Jumat, 29 Oktober 2021

Yang Dua Pergi, Yang Satu Tinggal (2)

'Pendamping ketiga,' lanjut sang penguin. 'Amal-perbuatan seseorang. Pendamping ini akan tinggal, mengikuti seseorang ke alam Barzakh. Amal-amal tersebut, masuk ke relung kubur bersama orang yang meninggal, dan tetap menyertainya di dalam pesara, dan ketika ia dibangkitkan, juga sewaktu ia menunggu di Hari Kiamat, serta saat menyeberangi al-Sirat, bahkanpun begitu ditimbang dalam al-Mizan. Dengan amal-amal seseorang, derajat seseorang di Surga atau Neraka, akan ditentukan.
Amal-shalih itu, persiapan bagi pendampingnya di dalam kubur, karena di dalam pusaranya, tiada tempat-tidur, bantal, atau perabotan. Sehingga, setiap orang, akan menjadikan amal-amalnya sebagai tempat-tidur dan bantalnya, baik itu perbuatan-baik maupun buruk.
Jadi, orang yang berakal itu, orang yang mempersiapkan rumahnya, yang akan didiaminya selama-lamanya. Walau ia mempersiapkan rumah kekalnya dengan menghancurkan rumah duniawinya, yang akan seketika ia tinggalkan, dirinya tetap akan mendapat keuntungan.

Sebagian salaf berkata, 'Bekerjalah demi kehidupan ini dalam hal berapa lama engkau akan tinggal di dalamnya, dan bekerjalah demi kehidupan berikutnya yang terkait dengan berapa lama engkau akan tinggal di dalamnya,' Yang lain berkata, 'Anak Adam punya dua rumah, rumah di atas bumi, dan rumah di dalam bumi. Maka, ia mengunjungi rumahnya di atas bumi, menghiasi dan memperindahnya, dan membuat banyak pintu di kanan-kirinya, dan menjadikannya nyaman di musim dingin dan musim panas. Kemudian, ia pergi ke rumah yang ada di dalam bumi dan merusaknya! Lantas, bila ia ditanya, 'Berapa lama engkau akan tinggal di rumah yang telah engkau perlengkapi itu?' Ia akan berkata, 'Aku tak tahu.' Namun bila ia ditanya, 'Berapa lama engkau akan tinggal di rumah yang engkau hancurkan itu?' Ia akan berkata, 'Selamanya!' 'Engkau membenarkannya, dan engkau mengaku sebagai orang cerdas dan penuh pemahaman!?'
Al-Bara' bin 'Azib berkisah, 'Kami keluar bersama Rasulullah (ﷺ) mengiringi jenazah seorang kalangan Anshar. Kami tiba di pemakaman, dan saat itu, liang lahadnya sedang dipersiapkan. Rasulullah (ﷺ) duduk. Kami pun ikut duduk di sekitar beliau (ﷺ) dalam keadaan terdiam, tak bergerak. Seakan-akan di atas kepala kami ada burung yang kami khawatirkan terbang. Di tangan Rasulullah (ﷺ) ada sebuah ranting yang digunakannya mencocok-cocok tanah. Mulailah beliau (ﷺ) menatap ke langit dan melihat ke bumi, mengangkat pandangannya dan menunduk sebanyak tiga kali. Kemudian bersabda, 'Hendaklah kalian memohon perlindungan kepada Allah dari adzab kubur,' beliau (ﷺ) mengucapkannya sebanyak dua atau tiga kali, lalu beliau (ﷺ) berdoa, 'Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari adzab kubur,' pinta beliau (ﷺ) sebanyak tiga kali.
Selanjutnya, beliau (ﷺ) bersabda, 'Sesungguhnya, seorang hamba yang mukmin, sewaktu akan meninggalkan dunia dan menuju ke alam akhirat, turun kepadanya para malaikat dari langit. Wajah-wajah mereka putih laksana mentari. Mereka membawa kain kafan dan wewangian dari surga. Mereka duduk dekat sang mukmin, sejauh mata memandang. Kemudian datanglah Malaikat Maut, duduk di sisi kepala sang mukmin seraya berkata, 'Wahai jiwa yang baik, keluarlah menuju ampunan dan keridhaan Allah.'
Sang ruh yang baik pun, bercucuran keluar bagaikan mengalirnya tetesan air dari mulut wadah-kulit. Malaikat Maut mengambilnya. [Dalam sebuah riwayat disebutkan: Hingga ketika keluar ruh dari jasadnya, seluruh malaikat di antara langit dan bumi serta seluruh malaikat yang ada di langit mendoakannya. Lalu dibukakan untuknya pintu-pintu langit. Tiada seorang pun malaikat yang menjaga pintu malaikat terkecuali fardu berdoa kepada Allah agar ruh sang mukmin diangkat melintasi mereka]. Saat sang ruh yang telah dibawa oleh Malaikat Maut, tak dibiarkan sekejappun berada di tangannya, melainkan segera diambil oleh para malaikat yang berwajah-putih. Mereka membalut sang ruh di dalam kafan dan wewangian yang mereka bawa. Dan keluarlah dari ruh tersebut, wangi yang paling semerbak dari aroma wewangian yang pernah tercium di muka bumi. Kemudian para malaikat membawa naik sang ruh. Tidaklah mereka melewati sekelompok malaikat kecuali pasti ditanya, 'Siapakah ruh yang baik ini?' Para malaikat yang membawanya menjawab, 'Fulan bin Fulan,' disebut namanya yang paling bagus, yang dulunya ketika di dunia, orang-orang memanggilnya dengan nama tersebut. Demikian, hingga rombongan itu sampai ke langit dunia. Merekapun meminta dibukakan pintu langit agar dapat membawa sang ruh. Lantas dibukakanlah pintu langit. Penghuni setiap langit turut mengantarkan sang ruh hingga ke langit berikutnya, seterusnya sampai di langit ke-tujuh. Allah berfirman, 'Catatlah amal hamba-Ku ini di ‘Illiyin dan kembalikanlah ia ke bumi, karena dari tanahlah mereka Aku ciptakan, ke dalam tanahlah mereka akan Aku kembalikan, dan dari dalam tanahlah mereka akan Aku keluarkan sekali lagi.'
Sang ruh pun dikembalikan ke dalam jasadnya yang terkubur di dalam bumi. Maka sungguh, ia mendengar suara sandal orang-orang yang mengantarkannya ke pemakaman di saat mereka berlalu meninggalkannya. Kemudian ia didatangi dua orang malaikat yang sangat keras senggakannya, keduanya menghardik, mendudukkannya, lalu menanyakan padanya, 'Siapa Rabbmu?' Ia menjawab, 'Rabbku, Allah.' Ditanya lagi, 'Apa agamamu?' 'Agamaku Islam,' jawabnya. 'Siapa lelaki yang diutus di tengah kalian?' tanya kedua malaikat lagi, 'Beliaulah Rasulullah (ﷺ),' jawabnya, 'Apa amalmu?' pertanyaan berikutnya. 'Aku membaca Kitabullah, lalu aku beriman dan membenarkannya,' jawabnya. Inilah ujian akhir yang diperhadapkan kepada seorang mukmin dan Allah menguatkannya.
Terdengarlah suara penyeru dari langit yang menyerukan, 'Telah benar hamba-Ku. Maka bentangkanlah baginya permadani surga. Pakaikanlah ia pakaian surga, dan bukakan untuknya sebuah pintu ke surga!'
Lalu merebaklah kepada sang mukmin, wangi dan bebauan surga, serta dilapangkan baginya, barzakhnya, sejauh mata memandang. Selanjutnya, ia ditemui oleh seseorang yang sangat bajik wajahnya, berpakaian bagus dan beraroma harum, seraya berkata, 'Bergembiralah dengan apa yang menggembirakanmu. Inilah harimu yang pernah dijanjikan kepadamu.'
Sang mukmin bertanya dengan heran, 'Siapakah engkau? Wajahmu itu, rupa yang membawa kebajikan.'
'Akulah amal-shalihmu. Demi Allah, aku tak kenal dirimu melainkan seorang yang bersegera menaati Allah, dan ayal dalam bermaksiat. Semoga Allah membalasmu dengan kebajikan,” jawab yang ditanya.
Kemudian, dibukakanlah untuknya, sebuah pintu surga dan sebuah pintu neraka, lalu disampaikan, 'Inilah tempatmu andai engkau dulu bermaksiat, lalu Allah menggantikan bagimu dengan surga ini.' Maka bila sang mukmin melihat apa yang ada di dalam surga, ia pun berdoa, 'Duhai Rabbku, segerakanlah datangnya Hari Kiamat, agar aku dapat kembali kepada keluarga dan hartaku.'
Dibilangkan kepadanya, 'Menetaplah engkau.'

Rasulullah (ﷺ) melanjutkan pemaparan beliau (ﷺ) tentang perjalanan ruh. Beliau (ﷺ) bersabda, 'Sesungguhnya, seorang hamba yang fajir [suka bermaksiat dan pendosa], jika akan meninggalkan dunia dan menuju ke alam akhirat, turun kepadanya dari langit para malaikat yang keras, kaku, dan berwajah legam. Mereka membawa kain yang kasar dari neraka. Mereka duduk dekat sang fajir sejauh mata memandang. Kemudian datanglah Malaikat Maut hingga duduk di sisi kepala sang fajir sembari berkata, 'Hai jiwa yang buruk, keluarlah menuju kemurkaan dan kemarahan Allah!'
Sang ruh yang buruk pun berpencar dalam jasadnya, lalu ditarik oleh Malaikat Maut laksana dicabutnya belati yang banyak cabangnya, menembus wol yang basah, hingga tercabik-cabik urat-nadinya. Seluruh malaikat di antara langit dan bumi, serta seluruh malaikat yang ada di langit, melaknat. Pintu-pintu langit ditutup. Tiada seorang malaikat-penjaga pintu pun kecuali berdoa kepada Allah agar ruh sang fajir tak diangkat melintasi mereka. Lalu Malaikat Maut mengambil sang ruh yang telah berpisah dengan jasadnya, namun tak dibiarkan sekejappun berada di tangan sang Malaikat Maut, melainkan segera diambil oleh para malaikat yang berwajah legam, lalu dibasung dalam kain yang kesat. Dan keluarlah dari sang ruh, bau bangkai yang paling busuk yang pernah ditemui di muka bumi. Lantas, para malaikat membawa ruh tersebut naik. Tidaklah mereka melintasi sekelompok malaikat kecuali pasti ditanya, 'Siapakah ruh yang busuk ini?' Para malaikat yang membawanya, menjawab, 'Fulan bin Fulan,' disebut namanya yang paling hina, yang dulu ketika di dunia, ia dinamakan dengannya. Demikian, sesampai rombongan tersebut ke langit dunia, mereka pun meminta dibukakan pintu langit agar dapat membawa sang ruh, walakin tak dibukakan.'
Rasulullah (ﷺ) lalu membaca ayat,
لَا تُفَتَّحُ لَهُمْ اَبْوَابُ السَّمَاۤءِ وَلَا يَدْخُلُوْنَ الْجَنَّةَ حَتّٰى يَلِجَ الْجَمَلُ فِيْ سَمِّ الْخِيَاطِ
'... takkan dibukakan pintu-pintu langit bagi mereka, dan mereka takkan masuk surga, sebelum unta masuk ke dalam lubang jarum ...' [QS. Al-A'raf (7):40]
Allah berfirman, ‘Catatlah amalnya di Sijjin, di bumi yang paling bawah dan kembalikanlah ia ke bumi, karena dari tanahlah mereka Aku ciptakan, ke dalam tanahlah mereka akan Aku kembalikan, dan dari dalam tanahlah mereka akan Aku keluarkan sekali lagi.' Lalu sang ruh pun dicampakkan.
Kemudian Rasulullah (ﷺ) membaca,
وَمَنْ يُّشْرِكْ بِاللّٰهِ فَكَاَنَّمَا خَرَّ مِنَ السَّمَاۤءِ فَتَخْطَفُهُ الطَّيْرُ اَوْ تَهْوِيْ بِهِ الرِّيْحُ فِيْ مَكَانٍ سَحِيْقٍ
'... Barangsiapa mempersekutukan Allah, maka seakan-akan ia jatuh dari langit, lalu disambar oleh burung, atau diterbangkan angin ke tempat yang jauh.' [QS. Al-Hajj (22):31]
Beliau 
(ﷺ) bersabda, 'Sang ruh pun dikembalikan ke dalam jasadnya yang terkubur di dalam bumi. Lalu ia ditemui dua malaikat yang sangat keras senggakannya. Keduanya menghardik, mendudukkannya dan bertanya, 'Siapa Rabbmu?' Ia menjawab, 'Celaka, celaka! Aku tak tahu.' Ditanya lagi, 'Apa agamamu?' 'Celaka, celaka! Aku tak tahu,' jawabnya. 'Siapakah lelaki yang diutus di tengah kalian?' bertanya lagi kedua malaikat. Kembali ia menjawab, 'Celaka, celaka! Aku tak tahu.'
Terdengar suara penyeru dari langit, menyerukan, 'Telah mendustakan orang itu. Maka bentangkanlah hamparan neraka dan singkapkan sebuah pintu ke neraka untuknya!'
Lalu merebaklah padanya hawa-panas neraka dan disempitkan kuburnya hingga tulang rusuknya berpautan. Kemudian seorang buruk rupa, berpakaian jelek dan beraroma busuk, mendatangi sambil berkata, 'Bergembiralah dengan apa yang mencemarkanmu. Inilah harimu yang pernah dijanjikan kepadamu.'
Sang fajir bertanya dengan heran, 'Siapakah engkau? Wajahmu itu, rupa yang datang membawa kecemaran.”
'Akulah amal-burukmu. Demi Allah, aku tak kenal dirimu melainkan sebagai orang yang sangat payah menaati Allah, namun bersegera dalam maksiat. Semoga Allah mengganjarmu dengan kenistaan,' jawab yang ditanya.
Kemudian didatangkan padanya, orang yang buta, bisu, tuli pula. Di tangannya, ada sebuah tongkat dari besi yang, bila dihantamkan ke sebuah Jabal, niscaya 'kan lantak jadi debu. Lalu sang buta, bisu dan tuli, menghantam sang fajir dengan sekali hantaman, sampai ia luluh jadi serdak. Kemudian Allah mengembalikan jasadnya seperti semula, lalu dihantam lagi dengan hantaman berikutnya. Ia pun menjerit dengan jeritan yang terdengar oleh seluruh makhluk, kecuali jin dan manusia. Kemudian disingkapkan untuknya sebuah pintu neraka dan dibentangkan hamparan neraka, maka ia pun berdoa, 'Wahai Rabbku! Janganlah engkau segerakan Hari Kiamat.” [Sunan Abu Dawud; Shahih menurut Al-Albani]

Amal-shalih seorang mukmin, akan datang menemuinya dalam bentuk yang paling baik, dan menyampaikan berita gembira dari Allah, sedangkan orang kafir dan para pendosa, akan sebaliknya.
Amal-amal shalih seorang mukmin, mengelilinginya di alam kubur, Rasulullah (ﷺ) bersabda, 'Demi Dzat Yang jiwaku ada dalam Genggaman-Nya, ia [orang yang sudah meninggal] mendengar suara alas-kaki mereka saat berjalan meninggalkan pesaranya. Jika ia seorang mukmin, maka shalatnya dekat dengan kepalanya, zakatnya di sebelah kanannya, puasanya di sebelah kirinya, dan amal shalih dan kebaikannya terhadap manusia, ada di kakinya. Ia akan diserang dari arah kepalanya, namun doa akan berkata, 'Engkau tak boleh masuk dari arahku.'
Lantas Rasulullah (ﷺ) juga menyebutkan bahwa amal-amal yang lain, akan mengatakan hal yang sama. Beliau (ﷺ) kemudian bersabda tentang orang tak beriman, 'Ia akan diserang dari segala arah, dan tak ada yang melindunginya, dan ia akan duduk di sana, ketakutan.' [HR Ibnu Hibban, Al-Hakim menilainya Shahih dan Adz-Dzahabi sepakat dengannya]

Penguin pertama berdiri dan mewartakan, 'Duhai saudara-saudariku, tolaklah dunia ini, sebab ia telah mengingkari orang-orang yang lebih terpikat olehnya dibanding engkau. Ambillah pelajaran dari orang-orang terdahulu, sebelum engkau menjadi pelajaran bagi orang-orang yang akan datang setelahmu. Dunia ini memabukkan dan memikat, dan senandung sifat melekat manusia mendukungnya, oleh karena itu, kelengahan mereka yang meminumnya, menjadi lebih kuat, sampai musim laba telah berlalu. Setelah itu, mereka bangun dari ketidaksadaran, cuma untuk bersiap menghadapi adzab; perasaan sedih menyelimuti mereka, walau kenyataan dari segala kebaikan, telah mereka lewatkan. Di Akhirat, cukuplah sebagai pecutan, fakta yang mereka rasakan hanya setelah kematian.
Celakalah engkau; kematian itu, laksana gegana, dan rambut-uban itu, tetesan air-hujannya. Barangsiapa mencapai usia tujuh puluh, akan mengeluh nyeri, tiada sebab, maka orang yang berakal itu, orang yang terbangun dalam ketakutan, karena menyadari dekatnya kematian.

Duhai engkau, kehidupan ini, ada di belakangmu, dan di hadapanmu, Akhirat; dan bila mengejar apa yang ada di belakang, itulah kemunduran dan kekalahan, sedangkan kemenangan, terletak pada, maju ke depan dengan keinginan yang kuat. Air-bah kematian telah tiba, maka naiklah ke bahtera kebenaran dan jangan mendampingi harapan 'Kan'an,' sebab Kan'an, putra Nabi Nuh, 'alaihissalam, tenggelam dalam air-bah, lantaran ia menyangka dapat bertahan hidup jika ia telah sampai di puncak gunung. Celakalah engkau, perhatikanlah dan mulailah memaslahatkan diri dari umurmu, sebab berapa lamakah makhluk duniawi hidup dalam kebimbangan?
Penyakit-penyakit yang menyengsarakan, tentu menyebabkan tubuh jadi lemah dan kerempeng, dan engkau tampak seolah berada dalam kuburanmu sendiri, berbaring di ranjang penyesalan, padahal itu, wallaahi, lebih kasar dari batu. Maknanya, tanamlah benih amal-shalih selama musim semi kehidupan, sebelum timbulnya kegersangan yang menimpa lahan tubuhmu, dan kumpulkan amal-shalih di masa mampumu, sisihkan sebelum masa layuh dan loyo tiba.
Persiapkan perbekalanmu sebelum bepergian, agar engkau tak menderita kepapaan selama perjalanan, dimana tiada makanan yang bisa dimakan. Waspadalah, waspadalah, berada dalam keadaan dimana engkau akan termasuk orang-orang yang Allah firmankan tentang apa yang akan mereka ucapkan di Hari Pembalasan.
Orang yang bijak dan tegas itu, orang yang memperoleh bekal amal-shalih sebelum masa ia kembali pulang ke haribaan Rabb-nya. Akar dari pohon keinginan-kuat dan keteguhan itu, bijaksana dan punya pemikiran yang tanggap, cabang-cabangnya mencari nasihat atas permasalahan yang sulit, dan buahnya, mengambil keuntungan dari peluang yang ada, dan hilangnya kesempatan itu sendiri, sudahlah cukup sebagai penyebab penyesalan.'"