Rujukan :"Wahai Pedro, jangan buru-buru pulang!" berkata para unggas pada Chiwawa. "Kami masih punya banyak waktu untukmu, maka, sampaikanlah lebih banyak cerita!" tukas mereka. Chiwawa bertanya, "Sudahkah engkau makan? Lapar? Aku tak mau bercerita jika engkau lapar. Sebaiknya, engkau makan dulu, sebelum mendengarkan ceritaku!" Penasaran, para unggas bertanya, "Mengapa?" Chiwawa berkata, "Wahai saudara-saudariku! Kuingin engkau fokus dan perhatikan ini,"Seorang Prabu, punya sekelompok Wanara, yang dilatih bertandak. Seperti yang telah engkau kenal, para Wanara itu, peniru alami yang hebat terhadap setiap perilaku manusia. Mereka mempertontonkan diri mereka, sebagai pelajar yang paling berbakat, dan saat mengenakan busana dan tapuk yang beraneka-ragam, mereka bergoyang, menirukan setiap gerakan, layaknya para abdi-dalem."Allah telah menganugerahkan manusia dengan motif atau dorongan fisiologis tertentu, terutama untuk tujuan pelestarian-diri individu dan ras-manusia. Manusia terdorong memenuhi kebutuhannya pada saat lapar, haus, penat, panas, dingin, atau kesakitan. Tubuh seyogyanya dalam keadaan homeostasis, atau seimbang, agar berfungsi optimal. Saat keseimbangan ini terganggu, dalam keadaan apapun, rasa kebutuhan akan muncul, mendorong manusia berbuat sesuatu guna mengembalikan tubuh kembali ke homeostasis. Misalnya, jika ada yang lapar, ia akan mencari bahan makanan, menyiapkannya, dan makan. Setelah kembali ke homeostasis, ia takkan lagi merasakan kebutuhan itu, sehingga dorongannya akan berkurang."Lapar," disebutkan dalam Al-Qur'an,الَّذِیۡۤ اَطۡعَمَہُمۡ مِّنۡ جُوۡعٍ ۬ۙ وَّ اٰمَنَہُمۡ مِّنۡ خَوۡفٍ"Yang telah memberi mereka, makanan, agar menghilangkan 'lapar,' dan mengamankan mereka dari rasa -takut." [QS. Quraysh (106):4]Motif, dianugerahkan Allah kepada manusia, dan motif merupakan komponen fundamental dan vital kepribadian dan perilaku manusia. Motivasi itu, kebutuhan atau keinginan yang memberi energi pada perilaku dan mengarahkannya ke arah tujuan tertentu. Inilah bagian dari 'sifat alami' yang Allah ciptakan bagi manusia.Kata 'kebutuhan,' dipakai untuk menunjukkan motivasi yang berbasis internal, sedangkan insentif, merupakan faktor eksternal. Kebutuhan, sebenarnya menghasilkan dorongan untuk mencapai pemenuhannya.Insentif itu, faktor eksternal dalam lingkungan yang mempengaruhi individu, dengan cara menarik dan mendorong mereka agar bertindak untuk memperolehnya. Orang bekerja, misalnya, bertujuan memperoleh gaji di akhir bulan. Gaji itu, insentif untuk mendorong orang tersebut bekerja keras dan berkinerja baik. Insentif juga dapat mengelakkan individu dan mendorongnya agar menghindari hasil tertentu. Kita mungkin bekerja tak hanya untuk menerima gaji, melainkan juga menghindari teguran sang-bos."Tontonan tandak yang dahsyat ini, berkali-kali diikuti riuh-rendah, sorak-sorai, tepuk-tangan, yang meriah para penonton, namun sampai pada klimaksnya, seorang punggawa, yang iseng, merogoh sakunya, meraih segenggam kacang dan melemparkannya ke atas panggung. Para Wanara, saat melihat kacang itu, tergoda, sehingga lupa berjoget, dan kembali jadi monyet sejati— sebagaimana adanya mereka—dan tak mau lagi menyerupai para aktor dan aktris. Mereka melepas tapuk dan merobek busananya, bergaduh dan berjotos di antara mereka, demi kacang, yang hanya segenggam itu."Rasa-takut, umumnya dianggap sebagai emosi negatif yang terjadi sebagai respons terhadap bahaya atau ancaman. Inilah respons alami yang bertujuan melindungi manusia dari rasa sakit, cedera, atau kematian. Mengalami rasa-takut dalam kehidupan duniawi, menyebabkan seseorang melarikan-diri ketakutan atau menghindari keadaan dimana objek yang ditakuti, mungkin ada.Manusia, sering kembali pada naluri-alami mereka. Jika seseorang terganggu oleh rasa-takut, bathin atau egonya, pasti akan tertinggal di belakang kafilah iman dan ia akan disibukkan dengan tuntutan, ekses dan ketidaksabaran. Ia bagai seekor kuda beringas, yang berkeliaran dimana-mana tanpa ada yang mampu menahannya, tak ada tujuan yang dituju, dan tiada jalan yang jelas diikuti.Manusia juga dikaruniai kodrat untuk bertahan hidup, mempertahankan diri dari bahaya atau dari para penindas, agresor, dan penyerang. Karena kita semua hidup di dunia yang tak berperasaan dan kejam, satu-satunya cara agar kita dapat bertahan hidup, dengan memanfaatkan naluri alami kita untuk melawan dan membela-diri. Naluri vital ini, juga ada pada hewan, karenanya, mereka membela diri dengan menendang, menggigit, menyengat, mematuk, mencengkeram, dan sebagainya. Wallahu a'lam."Dan, tontonan tandak itupun berakhir, di tengah-tawa dan ejekan para penonton."
- Dr. Aisha Utz, Psychology from the Islamic Perspective, IIPH
- Rev. Geo. Fyler Townsend, M.A., Aesop Fables, George Routledge and Sons