Jumat, 23 April 2021

Sebuah Renungan Bagi Para Saudariku

Suatu hari, para unggas berkumpul, merayakan hari Peranan Kaum-Wanita. Burung-Dara diminta mengucapkan beberapa buah patah kata. Dan setelah mengucapkan salam dan kalimat pembuka, ia berseru,

“Selamat datang, duhai wanita shalihah, yang bertaqwa kepada Allah, yang shalat dan puasa.
Selamat datang, duhai wanita yang bijak dan bermartabat, yang berhijab.
Selamat datang, duhai wanita yang tercerahkan, banyak membaca dan berpendidikan.
Selamat datang, duhai wanita yang dermawan, tulus, dapat dipercaya, dan setia.
Selamat datang, duhai wanita sabar yang mencari ridha Allah, bertaubat dan kembali kepada-Nya.
Selamat datang, duhai wanita yang mengingat Allah dan bersyukur kepada-Nya, serta menyeru-Nya.
Selamat datang, duhai wanita yang mengikuti jejak Asiyah, Maryam dan Khadijah.
Selamat datang, duhai ibu para pahlawan dan penghasil para manusia.
Selamat datang, duhai yang menghargai dan memelihara nilai-nilai.
Selamat datang, duhai wanita yang mengindahkan larangan Allah dan menjauhi segala yang diharamkan.
Kepada setiap Muslimah yang ridha kepada Allah sebagai Rabbnya, Islam sebagai agamanya dan kekasih kita, Muhammad (ﷺ) sebagai Nabinya.
Kepada setiap pemudi yang mengikuti jalan kebenaran, yang membawa pesan ketulusan.
Kepada setiap guru yang berusaha, melalui perkataannya, menyampaikan ilmu dan nilai-nilai, serta telah membersihkan bathinnya.
Kepada setiap ibu yang membesarkan anak-anaknya, agar takut kepada Allah dan mengikuti Sunnah, dan menjadikan mereka menyukai jalan kebajikan.
Kepada setiap wanita yang terbebani kecemasan dan kesedihan.
Katakanlah "Tidak!" untuk,
Membuang-buang waktu bagi sesuatu yang tak berguna, dan dendam-kesumat serta berbantah-bantahan.
Mengistimewakan uang dan menumpuk harta dibanding keafiatan, kebahagiaan, tidur yang cukup, dan ketenteraman.
Mencari-cari kesalahan orang lain dan memfitnahnya, namun tak hiraukan kesalahannya sendiri.
Memanjakan diri dengan pelesir dan memuaskan setiap hasrat dan rengekannya.
Membuang-buang waktu bersama para penggunjing dan menghabiskan berjam-jam dalam bermalas-malasan.
Mengabaikan kebersihan raga dan kebersihan rumah, serta centang-perenang di rumah.
Minuman haram, rokok, hokah, dan segala hal yang jorok.
Membenamkan-diri dalam kenahasan masa-lalu dan meratapi kekeliruan masa-lalu.
Melupakan Akhirat dan lalai memperjuangkannya, dan abai dari apa yang terjadi kelak di Akhirat.
Memboroskan uang untuk yang haram, berlebihan-lebihan terhadap yang dibolehkan, dan tak memenuhi pesyaratan beribadah.
Katakan "Ya!" bila,
Senyum-indahmu, mengirimkan pesan hangat dan ramah kepada orang lain.
Ucapan-simpatikmu, membangun persahabatan sebagaimana yang diperbolehkan dalam Islam dan menghapus dendam.
Sedekah yang berkah, yang membawa kebahagiaan bagi fakir-miskin dan memberi makan orang-lapar.
Duduk bersama Al-Qur'an, membacanya, merenungkan maknanya, dan mengamalkannya, serta bertobat dan memohon ampunan.
Memperbanyak dzikir dan istighfar, selalu berdoa dan bertobat dalam ketulusan.
Membesarkan anak-anakmu dalam Islam, mengajarinya Sunnah dan menuntun ke jalan yang bermanfaat baginya.
Menjaga kehormatan dan berhijab, sebagaimana diperintahkan Allah, yang merupakan sarana perlindungan-diri.
Menjalin persahabatan dengan wanita shalihah yang takut kepada Allah, mencintai Islam dan menghormati nilai-nilai keutamaan.
Menghormati orangtua, menjunjung tinggi tali-persaudaraan, menghargai tetangga, dan mengasuh anak-yatim.
Membaca buku-buku yang berfaedah, menarik dan bermanfaat.
Duhai para Saudariku! Bersikaplah optimis, walau jika engkau berada di tengah badai. Simaklah kisah ini,
Sewaktu berita perihal tentara musuh yang telah bersiap di kaki-langit, yang bertujuan memusnahkan Islam, terdengar olehnya, Abu Qudamah Asy-Syami, bergerak-cepat ke Mimbar Masjid. Dengan khotbahnya yang lantang dan menggelora, Abu Qudamah membangkitkan semangat para penduduk desa membela negerinya, berjihad karena Allah.
Saat ia meninggalkan Masjid, berjalan menyusuri lorong-gelap dan sempit, seorang wanita, di balik gulita, menghentikan langkahnya, menyapa, "Assalamu 'alaikum wa Rahmatullah!" Abu Qudamah tertambat, namun tak menjawab. Sang wanita mengulangi salamnya lagi, serta mengimbuhkan "... Tak seperti ini perilaku orang shalih." Ia melangkah keluar dari gelita. "Aku mendengarmu di Masjid, menyemangati para-warga agar berjihad dan, yang kumiliki hanyalah ini ..." Ia menyerahkan dua kepang-rambut panjang. "Bisa digunakan untuk kekang-kuda. Semoga Allah menorehkan diriku sebagai orang yang berjihad."
Keesokan harinya, selagi para penduduk desa bersiap-siap menghadapi pasukan musuh, seorang bocah berlari melintasi himpunan pasukan Jihad itu, dan berdiri tepat di depan kaki-kuda Abu Qudamah. "Demi Allah, aku memohon kepadamu, perkenankan aku bergabung dengan pasukan." Beberapa jihadis yang lebih tua, menertawakan sang-bocah. "Engkau akan terinjak-injak kuda!" Namun, sewaktu sang bocah mengulang permohonannya, "Demi Allah, relakan aku bergabung !," Abu Qudamah menatap sungguh-sungguh mata sang-bocah, seraya berkata, "Dengan satu syarat, jika engkau gugur, kelak, bawalah aku serta ke Jannah di antara mereka yang engkau diperbolehkan bersyafaat." Sang-bocah tersenyum, mengangguk, "Janji!"
Ketika kedua pasukan bertemu dan pertempuran semakin sengit, sang -bocah, yang berada di punggung-kuda Abu Qudamah, memohon, "Demi Allah, berikan aku tiga anak-panah!" "Tembakanmu akan meleset!" ujar Abu Qudamah. Sang-bocah menukas, "Demi Allah, berikan yang kuminta!" Abu Qudamah menyodorkan panah beserta anak-panahnya, dan sang-bocah membidik. "Bismillah!" Sebilah anak-panah melesat dan memberantas seorang penyerang. "Bismillah!" Anak-panah kedua melejit, membunuh penyerang kedua. "Bismillah!" Anak-panah ketiga melaju, mematikan penyerang ketiga. Setelah itu, sebuah anak-panah menghunjam dada sang-bocah—ia terlingsir dari kuda. Abu Qudamah melompat ke sisi sang-bocah, mengingatkannya selagi meregang napas terakhir, "Jangan lupa janjinya!" Sang bocah merogoh sakunya, mengeluarkan sebuah kantung-kecil dan berkata, "Mohon pulangkan ini kepada ibuku." "Siapa ibumu?" tanya Abu Qudamah. "Wanita yang, kemarin memberimu dua kepang-rambut...!"
Duhai para Saudariku! Tak lama lagi, sang-puspita 'kan mekar, sang-duka 'kan berlalu dan sukacita 'kan berjaya. Sesungguhnya, bersama kesulitan, ada kelegaan-kelegaan; selepas senja, siang 'kan berlabuh. Kabut gelebah 'kan tertiup, gulita kepiluan 'kan sirna, dan petaka 'kan di penghujung, insya Allah. Ingatlah bahwa engkau 'kan beroleh pahala, jika engkau seorang ibu, anak-anakmu akan menjadi penyokong dan penolong Islam, bila engkau membesarkannya dengan benar. Mereka akan mendoakanmu saat sujud dan di akhir malam, sebelum Fajar. Merupakan berkah menakjubkan jika engkau menjadi ibu yang penyayang dan murah-hati. Merupakan kehormatan dan kebanggaan yang cukup bagimu mengingat bahwa ibu kekasih kita (ﷺ), mempersembahkan kepada umat manusia, seorang pemimpin agung, Rasul yang mulia.

Duhai para Saudariku! Ingatlah,
Bahwa Rabb-mu mengampuni orang yang memohon ampunan-Nya, dan Dia menerima taubat orang-orang yang bertaubat, dan Dia menerima orang-orang yang kembali kepada-Nya.
Tunjukkan belas-kasihan kepada yang lemah dan engkau akan bahagia; sokonglah mereka yang membutuhkan, maka engkau akan lega; jangan menyimpan dendam, maka engkau akan nyaman.
Bersikaplah optimis, karena Allah bersamamu, dan para malaikat akan memohon ampunan-Nya untukmu, dan surga menantimu.
Sekalah air matamu, bersangka-baiklah terhadap Rabb-mu, dan hilangkan kekhawatiranmu dengan mengingat nikmat yang telah Allah berikan kepadamu.
Jangan berpikir bahwa dunia ini sempurna bagi siapapun. Tiada seorang pun di muka bumi yang mendapatkan segenap yang diinginkannya atau terbebas dari segala kesusahan.
Jadilah seperti pohon yang tinggi dengan arah-tujuan yang menjulang; jika sebuah batu dilontarkan padanya, cukuplah buahnya saja yang jatuh.
Pernahkah engkau dengar bahwa kenestapaan itu, membawa kembali apa yang telah sirna, atau bahwa kekhawatiran itu, memperbaiki kekhilafan? Jadi, mengapa harus sedih dan khawatir?
Jangan menunggu cobaan dan malapetaka, melainkan harapkanlah kedamaian, keselamatan dan kesehatan yang baik, insya Allah.
Padamkan api kebencian dalam qalbumu dengan memaafkan semua orang yang pernah menyakitimu.
Mandi, berwudhu, bersiwak dan hidup berirama itu, obat-mujarab bagi beragam kesukaran dan kecemasan.
Duhai para Saudariku! Engkau punya potensi menjadi da'iyah—wanita penyeru Islam, ajaklah wanita lain ke jalan Allah dengan perkataan-lembut, ingatkanlah dengan bijak, sajikan bukti dengan cara yang terpuji, berdiskusilah dan tuntunlah orang lain melalui budi-pekerti. dan tunjukkan keteladanan yang indah. Seorang wanita dapat mencapai, melalui tata-krama dan budi-pekertinya, hal-hal yang tak dapat dicapai melalui khutbah, ceramah, dan pembelajaran. Telah banyak iktibar yang menyebutkan tentang seorang wanita yang menetap di sebuah lingkungan, dan orang di sekitar, menilai komitmen agamanya, kesopanannya, pakaian Islami dan sikapnya yang karim, kebaikannya kepada tetangga, serta kepatuhannya terhadap suami, sehingga ia menjadi teladan yang baik bagi orang lain, semua orang membicarakan keapikannya.

Duhai para Saudariku! Segala sesuatu yang menimpamu itu, karena Allah, penebusan-dosa bagimu, jika Allah Ta'ala berkehendak. Dengarkan khabar gembira dari kekasih kita (ﷺ),
لْمَرْأَةُ إِذَا صَلَّتْ خَمْسَهَا وَصَامَتْ شَهْرَهَا وَأَحْصَنَتْ فَرْجَهَا وَأَطَاعَتْ بَعْلَهَا فَلْتَدْخُلْ مِنْ أَيِّ أَبْوَابِ الْجَنَّةِ شَاءَتْ
“Jika seorang wanita menunaikan shalat lima waktu, berpuasa di bulan Ramadhan, menjaga kehormatannya dan menaati suaminya, ia diperbolehkan masuk melalui salah-satu pintu Surga yang diinginkannya.” [Abu Nu'aim meriwayatkannya dalam al-Hilya; Sahih oleh Al-Albani]
Semua ini, urusan mudah bagi orang yang Allah mudahkan. Maka, dengan melakukan perbuatan-perbuatan agung ini, engkau 'kan bertemu dengan Rabb-mu Yang Penyayang, Yang akan memberikanmu kebahagiaan di Dunia dan di Akhirat. Ikutilah aturan-aturan-Nya kemanapun itu membawamu, dan patuhilah Al-Qur'an dan Sunnah, karena engkau seorang Muslimah, dan itulah kehormatan besar dan sumber kebanggaan.
Allah telah memilihmu menjadi seorang Muslimah, dan Dia menjadikanmu salah seorang pengikut kekasih kita (ﷺ), mengikuti jejak Aisyah, Khadijah dan Fatimah, radhiyallahu 'anhum.
Selamat bagimu yang telah merutinkan shalat lima waktu, menjalankan puasa Ramadhan, berhaji ke Baitullah, mengenakan hijab Islami. Selamat, karena engkau ridha kepada Allah sebagai Rabb-mu, Islam sebagai agamamu, dan kekasih kita, Nabi Muhammad (ﷺ) sebagai Nabimu.

Duhai para Saudariku! Emasmu itu, agamamu, perhiasanmu itu, adabmu, dan hartamu itu, akhlaqmu.
Jadilah laksana lebah, yang hinggap di sekar semerbak dan ranting cegak.
Tiada waktu mencari-cari kekurangan dan kesalahan orang lain.
Jika Allah bersamamu, adakah yang engkau lebih takuti? Jika Allah memurkaimu, adakah harapan bersamamu?
Api-kedengkian menghanguskan jasadmu, dan hasad itu, laksana api yang kalap.
Jika engkau tak mempersiapkan hari ini, maka esok-lusa, engkau takkan dapat melakukan apapun.
Ucapkan selamat tinggal kepada tempat-tempat dimana pergunjingan terjadi.
Pupuklah moral dan perilakumu sehingga lebih indah dari sebuah raudah.
Beramal-shalihlah, maka engkau akan menjadi orang yang paling bahagia.
Serahkan penilaian orang-lain kepada Sang Pencipta, tanggalkan selama-lamanya sifat iri-hati, dan lupakanlah seterumu.
Nikmat kemaksiatan itu, akan diikuti penyesalan, kesia-siaan dan adzab.
Renungkanlah! ...
Wallahu a'lam.”
Rujukan:
- Dr. 'Aidh al-Qarni, You Can Be The Happiest Woman in the World, IIPH