Jumat, 02 April 2021

Lagu Saus Tomat (1)

"Seberapapun kuasanya engkau, betapapun perkasanya engkau, engkau takkan mampu melawan perubahan," berkata Sang-garuda-perkasa. "Sama seperti diriku, sekarang, aku merasa penat, maka, perkenankan aku mengaso. Aku meminta Kacer, agar melanjutkan acara yang akan menghibur kita!" perintah Sang-garuda-perkasa.

Kacer, tak ingin menyianyiakan kesempatan emas ini, bergegas, ia tampil lagi ke pentas, dan setelah menyapa dengan salam, ia diam sejenak, dan saat merasa sedikit gugup, ia menatap sekeliling, berkicau,
Kita tak butuh agenda
Dan kita tak hirau esok-lusa
Genggam saja tanganku
Torehkan di atas pasir
Usah menoleh ke belakang

Ku tak peduli apa kata orang
Ku selalu menyayangimu, dan selalu
Berikanku, berikanku cinta terbaik
Takkan bertambat, tak mungkin, tak mungkin!
Setelah itu, ia bercerita,

"Pada suatu hari, terdengar khabar, bahwa anjing dan kucing, telah secara resmi dipelihara oleh Kerajaan, sebagai Hewan-Piaraan Istana. Namun, bisik-bisik yang berkembang, entah mengapa, dengan beberapa pertimbangan, Kerajaan tak menyematkan nama kebangsawanan bagi mereka, semisal "Your highness," "Your majesty," ataupun "Sir," cukup dengan memanggil sebelum nama mereka, "Tuan."

Para paparazi dan juru-khabar, segera bergerak, ingin mengkonfirmasi desas-desus ini. Namun, mereka menghadapi kendala menemukan "Tuan Anjing" dan "Tuan Kucing," karena mereka tak sanggup membedakan yang mana anjing, dan yang mana kucing, diantara para bangsawan, para wazir, dan bahkan, dikalangan mereka sendiri. Akhirnya, dengan kegigihan dan kelihaian para paparazi dan juru-khabar itu, mereka dapat menjumpai "Tuan anjing" dan "Tuan Kucing," yang tak lagi dapat mengelak. Kilatan cahaya para paparazi, berulang-kali menampar wajah mereka.

Tuan Anjing, sang-pemberani yang tiada isi di kepalanya, langsung bertatap-muka menghadapi mereka, sementara sang-banci, Tuan Kucing, berusaha menghindar dengan menjilati ceker-depannya, seolah terlihat sibuk. Seorang juru-khabar bertanya kepada Tuan Anjing, "Tuan, apa latarbelakang tuan hingga dapat kehormatan jadi Hewan-Piaraan Istana?" Tuan Anjing, yang sebenarnya enggan menjawab, atau lebih tepatnya, tak bisa menanggap, balik bertanya, "Bagaimana menurutmu?"

Dengan antusias, salah seorang juru-khabar, dengan uraian sains, menjawab, “ Kucing dan anjing, punya beragam interaksi. Sifat alami masing-masing spesies, mengarah pada interaksi antagonis, meskipun setiap hewan dapat memiliki saling-keterhubungan non-agresif, terutama dalam keadaan dimana manusia telah mensosialisasikan perilaku non-agresif. Interaksi yang umumnya agresif antara spesies, telah tercatat dalam ekspresi budaya. Di Rumah-piara dimana anjing dan kucing dipelihara dan dilatih dengan baik, mereka cenderung saling berhubungan-baik, terutama jika pemiliknya merawatnya dengan baik."

Tuan Anjing tersenyum, agak sinis, menyahut, "Lupakan argumen sains itu, kami jadi Hewan-Piaraan Istana, karena punya satu kesamaan." Para juru-khabar, sontak bertanya, "Apa itu? Mohon konfirmasikan kepada kami, tuan!"
 
Tuan Anjing diam, memperhatikan para paparazi dan juru-khabar itu, satu demi satu, lalu menoleh pada Tuan Kucing, yang sibuk menjilati tungkai belakangnya. Kemudian ia balik menatap para juru-khabar dan paparazi tersebut, menghela nafas, dan dengan parau, perlahan berkata, "Kami sama-sama pandai menjilat! Bukan begitu, wahai Tuan Kucing?," seraya melongok Tuan Kucing yang tampak tak peduli. Walau begitu, Tuan Kucing, menanggapi dengan sebuah kata, "Meong!" selagi menjilat selangkangannya.

Juru-khabar yang tadi menjawab, bersungut-sungut, "Tuan Anjing belum sepenuhnya mendengar apa yang ingin kusampaikan, bahwa pada akhirnya, hubungan kucing dan anjing itu, mencerminkan kecenderungan alami hubungan antagonis antara kedua spesies, seperti ungkapan, 'Bagai anjing dan kucing.'"

Hening, Kacer menunggu tanggapan. Beberapa saat kemudian, tak ada reaksi. Para unggas, tampaknya, tak fokus pada otak, namun lebih berpusat pada perut. Atau mungkin, karena Kacer, dianggap pendatang baru.
Semakin gugup, Kacer berkicau,
Engkau dan aku hanyalah
Petaka yang indah, kan?
Jangan hirau apa kata orang
Engkau dapatkan yang kudamba
Engkau dapatkan yang kuimpi
Berlarilah bersamaku

Ku tak peduli apa kata orang
Ku selalu menyayangimu, dan selalu
Berikanku, berikanku cinta terbaik
Takkan bertambat, tak mungkin, tak mungkin!