Jumat, 09 April 2021

Lagu Saus Tomat (3)

Kacer melanjutkan, "Orang ini, juga berkomplot dengan kaum hippie. Seperti yang kalian ketahui, seorang hippie, atau hippy, anasir budaya tandingan tahun 1960-an, awalnya gerakan pemuda yang dimulai di Amerika Serikat, selama pertengahan 1960-an dan menyebar ke negara-negara lain di seluruh dunia. Terdapat sisi baik kaum-hippie ini, antara lain, solidaritas, kesederhanaan, seni, cinta dan musik yang bagus. Tapi apa yang populer dan berkembang? Sisi buruknya, yakni minuman-keras, narkoba, dan perzinahan.
Minuman-keras tak baik untukmu. Ia membuatmu kecanduan, dan jika ingin menghentikannya dalam satu langkah, mustahil bagi seseorang menahannya. Larangan minuman-keras bahkan sebagai obatpun, sudah jelas. Thariq bin Suwaid al-Ja'fi bertanya kepada Nabi kita tercinta (ﷺ) tentang pembuatan khamr dan beliau (ﷺ) melarangnya, maka ia menjawab, "Wahai Rasulullah, aku mengolahnya sebagai obat-obatan," yang dijawab oleh Rasulullah (ﷺ), "Itu bukan obat, melainkan penyakit." Rasulullah (ﷺ) melaknat sepuluh golongan orang yang terkait dengan khamr; anggur serta minuman beralkohol apapun; orang yang mengolah dan yang memesannya, atau mendanai produksinya, yang meminumnya, yang mengantarkan dan yang menerimanya, yang mengemasnya, yang menjualnya, yang memperoleh uangnya, yang membelinya, dan bagi sesiapapun barang itu dibeli. Beliau (ﷺ) juga bersabda, "Siang dan malam akan berlalu, dan sekelompok golonganku akan minum khamr, menyebutnya dengan nama lain." Jadi, apapun yang namanya: anggur, minuman beralkohol, vodka, atau bir - semuanya sangat terlarang!
Opium, heroin, kanabis, dan segala jenis obat rekreasional lainnya, berefek merusak pikiran dan tubuh. Ada juga sebagai penyalur halusinasi, yang mengantarkan perasaan euforia sementara, namun orang yang menyalahgunakannya, akan berakhir dalam lingkaran-setan depresi, ketergantungan dan kecanduan. Dalam Sahih Muslim, diriwayatkan bahwa Rasulullah (ﷺ) bersabda, "Setiap yang memabukkan itu, khamr, dan setiap yang memabukkan itu, haram!"
Allah telah mengharamkan zina, dan memasukkannya sebagai dosa besar, yang diancam dengan hukuman berat. Tak hanya mengharamkan, Allah juga menutup segala jalan yang menuju ke sana. Ada banyak hikmah dengan mengharamkan zina. Zina itu, aib bagi pribadi, kehormatan dan martabat seseorang. Ia juga merupakan kezhaliman besar terhadap kaum-wanita, karena memaksanya membesarkan anak, sendirian. Zina menyebabkan berjibun penyakit, yang membingungkan para dokter, dan para ilmuwan tak dapat bertindak. Pelarangan zina, juga bertujuan menghindari percampuran hubungan darah, karena hal ini menyebabkan kehilangan jejak keturunan dan mengabaikan hak. Padahal, masyarakat merupakan individu-individu yang membentuk keluarga. Maka, jika pohon-keluarga ini, terputus, dan tanggung jawab tak dapat lagi ditentukan, maka manusia menjadi seperti binatang.
Islam tak melarang apapun kecuali itu membahayakan, dan selalu memberikan pengganti yang lebih baik. Bagi Zina, penggantinya, menikah. Riba, bunga-uang dan/atau rente, penggantinya, jual-beli, dll. Wallahu a'lam.

Cassano al-Andalusi ini, berpihak pada sisi buruknya. Ia menjadi pemasok utama minuman-keras dan narkoba bagi kaum hippie. Ia juga menyediakan lokasi bagi para hippie. Alasan mengapa ia berbagi dengan para hippie itu, bertujuan melindungi peertambangan miliknya. Dengan adanya kaum hippie di lokasi itu, masyarakat takkan berani mengganggu. Ia bahkan tak peduli, ketika warga sekitar mengeluhkan adanya tenaga kerja dari luar daerah, yang hampir setiap hari masuk ke areal pertambangan. Apapun itu, semuanya demi bisnis.
Entah bagaimana, ia juga dekat dengan seorang penguasa, yang sangat mempercayainya. Segala urusan, diserahkan kepada Cassano al-Andalusi, untuk diselesaikan. Suatu ketika, seorang hippie berkata, "Cassano tak pernah gagal...!" Rupanya, itu hanya kalimat yang tak lengkap, yang ketika disempurnakan menjadi, "Cassano tak pernah gagal bersembunyi di balik bayang-bayang!" Jelas, ini bukti kegagalan-retoris, sebagaimana ucapan seorang penatua di desa kelahiran Cassano, "Siapapun yang berkawan dengan Cassano al-Andalusi, pandir!"
Jangankan bermain musik, Cassano bahkan tak bisa bersiul. Ia senang berpakaian mewah, namun pakaiannya itu, tak dapat menutupi kekumalannya. Ia sering gagal-paham.

Pada suatu Sabtu malam, Cassano meminta saran dari begundalnya, apa yang sebaiknya dilakukan untuk bermalam-minggu. "Berpakaian dan pergilah ke Kelab-malam, lintasi senja dengan anggur dan disko!" kata penasihatnya yang bermata-juling, yang tahu benar selera bosnya. Tanpa ragu, inilah jawaban yang diinginkan Cassano. Segera, ia memerintahkan seluruh anak-buahnya, berangkat.
Di Kelab-malam itu, yang tampak dari luar seperti restoran biasa, ia disambut seorang germo, yang membungkuk dalam-dalam, demi kantong sang-Cassano. Seperti biasa, Cassano bertitah, "Beri kami anggur! Ayo berpesta! Ayo berdansa! Nikmatilah!"
Dan, tegukan demi tegukan, mengalir sepanjang tubuh Cassano. Mabuk, ia berteriak, "Hei dj, mainkan musik-tengah-malam!" Musik pun mulai berdentum, Cassano terhuyung-huyung saat bernyanyi,
Y aserejé-ja-dejé
De jebe tu de jebere seibiunouva majavi an de bugui an de güididípi
Aserejé-ja-de jé
De jebe tu de jebere seibiunouva majavi an de bugui an de güididípi
Aserejé-ja-dejé
De jebe tu de jebere seibiunouva majavi an de bugui an de güididípi *)
Tapi, masalahnya, Cassano tak berbahasa sesuai lagu yang diputarkan sang-dj, maka satu-satunya cara yang bisa ia lakukan, mengiramakan bagian chorusnya, dalam bahasa Spanyol, dan yang itupun, berantakan.
Kaum hippie, mengacungkan jempol, atau lebih tepatnya, sepuluh jari tangan dan kaki. "Dahsyat! Dahsyat!" teriak mereka. Apapun demi Cassano, akan mereka lakukan, bahkanpun jika harus mengeluarkan seluruh isi perut, akan mereka muntahkan. Mereka mengelu-elukan Cassano, berkata, "Ia orang yang mengikuti disko. Ia raja, menari dalam ritme ragatanga, dan dj yang ia kenal baik, yang selalu berada seputar jam dua-belasan, memainkan salsa, dan ia mendendangkannya."
Di sisi lain, di antara yang mabuk, banyak juga yang sinis, "Itu sesat!" Beberapa yang menganggapnya, Brujeria, yang merasukinya, setiap gerakannya, akan menghipnotismu. Ada juga yang menyebutnya, Chuleria. Yang lain mengira itu sesungguhnya, Rastafari Afrogitano!
Seorang bocah, anak seorang pelayan yang bekerja di Kelab-malam itu, mendengar nyanyian, atau ocehan Cassano, berkata, "Ayah, si brengsek itu, sepertinya tak mengenal bahasa. Sebenarnya, lagu itu, kesukaan Kakek."
Bergegas, sang ayah membungkam-mulut sang bocah seraya menoleh ke kiri dan ke kanan, dan berkata, "Nak, habiskan cokelatmu dan pulanglah! Jika tidak, besok, ayah tak punya lagi pekerjaan!" Sedemikian buruknyakah kejahatan itu, bahkan seorang ayah tak mampu melindungi putranya sendiri? Mengintip kata-kata Cassano al-K-Dramani, "Un diavolo scaccia l'altro," bahwa hanya kejahatan, yang dapat menghukum kejahatan; dan juga ucapan Lelouch Vi Britannia, "Agar dapat menaklukkan kejahatan, aku harus menjadi lebih jahat lagi," mungkin, bisa menjadi jawabannya. Akan tetapi, aku lebih suka memilih, "Agar dapat menaklukkan kejahatan, engkau hendaknya menaklukkan kejahatan dirimu sendiri," itulah, Jihad an-Nafs. Nabi kita tercinta (ﷺ), selalu membuka khutbah beliau (ﷺ) dengan Khutbatul Haajah. Pada bagian pertama, beliau (ﷺ) bersabda,
إن الحمد لله نحمده و نستعينه و نستغفره و نعود بالله من شرور أنفسنا و من سيئات أعمالنا
"Sesungguhnya, segala puja, hanya karena Allah. Kita memuja-Nya, memohon pertolongan dan pengampunan-Nya. Kita berlindung kepada Allah dari kejahatan diri-kita, dan dari akibat-buruk perbuatan kita."
Memohon perlindungan kepada Allah dari kejahatan, merupakan kesaksian para hamba bahwa mereka tak punya kuasa menolong diri mereka sendiri, dan keyakinan bawaan pada ketidakberdayaan seperti ini, komponen kunci dari iman kita. Latarbelakang mengapa Allah memerintahkan kita agar berlindung kepada-Nya dari kejahatan, karena kejahatan takkan pernah berhenti dan akan terus berupaya menyesatkan kita ke dalam syirik.
Rasulullah (ﷺ) juga menasihati para sahabat, radhiyallahu 'anhum, melakukan hal yang sama, dan tradisi ini terus berlanjut hingga saat ini dimana banyak umat Islam membuka pidato dan tulisan mereka dengan Khutbatul Haajah. Disebut khotbah-hajat, karena seseorang dapat meminta sesuatu dari Allah, Subhaanahu wa Ta'ala, setelah membacanya, semisal pada acara akad-nikah.
Namun sayangnya, di beberapa negeri yang bermayoritas Muslim, ada yang enggan membawakan Kalimat Pembuka ini, dan bagi yang membawakannya saat berkhotbah, di cap “Wahabi.” Mungkin karena ketidaktahuan, atau bisa jadi, para "Wahabi" itu, menunjukkan sikap yang terkesan pragmatis, saat menyampaikan khotbah. Wallahu a'lam.
Seorang pengunjung, yang tak sengaja masuk ke Kelab, mengira tempat itu, restoran biasa, sambil berjalan keluar, bergumam, "Ketika seseorang dimabuk khamr, yang cerdik jadi bebal, dan yang bebal, berlagak pilon! Apa jadinya, jika seseorang dimabuk harta dan kekuasaan?"
Hening, Kacer mengakhiri ceriteranya. Sang-garuda-perkasa kemudian berdiri, bertepuk-tangan seraya berkata, "Bravo! Bravo!" menyemangati anak-asuhannya. Para unggas, tanpa menunggu perintah, langsung berdiri dan spontan turut-bersorak. Mereka melakukannya, bukan demi Kacer, melainkan sebagai penghormatan dan penghargaan untuk Sang-garuda-perkasa, yang selama ini, menurut nilai-nilai mereka, telah menunjukkan keteladanan terbaik. Wallahu a'lam."
Rujukan :
- Carl Davila, Fixing a Misbegotten Biography: Ziryab in the Mediterranean World, Al-Masaq
- Amira Ayad, Healing the Body and Soul, IIPH
*) "Asereje" karya Manuel Ruiz Queco

[Bagian 1]