Rabu, 25 Januari 2023

Para Pemikir : Berpikir

"Suatu hari," Swara memulai percakapan, saat ia tiba, usai menyapa dengan Basmalah dan Salam. "Raja para Elang, di hadapan ribuan jurnalis, mengutip metafora eponymous-nya John Gray, mengumumkan, 'Pria dari Mars, Wanita dari Venus. Jadi, dalam beberapa minggu ke depan, kita akan mendarat di Venus.'
Mendengar pengumuman itu, Raja para Bebek, seketika bereaksi. Dan di hadapan ribuan jurnalis, ia, di dampingi oleh seorang menteri dan seorang gubernur, mengumumkan, 'Dalam satu setengah bulan ini, kami telah merampungkan landasan pacu sebuah pesawat luar angkasa berisi astronot, akan mendarat menembus Matahari!' Para hadirin punya repons yang beragam, ada yang bilang, 'Itu ide yang bagus!' Namun seorang reporter mengomentari, 'Maaf Pak, bagaimana caranya? Bukankah Matahari itu sangat panas, dan kemungkinan pesawat akan terbakar bahkan sebelum mendekatinya?'
Sang menteri dan sang gubernur berbisik kepada Raja Bebek, ia mengangguk dan tanpa perlu pikir-panjang, lalu berkata, ''Jangan khawatir, berdasarkan data yang telah kami kumpulkan dan perhitungan yang cermat, kami akan mendaratkan pesawat ruang angkasa di Matahari, pada malam-hari!'

Sejenak, Swara berhenti, lalu berkata, 'Filsuf Prancis René Descartes dengan masyhur menyatakan, 'Cogito, ergo sum [Aku berpikir, maka aku ada].' Setiap manusia dewasa yang berfungsi penuh, berbagi-rasa bahwa kemampuan berpikir, bernalar, itulah bagian dari identitas fundamental seseorang. Seseorang boleh saja tunanetra atau tunarungu, namun tetap mengenali keutuhan kapasitas kognitif intinya. Kendatipun kehilangan kemampuan bercakap, anugerah yang sering diklaim sebagai sine qua non dari Homo sapiens, tak menghilangkan esensi kemanusiaan seseorang. Boleh jadi, berpikir, bukan berbahasa, terletak paling dekat dengan inti identitas individu kita dan dengan apa yang teristimewa tentang spesies kita.
Seseorang yang kehilangan kemampuan berbicara, namun masih mampu mengambil keputusan yang cerdas, seperti yang ditunjukkan oleh tindakannya, dianggap kompeten secara mental. Sebaliknya, jenis kerusakan otak yang merampas kemampuan seseorang guna berpikir dan bernalar, dianggap sebagai hantaman paling keras, yang dapat menyerang kualitas rasa-kepribadian, 'Cogito, ergo sum.'

Kita dapat mulai menjawab pertanyaan, 'Apa itu Berpikir?' dengan melihat berbagai cara penggunaan kata berpikir dalam bahasa sehari-hari. Pernyataan 'Aku pikir, air diperlukan bagi kehidupan,' dan 'Keith dan Bob mengira George seorang fasis'; keduanya mengungkapkan keyakinan (dari berbagai tingkat kemungkinan masuk akal)—pernyataan eksplisit tentang apa yang dianggap seseorang sebagai kebenaran tentang dunia. Pernyataan 'Ann pasti memikirkan solusi' membawa kita ke ranah pemecahan masalah, konstruksi mental dari rencana tindakan guna mencapai tujuan. Keluhan, 'Mengapa engkau tak berpikir sebelum melanjutkan rencana setengah matangmu?' menekankan bahwa berpikir bisa menjadi semacam pandangan jauh ke depan, suatu cara agar 'melihat' kemungkinan masa depan. 'Apa yang engkau pikirkan?' mengajak untuk melakukan penilaian, penilaian keinginan pilihan. 'Genosida itu jahat' mengambil penilaian ke dalam domain moral. Dan kemudian ada 'Albert tenggelam dalam pikirannya', dimana pemikiran menjadi semacam padang rumput mental yang dapat dilalui seseorang pada suatu sore yang hujan, tak memperdulikan dunia luar.
Rips dan Conrad memunculkan penilaian dari para mahasiswa tentang bagaimana berbagai istilah mentalistik berhubungan satu sama lain. Menggunakan teknik statistik, para peneliti ini, mampu meringkas hubungan ini. Secara kasar, orang berpikir perencanaan itu semacam memutuskan, yang merupakan semacam penalaran, yang merupakan semacam konseptualisasi, yang merupakan semacam pemikiran. Orang juga berpikir (kata kerja itu lagi!) bahwa berpikir itu bagian dari konseptualisasi, yang merupakan bagian dari mengingat, yang merupakan bagian dari penalaran, dan seterusnya. Jenis tatanan dan bagian dari tatanan, sangat mirip; yang paling mengejutkan, berpikir itu, istilah yang paling umum dalam kedua tatanan—superordinat aktivitas mental yang agung, yang menembus segala sesuatu yang lain.
Tak mudah beralih dari aliran bebas percakapan sehari-hari ke definisi ilmiah tentang istilah mental, tetapi mari kita tetap menawarkan definisi preliminer tentang Berpikir, 'Berpikir itu transformasi sistematis dari representasi mental pengetahuan guna mengkarakterisasi kenyataan atau kemungkinan keadaan dunia, kerapkali dalam mengabdikan tujuan.'

Studi tentang Berpikir, mencakup beberapa subbidang yang saling terkait, yang mencerminkan perspektif pemikiran yang sedikit berbeda. Penalaran, yang punya tradisi panjang, yang bersumber dari filsafat dan logika, menekankan pada proses penarikan inferensi (kesimpulan) dari beberapa informasi awal (premis). Dalam logika standar, inferensi merupakan deduktif jika kebenaran premis menjamin kebenaran kesimpulan berdasarkan bentuk argumen.
Jika kebenaran premis menjadikan kebenaran kesimpulan lebih kredibel, namun tak memberikan kepastian, inferensi disebut induktif. Judgement dan pengambilan keputusan melibatkan penaksiran nilai suatu opsi atau probabilitas bahwa opsi itu akan menghasilkan suatu imbalan tertentu (penilaian), ditambah dengan pilihan di antara alternatif-alternatif (pengambilan keputusan). Pemecahan masalah melibatkan konstruksi serangkaian tindakan yang dapat mencapai tujuan.
Meskipun perspektif berpikir yang berbeda ini berguna dalam mengatur bidang, aspek pemikiran ini tumpang tindih dalam setiap cara yang dapat dibayangkan. Agar memecahkan suatu masalah, seseorang mungkin berpikir tentang konsekuensi dari tindakan yang mungkin dilakukan dan mengambil keputusan memilih di antara tindakan-tindakan alternatif.
Masalah logika, sebagaimana namanya, merupakan masalah yang hendaknya dipecahkan (dengan tujuan memperoleh atau mengevaluasi kemungkinan kesimpulan). Mengambil keputusan seringkali merupakan masalah yang membutuhkan penalaran. Dan seterusnya. Subdivisi bidang ini, seperti definisi pemikiran awal kita, sebagaimana diperlakukan sebagai tiang petunjuk, bukan tujuan.

Berpikir dan bernalar, yang telah lama menjadi wilayah akademik filsafat, sudah muncul selama seabad terakhir sebagai topik inti penelitian empiris dan analisis teoretis dalam bidang modern yang dikenal sebagai psikologi kognitif, ilmu kognitif, dan ilmu saraf kognitif. Sebelum psikologi didirikan, filsuf abad ke-18 Immanuel Kant (di Jerman) dan David Hume (di Skotlandia) meletakkan dasar bagi semua karya selanjutnya tentang asal mula pengetahuan kausal, yang mungkin menjadi masalah paling sentral dalam studi pemikiran. Dan jika kita harus memilih satu frase guna menetapkan panggung bagi pandangan pemikiran modern, pengamatan filsuf Inggris Thomas Hobbes bisa menjadi pilihan, yang pada tahun 1651 dalam risalahnya Leviathan mengusulkan 'Penalaran itu semata perhitungan.' Penghitungan merupakan istilah yang aneh hari ini, namun pada abad ke-17, ia bermakna 'perhitungan', seperti dalam perhitungan aritmatika.
Baru pada abad ke-20, psikologi berpikir menjadi ikhtiar ilmiah. Paruh pertama abad ini, memunculkan banyak perintis penting yang dengan cara yang sangat berbeda, meletakkan dasar bagi munculnya bidang berpikir dan bernalar modern. Terutama psikolog Gestalt dari Jerman, yang memberikan wawasan mendalam tentang sifat pemecahan masalah. Gestaltist yang paling menonjol adalah Karl Duncker dan Max Wertheimer, mahasiswa pemecahan masalah manusia, dan Wolfgang Köhler, pengamat tajam pemecahan masalah oleh kera besar.
Pelopor awal abad ke-20, termasuk pula Sigmund Freud, yang warisan kompleks dan selalu kontroversialnya, mencakup gagasan bahwa bentuk pemikiran bisa tak disadari, dan bahwa kognisi 'dingin' terjerat dengan emosi 'panas'. Sebagai pendiri psikologi klinis, warisan Freud juga mencakup integrasi berkelanjutan penelitian tentang pemikiran 'normal' dengan studi tentang gangguan pemikiran, seperti skizofrenia.
Pionir awal lainnya di awal dan pertengahan abad, berkontribusi pada berbagai bidang studi yang sekarang dianut dalam berpikir dan bernalar. Perkembangan kognitif terus dipengaruhi oleh teori awal yang dikembangkan oleh psikolog Swiss Jean Piaget dan psikolog Rusia Lev Vygotsky. Di Amerika Serikat, Charles Spearman merupakan seorang pemimpin dalam studi sistematis tentang perbedaan kecerdasan individu. Di pertengahan abad ini, ahli saraf Rusia Alexander Luria berkontribusi besar dalam pemahaman kita tentang bagaimana pemikiran bergantung pada area otak tertentu, mengantisipasi bidang modern ilmu saraf kognitif. Sekitar waktu yang sama di Amerika Serikat, Herbert Simon berpendapat bahwa model teori ekonomi rasional tradisional, harus diganti dengan kerangka kerja yang memperhitungkan berbagai kendala sumber daya manusia, seperti perhatian terbatas dan kapasitas memori dan waktu terbatas. Inilah salah satu kontribusi yang pada tahun 1978 menjadikan Simon memperoleh Hadiah Nobel di bidang Ekonomi.
Pada tahun 1943, psikolog Inggris Kenneth Craik menjadikan sketsa gagasan mendasar bahwa representasi mental menyediakan semacam model dunia yang dapat 'dijalankan' untuk membuat prediksi (seperti seorang insinyur mungkin menggunakan model skala fisik jembatan agar mengantisipasi efek tegangan pada jembatan yang sebenarnya dimaksudkan untuk menjangkau sungai). Pada 1960-an dan 1970-an, karya modern tentang psikologi penalaran dimulai di Inggris dengan kontribusi Peter Wason dan kolaboratornya Philip Johnson-Laird.
Konsep berpikir modern sebagai perhitungan, menonjol pada tahun 1970-an. Dalam perlakuan klasik mereka terhadap pemecahan masalah manusia, Allen Newell dan Herbert Simon menunjukkan bahwa analisis komputasi pemikiran (diantisipasi oleh Alan Turing, bapak ilmu komputer) dapat menghasilkan hasil empiris dan teoretis yang penting. Ibarat sebuah program yang dijalankan pada komputer digital, seseorang yang memikirkan suatu masalah, dapat dipandang sebagai mengambil masukan yang mewakili kondisi awal dan tujuan, dan menerapkan urutan operasi untuk mengurangi perbedaan antara kondisi awal dan tujuan. Karya Newell dan Simon menjadikan simulasi komputer sebagai metode standar guna menganalisis pemikiran manusia. Hal ini menyoroti pula potensi sistem produksi, yang kemudian dikembangkan secara ekstensif sebagai model kognitif oleh John Anderson dan rekan-rekannya.
Tahun 1970-an memperlihatkan beragam perkembangan besar yang terus membentuk bidang ilmu tersebut. Eleanor Rosch, membangun karya sebelumnya oleh Jerome Bruner, membahas pertanyaan mendasar tentang mengapa orang punya kategori yang mereka miliki, dan bukan pengelompokan objek lain yang mungkin secara logis. Rosch berargumen bahwa kategori alami sering kali berbatas-kabur (ikan-paus adalah mamalia yang aneh), namun tetap berkecenderungan sentral yang jelas, atau prototipe (orang pada umumnya setuju bahwa beruang adalah mamalia yang baik). Psikologi penilaian manusia dibentuk kembali oleh wawasan Amos Tversky dan Daniel Kahneman, yang mengidentifikasi strategi kognitif sederhana, atau heuristik, yang digunakan orang guna membuat penilaian frekuensi dan probabilitas. Seringkali cepat dan akurat, strategi ini dalam beberapa keadaan dapat menyebabkan penilaian non-normatif. Setelah kematian Tversky pada tahun 1996, pekerjaan ini dilanjutkan oleh Kahneman, yang dianugerahi Hadiah Nobel Ekonomi pada tahun 2002. Pandangan penilaian saat ini yang muncul dari penelitian selama 30 tahun dirangkum oleh Griffin et al. Goldstone and Son meninjau teori penilaian kemiripan yang berpengaruh dari Tversky.
Pada tahun 1982 David Marr, seorang ilmuwan muda bervisi, menyusun visi tentang bagaimana ilmu pikiran hnedaknya dilanjutkan. Marr membedakan tiga tingkat analisis, yang disebutnya tingkat perhitungan, representasi dan algoritma, dan implementasi. Setiap level, menurut Marr, menjawab pertanyaan yang berbeda, yang diilustrasikannya dengan contoh perangkat fisik, mesin kasir. Pada tingkat paling abstrak Marr, komputasi (jangan bingung dengan komputasi algoritme pada komputer), pertanyaan dasarnya ialah 'Tujuan apa yang hendak dicapai oleh proses kognitif?' dan 'Apa logika pemetaan dari input ke output yang membedakan pemetaan ini dari pemetaan inputoutput lainnya?' Mesin kasir, dilihat pada level ini, digunakan mencapai tujuan menghitung berapa banyak pembelian yang harus dibayar . Tugas ini memetakan secara tepat ke aksioma penjumlahan (misalnya, jumlah yang terutang tak boleh berbeda dengan urutan item yang disajikan kepada petugas penjualan, sebuah batasan yang secara tepat, sesuai dengan sifat komutatif dari penjumlahan). Oleh karenanya, tanpa mengetahui apa pun tentang cara kerja mesin kasir tertentu, kita dapat yakin bahwa (jika berfungsi dengan baik) akan melakukan penjumlahan (bukan pembagian).
Level representasi dan algoritme, seperti namanya, berkaitan dengan pertanyaan, 'Apa representasi input dan output?' dan 'Apa algoritma untuk mengubah yang disebutkan pertama menjadi yang disebutkan terakhir?' Dalam mesin kasir, penjumlahan dapat dilakukan dengan menggunakan angka dalam kode desimal atau biner, dimulai dengan digit paling kiri atau paling kanan. Terakhir, level implementasi menjawab pertanyaan, 'Bagaimana representasi dan algoritma direalisasikan secara fisik? Mesin kasir dapat diimplementasikan sebagai kalkulator elektronik, atau mesin penjumlah mekanis, atau bahkan mental sempoa dalam benak petugasnya.
Dalam bukunya, Marr menekankan pentingnya tingkat analisis komputasional, dengan alasan bahwa dapat sangat menyesatkan bila berfokus sebelum waktunya, pada tingkat analisis yang lebih konkret terhadap tugas kognitif tanpa memahami tujuan atau sifat perhitungan mental. Sayangnya, Marr meninggal karena leukemia sebelum bukunya diterbitkan, jadi kita tak tahu bagaimana pemikirannya tentang tingkat analisis berkembang.

Ada dua jenis berpikir yang kita sebut 'scientific'. Yang pertama, dan yang paling jelas, ialah memikirkan tentang kandungan sains. Orang berurusan dalam scientific thinking [berpikir ilmiah] ketika mereka bernalar tentang entitas dan proses seperti gaya, massa, energi, kesetimbangan, magnetisme, atom, fotosintesis, radiasi, geologi, atau astrofisika (dan, tentu saja, psikologi kognitif!). Berpikir ilmiah jenis kedua mencakup serangkaian proses penalaran yang menembus bidang sains: induksi, deduksi, desain eksperimental, penalaran kausal, pembentukan konsep, pengujian hipotesis, dan sebagainya. Namun, proses penalaran ini, tidak unik bagi berpikir ilmiah: semuanya merupakan proses yang sama yang terkait dengan berpikir sehari-hari. Seperti yang dikatakan Einstein: 'Cara ilmiah untuk membentuk konsep berbeda dari yang kita gunakan dalam kehidupan kita sehari-hari, tidak pada dasarnya, tetapi hanya dalam definisi konsep dan kesimpulan yang lebih tepat; pilihan bahan eksperimen yang lebih telaten dan sistematis, dan logicaleconomy yang lebih besar.'
Salah satu tujuan utama berpikir ilmiah ialah menyediakan kerangka menyeluruh guna memahami pikiran ilmiah. Salah satu kerangka yang berpengaruh besar dalam ilmu kognitif adalah berpikir ilmiah dan penemuan ilmiah dapat dipahami sebagai bentuk pemecahan masalah. Simon berargumen bahwa berpikir ilmiah secara umum dan pemecahan masalah secara khusus dapat dianggap sebagai pencarian dalam ruang masalah.
Banyak peneliti menganggap pula pengujian hipotesis spesifik yang diprediksi oleh teori sebagai salah satu atribut kunci dari berpikir ilmiah. Pengujian hipotesis adalah proses mengevaluasi suatu proposisi dengan mengumpulkan bukti-bukti mengenai kebenarannya. Penelitian kognitif eksperimental tentang berpikir ilmiah yang secara khusus mengkaji masalah ini cenderung terbagi dalam dua kelas investigasi yang luas. Kelas pertama berkaitan dengan jenis penalaran yang menyesatkan para ilmuwan, sehingga menghalangi kecerdikan ilmiah. Sejumlah besar penelitian telah dilakukan pada strategi penalaran yang berpotensi keliru, yang digunakan oleh peserta dalam eksperimen dan ilmuwan, seperti mempertimbangkan hanya satu hipotesis yang disukai pada satu waktu dan bagaimana hal ini mencegah para ilmuwan membuat penemuan.
Kelas kedua berkaitan dengan mengungkap proses mental yang mendasari generasi hipotesis dan konsep ilmiah baru. Penelitian ini cenderung berfokus pada penggunaan analogi dan pencitraan dalam sains, serta penggunaan jenis heuristik pemecahan masalah tertentu.

Salah satu karakteristik sains yang paling mendasar ialah para ilmuwan berasumsi bahwa alam semesta tempat kita tinggal, mengikuti aturan yang dapat diprediksi. Alasan para ilmuwan menggunakan berbagai strategi berbeda guna membuat penemuan ilmiah baru. Tiga jenis strategi penalaran yang sering digunakan para ilmuwan ialah penalaran induktif, abduktif, dan deduktif.
Dalam masalah penalaran induktif, seorang ilmuwan dapat mengamati serangkaian peristiwa dan berusaha menemukan aturan yang mengatur peristiwa tersebut. Setelah aturan ditemukan, para ilmuwan dapat melakukan ekstrapolasi dari aturan tersebut untuk merumuskan teori fenomena yang diamati dan yang belum diamati. Contoh induksi: Daisy adalah angsa dan putih. Danny adalah angsa dan putih. Dante adalah angsa dan putih [dan seterusnya]. Oleh sebab itu, semua angsa berwarna putih.
Salah satu contoh penemuan menggunakan penalaran induktif bahwa jenis bakteri tertentu merupakan penyebab banyak bisul.
Meskipun kurang umum disebutkan dibanding penalaran induktif, penalaran abduktif merupakan bentuk penalaran penting yang digunakan para ilmuwan di saat mereka berusaha mengajukan penjelasan terhadap peristiwa seperti temuan yang tak terduga. Contoh abduktif: Semua angsa berwarna putih. Daisy berwarna putih. Oleh karenanya, Daisy adalah seekor angsa.
Beralih sekarang ke pemikiran deduktif, banyak proses berpikir yang dipatuhi para ilmuwan mengikuti aturan tradisional logika deduktif. Proses-proses ini sesuai dengan kondisi-kondisi dimana suatu hipotesis dapat mengarah pada, atau dapat disimpulkan, suatu kesimpulan. Contoh deduktif : Semua angsa berwarna putih. Daisy adalah angsa. Karena itu, Daisy berwarna putih.
Meskipun tak selalu diutarakan dalam bentuk silogistik, argumen deduktif dapat diutarakan sebagai 'silogisme', atau secara singkat, pernyataan matematis dimana premis mengarah ke kesimpulan. Penalaran deduktif merupakan aspek yang sangat penting dari berpikir ilmiah sebab mendasari komponen besar dari bagaimana para ilmuwan melakukan penelitian mereka. Dengan melihat banyak penemuan ilmiah, kita sering dapat melihat bahwa penalaran deduktif sedang bekerja. Pernyataan penalaran deduktif semuanya mengandung informasi atau aturan yang menyatakan asumsi tentang bagaimana dunia bekerja, serta kesimpulan yang harus mengikuti aturan tersebut. Berbagai penemuan dalam fisika seperti penemuan materi gelap oleh Vera Rubin didasarkan pada deduksi.

Salah satu proses penalaran yang paling banyak disebutkan, yang digunakan dalam sains ialah analogi. Ilmuwan menggunakan analogi untuk membentuk jembatan antara apa yang telah mereka ketahui dan apa yang mereka coba jelaskan, pahami, atau temukan. Nyatanya, banyak ilmuwan mengklaim bahwa pembuatan analogi tertentu, berperan penting dalam penemuan ilmiah mereka, dan hampir semua otobiografi dan biografi ilmiah, menonjolkan satu analogi tertentu, yang dibahas secara mendalam. Ditambah dengan fakta bahwa telah ada program penelitian yang sangat besar tentang pemikiran dan penalaran analogis, kita sekarang memiliki sejumlah model dan teori penalaran analogis yang menunjukkan bagaimana analogi dapat berperan dalam penemuan ilmiah. Dengan menganalisis beberapa penemuan besar dalam sejarah sains, Thagard dan Croft, Nersessian, serta Gentner dan Jeziorski, semuanya menunjukkan bahwa penalaran analogis merupakan aspek kunci penemuan ilmiah.

Kesamaan antara pemikiran anak-anak dan pemikiran para ilmuwan punya daya pikat yang melekat dan kontradiksi internal. Sebelum ulang tahun pertama mereka, anak-anak tampak mengetahui beberapa fakta mendasar tentang dunia fisik. Misalnya, penelitian dengan bayi menunjukkan bahwa mereka berperilaku seolah-olah mereka memahami bahwa benda padat bertahan lama (misalnya, tidak menghilang begitu saja dan muncul kembali, tidak dapat bergerak satu sama lain, dan bergerak sebagai akibat dari tabrakan dengan benda padat lainnya atau gaya gravitasi). Bahkan anak usia 6 bulan dapat memprediksi lokasi masa depan dari benda bergerak yang ingin mereka pahami. Selain itu, mereka tampaknya mampu membuat kesimpulan nontrivial tentang sebab dan akibatnya.

Pendekatan komputasi telah memberikan penjelasan yang lebih lengkap tentang berpikit ilmiah. Model komputasional memberikan penjelasan terperinci yang spesifik tentang proses kognitif yang mendasari berpikir ilmiah. Pekerjaan komputasi awal terdiri dari mengambil penemuan ilmiah dan membangun model komputasi dari proses penalaran yang terlibat dalam penemuan tersebut.

Praktik kedokteran membutuhkan seni dan juga sains. Sains berpendapat agar pemahaman yang lebih dalam tentang mekanisme yang mendasari proses penyakit dan penggunaan bukti ilmiah dalam membuat keputusan perawatan pasien. Studi tentang penalaran dan pemikiran medis mendasari banyak kognisi medis dan telah menjadi fokus penelitian dalam ilmu kognitif dan kecerdasan buatan dalam kedokteran. Keahlian dan organisasi pengetahuan medis, arah penalaran, dan sifat kesalahan medis terkait erat dengan proses berpikir dan pengambilan keputusan dalam kedokteran. Dengan kemajuan teknologi dalam kedokteran baru-baru ini, penalaran yang dimediasi teknologi dan sistem pendukung penalaran akan menjadi fokus untuk penelitian di masa depan.

Berpikir dan bernalar masuk ke dalam praktik bisnis dengan cara yang tak terbatas. Praktik bisnis sangat bervariasi. Pemasar yang mempengaruhi pembelian pelanggan, eksekutif yang menegosiasikan kesepakatan, manajer yang mengoordinasikan produksi barang, analis yang meninjau kinerja perusahaan, dan akuntan yang berusaha menambah angka, semuanya terlibat dalam aspek praktik bisnis.
Bisnis perlu menjual produk dan layanan mereka, jadi perhatian utama bisnis ialah membentuk cara konsumen melakukan pembelian, menggunakan produk, dan memikirkan merek. Peneliti perilaku konsumen mempelajari pertanyaan-pertanyaan ini dan menghasilkan lebih banyak penelitian psikologis tentang pemikiran dan penalaran individu ketimbang peneliti di bidang akademisi bisnis lainnya. Sebagai indikasi sederhana peran penelitian kognisi dalam perilaku konsumen, Handbook of Consumer Psychology mendedikasikan sekitar setengah dari 1.200 halamannya untuk meninjau pemrosesan informasi dan penelitian kognisi sosial. Sebagian besar penelitian perilaku konsumen tentang berpikir dan bernalar, bersifat eksperimental. Ada juga pemodelan matematika dan komputasi, penelitian survei lapangan, pengamatan aktivitas konsumen, pemeriksaan ukuran arsip aktivitas konsumen, dan beberapa penelitian kualitatif.
Pembelian konsumen merupakan aktivitas pengambilan keputusan. Misalnya, salah satu fitur yang menonjol dari konteks pengambilan keputusan konsumen (seperti yang terlihat saat berjalan-jalan di toko kelontong atau waktu yang dihabiskan untuk berbelanja online) adalah perhatian terhadap bagaimana orang membuat keputusan ketika dihadapkan pada sejumlah besar pilihan. Secara lebih umum, pengambilan keputusan adalah suatu aktivitas, dan banyak tujuan yang dimiliki oleh pembuat keputusan saat mereka terlibat dalam aktivitas tersebut memandu pilihan yang dihasilkan.

Mendengarkan musik memerlukan proses dimana masukan pendengaran dianalisis dan diklasifikasikan secara otomatis, dan proses sadar dimana pendengar menafsirkan dan mengevaluasi musik. Pertunjukan musik melibatkan keterlibatan dalam gerakan-gerakan yang dilatihkan, yang mencerminkan pengetahuan prosedural (terwujud) tentang musik, bersama dengan upaya sadar untuk membimbing dan menyempurnakan gerakan-gerakan ini melalui pemantauan online terhadap output suara. Menulis musik menyeimbangkan penggunaan intuisi yang mencerminkan pengetahuan implisit musik dengan upaya sadar dan disengaja untuk menciptakan tekstur dan perangkat musik yang inovatif dan konsisten dengan tujuan estetika individu. Pendengar dan musisi juga berinteraksi satu sama lain dengan cara yang mengaburkan batas di antara mereka: Pendengar mengetuk atau bertepuk tangan seiring waktu dengan musik, memantau ekspresi wajah dan gerak tubuh pemain, dan berempati secara emosional dengan musisi; musisi, pada gilirannya, hadir untuk audiens mereka dan tampil berbeda tergantung pada energi yang dirasakan dan sikap pendengar mereka.
Musisi dan pendengar diikat bersama melalui pengalaman kognitif, emosional, dan motorik bersama, menunjukkan sinkronisasi yang luar biasa dalam perilaku dan pemikiran.

Belajar berpikir adalah tentang transfer. 'Belajar berpikir' berbeda dengan 'belajar' dalam artian bahwa pembelajar mencapai peningkatan kemampuan intelektual yang lebih umum, bukan hanya dalam konten domain yang lebih spesifik. Belajar berpikir bermakna lebih dari belajar bahasa Inggris, belajar matematika, belajar sejarah, atau belajar sains. Dengan kata lain, belajar berpikir berarti transfer.
Salah satu cara untuk belajar berpikir ialah belajar bahasa yang dapat digunakan untuk berpikir lebih kuat. Contoh yang jelas adalah belajar bahasa alami, seperti bahasa Inggris. Tampaknya tidak kontroversial bahwa bagian yang baik dari apa yang membuat pemikiran manusia begitu kuat ialah kemampuan kita berbahasa. Bentuk lisan dari bahasa alami, tak semata memfasilitasi komunikasi dan pemikiran kolaboratif, melainkan pula menyediakan media untuk penalaran dan berpikir logis. Bentuk tertulis lebih lanjut memfasilitasi upaya kolaboratif dalam rentang waktu dan ruang yang luas dan juga merupakan sarana meningkatkan pikiran. Siapapun yang telah menulis naskah atau tulisan, kemungkinan besar punya pengalaman bahwa proses penulisan mengubah pemikiran seseorang dan menghasilkan produk yang lebih baik ketimbang ucapan spontan. Jelas, kegiatan belajar bahasa itu, bagian terbesar dari belajar berpikir dan tanggungjawab utama dari sistem pendidikan kita.'"

"Dan terakhir, sebelum aku pergi," Swara hendak mengakhiri percakapannya, 'dengarkan cerita ini, 'Pada bulan November, kepala suku Indian di benua Amerika sana, mulai berpikir bahwa musim dingin bakalan datang. 'Winter is coming!' katanya. Maka, ia menginstruksikan para anggota sukunya, mengumpulkan kayu-bakar. Agar memeriksa ulang prediksinya, sang kepala suku menelepon BMKG setempat dan bertanya kepada seorang ahli meteorologi, mungkinkah musim dingin kali ini, bakalan sangat dingin. Sang ahli menjawab, 'Menurut indikator kami, kami rasa, itu sangat mungkin terjadi.'
Setelah menelepon, kepala suku menyuruh anak buahnya mencari kayu-bakar tambahan, untuk berjaga-jaga. Seminggu kemudian, ia menelepon lagi BMKG setempat, dan mereka memastikan bahwa musim dingin yang tajam, sungguh sedang menuju ke arah mereka.
Sang kepala suku memerintahkan seluruh penduduk desa agar mengais setiap potongan kayu yang bisa mereka lakukan. Dua minggu kemudian, ia menelepon lagi BMKG setempat, dan bertanya, 'Apa bapak benar-benar yakin, musim dingin ini, bakalan sangat dingin?'
'Oh iya dong, kami yakin,' jawab lelaki di seberang telepon, 'sebab orang-orang Indian, sedang mengumpulkan kayu-bakar, gila-gilaan.'
Wallahu a'lam.”
Kutipan & Rujukan:
- Keith J. Holyoak & Robert G. Morrison (Ed.), The Oxford Handbook of Thinking and Reasoning, Oxford University Press
- D.Q. McInerny, Being Logical - A Guide to Good Thinking, Random House