Jumat, 26 April 2019

Bintang-bintang, sang Mentari dan Rembulan (10)

Sang negarawan melanjutkan, "Wahai anak muda, seluruh nabi itu, manusia, bukanlah malaikat. Ibnu Abbas, radhiyallahu 'anhu, berkata, 'Mereka tak berasal dari penghuni langit (malaikat), seperti yang engkau nyatakan.' Ucapan Ibnu 'Abbas ini didukung oleh firman Allah,
وَمَا أَرْسَلْنَا قَبْلَكَ مِنَ الْمُرْسَلِينَ إِلا إِنَّهُمْ لَيَأْكُلُونَ الطَّعَامَ وَيَمْشُونَ فِي الأسْوَاقِ وَجَعَلْنَا بَعْضَكُمْ لِبَعْضٍ فِتْنَةً أَتَصْبِرُونَ وَكَانَ رَبُّكَ بَصِيرًا
"Dan Kami tak mengutus rasul-rasul sebelummu (Muhammad), melainkan mereka pasti memakan makanan dan berjalan di pasar-pasar. Dan Kami jadikan sebagian kamu sebagai cobaan bagi sebagian yang lain. Maukah kamu bersabar? Dan Rabb-mu Maha Melihat." – (QS.25:20)
Dan Allah berfirman,
وَمَا جَعَلْنَاهُمْ جَسَدًا لا يَأْكُلُونَ الطَّعَامَ وَمَا كَانُوا خَالِدِينَ
"Dan tidaklah Kami jadikan mereka (rasul-rasul) suatu tubuh yang tak memakan makanan, dan mereka tidak (pula) hidup kekal.
" – (QS.21:8)

ثُمَّ صَدَقْنَاهُمُ الْوَعْدَ فَأَنْجَيْنَاهُمْ وَمَنْ نَشَاءُ وَأَهْلَكْنَا الْمُسْرِفِينَ
"Kemudian Kami tepati janji (yang telah Kami janjikan) kepada mereka. Maka Kami selamatkan mereka dan orang-orang yang Kami kehendaki, dan Kami binasakan orang-orang yang melampaui batas." – (QS.21:9)
Lalu Allah berfirman, "Bukankah orang-orang yang menolakmu ini, wahai Muhammad, melakukan perjalanan ke negeri itu dan melihat kaum-kaum terdahulu yang menolak para Utusan, dan bagaimana Allah menghancurkan mereka?" Akhir yang serupa sedang menunggu seluruh orang kafir. Ketika mereka mendengar pernyataan ini, mereka seyogyanya menyadari bahwa Allah menghancurkan orang-orang kafir dan menyelamatkan orang-orang beriman, dan inilah cara-Nya terhadap ciptaan-Nya. Inilah sebabnya Allah berfirman, "Sama seperti Kami menyelamatkan orang beriman dalam kehidupan ini, Kami juga menetapkan keselamatan bagi mereka di Akhirat, yang jauh lebih baik bagi mereka dari kehidupan di dunia saat ini."

Selanjutnya Allah berfirman,

حَتَّى إِذَا اسْتَيْئَسَ الرُّسُلُ وَظَنُّوا أَنَّهُمْ قَدْ كُذِبُوا جَاءَهُمْ نَصْرُنَا فَنُجِّيَ مَنْ نَشَاءُ وَلا يُرَدُّ بَأْسُنَا عَنِ الْقَوْمِ الْمُجْرِمِينَ
"Sehingga apabila para rasul tak mempunyai harapan lagi (tentang keimanan kaumnya) dan telah meyakini bahwa mereka telah didustakan, datanglah kepada mereka (para rasul) itu pertolongan Kami, lalu diselamatkan orang yang Kami kehendaki. Dan siksa Kami tak dapat ditolak dari orang yang berdosa." – (QS.12:110)
Nabi Allah ditolong pada saat susah dan dalam keadaan kekurangan. Allah menyatakan bahwa Dia mengirimkan bantuan dan pertolongan-Nya kepada para utusan-Nya, alaihimassalam, ketika kesusahan dan kesulitan mengepung mereka dan dengan bersemangat, mereka menunggu pertolongan Allah. Ummul Mukminin, Aisyah, radhiyallahu 'anha, menjelaskan ayat ini, "Mereka itulah pengikut-pengikut para Rasul yang beriman kepada Rabb dan membenarkannya, setelah menderita cobaan panjang dan merasa bahwa pertolongan Allah datang terlambat. Sehingga saat para Rasul tak mempunyai harapan lagi tentang keimanan orang-orang dari kaum mereka yang mendustakan mereka, dan mereka menduga pula bahwa pengikut merekapun telah mendustakan mereka, maka pertolongan Allah pun datang pada saat itu."
Nabi kita (ﷺ) diselamatkan beberapa kali. Beliau (ﷺ) diselamatkan pada malam hijrah dan upaya pembunuhan. Beliau (ﷺ) diselamatkan dalam perang Badar ketika hanya ada sedikit harapan untuk menang. Beliau (ﷺ) diselamatkan dalam pertempuran Aḥzāb dan Uḥud. Setiap situasi pertempuran ini, sangat tegang.

Lalu Allah berfirman,

لَقَدْ كَانَ فِي قَصَصِهِمْ عِبْرَةٌ لأولِي الألْبَابِ مَا كَانَ حَدِيثًا يُفْتَرَى وَلَكِنْ تَصْدِيقَ الَّذِي بَيْنَ يَدَيْهِ وَتَفْصِيلَ كُلِّ شَيْءٍ وَهُدًى وَرَحْمَةً لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ
"Sungguh, pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang yang berakal. (Al-Qur'an) itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, tetapi menegaskan (kitab-kitab) yang sebelumnya, menjelaskan segala sesuatu, dan (sebagai) petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman." – (QS.12:111)
Allah menyatakan di sini bahwa kisah-kisah para Rasul dan kaum mereka dan bagaimana Dia menyelamatkan orang-orang beriman dan menghancurkan orang-orang kafir, adalah ‘ibrah bagi orang-orang yang berakal. ‘Ibrah berasal dari kata ‘abara yang bermakna menyeberang. Engkau menyeberangi jembatan. ‘Ibrah adalah manfaat yang engkau peroleh di tingkat yang lebih dalam. Engkau menyeberang ke makna tersembunyi atau batin. Engkau berpikir tentang hal itu, menyeberang ke makna batin, dan mendapatkan ‘ibrah, sebuah hikmah.
Allah berfirman di sini bahwa Al-Qur'an tak mungkin dipalsukan; Al-Qur'an benar-benar berasal dari Allah, namun konfirmasi dari apa yang sebelumnya mengacu pada Kitab-kitab Ilahi yang diturunkan sebelumnya, dimana Al-Qur'an ini memberikan kesaksian tentang bagian-bagian yang benar yang tetap ada di dalamnya, dan menyangkal dan membantah bagian-bagian yang ditambahkan, diubah dan dipalsukan Al-Qur'an menerima atau membatalkan apa pun yang dikehendaki Allah dari kitab-kitab ini, dan penjelasan rinci tentangnya.

Al-Qur'an membahas tentang amalan-amalan ibadah, yang wajib dan yang sunnah, mencegah kemungkaran dan melarang yang haram dilakukan. Al-Qur'an berisi fakta-fakta utama tentang kehidupan dan tentang masalah masa depan secara umum atau rinci. Al-Qur'an memberitahu kita tentang Allah Subhanahu wa Ta'ala, dan tentang Nama dan Sifat-Nya serta mengajarkan kepada kita bahwa Allah tak serupa, dengan cara apapun, terhadap ciptaan. Oleh karena itu, Al-Qur'an adalah pedoman dan rahmat bagi orang-orang yang beriman, yang dengannya qalbu mereka diarahkan dari kesesatan menuju bimbingan dan dari penyimpangan menuju kesesuaian, dan dengan mana mereka mencari rahmat Rabb semesta alam dalam kehidupan dunia ini, dan kelak pada Hari Kembali. Kita memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala agar menjadikan kita di antara orang-orang yang mendapat rahmat dalam kehidupan dunia saat ini dan di akhirat, pada hari ketika mereka yang berhasil akan memiliki wajah yang memancarkan cahaya, sedangkan mereka yang wajahnya gelap akan berakhir dengan kerugian.

Sang negarawan diam sejenak, lalu berkata, "Wahai anak muda, akhirnya, inilah pandangan sekilas tentang kisah Nabi Yusuf seperti yang telah disebutkan dalam Al-Qur'an. Aku tak ingin menyatakan bahwa apa yang telah kusampaikan telah mencakup seluruh aspek kisah ini. Tak mungkin bagiku atau orang lain melakukannya. Karena Al-Qur'an adalah mata air yang takkan pernah habis. Oleh karena itu, beberapa 'ulama berkata, "Ilmu tentang Tafsir tetap merupakan laut yang dalam, dimana manusia perlu menggalinya untuk mengeluarkan harta yang tak ternilai, dan menyimpulkan keajaiban dan rahasianya.
Maka, tadabburilah, dan ada satu hal yang perlu engkau ingat, bahwa kisah-kisah dalam Al-Qur'an bukanlah cerita khayal belaka. Kisah-kisahnya bukanlah film Hollywood dan bukanlah cerita rekaan atau dongeng. Semuanya kisah nyata. Perhatikanlah sebagaimana memperhatikan kisah nyata dan film dokumenter. Saat kita mendengar dongeng, kita mendengarkannya dari sudut pandang yang sangat berbeda. Saat kita mendengar kisah nyata, secara psikologis dan secara tak sadar, kita menyimak dan mendengar dengan pikiran yang berbeda. SubḥānAllāh, kita semua paham. Saat kita nonton film Hollywood dan film dokumenter, apa sikap kita? Film Hollywood: hiburan. Dokumenter: membawa pengaruh dalam diri kita, dan engkau melihat citra sejati, bukan sandiwara."

"Wahai anak muda, yang kita pelajari dari kisah ini adalah, taubat sebelum berbuat dosa, bukanlah pertobatan sejati. Jika engkau berbuat dosa dan berkata," Oh, aku tahu aku salah. Semoga Allah mengampuniku," itu bukanlah pertobatan sebenarnya. Sebelum mereka melakukan kejahatan, saudara-saudara Yusuf mengatakan, "Kami akan melakukan kejahatan dan kemudian Allah akan mengampuni. Kami akan menebusnya. Kami akan bertaubat setelah itu." Taubat mereka tak diterima pada saat itu. Taubat mereka diterima menjelang akhir kisah saat mereka dengan tulus pulang dan berkata, "Wahai ayah kami, ampunilah kami. Kamilah orang-orang yang berdosa." Bukanlah taubat melainkan lelucon bila engkau akan membunuh saudaramu dan kemudian berkata, "Semoga Allah mengampuni kita, kita akan berbuat baik setelah melakukannya." Taubat sejati hendaknya memiliki niat tak kembali berbuat dosa. Jika engkau berniat akan berbuat dosa, maka itu bukanlah taubat yang sebenarnya. Pertobatan sejati hendaknya memiliki tekad bahwa engkau takkan berbuat dosa lagi. Jika itu terjadi, sehingga engkau kembali berbuat dosa, maka takkan membatalkan taubatmu. Intinya, engkau hendaknya berupaya dengan tulus agar tak kembali berbuat dosa. Jika engkau berbuat dosa lagi, bertobatlah lagi. Dan bila engkau berbuat lagi, bertobatlah lagi. Intinya, Allah tak melihat banyaknya dosa. Allāh melihat kualitas taubatmu. Bukan berapa kali engkau berbuat dosa melainkan kualitas taubat setiap kali engkau berbuat dosa."

"Wahai anak muda, hikmah yang kita dapat dari kisah ini adalah bahwa firasat orang yang beriman itu, benar. Firasat berarti naluri. Kita yakin bahwa naluri adalah sesuatu yang terkadang dirahmati Allāh. Namun bukan sesuatu yang dapat engkau gunakan dalam sidang pengadilan, engkau tak dapat menganggap seseorang bersalah di pengadilan karena nalurimu seperti tu. Semakin shalih engkau, semakin bijak engkau dan nalurimu akan terbimbing dengan baik. Dalam bahasa Arab, naluri ini disebut firaasah (firasat). Rasulullah (ﷺ ) bersabda, "Waspadalah terhadap firasat orang mukmin karena firasat orang mukmin selalu benar." Apa manfaatnya? Ketika anak-anak Nabi Ya'qub pulang dan berkata, "Ayah, maafkan kami, Yusuf telah dimakan serigala," Nabi Ya'qub tahu, ada sesuatu yang tak beres. Tak ada bukti kuat, namun hatinya mengatakan kepadanya," Anak-anakku tidak baik, dan ada sesuatu yang tak sesuai. Yusuf masih hidup, dan mereka telah melakukan sesuatu yang keliru.” Ia tak punya bukti, namun ia masih menuntut bahwa mereka telah berbuat sebuah kejahatan. "Aku tak tahu apa yang telah kalian lakukan, namun kalian telah berbuat sesuatu yang keliru." Firasat atau naluri batin orang mukmin itu, benar. Kapan engkau bisa menggunakannya? Engkau tak dapat menggunakannya untuk mendakwa siapapun dengan kejahatan dan tak dapat menggunakannya di pengadilan. Jika seseorang datang dan ingin melakukan transaksi bisnis denganmu dan secara lahiriah ia terlihat seperti orang yang dapat dipercaya, namun dalam dirimu merasa ada sesuatu yang serasa tidak benar, engkau tak berkewajiban menerima transaksi bisnis itu, atau bahkan dalam lamaran pernikahan. Jika seseorang datang dan melamar putrimu, dan engkau merasakannya, bukan pengadilan yang harus engkau jelaskan alasannya. Jika ada sesuatu yang serasa tak benar dan jika ini dari Allah, maka ada kenyataan di sana. Seperti yang tadi kukatakan, semakin dekat engkau dengan Allah, semakin benar firasatmu. Inilah berkah, sebab dekat dengan Allah, sehingga firasatmu akan terbimbing dengan baik."

"Semoga Allah Subḥanahu wa Ta'ala menjadikan kita di antara orang-orang beriman dan mukmin. Semoga Dia menjadikan kita di antara orang-orang yang mengikuti jejak Nabi (ﷺ) ketika beliau (ﷺ) menyeru manusia ke jalan Allah. Semoga Allah 'Azza wa Jalla menjadikan kita di antara orang-orang yang merenungkan Al-Qur'an, dan menggali hikmah dan manfaat serta menemukan 'ibrah, dan menjadikan kita sebagai ulil-albab. Semoga Allah 'Azza wa Jalla menjadikan kita memperoleh manfaat dari hikmah Nabi Ya'qūb dan kesabaran Nabi Yusuf, alaihimassalam, dan taubat saudara-saudara Nabi Yusuf, dan semoga Allah 'Azza wa Jalla menjadikan kita sebagai sahabat Al-Qur'an. Amien. Kesuksesan itu, dari Allah. Hanya kepada-Nya-lah kita beriman dan hanya kepada-Nya-lah kita bertobat."
Sang musafir muda menjawab, "Amien!" Lalu iapun tertidur.
 
Rujukan :
- Shaikh Shafiurrahman Al-Mubarakpury, Tafsir Ibn Katheer, Abridged Volume 5, Darussalam
- Yasir Qadhi, Behind the Close Door, IOU
- Muhammad Bilal Lakhani, Real Lesson from The Holy Qur'an, Darussalam
- Dr. Mahmood Shakeer Said, A Model for A Muslem Youth in the Story of Yusuf (peace upon him), translated by Khalid Ibraheem Al-Dossary
[Bagian 9]

Senin, 22 April 2019

Bintang-bintang, sang Mentari dan Rembulan (9)

Sang negarawan diam sejenak, lalu berkata, "Wahai anak muda, sesungguhnya Al-Quran itu, sumber ilmu yang tiada habisnya, laksana mata-air yang terus terpancar. Bila kemarin, engkau mempelajari Al-Quran dan engkau memperoleh setimba ilmu, dan jika hari ini engkau kembali mempelajarinya, maka engkau akan memperoleh segayung ilmu. Dan kelak, jika hari esok engkau mempelajarinya kembali, maka engkau akan memperoleh ilmu sebeledi. Insya Allah. Oleh karenanya, apa yang akan kusampaikan ini, hanyalah bagian terkecil dari hikmah kisah yang telah kusampaikan padamu. Dan di luar sana, akan engkau temukan dari para ulama khair, hikmah yang lebih banyak lagi.

Allah menyebutkan pelajaran yang dapat kita ambil dari kisah Nabi Yusuf, alaihissalam. Dia, Subhanahu wa Ta'ala, berfirman,
ذَلِكَ مِنْ أَنْبَاءِ الْغَيْبِ نُوحِيهِ إِلَيْكَ وَمَا كُنْتَ لَدَيْهِمْ إِذْ أَجْمَعُوا أَمْرَهُمْ وَهُمْ يَمْكُرُونَ
"Itulah sebagian berita ghaib yang Kami wahyukan kepadamu (Muhammad); padahal engkau tak berada di samping mereka, ketika mereka bersepakat mengatur tipu muslihat (untuk memasukkan Yusuf ke dalam sumur)." – (QS.12:102)
وَمَا أَكْثَرُ النَّاسِ وَلَوْ حَرَصْتَ بِمُؤْمِنِينَ
"Dan kebanyakan manusia takkan beriman walaupun engkau sangat menginginkannya." – (QS.12:103)
وَمَا تَسْأَلُهُمْ عَلَيْهِ مِنْ أَجْرٍ إِنْ هُوَ إِلا ذِكْرٌ لِلْعَالَمِينَ
"Dan engkau tak meminta imbalan apapun kepada mereka (terhadap seruanmu ini), sebab (seruan) itu adalah pengajaran bagi seluruh alam." – (QS.12:104)
Allah Ta’ala berfirman kepada Rasulullah (ﷺ) setelah mengisahkan saudara-saudara Nabi Yusuf, bagaimana Allah meninggikan Nabi Yusuf, alaihissalam, di atas mereka dan menjadikan untuknya akibat yang baik, kemenangan, kerajaan, dan kekuasaan, padahal mereka bermaksud berbuat kejahatan, kehancuran, dan kematian baginya.
Allah berfirman, "Kisah ini dan kisah-kisah serupa adalah sebagian dari kabar ghaib yang terjadi pada masa lampau, yang Kami wahyukan dan Kami beritahukan kepadamu wahai Muhammad, karena di dalamnya terdapat suri tauladan bagimu, dan nasehat bagi orang-orang yang menyelisihimu. Padahal kamu tak berada di sisi mereka, tak hadir di sisi mereka dan tak pula menyaksikan mereka. Ketika mereka memutuskan rencana mereka untuk memasukkan Yusuf ke dalam sumur. Dan mereka sedang mengatur tipu daya terhadap Yusuf, tetapi Kami memberitahukannya melalui wahyu yang diturunkan kepadamu.
Allah berfirman bahwa beliau
(ﷺ) adalah Rasul-Nya dan diberitahukan-Nya berita-berita masa lampau yang mengandung suri tauladan dan keselamatan agama dan dunia bagi manusia. Walaupun demikian, tetap sebagian besar di antara mereka masih tak mau beriman. Karena itu Allah berfirman, "Dan sebagian besar manusia tak beriman walau kamu sangat menginginkannya."

Allah berfirman, “Dan engkau sekali-kali tak meminta upah.” Maksudnya, engkau wahai Muhammad tak meminta dari mereka upah sebagai imbalan dari nasehat dan seruan kepada kebaikan serta petunjuk ini, tetapi engkau melakukannya hanya karena mengharapkan ridha Allah dan kasih yang tulus kepada makhluk-Nya. Itu tak lain hanyalah pengajaran semesta alam, agar mereka menjadikannya peringatan, petunjuk dan dapat selamat di dunia dan akhirat.
وَكَأَيِّنْ مِنْ آيَةٍ فِي السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ يَمُرُّونَ عَلَيْهَا وَهُمْ عَنْهَا مُعْرِضُونَ
"Dan berapa banyak tanda-tanda (kebesaran Allah) di langit dan di bumi yang mereka lalui, namun mereka berpaling daripadanya." – (QS.12:105)
Allah memberitahukan bahwa kebanyakan manusia lalai berfikir tentang ayat-ayat (tanda-tanda kekuasaan) Allah dan dalil-dalil keesaan-Nya dengan berbagai macam ciptaan Allah di langit dan di bumi, berupa bintang-bintang yang berkerlap-kerlip cemerlang yang tetap maupun yang berjalan, dan falak yang berputar dalam peredarannya, yang semuanya dikendalikan oleh Allah. Betapa banyak di bumi ini terdapat bagian-bagian yang berdampingan, kebun-kebun dan taman, gunung-gunung yang tegak kuat, lautan yang mengandung banyak kekayaan, gelombang yang saling menghantam, dan padang kering yang luas.
Dan berapa banyak makhluk yang hidup dan yang mati, binatang dan tumbuh-tumbuhan, buah-buahan yang serupa tetapi berbeda-beda rasanya, baunya, warnanya, dan sifatnya. Mahasuci Allah yang Mahaesa, Pencipta segala makhluk, satu-satunya yang kekal, abadi, dan tempat berlindung dan Esa dalam nama dan sifat-sifat-Nya, dan lain-lainnya.

Selanjutnya Allah berfirman, "Dan keadaan sebagian besar dari mereka, tak beriman kepada Allah melainkan dalam keadaan mempersekutukan Allah (dengan ilah-ilah lain).” Ibnu ‘Abbas berkata, “Di antara iman mereka adalah apabila mereka ditanya; ‘siapakah yang menciptakan langit, siapakah yang menciptakan bumi, siapakah yang menciptakan gunung-gunung itu?,’ mereka pasti menjawab, ‘Allah.’ Sedangkan mereka tetap menyekutukan (musyrik) kepada Allah.
Disebutkan dalam shahih al-Bukhari dan shahih Muslim, bahwa orang-orang musyrik mengatakan dalam talbiyah mereka, “ Aku memenuhi panggilan-Mu, tiada sekutu bagi-Mu, kecuali sekutu yang memang ia milik-Mu, Engkau memilikinya dan apa yang dimilikinya.” Disebutkan dalam shahih Muslim bahwa bila mereka mengatakan, “ Aku memenuhi panggilan-Mu, tiada sekutu bagi-Mu,” Rasulullah (ﷺ) bersabda, “ Cukup, cukup, jangan kalian tambah lagi!”

Allah berfirman dalam ayat lain,

وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لِابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَا بُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللَّهِ ۖ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ
"Dan (ingatlah) ketika Lukman berkata kepada anaknya, ketika ia memberi pelajaran kepadanya, 'Wahai anakku! Janganlah engkau mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezhaliman yang besar.'” - (QS. 31:13)
Inilah syirik besar, yaitu beribadah kepada Allah, juga kepada ilah yang lain. Sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim dari Ibnu Mas’ud, aku bertanya kepada Rasulullah (ﷺ), “Dosa apakah yang paling besar?” Beliau (ﷺ) menjawab, “ Kamu menjadikan sekutu bagi Allah, sedang Dia-lah yang menciptakanmu.”

Allah selanjutnya berfirman

وَمَا يُؤْمِنُ أَكْثَرُهُمْ بِاللَّهِ إِلا وَهُمْ مُشْرِكُونَ
"Dan kebanyakan mereka tak beriman kepada Allah, bahkan mereka mempersekutukan-Nya." – (QS.12:106)
Al-Hasan al-Bashri mengatakan tentang firman Allah, "‘Dan keadaan sebagian mempersekutukan besar dari mereka Allah tidak (dengan berilah-ilah lain)” , yang dimaksud adalah orang munafik, kalau ia berbuat sesuatu, hal itu karena pamer (riya’) kepada orang lain, dengan demikian ia mempersekutukan Allah dalam amal perbuatannya tadi.

Ada syirik jenis lain, yaitu syirik yang tersembunyi, yang biasanya tak dirasakan (disadari) oleh pelakunya, sebagaimana diriwayatkan oleh Hammad bin Salamah dari ‘Ashim bin Abi an-Najud, dari ‘Urwah ia berkata, “ Hudzaifah menjenguk seorang yang sakit dan ia melihat ikatan pada pangkal lengannya, maka ia memotong, atau melepaskannya, seraya berkata, "'Dan sebagian besar dari mereka tak beriman kepada Allah, melainkan dalam keadaan mempersekutukan Allah (dengan ilahilah lain).

Disebutkan dalam hadits bahwa,

وَمَنْ كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلاً صَالِحًا
“ Barangsiapa bersumpah selain dengan nama Allah, maka ia telah berbuat syirik (mempersekutukan Allah).”
Hadits ini diriwayatkan oleh at-Tirmidzi dari Ibnu ‘Umar, radhiyallahu 'anhu, dan ia menilainya sebagai hadits hasan.

Dan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Ahmad, Abu Dawud, dan lain-lain dari Ibnu Mas’ud, radhiyallahu 'anhu, ia berkata, “ Rasulullah (ﷺ) bersabda, “Sesungguhnya ar-ruqa’ (mantra/ jampi), at-tamaim (jimat untuk menolak hasad) dan at-tiwalah (sihir pengasih) itulah perbuatan syirik (mempersekutukan Allah).”
Keduanya juga meriwayatkan dengan lafazh lain, "“ Thiyarah (berfirasat buruk, merasa bernasib sial) itulah perbuatan syirik, tiada orang di antara kita yang tak melakukannya, tetapi Allah menghilangkannya dengan tawakkal.”

Selanjutnya, Allah berfirman,

أَفَأَمِنُوا أَنْ تَأْتِيَهُمْ غَاشِيَةٌ مِنْ عَذَابِ اللَّهِ أَوْ تَأْتِيَهُمُ السَّاعَةُ بَغْتَةً وَهُمْ لا يَشْعُرُونَ
"Merasa amankah mereka dari kedatangan siksa Allah yang meliputi mereka, atau kedatangan Kiamat kepada mereka secara mendadak, sedang mereka tidak menyadarinya?" – (QS.12:107)
Allah bertanya, "Merasa amankah mereka bahwa ghāshiyah takkan datang kepada mereka dari adzab Allah?" Apa itu ghāshiyah? Ghāshiyah adalah apa yang menutupi dan apa yang menyelubungi. Setiap satu adzab disebut ghāshiyah, karena engkau terselubungi di dalamnya. SubḥānAllāh, kita memohon perlindungan Allāh dari segala adzab Allāh. Lihatlah apa yang terjadi sekarang dengan tsunami dan gempa bumi. Inilah jenis ghāshiyah, karena engkau terbenam dan semuanya diabaikan selain adzab itu. Ghāshiyah berarti engkau terbenam di dalamnya dan engkau tak dapat memikirkan hal-hal selainnya. Lihatlah orang-orang ini sekarang. Inilah yang dimaksud dengan ghāshiyah. Semoga Allah menjadikan segala keadaan kita mudah dan melindungi kita dari cobaan apapun.

Al-Qur'an memiliki pemikat, namun juga memiliki pemecut. Al-Qur'an memikat dengan bashīr, pahala, Jannah, dan kasih-sayang, namun juga memecut dengan adzab. Jika engkau menolak, bersiaplah menghadapi Rabb-mu. Faktanya, bahwa di zaman kita ini, kita menganggap, secara politis, tidaklah tepat membicarakan tentang api Neraka. Kita mengatakan saat berdakwah, janganlah berbicara tentang "jika engkau menolak, engkau 'kan menghadapi murka Sang Pencipta," padahal Al-Qur'an punya keduanya. Manusia membutuhkan keduanya. Engkau perlu pemikat dan engkau juga perlu pemecut.

Setelah menyebutkan pemikat dan pemecut, dan setelah menyebutkan begitu banyak mukjizat Nabi (ﷺ) dan ciptaan, Rasulullah (ﷺ) kemudian diperintah mengatakan,

قُلۡ ہٰذِہٖ سَبِیۡلِیۡۤ اَدۡعُوۡۤا اِلَی اللّٰہِ ۟ؔ عَلٰی بَصِیۡرَۃٍ اَنَا وَ مَنِ اتَّبَعَنِیۡ ؕ وَ سُبۡحٰنَ اللّٰہِ وَ مَاۤ اَنَا مِنَ الۡمُشۡرِکِیۡنَ
"Katakanlah (Muhammad), 'Inilah jalanku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan yakin, Mahasuci Allah, dan aku tidak termasuk orang-orang musyrik.”'" - (QS. 12:108)
Jalan Islam adalah jalan yang menghubungkan engkau dengan Allāh Subḥānahu wa Ta‘āla. Jalan Nabi (ﷺ) dan tugas Nabi (ﷺ) adalah menyeru orang ke jalan ini. Bagaimana ia melakukan seruan ini? ‘Ala baṣīrah berarti ilmu yang jelas. "Aku takkan menyerumu berdasarkan kebodohan. Aku bukanlah orang yang jāhil. Aku tahu untuk apa aku menyerumu."
Baṣīrah berasal dari kata "baṣarah", yaitu melihat. Baṣīrah berarti sangat jelas. Nabi (ﷺ) bersabda dalam sebuah hadits, “Aku telah membawamu di jalan yang berbinar. Malamnya laksana siang hari. Tiada yang menyimpang dari jalan ini kecuali ia yang menginginkan kehancuran." Jalan itu sangatlah jelas.
Kemudian Allah berfirman,
وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ إِلا رِجَالا نُوحِي إِلَيْهِمْ مِنْ أَهْلِ الْقُرَى أَفَلَمْ يَسِيرُوا فِي الأرْضِ فَيَنْظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ وَلَدَارُ الآخِرَةِ خَيْرٌ لِلَّذِينَ اتَّقَوْا أَفَلا تَعْقِلُونَ
"Dan Kami tak mengutus sebelummu (Muhammad), melainkan orang laki-laki yang Kami berikan wahyu kepadanya di antara penduduk negeri. Tidakkah mereka bepergian di bumi lalu melihat bagaimana kesudahan orang-orang sebelum mereka (yang mendustakan rasul). Dan sungguh, negeri akhirat itu lebih baik bagi orang yang bertakwa. Tidakkah kamu mengerti?" – (QS.12:109)
Karakteristik para nabi itu, bahwa merekalah orang-orang yang diilhami dari masyarakat perkotaan. Apa artinya? Maksudnya, bahwa Nabi (ﷺ) memiliki semua karakteristik yang dimiliki para nabi sebelumnya.
Semua nabi, lelaki. Inilah posisi standar ahlus-sunnah wa'l-jamā‘ah. Tiada nabi wanita. Kita sangat meyakini hal ini meskipun ada pendapat minoritas bahwa Maryam itu, seorang nabi, namun tampaknya tidaklah demikian. Sebaliknya, ia melihat seorang malaikat, dan malaikat berkomunikasi dengannya, namun ia tak menerima waḥyu. Ia tak menerima kitab dari Allāh ‘Azza wa Jalla. Malaikat dapat datang kepada wanita dan dapat muncul di depan wanita, namun keadaan ini tak membuat mereka menjadi nabi. Para nabi berarti mendapatkan wahyu dari Allah, dan pendapat dominan, selalu bahwa semua nabi itu, lelaki, dan cukup jelas dari ayat ini. Latarbelakangnya, karena bagi seorang wanita, untuk menjadi seorang nabi, akan lebih sulit baginya diterima dalam masyarakat manapun, terutama masyarakat patriarkal pada zaman dulu. Juga, seorang wanita memiliki masalah sendiri - seperti jika seorang lelaki tertarik padanya. Akan berbeda bila seorang lelaki yang menjadi seorang nabi.
 
Tak ada keraguan, dalam masyarakat kita, secara politis, tak benar mengatakan bahwa pria dan wanita sedikit berbeda. Kita meyakini bahwa mereka berbeda dan sama secara spiritual. Kita tak meyakini bahwa pria dan wanita, sama secara fisiologis atau emosional. Bukan berarti bahwa pria lebih baik atau wanita lebih baik. Adalah bahwa Allāh telah menciptakan mereka dengan peran dan tujuan masing-masing, dan Allāh ‘Azza wa Jalla telah menentukan ini di antara manusia. Jika ada orang Nasrani atau Yahudi yang berdebat denganmu, engkau dapat meminta mereka agar melihat Perjanjian Lama, yang penuh dengan para nabi lelaki. Tak ada nabiah wanita di situ.

Para nabi adalah kaum lelaki yang tinggal di perkotaan. Tak ada nabi orang Badui. Orang Badui (orang-orang yang tinggalnya di padang gurun), pada umumnya, berbicara dan bersuara kasar. Mereka tak ada tata-krama dan tak tahu bagaimana menempatkan pembicaraan. Kita semua tahu sebuah ḥadits orang Badui, yang berjalan masuk ke masjid dan membuka celananya di depan khalayak, lalu buang air kecil. Inilah yang dilakukan orang Badui karena ia tak hidup di antara manusia lain, sehingga ia tak terbiasa berinteraksi dengan orang lain.
Dari ciri-ciri para nabi, bahwa mereka berasal dari budaya perkotaan. Mereka punya adab dan akhlaq. Rasulullah (ﷺ) berasal dari suku Quraisy, dan suku Quraisy, suku yang paling terhormat dari semua orang Arab. 

Jumat, 19 April 2019

Bintang-bintang, sang Mentari dan Rembulan (8)

"Akhirnya, engkau bangun juga, anak muda!" kata sang negarawan. Sang musafir muda menyeka kedua matanya, lalu berkata, "Sudah berapa lama aku tertidur, yang mulia?" Sang negarawan berkata, "Cukup lama, anak muda! Dan tampaknya, engkau masih mengantuk. Lebih baik, kita akhiri saja kisah ini!" Sang musafir muda berkata, "Tidak, tidak, yang mulia, aku ingin mendengarkan kisahnya hingga selesai, mohon, lanjutkanlah!"

Sang negarawan tersenyum, lalu berkata, "Sebelum aku melanjutkan kisahnya, ada sesuatu yang akan kusampaikan kepadamu!" Sang musafir muda berkata, "Mohon, sampaikanlah padaku!" Sang negarawan berkata, "Ketahuilah bahwa, dalam hal pencapaiannya, sesungguhnya, ada tiga jenis kemenangan. Pertama, kemenangan yang dicapai dengan segala cara, baik dengan kekuatan maupun taktik, dalam hal ini, satu kebaikan dicampur dengan seribu macam kejahatan. Kemenangan semacam ini terjadi atas seizin Allah, namun takkan pernah memperoleh ridha Allah. Kemenangan jenis ini, bisa bertahan lama, bisa berjalan singkat, tergantung pada kehendak dan hikmah Allah. Secara historis, jika kemenangan seperti ini telah runtuh, engkau takkan dapat menemukan puing reruntuhannya, hanyalah seberkas nama yang tersisa. Perhatikanlah kekuasaan Mongolia, yang pahlawannya kita kenal sebagai Temujin. Sejarah dunia mencatat bahwa Mongolia adalah satu-satunya negara yang kekuasaannya hampir mendominasi kekuasaan global. Pembunuhan dan penghancuran selama abad ke-13, saat Mongol berkuasa, telah banyak tercatat baik dalam literatur ilmiah dan populer. Namun, ketidakcakapan pasukan dan mabuk-mabukan, sering melemahkan pasukan militer mereka, menjadi penyebab utama, yang akhirnya, kerajaan ini runtuh, meninggalkan hanya sebuah patung Temujin, yang mati karena jatuh dari kudanya sendiri.

Jenis kemenangan kedua, adalah kemenangan sebagai hadiah dari Allah, yang terjadi atas seizin Allah, namun tampak terjadi seperti kebetulan, dan hanya terjadi sekali. Jenis kemenangan ini, biasanya ditemukan dalam permainan olahraga, kadang-kadang ada tim yang tak pernah menang, tiba-tiba menang, dan setelah itu, tak pernah menang lagi.
Jenis kemenangan ketiga, adalah kemenangan dimana sang pemenang pantas memperolehnya, karena selama perjuangan, sang pemenang hanya berharap akan ridha Allah. Kemenangan seperti inilah kemenangan abadi, seperti yang diperoleh Nabi Yusuf, alaihissalam. Jadi, mari kita lanjutkan kisahnya!

Reaksi Yusuf, alaihissalam, adalah pelajaran yang sulit dipelajari oleh saudara-saudaranya dalam berurusan dengan orang lain tanpa rasa-iri atau cemburu. Setiap orang ditakdirkan bagi apa yang ia diciptakan untuknya. Saudara-saudaranya sangat menyesal atas apa yang telah mereka lakukan. Mereka mengakui dosa mereka,
قَالُوا تَاللَّهِ لَقَدْ آثَرَكَ اللَّهُ عَلَيْنَا وَإِنْ كُنَّا لَخَاطِئِينَ
"Mereka berkata, “Demi Allah, sungguh Allah telah melebihkan engkau di atas kami, dan sesungguhnya kamilah orang yang bersalah (berdosa).”' – (QS.12:91)
Yusuf memaafkan mereka dengan berkata,
قَالَ لا تَثْرِيبَ عَلَيْكُمُ الْيَوْمَ يَغْفِرُ اللَّهُ لَكُمْ وَهُوَ أَرْحَمُ الرَّاحِمِينَ
"Ia (Yusuf) berkata, 'Pada hari ini, tiada cercaan terhadapmu, mudah-mudahan Allah mengampunimu. Dan Dia Maha Penyayang di antara para penyayang.'" – (QS.12:92)
Salah satu ciri dimana kemenangan itu di ridhai Allah, ada saling memaafkan, secara wajar, tanpa paksaan ataupun sandiwara, tak ada ribut-ribut. Berkumpul kembali, berpelukan, cinta, ketenangan, belas-kasih dan memohon ampunan-Nya. Inilah perayaan saling memaafkan dimana tiada saling menyalahkan dan mencela, yang ada hanyalah pemberian maaf dan saling memohonkan ampunan.

Bahkan setelah semua apa yang telah dilakukan saudara-saudaranya, Nabi Yusuf, alaihissalam, memaafkan saudara-saudaranya. Maka, maafkanlah teman-temanmu, kerabatmu, dan tetanggamu, bahkan sampai ke seluruh negeri, karena apapun yang mereka lakukan, takkan lebih buruk daripada apa yang terjadi pada Nabi Yusuf, alaihissalam.
Yusuf kemudian memberi perintah yang langsung diikuti,
اذْهَب وا بِقَمِيصِي هَذَا فَأَلْقُوهُ عَلَى وَجْهِ أَبِي يَأْتِ بَصِيرًا وَأْتُونِي بِأَهْلََُُُُِِ
"Pergilah kamu dengan membawa bajuku ini, lalu usapkan ke wajah ayahku, nanti ia akan melihat kembali; dan bawalah seluruh keluargamu kepadaku." - (QS.12: 93)
Duhai selembar baju! Ia menyimpan makna besar karena bukti yang diberikan oleh saudara-saudara Yusuf sebagai dalih bahwa serigala telah melahapnya. Itulah bukti ayah mereka tentang tipu-daya mereka. Juga disajikan bukti yang jelas untuk membebaskan Yusuf dari apa yang dituduhkan kepadanya. Akhirnya, itulah obat hilangnya penglihatan sang ayah, serta juga sebagai obat bagi nestapa dan gundahnya.
وَلَمَّا فَصَلَتِ الْعِيرُ قَالَ أَبُوهُمْ إِنِّي لأجِدُ رِيحَ يُوسُفَ لَوْلا أَنْ تُفَنِّدُونِ
"Dan ketika kafilah itu telah keluar (dari negeri Mesir), ayah mereka berkata, 'Sesungguhnya Aku mencium bau Yusuf, sekiranya kamu tak menuduhku lemah akal (tentu kamu membenarkan aku).'” – (QS.12:94)
قَالُوا تَاللَّهِ إِنَّكَ لَفِي ضَلالِكَ الْقَدِيمِ
"Mereka (keluarganya) berkata, 'Demi Allah, sesungguhnya engkau masih dalam kekeliruanmu yang dahulu.'” – (QS.12:95)
فَلَمَّا أَنْ جَاءَ الْبَشِيرُ أَلْقَاهُ عَلَى وَجْهِهِ فَارْتَدَّ بَصِيرًا قَالَ أَلَمْ أَقُلْ لَكُمْ إِنِّي أَعْلَمُ مِنَ اللَّهِ مَا لا تَعْلَمُونَ
"Maka ketika telah tiba pembawa kabar gembira itu, maka diusapkannya (baju itu) ke wajahnya (Yakub), lalu ia dapat melihat kembali. Ia (Yakub) berkata, 'Bukankah telah aku katakan kepadamu, bahwa aku mengetahui dari Allah apa yang tak kamu ketahui.'” – (QS.12:96)
قَالُوا يَا أَبَانَا اسْتَغْفِرْ لَنَا ذُنُوبَنَا إِنَّا كُنَّا خَاطِئِينَ
"Mereka berkata, 'Wahai ayah kami! Mohonkanlah ampunan untuk kami atas dosa-dosa kami, sesungguhnya kamilah orang yang bersalah (berdosa).'” – (QS.12:97)
قَالَ سَوْفَ أَسْتَغْفِرُ لَكُمْ رَبِّي إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ
"Ia (Yakub) berkata, 'Aku akan memohonkan ampunan bagimu kepada Rabb-ku. Sungguh, Dia Maha Pengampun, Maha Penyayang.'”– (QS.12:98)
فَلَمَّا دَخَلُوا عَلَى يُوسُفَ آوَى إِلَيْهِ أَبَوَيْهِ وَقَالَ ادْخُلُوا مِصْرَ إِنْ شَاءَ اللَّهُ آمِنِينَ
"Maka ketika mereka masuk ke (tempat) Yusuf, ia merangkul (dan menyiapkan tempat untuk) kedua orang tuanya seraya berkata, 'Masuklah ke negeri Mesir, insya Allah dalam keadaan aman.'” – (QS.12:99)
وَرَفَعَ أَبَوَيْهِ عَلَى الْعَرْشِ وَخَرُّوا لَهُ سُجَّدًا وَقَالَ يَا أَبَتِ هَذَا تَأْوِيلُ رُؤْيَايَ مِنْ قَبْلُ قَدْ جَعَلَهَا رَبِّي حَقًّا وَقَدْ أَحْسَنَ بِي إِذْ أَخْرَجَنِي مِنَ السِّجْنِ وَجَاءَ بِكُمْ مِنَ الْبَدْوِ مِنْ بَعْدِ أَنْ نَزَغَ الشَّيْطَانُ بَيْنِي وَبَيْنَ إِخْوَتِي إِنَّ رَبِّي لَطِيفٌ لِمَا يَشَاءُ إِنَّهُ هُوَ الْعَلِيمُ الْحَكِيمُ
"Dan ia menaikkan kedua orang tuanya ke atas singgasana. Dan mereka (semua) tunduk bersujud kepadanya (Yusuf). Dan ia (Yusuf) berkata, “Wahai ayahku! Inilah takwil mimpiku yang dahulu itu. Dan sesungguhnya Rabb-ku telah menjadikannya kenyataan. Sesungguhnya Rabb-ku telah berbuat baik kepadaku, ketika Dia membebaskanku dari penjara dan ketika membawamu dari dusun, setelah setan merusak (hubungan) antara aku dengan saudara-saudaraku. Sungguh, Rabb-ku Mahalembut terhadap apa yang Dia kehendaki. Sungguh, Dia Maha Mengetahui, Mahabijaksana. – (QS.12:100)
Mahasuci Allah Yang Maha Kuasa, Maha Besar dan selalu benar dalam firman-firman-Nya,
وعسى أن تكرهوا شيئا وهو خير لكم وعسى أن تحبوا شيئا وهو شر لكم والله يعلم وأنتم لا تعلمون
"...Tetapi boleh jadi kamu tak menyenangi sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu tak baik bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tak mengetahui.." - (QS.2: 216)
Siapa yang bisa mempercayai peristiwa yang menimpa Yusuf? Pembuangannya ke dalam sumur, jatuh ke tangan para musafir, dijual ke Mesir hanya seharga beberapa dirham, muslihat majikan wanita dan tipu-dayanya dengan sekelompok wanitanya, dan keterpenjaraannya.
Siapa yang menyangka atau dapat berpikir bahwa para kawula itulah benang yang ditenun untuk sebuah takhta atau mahkota bagi seorang raja baru. Seorang raja yang lahir dari konflik dan duduk di atas takhta besar itu dan dimahkotai dengan megah. Semua itu takkan dapat terwujud tanpa seizin Allah Yang Maha Kuasa dan Yang Maha Perkasa.
إِنَّمَا أَمْرُهُ إِذَا أَرَادَ شَيْئًا أَنْ يَقُولَ لَهُ كُنْ فَيَكُونُ
"Sesungguhnya urusan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu Dia hanya berfirman kepadanya, “Kun!” Maka jadilah sesuatu itu. – (QS.36:82)
Allah menggenggam penyebab itu, dengan rahmat-Nya, dan menetapkan peristiwa itu, dengan perintah-Nya, yang kemudian mengalir dengan hikmah-Nya. Status, gengsi, dan karunia berlimpah, tak membuat Yusuf melupakan Sang Pemberi karunia dan Raja segala raja, yang segalanya ada dalam Genggaman-Nya. Yusuf melihat bahwa adalah tanggung jawabnya untuk bersyukur kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala, atas apa yang telah Dia limpahkan untuk dirinya. Karena itu, ia kembali kepada-Nya dalam sebuah doa,
رَبِّ قَدْ آتَيْتَنِي مِنَ الْمُلْكِ وَعَلَّمْتَنِي مِنْ تَأْوِيلِ الأحَادِيثِ فَاطِرَ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ أَنْتَ وَلِيِّي فِي الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ تَوَفَّنِي مُسْلِمًا وَأَلْحِقْنِي بِالصَّالِحِينَ
"Duhai Rabb-ku, sesungguhnya Engkau telah menganugerahkan kepadaku sebagian kekuasaan dan telah mengajarkan kepadaku sebagian takwil mimpi. (Wahai Rabb) Pencipta langit dan bumi, Engkaulah pelindungku di dunia dan di akhirat, wafatkanlah aku dalam keadaan muslim dan gabungkanlah aku dengan orang yang shalih." – (QS.12:101)
Seorang muslim hendaknya menyadari bahwa segala perbuatan dalam hidup ini adalah bukti untuk Akhirat. Menuju hal ini, ia hendaknya mempersiapkan diri dengan tekun. Penderitaan hanyalah akhir bagi orang yang tak mempersiapkannya.

Mencermati dan merenungkan kisah ini, akan mengungkapkan bahwa kisah ini merupakan kemenangan bagi moralitas dan kebajikan, dan kekalahan bagi keserakahan dan hasrat duniawi. Kemenangan bagi pemberian maaf dan ampunan, dan kekalahan bagi iri hati dan dengki. Kisah ini juga mengungkapkan kekuatan dan kelemahan manusia. Kekuatan, jika seorang manusia kembali pada kekuatan pikirannya dan mendengarkan bisikan hati nuraninya, dan jika ia tahu batas-batas kemanusiaannya, dan merasa dengan sepenuh hati bahwa ia bukanlah siapa-siapa, ia hanyalah makhluk Allah di atas bumi ini. Bahwa ia adalah orang yang telah diciptakan untuk memerintah dan mengatur dengan apa yang telah ditentukan oleh Allah. Dan bila dalam kelemahannya, jika ia menyerah pada nafsu dan amarahnya serta menyerahkan hasratnya pada bisikan jahat yang ada dalam jiwanya, maka ia ditakdirkan untuk hancur.

Kebenaran universal dan tak lekang oleh waktu, yang hendaknya disadari oleh seluruh umat islam, bahwa Allah akan selalu lebih memilih para 'Muhsinin' (orang yang selalu berbuat "ihsaan" atau kebaikan) daripada para penjahat. Maka, janganlah berputus-asa, dan janganlah menjadi salah seorang dari banyak Muslim yang berhenti menerapkan Islam karena mereka berpikir bahwa Islam takkan membuat mereka berhasil dalam hidup ini. Wahai anak muda, aku berharap engkau menyadari bahwa siapapun yang tetap beriman kepada Allah, pada akhirnya akan selalu berhasil.

Dan akhirnya, kisahnya berakhir, dan orang-orang baik, pada akhirnya menang. Namun dengan ujian yang sangat berat, iman mereka ditempa dengan guncangan berkali-kali. Namun mereka tetap berdiri tegak, tetap sabar dan memohon pertolongan Allah. Dan begitulah seharusnya kisah hidup kita, jika kita berhasil melanjutkan di jalan yang lurus."
Sang musafir muda bertanya, "Apa aspek moral dari kisah Nabi Yusuf, alaihissalam?"
[Bagian 9] 

Senin, 15 April 2019

Bintang-bintang, sang Mentari dan Rembulan (7)

Saudara-saudara Yusuf, telah mempertontonkan kebohongan yang mereka ciptakan sendiri. Berbohong bahkan kepada ayah mereka sendiri, hanya untuk mendapatkan sedikit pengakuan. Tapi apa yang mereka dapatkan? Mereka tak mendapatkan apa-apa selain kebutaan ayah mereka.
وَجَآءَ إِخْوَةُ يُوسُفَ فَدَخَلُوا۟ عَلَيْهِ فَعَرَفَهُمْ وَهُمْ لَهُۥ مُنكِرُونَ
"Dan saudara-saudara Yusuf datang (ke Mesir) lalu mereka masuk ke (tempat)nya. Maka ia (Yusuf) mengenal mereka, sedang mereka tak mengenalinya (lagi)." - [QS.12:58]
Mereka tak mengenalnya, karena mereka tak berharap bertemu dengannya lagi dan mereka juga tak pernah berharap, bahwa ia akan memegang jabatan setinggi orang yang berdiri di hadapan mereka.
Yusuf melakukan muslihat untuk memastikan bahwa mereka akan kembali ke Mesir, lagi dan lagi. Ia berbicara dengan mereka dan mendapatkan informasi tentang mereka. Ia kemudian menegaskan kepada mereka bahwa ia takkan memberikan perbekalan lagi hingga mereka membawa saudara mereka, Bunyamin, untuk mengukuhkan kebenaran informasi yang telah mereka katakan kepadanya.

Karena ia mempercayai kejujuran mereka dan kejujuran ayah mereka, ia membiarkan persediaan makanan yang mereka bawa sebagai imbalan atas barang-barang yang mereka terima di tas sadel kuda mereka. Ini dilakukan agar membuat mereka mengira bahwa persediaan itu ditempatkan di sana secara tak sengaja. Dengan demikian, mendorong mereka agar kembali ke Mesir, membawa kembali persediaan makanan itu kepadanya, walaupun jika mereka tak berniat kembali untuk mengambil persediaan tambahan.


وَلَمَّا جَهَّزَهُم بِجَهَازِهِمْ قَالَ ٱئْتُونِى بِأَخٍ لَّكُم مِّنْ أَبِيكُمْ ۚ أَلَا تَرَوْنَ أَنِّىٓ أُوفِى ٱلْكَيْلَ وَأَنَا۠ خَيْرُ ٱلْمُنزِلِينَ
"Dan ketika ia (Yusuf) menyiapkan bahan makanan untuk mereka, ia berkata, “Bawalah kepadaku saudaramu yang seayah dengan kamu (Bunyamin), tidakkah kamu melihat bahwa aku menyempurnakan takaran dan aku adalah penerima tamu yang terbaik?" - [QS.12:59]
فَإِن لَّمْ تَأْتُونِى بِهِۦ فَلَا كَيْلَ لَكُمْ عِندِى وَلَا تَقْرَبُونِ
"Maka jika kamu tak membawanya kepadaku, maka kamu takkan mendapat jatah (gandum) lagi dariku dan jangan kamu mendekatiku.”" - [QS.12:60]
قَالُوا۟ سَنُرَٰوِدُ عَنْهُ أَبَاهُ وَإِنَّا لَفَٰعِلُونَ
"Mereka berkata, “Kami akan membujuk ayahnya (untuk membawanya) dan kami benar-benar akan melaksanakannya.” - [QS.12:61]
وَقَالَ لِفِتْيَٰنِهِ ٱجْعَلُوا۟ بِضَٰعَتَهُمْ فِى رِحَالِهِمْ لَعَلَّهُمْ يَعْرِفُونَهَآ إِذَا ٱنقَلَبُوٓا۟ إِلَىٰٓ أَهْلِهِمْ لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ
"Dan ia (Yusuf) berkata kepada pelayan-pelayannya, “Masukkanlah barang-barang (penukar) mereka ke dalam karung-karungnya, agar mereka mengetahuinya apabila telah kembali kepada keluarganya, mudah-mudahan mereka kembali lagi." - [QS.12:62]
فَلَمَّا رَجَعُوٓا۟ إِلَىٰٓ أَبِيهِمْ قَالُوا۟ يَٰٓأَبَانَا مُنِعَ مِنَّا ٱلْكَيْلُ فَأَرْسِلْ مَعَنَآ أَخَانَا نَكْتَلْ وَإِنَّا لَهُۥ لَحَٰفِظُونَ
"Maka ketika mereka telah kembali kepada ayahnya (Ya'qub) mereka berkata, “Wahai ayah kami! Kami tidak akan mendapat jatah (gandum) lagi, (jika tak membawa saudara kami), sebab itu biarkanlah saudara kami pergi bersama kami agar kami mendapat jatah, dan kami benar-benar akan menjaganya.” - [QS.12:63]
قَالَ هَلْ ءَامَنُكُمْ عَلَيْهِ إِلَّا كَمَآ أَمِنتُكُمْ عَلَىٰٓ أَخِيهِ مِن قَبْلُ ۖ فَٱللَّهُ خَيْرٌ حَٰفِظًا ۖ وَهُوَ أَرْحَمُ ٱلرَّٰحِمِينَ
"Ia (Ya'qub) berkata, “Bagaimana aku akan mempercayakannya (Bunyamin) kepadamu, seperti aku telah mempercayakan saudaranya (Yusuf) kepada kamu dahulu?” Maka Allah adalah penjaga yang terbaik dan Dia Maha Penyayang di antara para penyayang." - [QS.12:64]
وَلَمَّا فَتَحُوا۟ مَتَٰعَهُمْ وَجَدُوا۟ بِضَٰعَتَهُمْ رُدَّتْ إِلَيْهِمْ ۖ قَالُوا۟ يَٰٓأَبَانَا مَا نَبْغِى ۖ هَٰذِهِۦ بِضَٰعَتُنَا رُدَّتْ إِلَيْنَا ۖ وَنَمِيرُ أَهْلَنَا وَنَحْفَظُ أَخَانَا وَنَزْدَادُ كَيْلَ بَعِيرٍ ۖ ذَٰلِكَ كَيْلٌ يَسِيرٌ
"Dan ketika mereka membuka barang-barangnya, mereka menemukan barang-barang (penukar) mereka dikembalikan kepada mereka. Mereka berkata, “Wahai ayah kami! Apalagi yang kita inginkan. Ini barang-barang kita dikembalikan kepada kita, dan kita akan dapat memberi makan keluarga kita, dan kami akan memelihara saudara kami, dan kita akan mendapat tambahan jatah (gandum) seberat beban seekor unta. Itu suatu hal yang mudah (bagi raja Mesir).” - [QS.12:65]
Ini menunjukkan kepada kita bahwa jika seorang Muslim diberikan bukti yang benar, bukan bukti palsu, selama adu argumen, ia akan percaya dan yakin. Ia tak berurusan dengan orang lain dengan kecurigaan dan perasaan tak enak. Dengan pandangan ketergantungan dan kepercayaan pada Allah, Ya'qub mengambil sumpah anak-anaknya untuk mengembalikan saudara mereka kecuali masalah di luar kekuasaan atau kendali mereka, menimpa mereka.
Karenanya, menunjukkan keyakinannya pada takdir, yang baik maupun yang buruk. Dengan qalbu yang bersih dan penuh kasih sayang dari ayah setia yang sakit, Ya'qub menasihati putra-putranya sebelum keberangkatan mereka. Ia menasehati mereka dengan apa yang akan bermanfaat bagi mereka dan melindungi mereka dari kejahatan. Dan dalam memahami aturan penyebab dan mengambil tindakan pencegahan, Ya'qub menasihati mereka dengan hal-hal berikut,
قَالَ لَنْ أُرْسِلَهُۥ مَعَكُمْ حَتَّىٰ تُؤْتُونِ مَوْثِقًا مِّنَ ٱللَّهِ لَتَأْتُنَّنِى بِهِۦٓ إِلَّآ أَن يُحَاطَ بِكُمْ ۖ فَلَمَّآ ءَاتَوْهُ مَوْثِقَهُمْ قَالَ ٱللَّهُ عَلَىٰ مَا نَقُولُ وَكِيلٌ
"Ia (Ya'qub) berkata, “Aku takkan melepaskannya (pergi) bersama kamu, sebelum kamu bersumpah kepadaku atas (nama) Allah, bahwa kamu pasti akan membawanya kepadaku kembali, kecuali jika kamu dikepung (musuh).” Setelah mereka mengucapkan sumpah, ia (Ya'qub) berkata, “Allah adalah saksi terhadap apa yang kita ucapkan.” - [QS.12:66]
وَقَالَ يَٰبَنِىَّ لَا تَدْخُلُوا۟ مِنۢ بَابٍ وَٰحِدٍ وَٱدْخُلُوا۟ مِنْ أَبْوَٰبٍ مُّتَفَرِّقَةٍ ۖ وَمَآ أُغْنِى عَنكُم مِّنَ ٱللَّهِ مِن شَىْءٍ ۖ إِنِ ٱلْحُكْمُ إِلَّا لِلَّهِ ۖ عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ ۖ وَعَلَيْهِ فَلْيَتَوَكَّلِ ٱلْمُتَوَكِّلُونَ
"Dan ia (Yakub) berkata, “Wahai anak-anakku! Janganlah kamu masuk dari satu pintu gerbang, dan masuklah dari pintu-pintu gerbang yang berbeda; namun demikian aku tak dapat mempertahankan kamu sedikit pun dari (takdir) Allah. Keputusan itu hanyalah bagi Allah. Kepada-Nya aku bertawakal dan kepada-Nya pula bertawakallah orang-orang yang bertawakal.”- [QS.12:67]
Para putra Ya'qub menerapkan nasihat ini dan masuk dari tempat yang diperintahkan ayah mereka.
Yusuf memperkenalkan dirinya kepada saudara kandungnya dan memintanya agar menyembunyikan rahasia ini sampai tiba saat untuk membukanya. Ia kemudian mengurung saudara kandungnya itu di antara mereka agar mereka merasakan cobaan berat karena mereka telah bersumpah pada ayah mereka untuk menjaga dan mengembalikan saudara mereka. Ganjaran yang dijatuhkan kepada mereka adalah jenis yang sama dengan Yusuf. Suatu ketika mereka memberi sumpah pada ayah mereka untuk menjaga Yusuf, namun mereka dengan sengaja dan rela mengkhianati kepercayaan mereka dengan tangan mereka sendiri.
Mereka telah kehilangan Yusuf dengan sengaja dan sekali lagi, mereka akan kehilangan saudara mereka, Bunyamin, yang telah dipercayakan kepada mereka, dan bahkan telah bersumpah demi keamanan dan keselamatannya. Namun kali ini, entah disengaja atau tidak. Betapapun polosnya mereka saat ini, karena mereka tak memiliki kendali atas peristiwa itu, sehubungan dengan kehilangan saudara mereka, perbuatan keliru mereka yang sebelumnya dengan Yusuf, kini menyebabkan mereka mendapat hukuman yang sejauh ini dapat mereka hindari. Dengan demikian, keadilan pada akhirnya akan menyelesaikan utangnya dengan manusia. Jika pelakunya lolos dari cengkeramannya untuk kejahatan tertentu tanpa dihukum. Kelak ia akan mungkin dituduh melakukan kejahatan yang tak dilakukannya. Kemudian ia akan menerima pembalasan atas kejahatan yang telah ia lakukan sebelumnya dan sekaligus hukuman atas tuduhan kejahatan itu.

Yusuf berencana menempatkan piala, tempat minum sang raja, ke dalam tas sadel kuda saudara-saudaranya. Saat mereka telah pergi jauh, ia mengejar dan memanggil mereka kembali,
وَلَمَّا دَخَلُوا۟ مِنْ حَيْثُ أَمَرَهُمْ أَبُوهُم مَّا كَانَ يُغْنِى عَنْهُم مِّنَ ٱللَّهِ مِن شَىْءٍ إِلَّا حَاجَةً فِى نَفْسِ يَعْقُوبَ قَضَىٰهَا ۚ وَإِنَّهُۥ لَذُو عِلْمٍ لِّمَا عَلَّمْنَٰهُ وَلَٰكِنَّ أَكْثَرَ ٱلنَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ
"Dan ketika mereka masuk sesuai dengan perintah ayah mereka, (masuknya mereka itu) tak dapat menolak sedikit pun keputusan Allah, (tetapi itu) hanya suatu keinginan pada diri Ya'qub yang telah ditetapkannya. Dan sesungguhnya ia mempunyai pengetahuan, karena Kami telah mengajarkan kepadanya. Tetapi kebanyakan manusia tak mengetahui." - [QS.12:68]
وَلَمَّا دَخَلُوا۟ عَلَىٰ يُوسُفَ ءَاوَىٰٓ إِلَيْهِ أَخَاهُ ۖ قَالَ إِنِّىٓ أَنَا۠ أَخُوكَ فَلَا تَبْتَئِسْ بِمَا كَانُوا۟ يَعْمَلُونَ
"Dan ketika mereka masuk ke (tempat) Yusuf, ia menempatkan saudaranya (Bunyamin) di tempatnya, ia (Yusuf) berkata, “Sesungguhnya aku adalah saudaramu, jangan engkau bersedih hati terhadap apa yang telah mereka kerjakan." - [QS.12:69]
فَلَمَّا جَهَّزَهُم بِجَهَازِهِمْ جَعَلَ ٱلسِّقَايَةَ فِى رَحْلِ أَخِيهِ ثُمَّ أَذَّنَ مُؤَذِّنٌ أَيَّتُهَا ٱلْعِيرُ إِنَّكُمْ لَسَٰرِقُونَ
"Maka ketika telah disiapkan bahan makanan untuk mereka, ia (Yusuf) memasukkan piala ke dalam karung saudaranya. Kemudian berteriaklah seseorang yang menyerukan, “Wahai kafilah! Sesungguhnya kamu pasti pencuri.”- [QS.12:70]
قَالُوا۟ وَأَقْبَلُوا۟ عَلَيْهِم مَّاذَا تَفْقِدُونَ
"Mereka bertanya, sambil menghadap kepada mereka (yang menuduh), “Kamu kehilangan apa?” - [QS.12:71]
قَالُوا۟ نَفْقِدُ صُوَاعَ ٱلْمَلِكِ وَلِمَن جَآءَ بِهِۦ حِمْلُ بَعِيرٍ وَأَنَا۠ بِهِۦ زَعِيمٌ
"Mereka menjawab, “Kami kehilangan piala raja, dan siapa yang dapat mengembalikannya akan memperoleh (bahan makanan seberat) beban unta, dan aku jamin itu.” - [QS.12:72]
قَالُوا۟ تَٱللَّهِ لَقَدْ عَلِمْتُم مَّا جِئْنَا لِنُفْسِدَ فِى ٱلْأَرْضِ وَمَا كُنَّا سَٰرِقِينَ
"Mereka (saudara-saudara Yusuf) menjawab, “Demi Allah, sungguh, kamu mengetahui bahwa kami datang bukan untuk berbuat kerusakan di negeri ini dan kami bukanlah para pencuri.” - [QS.12:73]
قَالُوا۟ فَمَا جَزَٰٓؤُهُۥٓ إِن كُنتُمْ كَٰذِبِينَ
"Mereka berkata, “Tetapi apa hukumannya jika kamu dusta?” - [QS.12:74]
قَالُوا۟ جَزَٰٓؤُهُۥ مَن وُجِدَ فِى رَحْلِهِۦ فَهُوَ جَزَٰٓؤُهُۥ ۚ كَذَٰلِكَ نَجْزِى ٱلظَّٰلِمِينَ
"Mereka menjawab, “Hukumannya ialah pada siapa ditemukan dalam karungnya (barang yang hilang itu), maka ia sendirilah menerima hukumannya. Demikianlah kami memberi hukuman kepada orang-orang zhalim.” - [QS.12:75]
فَبَدَأَ بِأَوْعِيَتِهِمْ قَبْلَ وِعَآءِ أَخِيهِ ثُمَّ ٱسْتَخْرَجَهَا مِن وِعَآءِ أَخِيهِ ۚ كَذَٰلِكَ كِدْنَا لِيُوسُفَ ۖ مَا كَانَ لِيَأْخُذَ أَخَاهُ فِى دِينِ ٱلْمَلِكِ إِلَّآ أَن يَشَآءَ ٱللَّهُ ۚ نَرْفَعُ دَرَجَٰتٍ مَّن نَّشَآءُ ۗ وَفَوْقَ كُلِّ ذِى عِلْمٍ عَلِيمٌ
"Maka mulailah ia (memeriksa) karung-karung mereka sebelum (memeriksa) karung saudaranya sendiri, kemudian ia mengeluarkan (piala raja) itu dari karung saudaranya. Demikianlah Kami mengatur (rencana) untuk Yusuf. Ia tak dapat menghukum saudaranya menurut undang-undang raja, kecuali Allah menghendakinya. Kami angkat derajat orang yang Kami kehendaki; dan di atas setiap orang yang berpengetahuan ada yang lebih mengetahui." - [QS.12:76]
Seorang Muslim hendaknya selalu siap-siaga menghadapi masalah apapun dan ia tak meminta pertanggungjawaban siapapun kecuali pelakunya. Ia percaya bahwa tak peduli seberapa jauh yang telah ia capai, baik itu melalui ilmu, kedudukan tinggi, atau prestise dalam pandangan orang, masih ada di atas ilmunya tingkatan yang lebih tinggi dan di atas tingkatan-tingkatan ini, masih ada lagi yang lebih tinggi hingga mencapai pada ilmu Ilahi yang tak terbatas. Oleh karenanya, seorang Muslim tak boleh sombong dengan ilmunya atau membual tentang kemampuannya, namun hendaknya ia merendahkan diri-sendiri, dan sungguh-sungguh percaya pada firman Allah Ta'ala,
وَيَسْـَٔلُونَكَ عَنِ ٱلرُّوحِ ۖ قُلِ ٱلرُّوحُ مِنْ أَمْرِ رَبِّى وَمَآ أُوتِيتُم مِّنَ ٱلْعِلْمِ إِلَّا قَلِيلًا
"Dan mereka bertanya kepadamu (Muhammad) tentang ruh. Katakanlah, “Ruh itu termasuk urusan Rabb-ku, sedangkan kamu diberi pengetahuan hanya sedikit.” - [QS.17:85]
Putra-putra Ya'qub bingung ketika tuduhan itu menghunjam mereka dan mereka menyadari bahwa saudara mereka terperangkap. Mereka tak dapat menemukan apapun untuk membela diri kecuali memisahkan diri dari hubungan yang kuat antara mereka dan saudara mereka.
قَالُوٓا۟ إِن يَسْرِقْ فَقَدْ سَرَقَ أَخٌ لَّهُۥ مِن قَبْلُ ۚ فَأَسَرَّهَا يُوسُفُ فِى نَفْسِهِۦ وَلَمْ يُبْدِهَا لَهُمْ ۚ قَالَ أَنتُمْ شَرٌّ مَّكَانًا ۖ وَٱللَّهُ أَعْلَمُ بِمَا تَصِفُونَ
"Mereka berkata, “Jika ia mencuri, maka sungguh sebelum itu saudaranya pun pernah pula mencuri.” Maka Yusuf menyembunyikan (kejengkelan) dalam hatinya dan tak ditampakkannya kepada mereka. Ia berkata (dalam hatinya), “Kedudukanmu justru lebih buruk. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu terangkan." - [QS.12:77]
Dua saudara laki-laki mereka, Yusuf dan Bynyamin, hanyalah saudara lelaki dari pihak ayah mereka. Ibu mereka berbeda. Yusuf mendengar tuduhan ini ditujukan kepadanya dan saudaranya. Tetapi hal-hal ini membuat Yusuf tetap terkunci di dalam hatinya, tak mengungkapkan rahasia kepada mereka.Ia tak tergesa-gesa saat ia mengumpulkan bukti-bukti yang pada akhirnya akan mengakhiri masalah dan menemukan pelakunya. Pelakunya akan disajikan dengan catatan lengkapnya, begitu jelas dan tepat sehingga ia tak bisa menghindar dari pengakuan, penyesalan, pengampunan, dan pertobatan untuk mencapai perbaikan.
Saudara-saudara Yusuf memohon dengan sangat agar salah seorang dari mereka dapat menggantikan Bunyamin dan mengasihani ayah mereka.
الُوا۟ يَٰٓأَيُّهَا ٱلْعَزِيزُ إِنَّ لَهُۥٓ أَبًا شَيْخًا كَبِيرًا فَخُذْ أَحَدَنَا مَكَانَهُۥٓ ۖ إِنَّا نَرَىٰكَ مِنَ ٱلْمُحْسِنِينَ
"Mereka berkata, “Wahai Al-Aziz! Ia mempunyai ayah yang sudah lanjut usia, karena itu ambillah salah seorang di antara kami sebagai gantinya, sesungguhnya kami melihat engkau termasuk orang-orang yang berbuat baik.”- [QS.12:78]
Namun Yusuf menjawab,
قَالَ مَعَاذَ ٱللَّهِ أَن نَّأْخُذَ إِلَّا مَن وَجَدْنَا مَتَٰعَنَا عِندَهُۥٓ إِنَّآ إِذًا لَّظَٰلِمُونَ
"Ia (Yusuf) berkata, “Aku memohon perlindungan kepada Allah dari menahan (seseorang), kecuali orang yang kami temukan harta kami padanya, jika kami (berbuat) demikian, berarti kami orang yang zhalim.” - [QS.12:79]
Tidaklah benar menangkap orang yang tak bersalah untuk menggantikan orang yang bersalah. Ini merupakan ketidakadilan yang sama sekali tidak sejalan dengan kebenaran.
Ketika anak-anak Ya'qub tak dapat menemukan cara agar membuat Yusuf membebaskan saudara mereka dari jeratan, mereka berkumpul dan mendiskusikan keadaan mereka. Putra tertua merasa sedih, khawatir dan malu bertemu ayahnya karena perasaan tanggung jawabnya sehubungan dengan kelalaian atas dua saudara lelakinya, Yusuf dan Bunyamin, dan berkata,
فَلَمَّا ٱسْتَيْـَٔسُوا۟ مِنْهُ خَلَصُوا۟ نَجِيًّا ۖ قَالَ كَبِيرُهُمْ أَلَمْ تَعْلَمُوٓا۟ أَنَّ أَبَاكُمْ قَدْ أَخَذَ عَلَيْكُم مَّوْثِقًا مِّنَ ٱللَّهِ وَمِن قَبْلُ مَا فَرَّطتُمْ فِى يُوسُفَ ۖ فَلَنْ أَبْرَحَ ٱلْأَرْضَ حَتَّىٰ يَأْذَنَ لِىٓ أَبِىٓ أَوْ يَحْكُمَ ٱللَّهُ لِى ۖ وَهُوَ خَيْرُ ٱلْحَٰكِمِينَ
"Maka ketika mereka berputus asa darinya (putusan Yusuf) mereka menyendiri (sambil berunding) dengan berbisik-bisik. Yang tertua di antara mereka berkata, “Tidakkah kamu ketahui bahwa ayahmu telah mengambil janji dari kamu dengan (nama) Allah dan sebelum itu kamu telah menyia-nyiakan Yusuf? Sebab itu aku takkan meninggalkan negeri ini (Mesir), sampai ayahku mengizinkan (untuk kembali), atau Allah memberi keputusan terhadapku. Dan Dia adalah hakim yang terbaik.”" - [QS.12:80]
Saudara-saudara yang lain kembali kepada ayah mereka dan menyampaikan apa yang telah terjadi.
ٱرْجِعُوٓا۟ إِلَىٰٓ أَبِيكُمْ فَقُولُوا۟ يَٰٓأَبَانَآ إِنَّ ٱبْنَكَ سَرَقَ وَمَا شَهِدْنَآ إِلَّا بِمَا عَلِمْنَا وَمَا كُنَّا لِلْغَيْبِ حَٰفِظِينَ
"Kembalilah kepada ayahmu dan katakanlah, “Wahai ayah kami! Sesungguhnya anakmu telah mencuri dan kami hanya menyaksikan apa yang kami ketahui dan kami tak mengetahui apa yang di balik itu." - [QS.12:81]
وَسْـَٔلِ ٱلْقَرْيَةَ ٱلَّتِى كُنَّا فِيهَا وَٱلْعِيرَ ٱلَّتِىٓ أَقْبَلْنَا فِيهَا ۖ وَإِنَّا لَصَٰدِقُونَ
"Dan tanyalah (penduduk) negeri tempat kami berada, dan kafilah yang datang bersama kami. Dan kami adalah orang yang benar.” - [QS.12:82]
Lihatlah bagaimana kebenaran membuat pemegangnya berbicara. Amanat orang yang percaya diri; seseorang tak membutuhkan bukti atau kesaksian, juga tak perlu bersumpah, mengoceh, berbuat zhalim, atau berbagai alasan untuk menutupi keadaannya.
Seorang mukmin takkan disengat di tempat yang sama dua kali. Karenanya kita melihat Ya'qub menerima berita ini dengan keraguan akan kebenarannya. Dan ia berbicara dalam bahasa orang mukmin sejati, yang tulus sepenuhnya percaya pada keadilan Rabb-nya.
قَالَ بَلْ سَوَّلَتْ لَكُمْ أَنفُسُكُمْ أَمْرًا ۖ فَصَبْرٌ جَمِيلٌ ۖ عَسَى ٱللَّهُ أَن يَأْتِيَنِى بِهِمْ جَمِيعًا ۚ إِنَّهُۥ هُوَ ٱلْعَلِيمُ ٱلْحَكِيمُ
"Ia (Ya'qub) berkata, “Sebenarnya hanya dirimu sendiri yang memandang baik urusan (yang buruk) itu. Maka (kesabaranku) adalah kesabaran yang baik. Mudah-mudahan Allah mendatangkan mereka semuanya kepadaku. Sungguh, Dialah Yang Maha Mengetahui, Mahabijaksana.” - [QS.12:83]
Begitulah cara Nabi Ya'qub meyakini Rabb-nya dan berharap akan karunia dan berkah-Nya.
وَتَوَلَّىٰ عَنْهُمْ وَقَالَ يَٰٓأَسَفَىٰ عَلَىٰ يُوسُفَ وَٱبْيَضَّتْ عَيْنَاهُ مِنَ ٱلْحُزْنِ فَهُوَ كَظِيمٌ
"Dan ia (Ya'qub) berpaling dari mereka (anak-anaknya) seraya berkata, 'Aduhai dukacitaku terhadap Yusuf,' dan kedua matanya menjadi putih karena sedih. Ia diam menahan amarah (terhadap anak-anaknya). - [QS.12:84]
قَالُوا۟ تَٱللَّهِ تَفْتَؤُا۟ تَذْكُرُ يُوسُفَ حَتَّىٰ تَكُونَ حَرَضًا أَوْ تَكُونَ مِنَ ٱلْهَٰلِكِينَ
"Mereka berkata, “Demi Allah, engkau tak henti-hentinya mengingat Yusuf, sehingga engkau (mengidap) penyakit berat atau engkau termasuk orang-orang yang akan binasa.”- [QS.12:85]
قَالَ إِنَّمَآ أَشْكُوا۟ بَثِّى وَحُزْنِىٓ إِلَى ٱللَّهِ وَأَعْلَمُ مِنَ ٱللَّهِ مَا لَا تَعْلَمُونَ
"Ia (Ya'qub) menjawab, “Hanya kepada Allah aku mengadukan kesusahan dan kesedihanku. Dan aku mengetahui dari Allah apa yang tak kamu ketahui." - [QS.12:86]
يَٰبَنِىَّ ٱذْهَبُوا۟ فَتَحَسَّسُوا۟ مِن يُوسُفَ وَأَخِيهِ وَلَا تَا۟يْـَٔسُوا۟ مِن رَّوْحِ ٱللَّهِ ۖ إِنَّهُۥ لَا يَا۟يْـَٔسُ مِن رَّوْحِ ٱللَّهِ إِلَّا ٱلْقَوْمُ ٱلْكَٰفِرُونَ
"Wahai anak-anakku! Pergilah kamu, carilah (berita) tentang Yusuf dan saudaranya dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya yang berputus asa dari rahmat Allah, hanyalah orang-orang yang kafir." - [QS.12:87]
Seorang mukmin sejati hanya mengandalkan Allah. Ia tak mengeluh kecuali hanya kepada-Nya. Ia berdiri di pintu memohon rahmat-Nya. Seorang mukmin sejati percaya pada Rabb-nya tanpa putus asa. Keputusasaan adalah bentuk kecurigaan kepada Allah dan orang yang kafir-lah yang mencurigai Allah karena ia tak sepenuhnya mengenal-Nya atau percaya kepada-Nya.

Saudara-saudara Yusuf kembali ke Mesir sebagaimana mestinya bagi mereka, kembali untuk memminta persediaan dan perbekalan. Ada juga masalah saudara laki-laki tertua mereka yang bersumpah pada dirinya sendiri untuk tak kembali sampai ayahnya memberinya izin atau apapun yang Allah putuskan. Juga, ada saudara lelaki mereka yang diambil paksa dari mereka.

Mereka menemui Yusuf meminta perbekalan dan kedermawanan.
فَلَمَّا دَخَلُوا۟ عَلَيْهِ قَالُوا۟ يَٰٓأَيُّهَا ٱلْعَزِيزُ مَسَّنَا وَأَهْلَنَا ٱلضُّرُّ وَجِئْنَا بِبِضَٰعَةٍ مُّزْجَىٰةٍ فَأَوْفِ لَنَا ٱلْكَيْلَ وَتَصَدَّقْ عَلَيْنَآ ۖ إِنَّ ٱللَّهَ يَجْزِى ٱلْمُتَصَدِّقِينَ
"Maka ketika mereka masuk ke (tempat) Yusuf, mereka berkata, “Wahai Al-Aziz! Kami dan keluarga kami telah ditimpa kesengsaraan dan kami datang membawa barang-barang yang tak berharga, maka penuhilah jatah (gandum) untuk kami, dan bersedekahlah kepada kami. Sesungguhnya Allah memberi balasan kepada orang yang bersedekah." - [QS.12:88]
Mereka menjelaskan kadaan mereka, keluarga, dan ayah mereka setelah tak adanya saudara mereka yang ditangkap di sana. Hati Yusuf dipenuhi dengan kelembutan, simpati, belas kasih, dan kerinduan terhadap saudara-saudara dan keluarganya. Waktu untuk membuka rahasianya, akhirnya telah tiba. Ia bertanya kepada mereka,
قَالَ هَلْ عَلِمْتُم مَّا فَعَلْتُم بِيُوسُفَ وَأَخِيهِ إِذْ أَنتُمْ جَٰهِلُونَ
"Ia (Yusuf) berkata, “Tahukah kamu (kejelekan) apa yang telah kamu perbuat terhadap Yusuf dan saudaranya karena kamu tak menyadari (akibat) perbuatanmu itu?” - [QS.12:89]
Pertanyaan ini menimbulkan keterkejutan dan keheranan dalam diri mereka karena merekalah satu-satunya yang bersama dengan Yusuf yang mengetahui rahasianya. Karena itu mereka semua berseru,
قَالُوٓا۟ أَءِنَّكَ لَأَنتَ يُوسُفُ ۖ قَالَ أَنَا۠ يُوسُفُ وَهَٰذَآ أَخِى ۖ قَدْ مَنَّ ٱللَّهُ عَلَيْنَآ ۖ إِنَّهُۥ مَن يَتَّقِ وَيَصْبِرْ فَإِنَّ ٱللَّهَ لَا يُضِيعُ أَجْرَ ٱلْمُحْسِنِينَ
Mereka berkata, “Benarkah engkau Yusuf?” Ia (Yusuf) menjawab, “Aku Yusuf dan ini saudaraku. Sungguh, Allah telah melimpahkan karunia-Nya kepada kami. Sesungguhnya barangsiapa bertakwa dan bersabar, maka sungguh, Allah tak menyia-nyiakan pahala orang yang berbuat baik.”
[Bagian 8]

Jumat, 12 April 2019

Bintang-bintang, sang Mentari dan Rembulan (6)

Sang negarawan melanjutkan, "Wahai anak muda, bergunjing adalah racun bagi masyarakat dan jaringan sosial. Setiap masyarakat ditenggelamkan dalam gunjingan. Seringkali, gunjingan menyebar, dan seiring penyebarannya, semakin besar dan makin membesar. Ketika menyebar, dongeng kecil menjadi sepuluh kali lebih besar. Dalam syari'ah kita, pintu bergunjing, mengumpat dan memfitnah telah ditutup dan dikunci. Dalam syari'ah, kita seyogyanya tak melibatkan diri dengan semua hal yang seperti ini.
Dalam Syari'ah, bergunjing terdiri dari beberapa jenis: ghibah, namimah, dan buhtan; semua ini ada di bawah jenis bergunjing. Ghibah berarti mengatakan sesuatu yang buruk tentang seseorang selama ia tak berada di tempat, meskipun perkataan itu ada kebenarannya. Apa yang engkau ucapkan itu benar. Engkau merendahkannya, mengejeknya, mengolok-oloknya dan menyebarkan sesuatu yang tak ia sukai diucapkan, disaat ia tak berada di tempat.

Ghibah adalah sebuah dosa yang akan di adzab dalam kubur, adzaabil qabr. Lebih buruk dari ini adalah buhtan. Buhtan berarti menyebarkan kebohongan, secara terang-terangan, tentang seseorang; inilah fitnah, dan lebih kejam daripada ghibah. Ghibah berarti engkau mengatakan yang sebenarnya. Menyebarkan ghibah dan buhtan terhadap seseorang, disebut namimah.
Namimah berarti, engkau berada dalam sebuah pertemuan dan seseorang menyebutkan, misalnya, saudara Fulan, dan ia mulai mengatakan sesuatu tentang Fulan yang tak sepantasnya ia katakan di depan umum. Fulan tak ada di sana, dan kerusakan yang telah terjadi adalah antara dirinya dan Allah Subhanahu wa Ta'ala. Sekarang seseorang menemui Fulan dan berkata, “Tahukah engkau apa yang terjadi dalam pertemuan itu ketika engkau tak ada di sana? Anu bin Menganu mengatakan ini tentangmu.” Bagaimana perasaan Fulan? Kerusakan terjadi ketika cerita itu kembali kepadanya. Ini disebut namimah. Orang yang menyampaikan berita itu datang kepadamu - walau itu haram. Kewajiban kita sebenarnya, membela saudara kita saat ia tak ada. Ketika ghibah atau buhtaan selesai, engkau membela saudaramu dalam ketidakhadirannya.
Paling tidak, yang hendaknya engkau lakukan adalah tetap diam dan membencinya di dalam hatimu. Tapi, inilah serendah-rendahnya iman. Posisimu, bila kembali dan menyebarkan gunjingan yang ditujukan kepadanya, dengan niat menyebabkan kerusakan antara dua orang, disebut namimah. Rasulullah (ﷺ) menyampaikan tentang hukuman nammam. Rasulullah (ﷺ) bersabda, "Sesiapa yang melakukan ini, takkan memasuki Jannah."

Sang negarawan diam sejenak, lalu berkata, "Mari kita lanjutkan Kisah Nabi Yusuf! Jadi, pemenjaraan Nabi Yusuf (عليه السلام) bertepatan dengan pemenjaraan dua pemuda lainnya, mungkin saja kedua pemuda tersebut dipenjara bersama Yusuf pada hari yang sama karena sebuah peristiwa yang terjadi di istana raja. Sebenarnya, ini kesempatan baik bagi Yusuf dipenjara. Di tengah-tengah peristiwa itu, tuduhan yang dibuat-buat dan fitnah bisa dengan mudah dilontarkan terhadap orang yang tak dikehendaki, sehingga mereka dapat disingkirkan.
Kebenaran akan meletakkan dirinya sendiri dan ilmu akan meninggikan derajat pemiliknya. Yusuf bisa mendapatkan kepercayaan dari teman-temannya di penjara dengan moralitas, karakter, penilaian bijaksana dan wawasannya yang tinggi. Ia menemukan solusi terhadap masalah mereka dan dipercaya memegang rahasia mereka. Ia mengambilnya untuk menasihati, menuntun dan mengajak mereka meng-Esa-kan Allah. Ia juga mentakwilkan mimpi-mimpi mereka yang sering terjadi.
Inilah cara seorang Muslim, seorang Muslim sejati. Berakhlaq mulia dalam urusannya dan memanfaatkan setiap kesempatan untuk menyampaikan risalah Allah. Seorang Muslim hendaknya memiliki ketulusan saat menyampaikan pesan dan sepenuhnya yakin bahwa Allah adalah Esa, dan tiada sekutu bagi-Nya.
Sekarang, bersamanya ada dua anak-muda masuk penjara. Allah berfirman,
وَدَخَلَ مَعَهُ ٱلسِّجْنَ فَتَيَانِ ۖ قَالَ أَحَدُهُمَآ إِنِّىٓ أَرَىٰنِىٓ أَعْصِرُ خَمْرًا ۖ وَقَالَ ٱلْءَاخَرُ إِنِّىٓ أَرَىٰنِىٓ أَحْمِلُ فَوْقَ رَأْسِى خُبْزًا تَأْكُلُ ٱلطَّيْرُ مِنْهُ ۖ نَبِّئْنَا بِتَأْوِيلِهِۦٓ ۖ إِنَّا نَرَىٰكَ مِنَ ٱلْمُحْسِنِينَ
"Dan bersamanya, masuk pula dua orang pemuda ke dalam penjara. Salah satunya berkata, “Sesungguhnya aku bermimpi memeras anggur,” dan yang lainnya berkata, “Aku bermimpi, membawa roti di atas kepalaku, sebagiannya dimakan burung.” Berikanlah kepada kami takwilnya. Sesungguhnya kami memandangmu termasuk orang yang berbuat baik." - [QS.12.36]
قَالَ لَا يَأْتِيكُمَا طَعَامٌ تُرْزَقَانِهِۦٓ إِلَّا نَبَّأْتُكُمَا بِتَأْوِيلِهِۦ قَبْلَ أَن يَأْتِيَكُمَا ۚ ذَٰلِكُمَا مِمَّا عَلَّمَنِى رَبِّىٓ ۚ إِنِّى تَرَكْتُ مِلَّةَ قَوْمٍ لَّا يُؤْمِنُونَ بِٱللَّهِ وَهُم بِٱلْءَاخِرَةِ هُمْ كَٰفِرُونَ
"Ia (Yusuf) berkata, “Makanan apa pun yang akan diberikan kepadamu berdua aku telah dapat menerangkan takwilnya, sebelum (makanan) itu sampai kepadamu. Itu sebagian dari yang diajarkan Rabb-ku kepadaku. Sesungguhnya aku telah meninggalkan agama orang-orang yang tak beriman kepada Allah, bahkan mereka tak percaya kepada Hari Akhirat." - [QS.12:37]
وَٱتَّبَعْتُ مِلَّةَ ءَابَآءِىٓ إِبْرَٰهِيمَ وَإِسْحَٰقَ وَيَعْقُوبَ ۚ مَا كَانَ لَنَآ أَن نُّشْرِكَ بِٱللَّهِ مِن شَىْءٍ ۚ ذَٰلِكَ مِن فَضْلِ ٱللَّهِ عَلَيْنَا وَعَلَى ٱلنَّاسِ وَلَٰكِنَّ أَكْثَرَ ٱلنَّاسِ لَا يَشْكُرُونَ
"Dan aku mengikuti agama nenek moyangku: Ibrahim, Ishaq dan Ya'qub. Tak pantas bagi kami (para nabi) mempersekutukan sesuatu apapun dengan Allah. Itulah dari karunia Allah kepada kami dan kepada manusia (semuanya); tetapi kebanyakan manusia tak bersyukur." - [QS.12:38]
يَٰصَىٰحِبَىِ ٱلسِّجْنِ ءَأَرْبَابٌ مُّتَفَرِّقُونَ خَيْرٌ أَمِ ٱللَّهُ ٱلْوَٰحِدُ ٱلْقَهَّارُ
"Wahai kedua penghuni penjara! Manakah yang baik, tuhan-tuhan yang bermacam-macam itu ataukah Allah Yang Maha Esa, Mahaperkasa?" - [QS.12:39]
مَا تَعْبُدُونَ مِن دُونِهِۦٓ إِلَّآ أَسْمَآءً سَمَّيْتُمُوهَآ أَنتُمْ وَءَابَآؤُكُم مَّآ أَنزَلَ ٱللَّهُ بِهَا مِن سُلْطَٰنٍ ۚ إِنِ ٱلْحُكْمُ إِلَّا لِلَّهِ ۚ أَمَرَ أَلَّا تَعْبُدُوٓا۟ إِلَّآ إِيَّاهُ ۚ ذَٰلِكَ ٱلدِّينُ ٱلْقَيِّمُ وَلَٰكِنَّ أَكْثَرَ ٱلنَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ
"Apa yang kamu sembah selain Dia, hanyalah nama-nama yang kamu buat-buat, baik oleh kamu sendiri maupun oleh nenek moyangmu. Allah tak menurunkan suatu keteranganpun tentang hal (nama-nama) itu. Keputusan itu hanyalah milik Allah. Dia telah memerintahkan agar kamu tak menyembah selain Dia. Itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tak mengetahui." - [QS.12.40]
يَٰصَىٰحِبَىِ ٱلسِّجْنِ أَمَّآ أَحَدُكُمَا فَيَسْقِى رَبَّهُۥ خَمْرًا ۖ وَأَمَّا ٱلْءَاخَرُ فَيُصْلَبُ فَتَأْكُلُ ٱلطَّيْرُ مِن رَّأْسِهِۦ ۚ قُضِىَ ٱلْأَمْرُ ٱلَّذِى فِيهِ تَسْتَفْتِيَانِ
"Wahai kedua penghuni penjara, “Salah seorang di antara kamu, akan bertugas menyediakan minuman khamr bagi majikannya. Adapun yang seorang lagi, ia akan disalib, lalu burung memakan sebagian kepalanya. Telah terjawab perkara yang kamu tanyakan (kepadaku).” - [QS.12:41]
وَقَالَ لِلَّذِى ظَنَّ أَنَّهُۥ نَاجٍ مِّنْهُمَا ٱذْكُرْنِى عِندَ رَبِّكَ فَأَنسَىٰهُ ٱلشَّيْطَٰنُ ذِكْرَ رَبِّهِۦ فَلَبِثَ فِى ٱلسِّجْنِ بِضْعَ سِنِينَ
"Dan ia (Yusuf) berkata kepada orang yang diketahuinya akan selamat di antara mereka berdua, “Terangkanlah keadaanku kepada majikanmu.” Maka setan menjadikan ia lupa menerangkan (keadaan Yusuf) kepada majikannya. Karena itu, ia (Yusuf) tetap dalam penjara beberapa tahun lamanya." - [QS.12:42]
Raja Mesir mengalami mimpi yang aneh, membingungkan dan membuatnya merasa gentar. Mimpi ini membuatnya mengumpulkan semua penyihir, peramal, dan ahli nujum. Ia memaparkan mimpi yang telah dialaminya. Ia meminta mereka agar menafsirkan mimpi itu, namun mereka semua tak mampu melakukannya, karena telah ditetapkan oleh Allah.
Kemudian salah seorang sahabat Yusuf, yang keluar dari penjara pada waktu itu, menyampaikan kepada sang raja tentang ilmu Yusuf mentakwilkan mimpi. Ia meminta sang raja mengutusnya ke penjara untuk meminta takwil mimpi itu. Dengan demikian, datanglah pembebasan Yusuf dari penjara dan pertolongan dari beban-masalahnya.
Yusuf kemudian menjelaskan mimpi sang raja dan kemudian menyusun rancangan. Rancangan ini harus diikuti mengingat keadaan sulit yang akan segera menelan negeri dan penduduknya.
وَقَالَ ٱلْمَلِكُ إِنِّىٓ أَرَىٰ سَبْعَ بَقَرَٰتٍ سِمَانٍ يَأْكُلُهُنَّ سَبْعٌ عِجَافٌ وَسَبْعَ سُنۢبُلَٰتٍ خُضْرٍ وَأُخَرَ يَابِسَٰتٍ ۖ يَٰٓأَيُّهَا ٱلْمَلَأُ أَفْتُونِى فِى رُءْيَٰىَ إِن كُنتُمْ لِلرُّءْيَا تَعْبُرُونَ
"Dan raja berkata (kepada para pemuka kaumnya), 'Sesungguhnya aku bermimpi melihat tujuh ekor sapi betina yang gemuk dimakan oleh tujuh ekor sapi betina yang kurus; tujuh tangkai (gandum) yang hijau dan (tujuh tangkai) lainnya yang kering. Wahai orang yang terkemuka! Terangkanlah kepadaku tentang takwil mimpiku itu jika kamu dapat menakwilkan mimpi'.” - [QS.12:43]
قَالُوٓا۟ أَضْغَٰثُ أَحْلَٰمٍ ۖ وَمَا نَحْنُ بِتَأْوِيلِ ٱلْأَحْلَٰمِ بِعَٰلِمِينَ
"Mereka menjawab, '(Itu) mimpi-mimpi yang kosong dan kami tak mampu menakwilkan mimpi itu'.” - [QS.12:44]
وَقَالَ ٱلَّذِى نَجَا مِنْهُمَا وَٱدَّكَرَ بَعْدَ أُمَّةٍ أَنَا۠ أُنَبِّئُكُم بِتَأْوِيلِهِۦ فَأَرْسِلُونِ
"Dan berkatalah orang yang selamat di antara mereka berdua dan teringat (kepada Yusuf) setelah beberapa waktu lamanya, 'Aku akan memberitahukan kepadamu tentang (orang yang pandai) menakwilkan mimpi itu, maka utuslah aku (kepadanya)'.” - [QS.12:45]
يُوسُفُ أَيُّهَا ٱلصِّدِّيقُ أَفْتِنَا فِى سَبْعِ بَقَرَٰتٍ سِمَانٍ يَأْكُلُهُنَّ سَبْعٌ عِجَافٌ وَسَبْعِ سُنۢبُلَٰتٍ خُضْرٍ وَأُخَرَ يَابِسَٰتٍ لَّعَلِّىٓ أَرْجِعُ إِلَى ٱلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَعْلَمُونَ
”Yusuf, wahai orang yang sangat dipercaya! Terangkanlah kepada kami (takwil mimpi) tentang tujuh ekor sapi betina yang gemuk yang dimakan oleh tujuh (ekor sapi betina) yang kurus, tujuh tangkai (gandum) yang hijau dan (tujuh tangkai) lainnya yang kering agar aku kembali kepada orang-orang itu, agar mereka mengetahui'." - [QS.12:46]
قَالَ تَزْرَعُونَ سَبْعَ سِنِينَ دَأَبًا فَمَا حَصَدتُّمْ فَذَرُوهُ فِى سُنۢبُلِهِۦٓ إِلَّا قَلِيلًا مِّمَّا تَأْكُلُونَ
"Ia (Yusuf) berkata, “Agar kamu bercocok tanam tujuh tahun (berturut-turut) sebagaimana biasa; kemudian apa yang kamu tuai hendaklah kamu biarkan di tangkainya kecuali sedikit untuk kamu makan." - [QS.12:47]
ثُمَّ يَأْتِى مِنۢ بَعْدِ ذَٰلِكَ سَبْعٌ شِدَادٌ يَأْكُلْنَ مَا قَدَّمْتُمْ لَهُنَّ إِلَّا قَلِيلًا مِّمَّا تُحْصِنُونَ
"Kemudian setelah itu akan datang tujuh (tahun) yang sangat sulit, yang menghabiskan apa yang kamu simpan untuk menghadapinya (tahun sulit), kecuali sedikit dari apa (bibit gandum) yang kamu simpan." - QS.12:48]
ثُمَّ يَأْتِى مِنۢ بَعْدِ ذَٰلِكَ عَامٌ فِيهِ يُغَاثُ ٱلنَّاسُ وَفِيهِ يَعْصِرُونَ
"Setelah itu akan datang tahun, di mana manusia diberi hujan (dengan cukup) dan pada masa itu mereka memeras (anggur).” - [QS.12:49]
Ada sesuatu yang perlu kita perhatikan di sini. Tak seperti kitab-kitab lain yang berisi kisah Nabi Musa dan Yusuf, alaihimassalam, dalam Al-Qur'an, penguasa Mesir disebut sebagai Raja (Malik, dalam bahasa Arab) selama masa Nabi Yusuf dan Firaun selama masa Nabi Musa.
Mari kita lihat secara singkat apa hipotesis saat ini mengenai masuknya Nabi Yusuf ke Mesir. Ada dua hipotesis yang sangat populer. Yang pertama adalah bahwa Nabi Yusuf masuk ke Mesir pada masa Hyksos. Hyksos termasuk dalam kelompok campuran Semit-Asia yang menetap di Mesir Utara selama abad ke-18 SM. Sekitar tahun 1630 mereka merebut kekuasaan, dan raja-raja Hyksos memerintah Mesir sebagai dinasti ke-15 (sekitar 1630-1521 SM). Nama Hyksos digunakan oleh sejarawan Mesir Manetho (fl. 300 SM), yang, menurut sejarawan Yahudi Josephus (abad ke-1 M), menerjemahkan kata itu sebagai "gembala raja" atau "gembala tawanan". Hyksos mungkin istilah Mesir untuk "penguasa tanah asing" (heqa-khase). Yang kedua adalah bahwa masuknya Nabi Yusuf ke Mesir terjadi selama Dinasti ke-12 Periode Kerajaan Tengah. Penguasa pada masanya seharusnya Sesostris III. Bukanlah tujuan kita untuk menliti lebih dalam periodenya.Pada intinya, masuknya Nabi Yusuf ke Mesir terjadi sebelum penguasa Mesir yang disebut Firaun. Penggunaan Malik (Raja) selain Fir'aun oleh Al-Qur'an mewakili keakuratan historis dengan data yang tersedia bagi kita.
Dalam hal Nabi Musa, sebagian besar cendekiawan menempatkan peristiwa penindasan dan eksodus di Periode Kerajaan Baru ketika Merneptah dan Ramases II sebagai penguasa. Tentu saja mereka disebut Firaun. Karenanya, dalam periode Nabi Musa, benarlah Al-Quran dalam menggunakan kata Firaun sebagai penguasa Mesir.

Maka, sang raja percaya akan takwil mimpinya. Ia mengagumi ilmu takwil Nabi Yusuf, dan pendapatnya tentang tindakan efektif untuk menghadapi kesulitan yang akan datang. Lalu, sang raja berkata, "Bawalah ia kepadaku!" Namun Yusuf menolak panggilan sang raja. Kegembiraan kebebasan tak menyita pikirannya agar meminta penyelidikan tentang alasan pemenjaraannya untuk membuktikan secara terbuka bahwa ia tak bersalah. Ia ingin mendapatkan kembali martabatnya dan membersihkan namanya dari orang-orang yang menganggapnya buruk. Allah berfirman,
وَقَالَ ٱلْمَلِكُ ٱئْتُونِى بِهِۦ ۖ فَلَمَّا جَآءَهُ ٱلرَّسُولُ قَالَ ٱرْجِعْ إِلَىٰ رَبِّكَ فَسْـَٔلْهُ مَا بَالُ ٱلنِّسْوَةِ ٱلَّٰتِى قَطَّعْنَ أَيْدِيَهُنَّ ۚ إِنَّ رَبِّى بِكَيْدِهِنَّ عَلِيمٌ
"Dan raja berkata, 'Bawalah ia kepadaku.' Ketika utusan itu datang kepadanya, ia (Yusuf) berkata, 'Kembalilah kepada majikanmu dan tanyakan kepadanya bagaimana halnya perempuan-perempuan yang telah melukai tangannya. Sungguh, Rabb-ku Maha Mengetahui tipu daya mereka.” - [QS.12:50]
Orang beriman sejati tak takut akan celaan demi kebenaran dan tangan orang yang tak bersalah, tak takut dipotong. Pengabdian untuk mencapai reputasi yang baik dan hidup dengan kehormatan serta martabat tanpa rasa hormat dan penghinaan adalah cara seorang Muslim dan moto-nya.
Permintaan Nabi Yusuf yang dipenjara menjentik telinga sang raja bagai sambaran-petir dan membuatnya menyelidiki kejadian itu dari awal. Karenanya, ia memerintahkan penyelidikan dan wanita-wanita yang terlibat, dipertanyakan lagi.
قَالَ مَا خَطْبُكُنَّ إِذْ رَٰوَدتُّنَّ يُوسُفَ عَن نَّفْسِهِۦ ۚ قُلْنَ حَٰشَ لِلَّهِ مَا عَلِمْنَا عَلَيْهِ مِن سُوٓءٍ ۚ قَالَتِ ٱمْرَأَتُ ٱلْعَزِيزِ ٱلْـَٰٔنَ حَصْحَصَ ٱلْحَقُّ أَنَا۠ رَٰوَدتُّهُۥ عَن نَّفْسِهِۦ وَإِنَّهُۥ لَمِنَ ٱلصَّٰدِقِينَ
"Ia (raja) berkata (kepada perempuan-perempuan itu), “Bagaimana keadaanmu ketika kamu menggoda Yusuf untuk menundukkan dirinya?” Mereka berkata, “Mahasempurna Allah, kami tak mengetahui sesuatu keburukan darinya.” Istri Al-Aziz berkata, “Sekarang jelaslah kebenaran itu, akulah yang menggoda dan merayunya, dan sesungguhnya, ia termasuk orang yang benar'." - [QS.12:51]
Seorang mukmin tak mau mengkompromikan standar moralnya hanya untuk sepotong kue. Tak peduli berapa lama kebohongan muncul, kebenaran akan selalu menang. Jadi, jika engkau sedang diuji oleh Allah, berpeganglah erat-erat, namun ingat bahwa kebenaran akan terwujud dan kebohongan pasti akan binasa. Karena Allah takkan menyia-nyiakan pahala Al-Muhsinun. Semua bersaksi tentang kesucian, kemurnian, dan moralitas Yusuf yang baik. Bahkan istri al-Aziz tidak bisa tidak bergabung dalam kesaksiannya. Ia tak malu lagi mengakui, tanpa keraguan, bahwa dirinyalah orang yang berusaha merayu Yusuf seperti yang telah disebutkan dalam ayat tersebut.

Sebuah hak terhadap pencarinya, tak pernah tersesat. Hak atas keadilan yang hilang dari Yusuf diperoleh kembali sebagai hasil dari desakan dan keinginannya untuk melakukan, dan untuk membuktikannya. Dengan demikian, setiap hak diperoleh kembali jika para pencarinya, sungguh-sungguh dan ikhlas dalam berupaya mendapatkannya kembali.
ذَٰلِكَ لِيَعْلَمَ أَنِّى لَمْ أَخُنْهُ بِٱلْغَيْبِ وَأَنَّ ٱللَّهَ لَا يَهْدِى كَيْدَ ٱلْخَآئِنِينَ
"(Yusuf berkata), “Yang demikian itu agar ia (Al-Aziz) mengetahui bahwa aku benar-benar tak mengkhianatinya ketika ia tak ada (di rumah), dan bahwa Allah tak meridhai tipu-daya orang-orang yang berkhianat." - [QS.12:52]
وَمَآ أُبَرِّئُ نَفْسِىٓ ۚ إِنَّ ٱلنَّفْسَ لَأَمَّارَةٌۢ بِٱلسُّوٓءِ إِلَّا مَا رَحِمَ رَبِّىٓ ۚ إِنَّ رَبِّى غَفُورٌ رَّحِيمٌ
"Dan aku tak (menyatakan) diriku bebas (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu mendorong kepada kejahatan, kecuali (nafsu) yang diberi rahmat oleh Rabb-ku. Sesungguhnya Rabb-ku Maha Pengampun, Maha Penyayang. - [QS.12:53]
وَقَالَ ٱلْمَلِكُ ٱئْتُونِى بِهِۦٓ أَسْتَخْلِصْهُ لِنَفْسِى ۖ فَلَمَّا كَلَّمَهُۥ قَالَ إِنَّكَ ٱلْيَوْمَ لَدَيْنَا مَكِينٌ أَمِينٌ
"Dan raja berkata, 'Bawalah ia (Yusuf) kepadaku, agar aku memilihnya (sebagai orang yang dekat) kepadaku.' Ketika ia (raja) telah bercakap-cakap dengannya, ia (raja) berkata, “Sesungguhnya kamu (mulai) hari ini menjadi seorang yang berkedudukan tinggi di lingkungan kami dan dipercaya.” - [QS.12:54]
Nabi Yusuf keluar dari penjara setelah terbukti tak bersalah atas tuduhan keji itu dan berdiri di hadapan sang raja dengan percaya diri dengan kepala terangkat tinggi. Sang raja tertarik dengan pidatonya, integritas pendapatnya, dan kefasihannya dan memberinya kesempatan untuk tinggal di istananya.
Yusuf memilih pekerjaan yang paling cocok yang paling mampu ia tangani dan tata. Hal ini dimungkinkan karena ia sepenuhnya mengenal kemampuan dirinya.
قَالَ ٱجْعَلْنِى عَلَىٰ خَزَآئِنِ ٱلْأَرْضِ ۖ إِنِّى حَفِيظٌ عَلِيمٌ
"Ia (Yusuf) berkata, “Jadikanlah aku bendaharawan negeri (Mesir); karena sesungguhnya aku adalah orang yang pandai menjaga, dan berpengetahuan.” - [QS.12:55]
وَكَذَٰلِكَ مَكَّنَّا لِيُوسُفَ فِى ٱلْأَرْضِ يَتَبَوَّأُ مِنْهَا حَيْثُ يَشَآءُ ۚ نُصِيبُ بِرَحْمَتِنَا مَن نَّشَآءُ ۖ وَلَا نُضِيعُ أَجْرَ ٱلْمُحْسِنِينَ
"Dan demikianlah Kami memberi kedudukan kepada Yusuf di negeri ini (Mesir); untuk tinggal di mana saja yang dia kehendaki. Kami melimpahkan rahmat kepada siapa yang Kami kehendaki dan Kami tidak menyia-nyiakan pahala orang yang berbuat baik." - [QS.12:56]
وَلَأَجْرُ ٱلْءَاخِرَةِ خَيْرٌ لِّلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَكَانُوا۟ يَتَّقُونَ
"Dan sungguh, pahala akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang beriman dan selalu bertakwa." - [QS.12:57]
Karena Mesir akan mengalami tujuh tahun kesuburan yang akan diikuti oleh tujuh tahun kelaparan, harus ada keketatan, manajemen yang efektif, dan perencanaan sumber daya yang cermat. Karena itu Yusuf berperan sebagai wali dalam bidang ilmunya. Perwalian mungkin cukup tanpa ilmu dalam situasi di atas. Sedangkan jika ilmu digunakan tanpa perwalian, kebaikan takkan tercapai dalam keadaan seperti itu.
Solusi dari beberapa permasalahan membutuhkan ilmu, yang lain membutuhkan pengalaman. Ada yang juga tak boleh mengabaikan ilmu maupun pengalaman. Dalam hal ini adalah klarifikasi hubungan antara seorang Muslim, pekerjaannya, dan posisinya. Seorang Muslim perlu memilih apa yang sesuai dengan kecenderungan dan keinginannya sejauh ia mampu melakukannya. Dan dengan melakukan hal itu, diperbolehkan baginya untuk memuji dirinya sendiri dan mengungkapkan kualifikasinya jika orang-orang tak mengetahuinya seperti yang dilakukan oleh Nabi Yusuf (عليه السلام). Dengan setiap kesulitan ada kemudahan dan ini dikonfirmasi oleh firman Allah,
فَإِنَّ مَعَ ٱلْعُسْرِ يُسْرًا
"Maka sesungguhnya beserta kesulitan ada kemudahan," - [QS.94:5]
إِنَّ مَعَ ٱلْعُسْرِ يُسْرًا
"sesungguhnya beserta kesulitan itu ada kemudahan." - [QS.94:6]
Satu kesulitan tak dapat mengalahkan dua kemudahan seperti yang disabdakan Rasulullah (ﷺ). Bagi orang-orang mukmin sejati, akhir dari nasib adalah kebahagiaan dan kebaikan. Kemudian, setelah dipenjara, dihukum, penghinaan mental dan fisik, Yusuf dipromosikan ke posisi dengan status sosial yang tinggi. Jika orang beriman yang shalih dan takut akan Allah tak dapat mencapai kesucian, kebaikan dan kebahagiaan di dunia ini, ia pasti akan mencapainya di akhirat. Karena itu, seorang Muslim hendaknya meningkatkan kepercayaan dan keyakinannya kepada Sang Pencipta dan melakukan apa yang menyenangkan Rabb-nya dalam segala bidang kehidupannya.
Takwil Nabi Yusuf tentang mimpi sang raja terpenuhi ketika tujuh tahun kesuburan berlalu dan diikuti oleh tujuh tahun kelaparan yang melanda seluruh negeri. Di Mesir, karena manajemen yang terampil dan perwalian yang bijaksana dari Yusuf, telah tersimmpan cukup banyak selama tujuh tahun pertama kesuburan dan sepenuhnya siap untuk peristiwa mendatang. Tindakan ini sangat menjamin kemakmuran Mesir sehingga Mesir menjadi negeri tempat para musafir datang mencari perbekalan dan persediaan. Di antara mereka yang datang mencari perbekalan, adalah saudara-saudara Yusuf.

[Bagian 7]

Rabu, 10 April 2019

Bintang-bintang, sang Mentari dan Rembulan (5)

Yusuf kemudian dijual ke Mesir. Ia dipindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain dan dari satu majikan ke majikan lain, sampai ia menetap di rumah al-Aziz. Al-Aziz adalah Menteri Keuangan di Mesir pada waktu itu dan ia melihat ada kecakapan dan keshalihan pada Nabi Yusuf.
وَقَالَ ٱلَّذِى ٱشْتَرَىٰهُ مِن مِّصْرَ لِٱمْرَأَتِهِۦٓ أَكْرِمِى مَثْوَىٰهُ عَسَىٰٓ أَن يَنفَعَنَآ أَوْ نَتَّخِذَهُۥ وَلَدًا ۚ وَكَذَٰلِكَ مَكَّنَّا لِيُوسُفَ فِى ٱلْأَرْضِ وَلِنُعَلِّمَهُۥ مِن تَأْوِيلِ ٱلْأَحَادِيثِ ۚ وَٱللَّهُ غَالِبٌ عَلَىٰٓ أَمْرِهِۦ وَلَٰكِنَّ أَكْثَرَ ٱلنَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ
"Dan orang dari Mesir yang membelinya berkata kepada istrinya, 'Berikanlah kepadanya tempat (dan layanan) yang baik, mudah-mudahan ia bermanfaat bagi kita atau kita pungut ia sebagai anak.' Dan demikianlah Kami memberikan kedudukan yang baik kepada Yusuf di negeri (Mesir), dan agar Kami ajarkan kepadanya takwil mimpi. Dan Allah berkuasa terhadap urusan-Nya, tetapi kebanyakan manusia tidak mengerti." - [QS.12:21]
وَلَمَّا بَلَغَ أَشُدَّهُۥٓ ءَاتَيْنَٰهُ حُكْمًا وَعِلْمًا ۚ وَكَذَٰلِكَ نَجْزِى ٱلْمُحْسِنِينَ
"Dan ketika ia telah cukup dewasa Kami berikan kepadanya kekuasaan dan ilmu. Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik." - [QS.12:22]
Ada perbedaan besar antara para kafilah yang menjual Yusuf, dengan harga yang sangat murah, hanya beberapa Dirham, dibanding al-Aziz. Saudara-saudara Yusuf menjualnya dengan harga yang sangat murah, hanya beberapa dirham, yang dihitung dengan anggapan yang begitu rendah karena mereka meremehkannya! Namun al-Aziz, menganggapnya sebagai permata yang tiada bernilai. Bahkanpun bila dibayar dengan tumpukan emas dan perak, takkan cukup.

Namun cobaan Yusuf akan terus mengejarnya.
وَرَٰوَدَتْهُ ٱلَّتِى هُوَ فِى بَيْتِهَا عَن نَّفْسِهِۦ وَغَلَّقَتِ ٱلْأَبْوَٰبَ وَقَالَتْ هَيْتَ لَكَ ۚ قَالَ مَعَاذَ ٱللَّهِ ۖ إِنَّهُۥ رَبِّىٓ أَحْسَنَ مَثْوَاىَ ۖ إِنَّهُۥ لَا يُفْلِحُ ٱلظَّٰلِمُونَ
"Dan perempuan yang ia (Yusuf) tinggal di rumahnya menggoda dirinya. Dan ia menutup pintu-pintu, lalu berkata, “Marilah mendekat kepadaku.” Yusuf berkata, “Aku berlindung kepada Allah, sungguh, tuanku telah memperlakukan aku dengan baik.” Sesungguhnya orang yang zhalim itu tak akan beruntung." - [QS.12:23]
Dalam teks Al-Quran, ada kata "al-murawadah", yang berarti berusaha merayu. Ini benar-benar berarti tipu-daya dan muslihat. Ini berarti persekongkolan dan berkomplot melawan seseorang dengan cara yang sangat halus dan menggunakan tipu-muslihat.
Yusuf dengan keyakinan, moralitas dan keshalihannya yang kuat, tak ingin mengkhianati atau menipu al-Aziz. Orang yang telah mengangkat martabatnya dan sangat murah-hati kepadanya. Orang yang menempatkannya di rumahnya dan menganggapnya seorang putra. Ia tak ingin mencampurkan kebaikan dengan kejahatan dan kedermawanan dengan pengkhianatan dan penipuan. Bila ada yang melakukannya, maka itulah kesalahan besar dan pelakunya takkan pernah sukses. Inilah moralitas seorang Muslim dalam segala keadaan.

Dengan tegas dan bermartabat, serta dengan kehormatan, kekuatan, dan keyakinan, Yusuf berkata, "Allah melarang! Sesungguhnya suamimu adalah majikanku! Ia membuat tempat persinggahanku menyenangkan! Sesungguhnya takkan ada kebaikan yang baik bagi mereka yang berbuat zhalim!" Namun wanita itu bersikeras dan telah mempersiapkan alternatif setiap kemungkinan. Istri al-Aziz telah mengambil keputusan. Ia menginginkan Yusuf dan Yusuf menginginkannya, jika bukan karena fakta bahwa Yusuf telah melihat tanda dari Rabb-nya.
وَلَقَدْ هَمَّتْ بِهِۦ ۖ وَهَمَّ بِهَا لَوْلَآ أَن رَّءَا بُرْهَٰنَ رَبِّهِۦ ۚ كَذَٰلِكَ لِنَصْرِفَ عَنْهُ ٱلسُّوٓءَ وَٱلْفَحْشَآءَ ۚ إِنَّهُۥ مِنْ عِبَادِنَا ٱلْمُخْلَصِينَ
"Dan sungguh, perempuan itu telah berkehendak kepadanya (Yusuf). Dan Yusuf pun berkehendak kepadanya, sekiranya ia tak melihat tanda (dari) Rabb-nya. Demikianlah, Kami palingkan darinya keburukan dan kekejian. Sungguh, ia (Yusuf) termasuk hamba Kami yang terpilih." - [QS.12:24]
Menghadapi keinginan tak terkendali wanita ini, Yusuf tak dapat berbuat apa-apa kecuali berusaha melarikan diri ke arah gerbang. Sang isteri majikan mengejarnya, merengkuhnya, dan di saat Yusuf berusaha membebaskan diri darinya, koyaklah di bagian belakang pakaiannya. Pakaian Yusuf kemudian menjadi hujjah ketidakbersalahannya, dan begitu juga sebelumnya, pakaian Yusuf pun menjadi hujjah oleh saudara-saudaranya.

Kemudian datanglah pertolongan di saat sang majikan, al-Aziz muncul di pintu, mengakhiri adegan yang menguntungkan Yusuf. Semua yang terjadi adalah dari karunia dan rahmat Allah. Ada sebagian tanda-tanda rahmat yang diberikan Allah kepada hamba dan penolongnya untuk memudahkan jalan mereka. Yang lain tergelincir dan tersandung dimana musuh-musuh Allah jatuh laksana seekor ngengat jatuh ke dalam perapian.
Oleh karena itu, kedatangan al-Aziz pada saat yang genting itu, tak diragukan lagi merupakan salah satu dari tanda-tanda Allah. Ini mewujudkan rahmat dan karunia Allah sebagaimana terungkapnya perlindungan yang terus-menerus bagi hamba yang sedang dipersiapkan untuk suatu tugas kenabian. Seorang Muslim takkan mau mengkhianati amanah atau memperdaya orang lain, dan jika musibah menimpanya, ia akan tabah. Juga, seorang Muslim takkan menyerah atau melemah menghadapi godaan.


وَٱسْتَبَقَا ٱلْبَابَ وَقَدَّتْ قَمِيصَهُۥ مِن دُبُرٍ وَأَلْفَيَا سَيِّدَهَا لَدَا ٱلْبَابِ ۚ قَالَتْ مَا جَزَآءُ مَنْ أَرَادَ بِأَهْلِكَ سُوٓءًا إِلَّآ أَن يُسْجَنَ أَوْ عَذَابٌ أَلِيمٌ
"Dan keduanya berlomba menuju pintu dan perempuan itu menarik baju gamisnya (Yusuf) dari belakang hingga koyak dan keduanya mendapati suami perempuan itu di depan pintu. Ia (perempuan itu) berkata, “Apakah balasan terhadap orang yang bermaksud buruk terhadap istrimu, selain dipenjarakan atau (dihukum) dengan siksa yang pedih?” - [QS.12:25]
قَالَ هِىَ رَٰوَدَتْنِى عَن نَّفْسِى ۚ وَشَهِدَ شَاهِدٌ مِّنْ أَهْلِهَآ إِن كَانَ قَمِيصُهُۥ قُدَّ مِن قُبُلٍ فَصَدَقَتْ وَهُوَ مِنَ ٱلْكَٰذِبِينَ
"Ia (Yusuf) berkata, “Ia yang menggodaku dan merayu diriku.” Seorang saksi dari keluarga perempuan itu memberikan kesaksian, “Jika baju gamisnya koyak di bagian depan, maka perempuan itu benar, dan ia (Yusuf) termasuk orang yang dusta." - [QS.12:26]
وَإِن كَانَ قَمِيصُهُۥ قُدَّ مِن دُبُرٍ فَكَذَبَتْ وَهُوَ مِنَ ٱلصَّٰدِقِينَ
"Dan jika baju gamisnya koyak di bagian belakang, maka perempuan itulah yang dusta, dan ia (Yusuf) termasuk orang yang benar.” - [QS.12:27]
فَلَمَّا رَءَا قَمِيصَهُۥ قُدَّ مِن دُبُرٍ قَالَ إِنَّهُۥ مِن كَيْدِكُنَّ ۖ إِنَّ كَيْدَكُنَّ عَظِيمٌ
"Maka ketika ia (suami perempuan itu) melihat baju gamisnya (Yusuf) koyak di bagian belakang, ia berkata, “Sesungguhnya ini adalah tipu dayamu. Tipu dayamu benar-benar hebat.” - [QS.12:28]
يُوسُفُ أَعْرِضْ عَنْ هَٰذَا ۚ وَٱسْتَغْفِرِى لِذَنۢبِكِ ۖ إِنَّكِ كُنتِ مِنَ ٱلْخَاطِـِٔينَ
"Wahai Yusuf! ”Lupakanlah ini, dan (istriku) mohonlah ampunan atas dosamu, karena engkau termasuk orang yang bersalah.” - [QS.12:29]
Al-Aziz, seorang Menteri Keuangan Mesir, dengan wawasan, ilmu, dan keahliannya, melihat kedermawanan dan moralitas Yusuf yang baik. Ini membuatnya bersaksi bahwa Yusuf mengatakan yang sebenarnya. Ada mufassir yang menyebutkan bahwa, ada seorang bayi di rumah itu dan sang orok mendukung kesaksian Yusuf. Hal ini diriwayatkan oleh Abu Hurairah dan Ibnu Abbas, (رضی اللہ عنھم)
Isteri sang majikan berusaha sekuat tenaga, membela kesucian dan kehormatannya dengan meminta agar Yusuf dipenjara atau dijatuhi hukuman yang berat. Yusuf, yang sungguh-sungguh dengan Rabb-nya, dengan tegas dan percaya-diri, membela diri dengan mengatakan. "Ia yang berusaha merayuku dari diriku yang sebenarnya."
Yuusuf mengatakan ini tanpa perlu mengkonfirmasi kebenaran dengan penekanan, penggelapan, atau dengan bersumpah. Ia membiarkan kebenaran mengalir sesuai sifatnya, tanpa perlu mengikuti cara orang-orang yang berdusta dan berbohong dengan bersumpah dan berbicara terlalu banyak untuk menyembunyikan kebenaran dengan kebathilan. Inilah cara bagi seorang Muslim dalam hidupnya. Jalannya haruslah menjadi jalan kebenaran dan perkataannya haruslah benar, dan ia tak perlu takut mematuhi kebenaran atau menyerukannya.
Dengan demikian, dapat kita lihat bahwa Yusuf terbukti tak bersalah. Ia bebas dari kebohongan dan tuduhan yang dikatakan istri al-Aziz. Kearifan, keahlian, dan pengalaman al-Aziz dalam banyak hal diwujudkan saat ia mendekati istrinya, tak menuduhnya, melainkan untuk menunjukkan sifat universal dari sifat ini terhadap seorang wanita.
Suaminya berkata, "Lihatlah! Inilah jerat kalian, wahai perempuan! Sesungguhnya, jeratmu amatlah kuat!" Kemudian al-Aziz menggabungkan nasihat, bimbingan, dan celaan untuk istrinya, berbalik kepada Yusuf dan berkata, "Wahai Yusuf, lepaskanlah ini!"
Ini berarti bahwa Yusuf harus menghindar dari membicarakan masalah ini. Kemudian, al-Aziz menoleh kepada istrinya, ia berkata, "Wahai istriku, mohonlah ampunan atas dosa-dosamu, karena engkau benar-benar bersalah!"
Dalam teks Al-Qur'an, kata "al-khatin" berarti, "sebenarnya, engkau diantara orang-orang yang bersalah." Ini digunakan sebagai ganti al-khtiaat yang berarti "sebenarnya, engkau diantara kaum perempuan yang bersalah." Ini dilakukan sebagai peringanan atau pengurangan tuduhan yang ditujukan padanya, menjadikan dosa ini berlaku bagi siapapun, kaum lelaki maupun perempuan, karena setiap anak Adam dapat jatuh ke dalam lembah dosa. Ia hendakya mengakui dosanya, setidaknya untuk dirinya sendiri, dan memohon Rabbnya agar memberi ampunan dan taubat.

Kejadian ini segera menyebar dalam bentuk risik di bibir penduduk penjuru negeri. Ini terjadi, walau peristiwa itu hanya diketahui oleh kalangan yang sangat tertutup, termasuk al-Aziz, istrinya, dan Yusuf. Di antara penduduk itu, para wanita adalah mayoritas dari para pencari rahasia rumah-tangga dan merekalah yang paling mampu mengungkap rahasia ini dan membocorkannya. Peristiwa keluarga al-Aziz segera masyhur di kalangan wanita dan menjadi tema bahan gunjingan.
وَقَالَ نِسْوَةٌ فِى ٱلْمَدِينَةِ ٱمْرَأَتُ ٱلْعَزِيزِ تُرَٰوِدُ فَتَىٰهَا عَن نَّفْسِهِۦ ۖ قَدْ شَغَفَهَا حُبًّا ۖ إِنَّا لَنَرَىٰهَا فِى ضَلَٰلٍ مُّبِينٍ
"Dan perempuan-perempuan di kota berkata, “Istri Al-Aziz menggoda dan merayu pelayannya untuk menundukkan dirinya, pelayannya benar-benar membuatnya mabuk cinta. Kami pasti memandang ia dalam kesesatan yang nyata.”" - [QS.12:30]
Ketika buah-mulut ini mencapai al-Aziz dan istrinya, sang istri berpikir-keras bagaimana menjebak wanita-wanita yang sedang menggujingkan dirinya. Iapun menyiapkan makanan dan tempat duduk yang nyaman bagi mereka, dan ia memberi semuanya pisau untuk digunakan saat mereka makan. Ia kemudian meminta Yusuf agar muncul selagi mereka lalai.
Ketika Yusuf berada di hadapan mereka, tampaklah sajian ketampanan, tanpa sadar, mereka mengiris tangan mereka saat memandangnya. Setelah memenuhi penglihatan mereka dengan wujud malaikat Yusuf, tersadarlah mereka bahwa luka mereka berdarah. Dari dalam lubuk hati yang terdalam, merekapun menjerit.
فَلَمَّا سَمِعَتْ بِمَكْرِهِنَّ أَرْسَلَتْ إِلَيْهِنَّ وَأَعْتَدَتْ لَهُنَّ مُتَّكَـًٔا وَءَاتَتْ كُلَّ وَٰحِدَةٍ مِّنْهُنَّ سِكِّينًا وَقَالَتِ ٱخْرُجْ عَلَيْهِنَّ ۖ فَلَمَّا رَأَيْنَهُۥٓ أَكْبَرْنَهُۥ وَقَطَّعْنَ أَيْدِيَهُنَّ وَقُلْنَ حَٰشَ لِلَّهِ مَا هَٰذَا بَشَرًا إِنْ هَٰذَآ إِلَّا مَلَكٌ كَرِيمٌ
"Maka ketika perempuan itu mendengar cercaan mereka, diundangnyalah perempuan-perempuan itu dan disediakannya tempat duduk bagi mereka, dan kepada masing-masing mereka diberikan sebuah pisau (untuk memotong jamuan), kemudian ia berkata (kepada Yusuf), “Keluarlah (tampakkanlah dirimu) kepada mereka.” Ketika perempuan-perempuan itu melihatnya, mereka terpesona kepada (keelokan rupa)nya, dan mereka (tanpa sadar) melukai tangannya sendiri. Seraya berkata, “Mahasempurna Allah, ini bukanlah manusia. Ini benar-benar malaikat yang mulia." - [QS.12:31]
Isteri al-Azis berkata bahwa seyogyanya janganlah ia dipersalahkan atau dicela setelah apa yang mereka lihat. Yusuf diberkahi dengan sebagian keindahan seperti yang telah dibuktikan dalam riwayat Isra' Mi'raj Rasulullah. (ﷺ). Istri al-Aziz membuktikan tanpa ragu bahwa ia mendambakan Yusuf karena wujudnya yang tampan, tingkah lakunya, dan moralitasnya. Ia mengaku telah berusaha merayu Yusuf sedalam-dalamnya.
قَالَتْ فَذَٰلِكُنَّ ٱلَّذِى لُمْتُنَّنِى فِيهِ ۖ وَلَقَدْ رَٰوَدتُّهُۥ عَن نَّفْسِهِۦ فَٱسْتَعْصَمَ ۖ وَلَئِن لَّمْ يَفْعَلْ مَآ ءَامُرُهُۥ لَيُسْجَنَنَّ وَلَيَكُونًا مِّنَ ٱلصَّٰغِرِينَ
"Ia (istri Al-Aziz) berkata, “Itulah orangnya yang menyebabkan kamu mencela aku karena (aku tertarik) kepadanya, dan sungguh, aku telah menggoda untuk menundukkan dirinya tetapi ia menolak. Jika ia tak melakukan apa yang aku perintahkan kepadanya, niscaya ia akan dipenjarakan, dan ia akan menjadi orang yang hina”." - [QS.12:32]
Penambahan al-Aziz dalam ayat ini, untuk menunjukkan betapa besarnya lingkaran dosa dari peristiwa tersebut. Khalayak lebih suka mendengarkan cerita-cerita tentang mereka yang berkuasa.
Kita dapat menyimpulkan dari kejadian ini, bahwa siapapun yang berada di posisi yang tinggi, dituntut agar lebih peduli menjaga nama-baiknya dibanding apapun yang lain, dan hendaknya menjadi teladan dalam masalah apapun. Tetapi Yusuf yang shalih dan takut akan Allah, yang sedang dipersiapkan oleh Allah untuk menyampaikan risalah-Nya, menantang kekuasaan sang nyonya rumah dengan kembali kepada Allah agar memberinya rahmat, perhatian, dan perlindungan, serta untuk menjauhkan kejahatan darinya.
قَالَ رَبِّ ٱلسِّجْنُ أَحَبُّ إِلَىَّ مِمَّا يَدْعُونَنِىٓ إِلَيْهِ ۖ وَإِلَّا تَصْرِفْ عَنِّى كَيْدَهُنَّ أَصْبُ إِلَيْهِنَّ وَأَكُن مِّنَ ٱلْجَٰهِلِينَ
"Yusuf berkata, “Wahai Rabb-ku! Penjara lebih aku sukai daripada memenuhi ajakan mereka. Jika aku tak Engkau hindarkan dari tipu-daya mereka, niscaya aku akan cenderung untuk (memenuhi keinginan mereka) dan tentu aku termasuk orang yang bodoh.” - [QS.12.33]
Orang yang berlindung kepada Allah dan berada di bawah perlindungannya dan sungguh-sungguh dalam imannya, tentulah permohonannya dikabulkan Allah.
فَٱسْتَجَابَ لَهُۥ رَبُّهُۥ فَصَرَفَ عَنْهُ كَيْدَهُنَّ ۚ إِنَّهُۥ هُوَ ٱلسَّمِيعُ ٱلْعَلِيمُ
"Maka Rabb-nya memperkenankan doa Yusuf, dan Dia menghindarkan Yusuf dari tipu-daya mereka. Dialah Yang Maha Mendengar, Maha Mengetahui." - [QS.12:34]
Seorang Muslim hendaknya selalu memohon perlindungan kepada Allah dan berdoa dengan tulus kepada-Nya. Seorang Muslim tak boleh berlindung pada manusia seperti dirinya, bahkan jika orang-orang seperti itu benar-benar mewujudkan kekuasaan dan kekuatan duniawi. Mereka, seperti dirinya sendiri, tiada daya.
Jika Allah telah memutuskan, maka tak dapat dimajukan atau ditunda, dan tak dapat ditolak oleh kejahatan atau bahaya, kecuali atas perintah Allah.
Yusuf memilih penjara untuk menghindari bujuk-rayu. Inilah yang diputuskan Allah agar menjauhkannya dari situasi yang menggoda. Dalam hadits Shahih al-Bukhari, Rasulullah (ﷺ) bersabda,
سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمُ اللَّهُ تَعَالَى فِي ظِلِّهِ يَوْمَ لاَ ظِلَّ إِلاَّ ظِلُّهُ إِمَامٌ عَدْلٌ، وَشَابٌّ نَشَأَ فِي عِبَادَةِ اللَّهِ، وَرَجُلٌ قَلْبُهُ مُعَلَّقٌ فِي الْمَسَاجِدِ، وَرَجُلاَنِ تَحَابَّا فِي اللَّهِ اجْتَمَعَا عَلَيْهِ وَتَفَرَّقَا عَلَيْهِ، وَرَجُلٌ دَعَتْهُ امْرَأَةٌ ذَاتُ مَنْصِبٍ وَجَمَالٍ فَقَالَ إِنِّي أَخَافُ اللَّهَ، وَرَجُلٌ تَصَدَّقَ بِصَدَقَةٍ فَأَخْفَاهَا حَتَّى لاَ تَعْلَمَ شِمَالُهُ مَا تُنْفِقُ يَمِينُهُ، وَرَجُلٌ ذَكَرَ اللَّهَ خَالِيًا فَفَاضَتْ عَيْنَاهُ
"Tujuh orang akan dinaungi oleh Allah dibawah naungan-Nya pada hari dimana tida lagi naungan selain milik-Nya. Mereka itu: (1) penguasa yang adil; (2) seorang pemuda yang telah dibesarkan menyembah Allah, (yaitu hanya menyembah Allah (tanpa sekutu) dengan tulus dari masa kecilnya), (3) seorang lelaki yang hatinya melekat pada masjid (yang mengerjakan shalat wajib ima waktu berjamaah di masjid); (4) dua orang yang saling mencintai hanya karena Allah dan mereka bertemu dan berpisah hanya karena Allah; (5) seorang lelaki yang menolak ajakan seorang bangsawan wanita cantik untuk berzinah dengannya dan berkata, "Aku takut kepada Allah"; (6) seseorang yang bersedekah dengan diam-diam sehingga tangan kirinya tak tahu apa yang telah diberikan tangan kanannya (yaitu tiada yang tahu berapa banyak yang ia sedekahkan). (7) seseorang yang mengingat Allah dalam kesendirian dan matanya berlinang air mata."
Cobaan berat yang dialami Yusuf berikutnya adalah hukuman penjara. Ini semua direncakan oleh istri al-Aziz sendiri, setelah tentu saja, atas seizin Allah.
ثُمَّ بَدَا لَهُم مِّنۢ بَعْدِ مَا رَأَوُا۟ ٱلْءَايَٰتِ لَيَسْجُنُنَّهُۥ حَتَّىٰ حِينٍ
"Kemudian timbul pikiran pada mereka setelah melihat tanda-tanda (kebenaran Yusuf) bahwa mereka harus memenjarakannya sampai waktu tertentu." - [12:35]
[Bagian 6]