"Graha bercerita padaku, ''Suatu hari, Katak dan Kodok kehujanan. Mereka berlari ke rumah Katak. 'Baju ane basah,' kata Kodok.' Rusak deh semua.'" ungkap Swara, usai mengucapkan Ta'awwudz dan Basmalah, serta menyapa dengan Salam, kala ia mengunjungi sang Pungguk, menyulih sang Purnama yang tersamar oleh kabut musim hujan.'Minumlah teh dan kue,' saran Katak. 'Hujan bakalan berhenti. Kalau ente berdiri di dekat kompor, pakaian ente bakalan cepat kering. Sambil 'nunggu, mau nggak ente dengerin c'rita ane,' tanya Katak. 'Oh, bagus,' jawab Kodok.'Sewaktu ane masih kecil, gak lebih besar dari berudu,' lanjut Katak, 'Babe ane bilang begini, ''Ntong, ini hari yang dingin dan kelabu, tapi musim semi 'udah deket.'Ane pingin banget musim semi datang. Ane keluar buat nyari sebuah sudut-pandang. Ane berjalan menyusuri jalan setapak di hutan sampai ane tiba di sebuah sudut. Ane pergi ke sudut buat ngeliat, musim semi 'udah datang atawa belum.''Udah datang?' tanya Kodok. 'Kagak,' jawab Katak. 'Cuman ada pohon pinus, tiga kerikil dan sedikit rumput kering.Pohon Pinus, bercerita tentang apa yang ia dengar dari para manusia, 'Setiap kali aku mendengar omongan seorang pemimpin rezim dari negeri yang terletak di garis-khatulistiwa, aku teringat percakapan dua orang lelaki di kala mereka hendak sarapan. Lelaki pertama berkata kepada yang lain seraya memegang sekotak makanan-gandum tak bermerek, 'Loe tau gak! Makanan ini, kagak ada lemak, transfat, kolesterol, natrium, gula, karbohidrat, kafein, gandum, kacang-kacangan, nitrat, dan sebagainya.''Trus, apa dong isinya?' tanya lelaki yang satunya.Mengambil kotak itu, membaliknya dan mengguncangnya, lelaki pertama berkata, 'KOSONG!'Salah satu dari tiga kerikil itu, ngomong begini, dari apa yang ia dengar dari para manusia, 'Rezim di negeri Zamrud ini, semakin totaliter dan membangun sebuah kartel, mengingatkanku pada seorang calon anggota partai, yang ditanya selama wawancara,' Pernahkah Saudara menjadi anggota geng kriminal?' Seketika ia menjawab, 'Tidak, tak pernah Pak .... Ini, kali pertama bagiku!'Batu kerikil kedua, berkata begini padaku, dari apa yang ia dengar dari para manusia, 'Rezim di negeri Zamrud ini, semakin totaliter, mereka mengikuti ajaran Mao Zedong dan karya Stalin, pula, sedikit strategi perang Sun Tzu. Aku teringat ketika tak lama setelah Lenin dimakamkan di mausoleum, sebuah pipa pecah di dekatnya dan membanjiri mausoleum dengan kotoran yang beraroma tak sedap. Kala Patriark Tikhon dari Moskow menerima khabar tentang kecelakaan itu, ia menyatakan, 'Abu jadi abu, debu jadi debu.'Kerikil terakhir menyahut, dari apa yang ia dengar dari para manusia, 'Rezim di negeri Zamrud ini semakin totaliter dan ingin tetap berkuasa. Aku teringat ketika pada suatu waktu, ada formulir beredar yang berisi pertanyaan, 'Bagaimana sikap Anda terhadap perpanjangan periode ketiga?' Pada awalnya, jawaban orang-orang, beragam, 'Kami mendukung,' 'Kami mengakui,' dan cuma sedikit saja yang cukup berani mengatakan 'Kami tidak mengakuinya.' Belakangan, semua orang memutuskan bahwa lebih baik menulis 'Kami seorang simpatisan.' Jawaban ini menjadi kebiasaan.Suatu hari, seorang anggota partai 'Wong Cilik' memikirkan pertanyaan itu dan menulis, 'Kami bersimpati, namun tak dapat berbuat apa-apa.'Rerumputan kering saling berkelakar, dari apa yang mereka dengar dari para manusia. Salah satu dari mereka berkata, 'Penguasa negeri Zamrud, dari waktu ke waktu, menjadi totaliter dan, entah mengapa, korupsi tumbuh mengganas.Awalnya seorang diplomat asing tak percaya, sehingga mengundang beberapa birokrat lokal, rapat di kantornya.Dalam pertemuan tersebut, pembawa acara memperhatikan bahwa pulpen emas hilang dari atas mejanya. Ia mengumumkan dengan bijak, 'Tuan-tuan, aku yakin ini cuma lelucon seseorang. Aku akan memadamkan lampu sebentar dan siapapun yang mengambil pulpennya, tolong kembalikan ke meja.'Lampu dipadamkan sekelebat, lalu dinyalakan kembali. Seluruh mata tertuju ke meja, di mana tempat tinta berlapiskan nikel, blotter yang berlapiskan timah kualitas kedua dunia, segulung kabel listrik yang terbuat dari tembaga, selembar aluninium foil berbahan bauksit berkualitas, hilang pula, bahkan sampel batubara sebagai bahan bahasan rapat, diembat pisan cuy, ke-ba-nget-ten.Sambil bergoyang lembut, rumput lain berkelakar, 'Penguasa negeri Zamrud, dari waktu ke waktu, menjadi totaliter dan, entah bagaimana, oligopoli pemasok listrik dan kendaraan hijau, mendominasi. Aku teringat ketika dituturkan, Bill Gates dan presiden General Motors sedang makan siang. Gates membanggakan inovasi yang dibuat perusahaannya. 'Jika GM mengikuti perkembangan teknologi seperti Microsoft, kita semua bakal mengendarai mobil seharga $25 yang menghasilkan 1.000 m.p.g.''Kurasa itu benar,' sang eksekutif GM sepakat. "Tapi, sungguhkah Anda menginginkan mobil yang mogok dua kali sehari?'Rumput lain menambahkan, 'Seorang wanita pergi berbelanja ke mall yang penuh pengunjung. Setelah berbelanja, ia dan seorang wanita lain, tak sengaja keluar dari mall pada waktu yang bersamaan, dan dibuat panik oleh sulitnya menemukan mobil mereka, di tempat parkir yang penuh sesak. Saat itu, klakson mobil wanita tersebut berbunyi, dan ia dapat menemukan kendaraannya dengan mudah.'Wow,' sahut sang wanita lain. 'Aku yakin bisa menggunakan gadget seperti itu, buat bantuin aku, menemukan mobilku.''Ehem, nuwun sewu Jeng, sebenarnya,' jawabnya, 'itu bojoku.'Sambil menikmati hembusan angin, rumput, yang lain menghadirkan canda, 'Penguasa negeri Zamrud, dari waktu ke waktu, menjadi totaliter dan, entah bagaimana, mereka berkiblat pada Beruang Putih. Aku teringat di saat Liga Bangsa-Bangsa membahas masalah pelucutan senjata. Setelah debat berjam-jam, seorang delegasi berdiri dan merangkum kesan-kesannya dalam bentuk sebuah dongeng, 'Dahulu kala, konferensi para satwa membahas masalah perlucutan senjata. Singa, memperhatikan elang, menuntut pelarangan sayap. Elang, memandangi banteng, menuntut pelarangan tanduk. Banteng, mempertimbangkan harimau, menuntut pelarangan total pada cakar. Akhirnya, sang beruang berdiri dan bersuara. Ia menuntut pelarangan lengkap dan total pada segala ragam senjata. Tapi, tidakkah engkau memikirkan bahwa ia melakukan ini, agar bisa merenggut semuanya, dalam dekapan sang beruang putih?'
Rumput terakhir berkata, 'Rezim di negeri Zamrud ini semangkin totaliter, yang miskin dipajekin, yang kaya bebas-pajak. Aku teringat ketika seorang pengacara membuka pintu BMW-nya. Tiba-tiba, sebuah mobil yang lewat, menabrak pintunya hingga terpental. Sang pengacara sangat marah—do'i sayang banget 'ama BMW-nya! Tak lama, pak Polis datang. Sang pengacara berseru, 'Pak, li'at tuh, apa yang terjadi pada BMW-ku!''Emang pengacara itu matre yaq?' kata pak Polis, 'Bapak khawatir dengan BMW ciloko itu! Tidakkah bapak sadar bahwa bapak telah kehilangan lengan kiri?'Dengan panik, sang Pengacara berteriak, 'Lho! Rolex-ku di manaaa!?'
'Sejenak, Katak terdiam, setelah itu ia berkata, 'Ane menelusuri padang rumput. Secepatnya ane ke sudut lain. Ane ke sudut itu buat ngeliat musim semi.''K'li'atan?' tanya Kodok, 'Kagak,' jawab Katak, 'Cuman ada cacing-tua yang ketiduran di tunggul pohon.Cacing tua bercerita padaku, dari apa yang ia dengar dari para manusia, 'Rezim di negeri Zamrud ini semakin totaliter dan leluasa mengubah aturan, bahkan konstitusi. Aku teringat tatkala para pemain sepak bola di SMA, mencuri kaus latihan, maka sang pelatih memesan satu set kaus dengan 'Milik Sekolah Menengah Atas,' tersablon di atasnya. Saat pencurian berlanjut, ia memesan lagi sejumlah kaus yang baru, bertuliskan 'Hasil Curian dari Sekolah Menengah Atas.' Namun, kaus-kaus itu, masih saja hilang. Pencurian akhirnya berhenti setelah sang pelatih mengubah kata-katanya menjadi 'Rentetan Pencurian ke-4 Sekolah Menengah Atas.'Ane berjalan di sepanjang sungai, trus nyampe di sudut lain. Ane menuju sudut itu buat nyari mata-air.''Ketemu?' tanya Kodok, 'Kagak,' jawab Katak, 'Cuman ada lumpur basah dan bengkarung yang 'ngejar-ngejar buntutnya.'Bengkarung bercerita, dari apa yang ia dengar dari para manusia, ''Rezim di negeri Zamrud ini semakin totaliter dan banyak yang tersandera, etika publik pun semakin dangkal. Aku teringat ketika di penghujung-akhir tahun lalu, aku berada di rumah sakit, dijadwalkan untuk operasi pengangkatan wasir. Jadi, sementara yang lain mengenakan topi pesta dan menyesap sampanye, aku mengenakan gaun rumah sakit dan menenggak obat penghilang rasa sakit. Bukan berarti semangat liburan sama sekali gak ada.Keesokan harinya, 1 Januari, aku terbangun melihat sebuah spanduk di dinding kamarku. Spanduk itu berbunyi 'Happy New Rear!' [Selamat Bokong Baru]'Ente pasti cape,' tanggap Kodok. 'Gak juga sih, yang pasti, ane tetap semangat,' jawab Katak, 'tapi, 'ujan mulai turun.''Ngomong-ngomong,' kata Kodok, 'Menemukan musim semi, itukah resolusimu?'Katak berfilosofi. 'Setiap insan membutuhkan impian. Para insan perlu mencapai impiannya, namun mereka tak tahu jalannya. Lebih buruk lagi, mereka berfokus pada 'bagaimana,' padahal kesuksesan itu, ditemukan dalam 'mengapa.' Apa yang membuat seseorang sukses bukanlah bakat, bukanlah karisma, bukan pula cuan. Sukses ditemukan dalam benak, dalam nalar 'mengapa.'Kerapkali, agar mengubah kebiasaan para insan, atau mengubah tujuannya, hendaknya, pertama-tama, mereka mengubah 'mengapa'-nya. Bagi banyak orang, mungkin sulit, sebab 'mengapa'-nya sering dikaitkan dengan 'core beliefs and values,' suka dan tidak-suka.Ada banyak batasan bagi mindset 'mengapa'. Terkadang pola-pikir 'mengapa' dapat dibatasi oleh sikap atau opini seperti, 'Gue gak bakalan pernah kaya,' 'Gue gak tertarik tuh 'ma duit,' atau 'Wong sugih niku ala.' Tak banyak perubahan sampai terjadi pergeseran mindset tersebut. Misalnya, jika engkau meyakini 'Gue gak bakalan pernah kaya,' bisa jadi, sangat kecil kemungkinan engkau jadi kaya. Malahan 'Mengapa'-mu tak membiarkanmu berikhtiar,'Ketika sampai pada tujuan, ''mengapa' mempengaruhi 'bagaimana.' Baik 'bagaimana' dan 'mengapa' itu, penting. Namun, dengan memperluas 'mengapa'-mu, engkau menambah kapasitasmu guna mencapai tujuan yang lebih besar. Sebagian besar program-program yang berorientasi pada tujuan, akan berfokus pada 'bagaimana'. Ini keliru. Mereka ingin memberitahumu tentang apa yang semestinya dilakukan. Mereka akan menyarankanmu membuat daftar, membuat tujuan yang lebih kecil di dalam tujuan yang lebih sedikit, dan bersikap realistis. Mereka jarang fokus pada mindset 'mengapa'.Secara sederhana, 'mengapa' seringkali hanya merupakan lingkungan mental. Tapi '...ubahlah lingkunganmu … ubahlah hidupmu.' Mengubah atau memperluas 'mengapa'-mu bakalan mengubah hidupmu. Mencapai tujuanmu, sesuatu yang cukup sulit. Jika alasanmu tak cukup kuat, mustahil melewati rintangan yang pasti muncul dalam pencarianmu. 'Mengapa' lebih penting ketimbang 'bagaimana.'Pada tanggal 7 Januari, seminggu usai semua orang membuat Resolusi Tahun Baru mereka, lebih dari 75% orang telah gagal. Lupakah mereka bagaimana mencapai tujuan? Tidak! Mereka tak lupa di mana gym mereka atau bagaimana melakukan push-up. Mereka kehilangan kemauan. Mereka kehilangan 'mengapa'-nya.Mengetahui apa yang dapat engkau lakukan dan benar-benar melakukannya, merupakan dua hal yang berbeda. Kesenjangannya merupakan tempat ditemukannya kehidupan. Sukses ditemukan pada celah itu. Mengetahui apa yang seyogyanya dilakukan, merupakan komponen Fungsi. Sebenarnya melakukannya berasal dari komponen Kemauan. Masuk-akal bila kebanyakan orang tak melakukan apa yang dapat mereka lakukan, sebab mereka tak punya 'Mengapa' yang cukup kuat. Setelah engkau menemukan kausanya, mudah menemukan jalannya sendiri. Alih-alih mencari ke dalam diri mereka sendiri guna menemukan 'mengapa' mereka ingin menjadi kaya, kebanyakan orang mencari jalan mudah menuju kekayaan. Problema menuju jalan yang mudah ialah, biasanya, berakhir dengan jalan-buntu.''Jadi, ane pulang ke rumah. Sewaktu ane sampai di sana,' kata Katak, 'ane menemukan sudut yang lain, sudut rumah ane.''Ente muterin gak?' tanya Katak. 'Ane pergi ke sudut itu,' jawab Katak. 'Apa yang ente li'at?' tanya Kodok. 'Ane ngeli'at matahari terbit,' jawab Katak. 'Ane ngeli'at burung-burung bertengger dan bernyanyi di pohon. Ane ngeli'at 'nyak dan babeh kerja di ladang. Ane ngeli'at kembang di taman.''Ketemu dong!' seru Kodok. 'Yes,' tanggap Katak. 'Ane seneng banget. Ane nemuin sudut-pandang bahwa musim semi 'udah dekat.''Lihat, Katak,' kata Kodok. 'Ente benar. Udah teduh.'Katak dan Kodok bergegas keluar. Mereka berlari mengitari sudut rumah Katak, memastikan bahwa musim semi telah tiba. 'Ane juga pingin membuat sebuah Resolusi!' kata Kodok"
Keesokan paginya, Katak pergi ke rumah Kodok, 'Kodok bangun!''Buset!' kata Kodok. 'Rumah ini berantakan. Ane bakalan punya banyak kerjaan nih.'Katak melihat melalui jendela. 'Kodok, ente benar,' kata Katak. 'Semuanya berantakan.'Kodok menarik selimut menutupi kepalanya.'Ane kira, ente kan 'udah punya Resolusi?''Besok!' kata Kodok. 'Ane bakal bersihkan semuanya, besok,' kata Kodok. 'Hari ini, ane pingin ngejalanin hidup santai.' Katak masuk ke dalam rumah. 'Kodok,' kata Katak, 'celana dan jaket ente, bertebaran di lantai.''Besok,' kata Kodok dari balik selimut.'Tempat cuci piring penuh piring kotor,' kata Katak.'Besok,' kata Kodok.'Ada debu di kursi ente.''Besok,' kata Kodok.'Jendela ente perlu dibersihkan,' kata Katak, 'tanaman perlu disiram.''Besok!' seru Kodok, 'Ane bakalan ngelakuin itu semua, besok, kalau kontrakan ane, diperpanjang ketiga kalinya!'"
"Begitulah cerita Graha padaku," Swara mengakhiri pembicaraan. "Namun, aku harus pergi, bahana gemaku semakin melemah. Akan kita lanjutkan lagi sesi ini, di waktu yang lain, Biidznillah."Setelah itu, lamat-lamat terdengar Swara bersenandung,Itu perahu ...Riwayatnya dulu ...Kaum pedagang s'lalu ...Naik itu perahu ... *)"Wallahu a'lam."
Kutipan & Rujukan :
- Robert T. Kiyosaki, Goals and Resolutions, Rich Dad
- David Brandenberger (Ed.), Political Humor Under Stalin, Slavica
*) "Bengawan Solo" karya Gesang Martohartono