Suatu hari, di sebuah kedai, para unggas sedang mengomongkan ihwal pemberitahuan Raven, bahwa Agenda Pariwisata, selayaknya ditunda, lantaran pelaksanaannya, belum memungkinkan. Raven lebih lanjut mengajukan pertimbangan yang dapat diterima, dan memutuskan bahwa, acara tersebut, yang akan menampilkan aktor dari luar Negeri, akan diselenggarakan pada warsa berikutnya.Tatkala mereka membincangkan kata-putus Raven, Gagak memasuki kedai, dan menongkrong di penjuru. Para unggas tak terlalu memperhatikan, mereka asyik dengan percakapan masing-masing. Salah seekor unggas, yang memperhatikan Gagak, berkata kepada yang lain, "Bro! Vernacular puak manusia, menyebutkan bahwa, suatu kebiasaan umum di antara cucu Adam, berujar perihal yang hak dan layak, namun berperilaku sebaliknya. "Unggas lain menanggapi, "Benarkah? Sampaikan lebih banyak lagi!" Yang lain menimpali, "Ya... mohon jelaskan!" Sang unggas menjawab, "Petik ini! ...Reynard, sang rubah, dan Puss, sang kucing, yang bepergian bersama, memuslihati kebosanan lawatan mereka, dengan beraneka cakapan filosofis. “Dari segala kebajikan moral,” seru Reynard, “Welas-asih itu, pastilah, yang paling mulia! Bukankah begitu, kawan bijakku?” "Tak diragukan," jawab Puss, dengan rupa yang tersantun; "Tiada yang lebih berperikemakhlukan, sepeka apapun, selain watak welas-asih."Selagi mereka bermoral dan saling-mengalem atas kearifan-budi masing-masing, seekor Serigala melesat keluar dari hutan, ke haluan sekawanan domba yang sedang mencari-makan di padang rumput yang tak jauh, dan tanpa terpengaruh secuilpun pun oleh ratapan seekor anak domba yang malang, melahapnya di depan mata mereka.“Kekejaman yang mencekam!” seru Puss. "Mengapa ia tak memakan hama, bukann menyantap makanan hasil kebiadabannya pada makhluk tak berdosa itu?" Reynard sepakat dengan kolega observasinya, yang menambahkan tinjauan teramat menyedihkan tentang sifat tercela oleh perangai-keji.Sifat naik-pitam mereka, dalam hal bara dan gairah, lantas memuncak, saat tiba di sebuah pondok kecil di pinggir jalan, dimana Reynard yang welas-asih, seketika mengarahkan adicitanya pada seekor ayam jantan, yang sedang bolak-balik di pelataran. Dan kini, sebagai kata-perpisahan, ia melampaui batas, dan tanpa ragu, menghabisi cendera-matanya, dalam sekejap. Sementara itu, seekor tikus montok, yang berlari keluar dari kandang, sungguh menguapkan filosofi sang-Puss, yang terbenam dalam jamuan-makan, tanpa rasa simpati, walau secolek.Tiba-tiba, Gagak berseru, "Ia pembohong!" Para unggas terpana, satu dari mereka berkata, "Hati-hati Gagak! Yang Mulia, Nuri, akan tersinggung!" Yang lain bereaksi, "Betul, kita semua maklum, yang dikenal sebagai Pembohong itu, Nuri!" Yang lain mengakui, "Setuju, cuma dirinyalah, semata-wayang!"Mengabaikan ocehan tersebut, Gagak berargumen, "Menunda Agenda Pariwisata tahun ini, bukanlah hal yang cerdas!" Gagak menambahkan, "Ia kira, ia sangat pintar? Ia bertingkah seolah-olah tahu lebih banyak dibanding aku? Ia hanya kenal satu taktik, sedang aku, lebih paham sekarung penuh taktik!""Begini," sanggah satu unggas, "Kuakui, ia hanya mengerti satu taktik tertentu, tapi yang satu itu, mari kuberitahu, bernilai seribu taktikmu!" Yang lain berkata, "Jika paham banyak taktik, buktikan saja!" Gagak menantang, "Mari kita buktikan, aku mengundang engkau sekalian, cari jalan apapun, menguji taktikku!" Para unggas berunding, lalu berkata, "Lihat di luar sana, ada banyak unggas berkelompok. Mari kita lihat, apa yang mampu engkau lakukan terhadap mereka!"Di luar, seekor unggas, berdiri di bangku, mengumumkan, "Perhatian ... perhatian! Gagak akan menyatakan sesuatu, dengarkanlah!" Maka, para unggaspun menanti taktik yang akan Gagak buat. Namun, sangat banyaknya taktik yang Gagak rencanakan, ia tak bisa memutuskan, mana yang layak dicoba terlebih dahulu. Ia berlari kesana, kemari, tiada lain selain kesia-siaan. Serasa lama bermimpi sampai-sampai salah-satu mengeluh, "Mana taktiknya!" Yang lain bergabung, "Kami menunggu!" Yang lain berteriak, "Huuu!" Dan karenanya, es krim, sisa-sisa junk-food, kertas pembungkus, ampas minuman-ringan, dan banyak sampah lainnya, dihempaskan ke paras sang Gagak.Seekor unggas berkata, "Hei Gagak! Lihat ini!" Kemudian ia berseru kepada para unggas, "Gaes! Perhatikan ini! Kalian semua, kenal Nona Merak, kan? ... "Tentu saja, siapa yang tak mengenalnya?" ... "Ya, orang dungu juga kenal! " ... "Ia foto-model!" ... "Aktris!" ... "Multi-talenta!" ... "Influenser!" ... "Politisi!" ... "Betul, jika dikehendaki!" ... "Tergantung ...!" ... "Duit mengomong!" ..."Hari ini, Nona Merak meresmikan sebuah toko. Sepantasnya, kalian menyaksikan!" Para unggas menjawab, "Memikat! Mohon, tunjukkan kami tempatnya!" "Oke!" lugas sang-unggas, "Tapi dengan satu syarat, engkau sekalian, harus mengikuti jejakku, bernyanyi!" Mereka setuju, dan sang unggaspun jadi dirigen dadakan,I am just a poor boy[Aku cuma anak-melarat]Though my story's seldom told[Walau kisahku jarang dilakonkan]I have squandered my resistance[Kusia-siakan penentanganku]For a pocketful of mumbles[Demi sekocek ocehan]Such are promises[Sepantun janji-janji]All lies and jest[Segala dusta dan banyolan]Still, a man hears what he wants to hear[Tetap saja, insan ingin dengar yang kepingin ia dengar]And disregards the rest *)[Dan abaikan lainnya]Ditinggal sendiri, sembari duduk di trotoar, sang Gagak melantunkan,Hello darkness, my old friend[Halo ketaksaan, konco lawasku]I've come to talk with you again[Kudatang berbincang kembali denganmu]Because a vision softly creeping[Karena sebuah bayang merambat perlahan]Left its seeds while I was sleeping[Tinggalkan benihnya saat kuterlelap]And the vision that was planted in my brain[Dan bayang itu, tertancap dalam benakku]Still remains[Masih tersisa]Within the sound of silence **)[Dalam bahana keheningan]Di dalam kedai, para unggas membahas, "Ia yang menyusun muslihat terhadap sesama, umumnya, makhluk dungu terbawah. Bagi siapa yang menguasai sedikit judgement dan wawasan mengenai hal apapun, seyogyanya, ia simpan dulu, dan memanfaatkannya, saat ia melihat peluang; sebaliknya, janganlah ia pertontonkan kepada orang-lain dalam ketergesa-gesaan dan kecongkakan.Keberhati-hatian yang baik dan tepat, yang dimanfaatkan di saat-saat kritis, akan menjadikan seseorang lebih bermanfaat, dan akan meninggalkan kesan yang lebih baik, dibanding meluncur begitu saja bagai bandit licik dan cerdik, dan akhirnya, cuma jadi gelembung-gelembung sabun.Saat seseorang sedemikian dungunya, merendahkan koleganya, dengan tampak seolah bijak dan punya berlimpah taktik dibanding orang-lain, khalayak cenderung menghalanginya, menunjukkan kemampuannya; dimana, saat ia tergelincir—dan sangat mungkin itu terjadi padanya—kemalangannya, alih-alih dibelas-kasihani, malah jadi bahan tertawaan.Ia yang ingin unjuk gigi—sebuah ungkapan, yang umumnya, sangat berhasrat akan mangsanya, atau dengan bangga mempertontonkan muslihatnya—sering memajang dirinya ke perangkap yang lebih tajam dibanding dirinya, dan terkena sendiri kekonyolan dari orang yang rencananya, akan ia konyolkan."Yang lain memadukan, "Akal-sehat yang bersahaja, dan kejujuran yang sungguh-sungguh itu, panduan yang lebih baik sepanjang hidup, dan perisai yang lebih terpercaya terhadap bahaya, dibanding akal-bulus gigi rumpang, dan hilangnya kecerdasan. Akal-bulus itu, sifat yang sangat menjerat, dan merupakan tanda kerdilnya kejeniusan; meski itu berhasil, akan sering menjadi pretensi yang membutakan kearifan; di sisi lain, kebersahajaan perilaku itu, sekutu integritas, dan akal-sehat itu, walau tak terlalu cantik, syarat utama kearifan.""Wallahu a'lam."
Kutipan & Rujukan :
- J.B. Rundell, Aesop's Fables, Cassell, Petter and Galpin
- Samuel Croxall, D.D., Fables of Aesop and Others, Simon Probasco
- Thomas Bewick, Bewick's Select Fables, Bickers & Sons
*) "The Boxer" karya Paul Simon
**) "The Sound of Silence" karya Paul Simon
- J.B. Rundell, Aesop's Fables, Cassell, Petter and Galpin
- Samuel Croxall, D.D., Fables of Aesop and Others, Simon Probasco
- Thomas Bewick, Bewick's Select Fables, Bickers & Sons
*) "The Boxer" karya Paul Simon
**) "The Sound of Silence" karya Paul Simon