. Selain oud yang berkaliber, ia disebutkan telah memperkenalkan unsur-unsur filsafat musik Yunani yang menghubungkan senar oud, dan mode terkaitnya, dengan kejenakaan. Ia juga mendirikan sekolah musisi, menggunakan teknik yang dikatakan telah dipakai oleh musisi master selama berabad-abad setelahnya. Selain itu, Ziryab disebut telah mengenal sepuluh ribu lagu, yang menjadi dasar musik di Kordoba, selama beberapa generasi.

Biografi Ziryab, seperti yang umumnya dikenal saat ini—terutama di kalangan penggemar musik tradisional Andalusia Afrika Utara—menghadirkan artis tenar ini sebagai sosok yang menjulang tinggi dengan daftar pencapaian dan terobosan yang mengesankan. Secara keseluruhan, ada sekitar selusin karya, yang masih ada, yang merujuk pada Ziryab dalam satu dan lain cara. Versi biografi modern Ziryab yang lebih rumit, mencatat bahwa selain peran-serta musiknya, Ziryab juga membawa pembaruan di bidang lain dalam budaya Istana.

Dahulu, Baghdad merupakan sumber berita terkini di bidang mode, seperti pusat-mode Paris dan New York sekarang. Dan Bapak mode itu, Sang Burung Hitam. Ia memperkenalkan gaya-rambut pendek di Kordoba. Menurut Al-Maqqari, pada masa itu, orang-orang Andalus dan Kordoba, rambutnya diurai panjang, sampai ke bahu dan dibelah di tengah. Baik pria maupun wanita. Ziryab, sebaliknya, memotong pendek rambutnya dan memakai poni di atas alisnya. Gaya-rambut ini, dulu, dan bahkan sekarang, gaya-rambut yang banyak dipakai para aktor Asia.
Ia juga mempopulerkan pangkas-rambut di kalangan pria, dan selalu memperkenalkan tren potongan-rambut baru. Para bangsawan menggunakan air-mawar mencuci rambut mereka, namun Ziryab memperkenalkan penggunaan garam dan minyak aromatik guna memperbaiki kondisi rambut.
Ziryab juga menggunakan deodoran, agar wangi, dan pasta gigi. Ia menganjurkan mandi di pagi dan sore hari. Ia juga menekankan pentingnya perawatan fisik dan kebersihan badan. Orang Eropa tak biasa mandi, sesekali, atau bahkan tidak sama sekali.
Ia juga memperkenalkan pakaian musiman. Tergantung pada cuaca, musim atau waktu, ia mengenakan berbagai gaya dan pakaian. Ia menggunakan beragam kain berwarna dan bergaris, serta bahan transparan. Bahkan sekarang, ragamnya dapat ditemukan di Maroko.
Penulis Muslim al-Saqati dan Ibn Abdun menjelaskan secara rinci bagaimana layaknya sol yang terbuat dari gabus, dibuat untuk sepatu. Mereka menggambarkan pekerjaan seorang pembuat sandal misterius, Abdullah. Penggunaan sol-gabus, warisan Romawi, namun dipoles dan disempurnakan oleh Muslim di Andalusia. Sol kenyal dikenakan oleh seluruh kelas masyarakat.

Begitu mendengar kata “three-course meal,” spontan, pola-pikir kita tertuju ke Eropa. “Three-course-meal” terdiri dari tiga bagian hidangan yang disajikan setelah hidangan lain. Ada banyak ide dan perencanaan yang terbawa dalam menyiapkan hidangan ini. “Three-course meal” terdiri dari hidangan pembuka, hidangan utama, dan hidangan penutup. Engkau boleh memilih tetap berpegang pada tarif standar atau memilih makanan yang lebih rumit, jika engkau ingin berpetualang. Hidangan ini memberikan pengalaman kuliner istimewa, karena engkau selalu boleh memilih kombinasi hidangan yang berbeda. Namun, “Three-course-meal” diperkenalkan pada abad ke-9 oleh seorang lekaki bernama Ziryab, Sang burung-hitam. Dari Irak, ia datang ke Andalusia dan menyarankan agar santapan dimulai dengan sup ringan, diikuti makanan utama, yang terdiri dari ikan, daging atau unggas, dan diakhiri dengan buah dan kacang-kacangan. Juga, penggunaan taplak meja dan peralatan makan diperkenalkan olehnya.
Ratu Christina dari Denmark, Swedia dan Norwegia, menyantap hidangannya dengan cara yang dianut seorang Muslim. Kristal, yang terbuat dari pasir dan batu oleh jenius Muslim, Abbas bin Firnas, yang wafat pada tahun 887 M, dianut Ziryab dengan menggunakan gelas kristal yang jauh lebih ringan saat makan, daripada cangkir logam berat—seperti tembaga, perunggu, perak, dan emas—yang umum pada abad ke-9. Pembuat tembikar Muslim, memperkenalkan gaya makan dengan memproduksi piring dan gelas yang terbuat dari keramik dan kaca yang dipoles.

Beberapa alat musik modern yang tersohor, dirancang oleh Muslim abad ke-9, Al-Kindi, dimulai dengan penggunaan naskah musik, yakni notasi yang digunakan untuk menulis musik. Tak menggunakan huruf, melainkan suku kata, yaitu Dal – Ra – Mim – Fa – Shad – Lam – Siin, yang mirip dengan do-re-mi-fa-so-la-si saat ini.
Seratus sepuluh abad yang lalu, Al-Kindi menguraikan secara rinci, desain dan suara kecapi. Kata kecapi, berasal dari bahasa Arab 'al-oud,' yang bermakna 'kayu'. Alat musik ini, juga merupakan pendahulu dari gitar.
Al-Kindi telah menemukan nilai terapeutik musik pada tahap yang sangat awal. Suatu ketika seorang ayah bersama putranya yang lumpuh, mengunjunginya. Melalui musik terapeutik, Al-Kindi merawat anak itu dan bercakap singkat dengan ayahnya. Musik juga dimainkan di beberapa Bimartistan (rumah sakit).
Al-Farabi menciptakan rababah, pendahulu biola saat ini. Ia juga menulis beberapa buku, namun mahakaryanya, "Buku Besar Musik", sebuah buku dimana tertuliskan teori musik. Saat ini, alat musik banyak berutang nama pada bahasa Arab. Kecapi berasal dari al-oud, rebec (alat musik biola) dari rababah, gitar dari qitarah dan naker (drum) dari naqarrah.
Khilafah Utsmaniyah, merupakan negara bagian pertama yang memiliki band musik militer, yang disebut Band "Mehterhane Militarty". Ke manapun Khalifah pergi, ia disertai oleh orkestra. Mereka juga akan datang dan bermain di tengah pertempuran guna membangkitkan semangat prajurit.
Ziryab memainkan peran penting dalam distribusi musik. Ia, kepala penghibur di istana Khalifah Abdurrahman II dan bergaji 200 dinar emas, sebulan.

Ziryab, seorang penyanyi, pemain oud, komposer, penyair, juga dikenal sebagai polymath, dengan pengetahuan di bidang astronomi, geografi, meteorologi, botani, kosmetik, seni kuliner dan mode, serta guru yang menetap dan bekerja di Irak, Afrika Utara, dan Andalusia, periode Islam abad pertengahan itu, trendsetter pakaian, makanan, etiket dan musik. Namun, berbagai fenomenal dan inovasi yang dikaitkan dengan Ziryab, tak sepenuhnya mengagumkan: ia telah bergerak dalam lingkaran Istana Baghdad dan akan terjangkit dengan mode dan tata-krama kekhalifahan Abbasiyah. Setidaknya, jika ada kebenaran dalam kisah perkenalannya dengan Khalifah Harun, Ziryab sangat mengenal tata-krama Islami. Ide-ide filosofis tentang musik yang diatributkan kepadanya dalam biografi modern, juga telah ada di Baghdad pada saat itu, karena orang yang berkomitmen untuk menulisnya, Ya'qub al-Kindi, sezaman dengan Ziryab. Dari perspektif budaya Umayyah Andalusia yang baru muncul, Ziryab akan tampak seperti keteladan seorang Syarif—lelaki dengan kesempurnaan dan selera yang sempurna: sopan-santun, pakaian, rambut, dan gaya musik Abbasiyah Baghdad, semuanya telah meninggalkan jejak pada dirinya. Namun pembacaan biografi modern, hampir tak memberikan gambaran lengkap dan manusiawi tentang Ziryab. Sebaliknya, ada rasa tokoh semi-legendaris yang kisah hidupnya telah berfungsi sebagai semacam tokoh-retoris ini, diwujudkan baik sebagai musisi dan syarif. Keistimewaan Ziryab sebagai tokoh-retoris dalam versi modern dari sejarah warisan musik Andalusia, telah tercatat, akan tetapi, kekuatan simbolis dari nama Ziryab, melampaui penggunaan yang agak misterius dalam literatur sejarah. Di Maroko, engkau akan menemukan Ensemble Ziryab dan orkestra Andalusia yang disebut Abna' Ziryab, putra-putra Ziryab.

Adapun Cassano al-Andalusi, jangankan sebagai model Syarif, atau Tokoh Retoris, orang ini, hanyalah, Kegagalan Retoris. Ia dikenal sebagai mantan-serdadu, hippy, dan mafia. Teman-teman yang mengenalnya, memanggilnya "lelaki di balik bayang-bayang." Sebagai mantan serdadu, ia ditandai sebagai "prajurit tanpa tanda-jasa," bukan karena prestasi, melainkan kebanciannya. Saat ia turut ambil-bagian dalam sebuah pasukan, untuk menggagalkan serangan, segenap prajurit di unitnya, dengan gagah-berani melawan musuh, sementara ia, sibuk mencari perlindungan di belakang truk. Seluruh pejuang gugur, kecuali bajingan-tengik ini, yang ditemukan gemetaran dan terkencing-kencing di bawah truk.
[Bagian 3]
[Bagian 1]