“Kemarin,” berkata Rembulan kepada Pungguk, “Aku melihat ke bawah, ke sebuah kantor kecil di sisi jalan-raya, dan ternyata, itu kantor petugas-keamanan. Dari jendela, aku melihat Bonobo, seorang dubalang, dan Karabao, nampak sedang membicarakan sesuatu. Karabao menyatakan maksud dan tujuannya, "Pak Bonobo, aku ingin melaporkan seseorang, menyebarkan khabar-bohong." Bonobo menjawab, "Baiklah, mohon tunggu sebentar, aku akan mengambil formulir dan sebuah catatan."Beberapa menit kemudian, Bonobo kembali dan duduk, lalu bertanya, "Tuan Karabao, pertama-tama, aku akan memverifikasi kasus yang akan Tuan laporkan," seraya mengambil sebuah formulir. "Mari kita lihat! Jadi, Tuan akan melaporkan seseorang yang menyebarkan khabar-bohong?" Karabao menjawab, "Ya, aku rasa begitu, khabar-angin!" Bonobo menjawab, "Baiklah, mari kita tinjau." Menulis di formulir, lebih lanjut Bonobo ingin tahu, "Tuan Karabao, orang ini, sumber berita atau pengabar beritakah?" “Mmm, ia menyampaikan berita,” jawab Karabao. "Ketika orang tersebut, menyampaikannya, adakah ia mengatakan sesuatu, semacam menginformasikan kebenaran atau kesemuan khabar dimaksud?" tanya Bonobo. "Ya katanya, jangan dulu dipercayai, meskipun sumbernya, telah menegaskan, itu 100% valid!" tanggap Karabao."Terus, sudahkah ia mengklarifikasi ke sumber lain?" tanya Bonobo. "Ya, beberapa orang," jawab Karabao. "Lalu apa tanggapan mereka?" tanya Bonobo. "Ada yang tidak tahu, yang lain tak berkomentar, dan yang lain, mengkonfirmasi, namun masih samar." Bonobo bertanya, "Lantas, bagaimana sikapnya?" "Ia bilang, lebih baik menunggu sumber yang dapat dipercaya, karena ia yakin, pihak berwenang akan memberikan penjelasan." "Selanjutnya, adakah pembeberan dari pihak berwenang?" tanya Bonobo. "Ya!" jawab Karabao. "Jadi, apa yang ia lakukan?" "Eee, ia langsung menyiarkan faktanya, yang menafikan khabar tersebut." Bonobo berkomentar, "Jadi, secara tak langsung, ia telah mengklarifikasi khabar tersebut?" "Ya, tentu saja!" jawab Karabao.Bonobo menghela nafas, bersandar di kursinya, dan berkata, "Tuan Karabao, maukah Tuan mendengar sebuah apolog?" "Apa itu?" tanya Karabao. "Ya... semacam... cerita moral pendek." Karabao menjawab, "Ya, dengan senang hati!"Seorang pemuda, yang oleh kawan-kawannya, dikenal suka beroyal-royal, sering menghambur-hamburkan uangnya demi menjaga popularitasnya. Kemudian pada suatu hari yang cerah, di awal musim semi, ia menyadari, bahwa tak sepeserpun uangnya, yang tersisa, dan tiada harta-benda selain pakaian yang dikenakannya.Pada suatu pagi, ia ada janji-temu dengan beberapa pemuda hura-hura, dan ia kehabisan akal, bagaimana memperoleh dana yang cukup, agar reputasinya, tetap terpelihara. Saat itu, seekor burung walet, terbang, berkicau dengan riang, dan sang-pemuda, yang menyangka, musim panas segera menjelang, bergegas ke tukang-loak, merombengkan seluruh pakaiannya, yang tertinggal cuma tunik-tipis, yang ia kenakan.Beberapa hari kemudian, cuaca-buruk mendagang embun-beku; dan sang-walet yang malang, dan sang-pemuda bertunik-tipis yang bambung, dengan tangan dan lutut telanjang, tubuh bergeletar-menggigil, tak mampu bertahan, dalam nafas yang tertahan.Tuan Karabao! Biar kujelaskan tentang apolog ini. Mereka yang sering ke kedai-minum dan rumah-judi, dan bersahabat dengan kawan berperangai buruk, sepantasnya tak mempertanyakan, bila mereka dalam waktu yang sangat singkat, jatuh miskin dan berkekurangan. Para pemuda celaka, yang menjadikan dirinya kecanduan pada jalan hidup memalukan ini, hampir tak pernah memikirkan atau memperhatikan apapun di sekelilingya. Tak ada sesuatupun di kepala mereka selain bagaimana melindangkan apa yang telah mereka peroleh, dan memikirkan cara agar mendapatkan yang lebih banyak lagi, saat itu hilang. Mereka tak menggunakan akal-sehat seperti orang lain, melainkan dengan purbasangka, melihat segala sesuatu dalam binar yang galat, dan menutup telinga terhadap segala nasihat, dan menempuh jalan yang monoton sampai seluruh harta-benda mereka ludes, tanpa dapat dipulihkan, hingga akhirnya, kemelaratan memaksa mereka, merasakan situasi yang ada, dan mereka tetap menyalahkan segalanya, kecuali, pemborosan dan pesta-pora, pembenaran yang mereka benarkan; ibarat pemuda royal dalam apolog tadi, bila syahwat dan hasratnya, tak membutakan pemahamannya, ia takkan menganggap kejadian tunggal, sebagai gejala umum, datangnya perubahan-musim.Perkenankan aku menyampaikan satu lagi apolog,Seorang Nelayan, di bulan Mei, memancing di tepi sungai dengan lalat-buatan. Ia melemparkan umpannya dengan sekian banyak taktik, hingga seekor Salmon muda, terpikat, namun seketika, ia dicegah ibunya. "Jangan!" sahutnya, "Anakku, jangan tergesa-gesa dikala ada kemungkinan bahaya. Luangkan waktu mempertimbangkan, sebelum engkau mengambil risiko tindakan, yang mungkin berakibat mematikan. Bagaimanakah engkau meyakini apa yang tampak itu, sungguh-sungguh lalat, atau jerat musuh? Perhatikan dulu yang lain, sebelum engkau melakukannya. Jika benar itu lalat, kemungkinan besar, serangan pertama, dapat dielakkan, dan bisa jadi, ada serangan kedua, bila tak berhasil, paling-tidak, selamat.” Baru saja sang-ibu mengucapkan peringatan itu, seekor Gudgeon mencaplok lalat bohong-bohongan tersebut, dan menjadi contoh bagi anak bergajul, akan pentingnya nasihat sang-ibu.Orang yang akan Tuan tuntut itu, tak menyebarkan khabar-bohong, melainkan, ia menunjukkan kepada publik, bahwa, jika ada sesuatu yang seperti ini, mari kita sikapi dengan arif. Ia telah mengambil langkah-langkah guna menghindari kesalahan seperti yang dilakukan sang-pemuda tadi. Ia telah mengikuti pula, peringatan yang diperintahkan sang-ibu Salmon. Bila ia telah mengusai langkah yang benar, lalu, apa yang Tuan harapkan dariku? Mencari-cari kesalahannya, begitukah?" Karabao terdiam, menatap dinding. Selanjutnya, Bonobo menyimpulkan, dengan berbisik, "Tuan Karabao, jangan terburu-buru terhadap sesuatu, pelajarilah dahulu dengan kearifan. Seekor Walet, takkan menghasilkan kemarau!"
"Wallahu a'lam."
Kutipan & Rujukan :
- Samuel Croxall, D.D., Fables of Aesop and Others, Simon Probasco
- J.B. Rundell, Aesop's Fables, Cassell, Petter and Galpin
- Samuel Croxall, D.D., Fables of Aesop and Others, Simon Probasco
- J.B. Rundell, Aesop's Fables, Cassell, Petter and Galpin