Kutipan & Rujukan:“Basis Persaudaraanlah, yang mengorganisir Masyarakat Islam,” lanjut Swara, “Persaudaraan bermakna cinta, rasa-hormat, ketulusan, diselenggarakan atas dasar simpati dan kasih-sayang bagi mereka yang seiman. Oleh karenanya, masyarakat Islam hendaknya punya dan memelihara hubungan sosial yang sehat. Al-Qur'an mengkategorikan hubungan di antara umat Islam sebagai 'Ikhwa' [keadaan atau perasaan persahabatan dan saling mendukung dalam suatu kelompok],اِنَّمَا الْمُؤْمِنُوْنَ اِخْوَةٌ[innamal mu'minuuna ikhwatun]'Sesungguhnya orang-orang mukmin itu, bersaudara ....' [QS. Al-Hujurat (49):10]Meskipun pernyataan ini singkat, namun cukup menggarisbawahi dasar, kedalaman, dan pentingnya saling-mendukung.Sejarah bersaksi tentang fakta bahwa para Nabi, 'alaihimussalam, telah menata-ulang masyarakat manusia atas dasar nilai-nilai kebaikan, keutamaan, dan keadilan yang abadi. Mereka mengundang umat manusia ke ajaran abadi yang berasal dari Seruan Ilahi dan menata mereka yang menjawab panggilan itu, secara positif di bawah panji pemersatu yang baru. Mereka yang pernah terpecah menjadi kelompok, suku, dan kubu partisan lainnya, dan yang saling menuntut darah, hidup, dan kehormatan, berubah jadi sahabat terbaik dan tepercaya, berkat pesan pemersatu itu.Persatuan mereka memuncak dengan munculnya masyarakat baru yang kuat, yang anggotanya, baik pria maupun wanita, ramah dan saling berkasih-sayang. Mereka mencatat sejarah baru dan meletakkan dasar bagi peradaban baru. Al-Qur’an menggarisbawahi kebenaran ini dengan langgam khasnya yang indah,وَاعْتَصِمُوْا بِحَبْلِ اللّٰهِ جَمِيْعًا وَّلَا تَفَرَّقُوْا ۖوَاذْكُرُوْا نِعْمَتَ اللّٰهِ عَلَيْكُمْ اِذْ كُنْتُمْ اَعْدَاۤءً فَاَلَّفَ بَيْنَ قُلُوْبِكُمْ فَاَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهٖٓ اِخْوَانًاۚ وَكُنْتُمْ عَلٰى شَفَا حُفْرَةٍ مِّنَ النَّارِ فَاَنْقَذَكُمْ مِّنْهَا ۗ كَذٰلِكَ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اٰيٰتِهٖ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُوْنَ'Dan berpegangteguhlah kamu semuanya pada Hablillahi [diterjemahkan sebagai 'tali Allah,' merujuk baik pada perjanjian-Nya maupun Al-Qur'an], dan janganlah bercerai-berai, dan ingatlah nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu bermusuhan, lalu Allah mempersatukan qalbu-qalbumu, sehingga dengan karunia-Nya, kamu jadi saudara. (Ingatlah pula dikala) kamu berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkanmu dari sana. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.' [QS. Ali-‘Imran (3):103]Kekuatan pemersatu yang nyata dan abadi ialah berpegang pada 'tali Allah,' Sang Pencipta, dan menjaga perjanjian dengan-Nya. [masih ingat kan perbincangan kita tentang Fitrah]Cita-cita kehidupan kolektif dalam Islam ini, tak semata manifestasi lahiriah dari kebersatuan. Ia berusaha menyatukan hati orang-orang beriman. Islam melampaui ide persatuan legalistik apapun. Faktanya bahwa, ia menanamkan persatuan dan persaudaraan ke dalam tatanan seluruh orang beriman. Karenanya, mengutamakan kesatuan keyakinan dan ideologi, berbagi nilai dan visi manusia, masyarakat dan takdir. Ia menyatukan orang-orang beriman di atas papan aspirasi, tujuan dan perasaan serta emosi terdalam mereka. Tentu saja, ia menyatukan pula mereka, secara lahiriah.Namun, yang terpenting, ia menyatukan mereka secara intrinsik sebagai bagian dari sebuah masyarakat dan persaudaraan yang bersatu. Tak perlu dikata bahwa persatuan sejati semata dapat dicapai jika orang bersatu, baik secara lahir maupun batin. Perangkat buatan apapun, tak dapat menyatukan manusia dalam waktu yang lama. Sebab, hati yang beraroma permusuhan dan dendam, tak bisa berdekatan. Isyarat simbolik persatuan, tak dapat menghasilkan kohesi sejati atau tujuan tunggal. Sebaliknya, koalisi yang didorong oleh tujuan egoistik, pada akhirnya mengarah pada kekacauan dan disintegrasi. Semata ikatan hukum, tak sanggup memastikan persahabatan yang sejati dan abadi. Lantaran inilah, yang menjelaskan, mengapa Islam mendasarkan kehidupan kolektif orang-orang beriman pada prinsip-prinsip iman, cinta dan pengorbanan diri. Hubungan berdasarkan nilai-nilai ini, berfondasi kokoh, mampu bertahan dari segala badai.Dengan demikian, masyarakat yang dibangun di atas cita-cita ini, menggalakkan konsep gotong-royong sebagai lawan dari kehidupan konflik sosial dan kelangsungan hidup bagi yang terkuat. Setiap anggota masyarakat, membantu dan menolong orang lain. Tak seorang pun diperbolehkan menjaga dirinya sendiri seperti yang terjadi dalam masyarakat yang didasarkan pada premis 'every man for himself and the devil takes the hindmost.'Sebaliknya, visi masyarakat yang berlandaskan nilai-nilai Islam, ditandai oleh kesamaan kepentingan dan tolong-menolong, saling mendukung dan membantu. Mereka yang tertinggal, didorong maju. Hal ini, melatih anggota masyarakatnya, agar bersama-sama mengatasi masalah.Sangat penting bagi orang-orang beriman, mengasimilasi secara menyeluruh nilai-nilai dan prinsip-prinsip fundamental ini, yang merupakan inti dari hubungan sosial dalam Islam. Dan memang, mereka hendaknya menggunakan energi mereka, guna memperkuat hubungan baik tersebut.Di satu sisi, hubungan timbal-balik di antara orang beriman, didasarkan pada kesamaan iman atau ideologi kehidupan. Bagi seluruh umat Islam, dikhususkan pada tujuan yang sama. Iman menembus pikiran dan tindakan mereka. Di sisi lain, hal tersebut bukan sekadar ikatan formal dan legalistik. Ikatan ini, ditandai dengan kedalamannya, dan keberlimpahan cinta. Lantaran inilah dicontohkan dengan ikatan persaudaraan. Ikhwa mengungkapkan dengan sangat baik, esensi keterhubungan ideologis ini. Dalam Islam, seluruh kehidupan seseorang, berdimensi sosial, kecuali bagian yang sangat kecil dari keberadaan pribadi, seluruh panjang dan lebar kehidupannya, merupakan jaringan hubungan manusia: keluarga, komunitas, masyarakat dan kemanusiaan. Oleh sebab itu, Islam memerintahkan orang beriman agar mengembangkan dan memelihara hubungan sosial, memenuhi apa yang telah digambarkan sebagai Huquq al-‘Ibad (hak dan kewajiban timbal-balik dalam menghormati kemanusiaan). Lebih jauh lagi, hal ini mengarah pada pemenuhan keadilan dan kesetaraan yang membantu membangun masyarakat, budaya dan peradaban tertentu. Islam menetapkan kode perilaku yang komprehensif, memungkinkan setiap orang agar melaksanakan kewajiban mereka. Inilah yang merekatkan orang-orang beriman, bersama-sama ke dalam kesatuan dan solidaritas yang sempurna. Hubungan timbal-balik mereka, hendaknya seperti yang ditemukan di antara saudara. Inilah prasyarat iman dan bagian dari kodrat manusia, serta didukung oleh akal-sehat dan nalar.Tiada perubahan yang dapat terjadi tanpa munculnya kelompok yang terorganisir dan kuat. Dan kelompok seperti itu, terbentuk hanya jika anggotanya bersatu sepenuhnya. Mereka diharapkan bersatu bagaikan batu yang kokoh dalam berjuang secara terorganisir demi tujuan mereka, diibaratkan dalam Al-Qur'an sebagai,كَاَنَّهُمْ بُنْيَانٌ مَّرْصُوْصٌ'... seakan-akan mereka bun'yaanun marsuus (suatu bangunan yang tersusun kokoh).' [QS. As-Saf (61):4]Kelompok tak boleh membiarkan kecenderungan berpecah-belah muncul. Sebab organisasi yang tepat, merupakan kunci keberhasilan.Hubungan baik di antara umat Islam ditetapkan sebagai syarat penting bagi umat Islam, dalam mencapai perubahan sosial Islam. Secara khusus disebutkan bahwa mereka yang mengaku Islam, seyogyanya menyerahkan segalanya demi keyakinan mereka, mengabdikan hati dan jiwanya bagi imannya, dan menunjukkan cinta dan persahabatan timbal-balik,اِنَّ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَهَاجَرُوْا وَجَاهَدُوْا بِاَمْوَالِهِمْ وَاَنْفُسِهِمْ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ وَالَّذِيْنَ اٰوَوْا وَّنَصَرُوْٓا اُولٰۤىِٕكَ بَعْضُهُمْ اَوْلِيَاۤءُ بَعْضٍۗ وَالَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَلَمْ يُهَاجِرُوْا مَا لَكُمْ مِّنْ وَّلَايَتِهِمْ مِّنْ شَيْءٍ حَتّٰى يُهَاجِرُوْاۚ وَاِنِ اسْتَنْصَرُوْكُمْ فِى الدِّيْنِ فَعَلَيْكُمُ النَّصْرُ اِلَّا عَلٰى قَوْمٍۢ بَيْنَكُمْ وَبَيْنَهُمْ مِّيْثَاقٌۗ وَاللّٰهُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ بَصِيْرٌ'Sesungguhnya orang-orang yang beriman, berhijrah, dan berjihad dengan harta dan jiwanya pada jalan Allah, serta orang-orang yang memberikan tempat kediaman dan memberi pertolongan (kepada Muhajirin), mereka itu sebagiannya merupakan auliyā’ [bentuk jamak dari kata waliy. Secara harfiah kata ini berarti ‘dekat’ sehingga menunjukkan makna ‘teman dekat’, ‘teman akrab’, ‘teman setia’, ‘kekasih’, ‘penolong’, ‘sekutu’, ‘pelindung’, ‘pembela’, dan ‘pemimpin’. Kata waliy dan auliya’ dalam Al-Qur’an diulang 41 kali. Maknanya berbeda-beda sesuai dengan konteks ayat] bagi sebagian yang lain. Orang-orang yang beriman tetapi belum berhijrah, maka tiada kewajiban sedikit pun atasmu, melindungi mereka hingga mereka berhijrah. (Akan tetapi,) jika mereka meminta pertolongan kepadamu dalam (urusan pembelaan) agama (Islam), wajib atas kamu memberikan pertolongan, kecuali dalam menghadapi kaum yang telah terikat perjanjian antara kamu dengan mereka. Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.' [QS. Al-Anfal (8):72]Seraya menunjuk pada organisasi dan sumber daya orang-orang kafir, Al-Qur'an mencermati bahwa jika umat Islam tak mengembangkan persaudaraan seperti itu, aspirasi mereka guna menghasilkan transformasi Islam universal, berdasarkan keadilan dan keshalihan, takkan pernah terwujud.Islam telah menetapkan standar khusus hubungan timbal balik dan meletakkan kode etik yang komprehensif guna memelihara dan mempertahankannya. Dengan mengikuti kode ini, seseorang dapat mencapai standar yang ditentukan oleh Islam. Jadi, dalam Islam, ada beberapa sifat yang dianggap sebagai sifat yang terpuji, dan ada sifat yang tercela.Sifat pertama dan terpenting ialah ketulusan. Nasihah merupakan istilah yang digunakan dalam korpus hadits, yang menggambarkan, secara sangat komprehensif, konsep ketulusan. Rasulullah (ﷺ) menjelaskan,الدِّينُ النَّصِيحَةُ'Ad-dien [agama; iman; cara hidup Islami] itu, nasihah [anjuran; ketulusan; keikhlasan].' [Shahih Muslim]Secara khusus disebutkan bahwa seseorang hendaknya tulus terhadap seluruh masyarakat Islam. Hubungan timbal balik antara umat Islam seyogyanya bebas dari ketidaktulusan. Ia hendaklah selalu bekerja demi kesejahteraan orang lain dan berusaha berbuat baik bagi mereka. Ia semestinya tak membiarkan bahaya apapun menyentuh orang lain. Segala upayanya, hendaklah diarahkan membantu orang lain. Salah satu kriterianya, bahwa ia seyogyanya memilih bagi orang lain, apa yang ia sukai untuk dirinya sendiri. Sebab, itu tak merugikan dirinya sendiri. Sebaliknya, ia selalu berusaha agar mencari keuntungan yang sebesar-besarnya bagi dirinya sendiri. Ia juga tak pernah berdamai dengan melepaskan apa yang menjadi haknya. Ia dengan bebas menghabiskan waktu dan uangnya bagi sesuatu yang menguntungkannya. Jadi, seorang Muslim yang shalih. tak membiarkan kerugian bagi orang lain. Ia takkan mau mentolerir rasa tidak hormat terhadapnya. Sebaliknya, ia memberinya tunjangan maksimum. Konotasi nasihah ini, hendaklah menghiasi perilakunya. Karenanya, ia lebih memilih bagi orang lain, apa yang dipilihnya, bagi dirinya sendiri. Rasulullah (ﷺ) membicarakan tentang hal ini sebagai prasyarat iman. Beliau (ﷺ) bersabda,لا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لأَخِيهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ'Tak beriman salah seorang di antaramu, hingga ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.' [Muttafaqun Alaihi]Ketulusan juga terlihat dalam kewajiban bersama umat Islam. Atribut ketulusan ini, sangat luas jangkauannya dan banyak berimplikasi pada pembentukan karakter.Sifat lain, ialah Pengorbanan, terwakili oleh seseorang yang memberikan preferensi kepada orang lain dalam hal yang paling disukai oleh dirinya sendiri. Mengorbankan kepentingannya bagi kesejahteraan orang lain merupakan kebajikan yang berharga. Seorang Muslim yang taat, bersikap tulus terhadap sesama Muslim. Ia menunda kebutuhannya sendiri membantu orang lain. Jika ia belajar menghargai selera dan minat orang lain, ia berhasil membina hubungan sosial yang sehat dan menyenangkan.Wujud lain dari semangat berkorban ialah dalam hal keuangan. Seseorang mungkin menjalani kehidupan yang sulit namun dapat memprioritaskan kebutuhan orang lain. Pengorbanan terdiri dari merasa puas dengan sesuatu yang lebih rendah, sambil memberikan apa yang lebih baik kepada sesama Muslim.Keadilan merupakan salah satu sifat yang terpuji. Jika seorang Muslim mengasimilasi dua ciri penting perilaku baik berikut ini, ia takkan menghadapi hubungan sosial yang tak bahagia. Sebaliknya, ia bakalan menikmati hubungan baik. Sifat-sifat ini ialah berlaku adil dan berbuat baik. Allah memerintahkan,'اِنَّ اللّٰهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْاِحْسَانِ وَاِيْتَاۤئِ ذِى الْقُرْبٰى وَيَنْهٰى عَنِ الْفَحْشَاۤءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ'Sesungguhnya, Allah menyuruh berlaku adil, berbuat kebajikan, dan memberikan bantuan kepada kerabat. Dia (juga) melarang perbuatan keji, kemungkaran, dan permusuhan. Dia memberi pelajaran kepadamu agar kamu selalu ingat.' [QS. An-Nahl (16):90]Sifat imperatif dari arahan ini, patut dipertimbangkan. Konsep keadilan punya dua komponen: mencapai keseimbangan dan moderasi dalam hubungan timbal-balik, dan memberikan hak kepada setiap orang. Keadilan menuntut pula agar hak-hak moral, sosial, ekonomi, hukum, politik, budaya dan agama seseorang, diberikan kepadanya secara benar. Jika ia berusaha membalas kesalahan yang dilakukan padanya, ia hendaknya membatasi diri pada ukuran ketidakadilan yang dilakukan. Siapapun yang melampaui batas ini, melakukan ketidakadilan.Ciri selanjutnya ialah ihsan, yang satu derajat lebih tinggi dari keadilan. Ihsan lebih penting dibanding keadilan dalam hubungan sosial. Sementara keadilan berfungsi sebagai dasar hubungan baik, ihsan menambah keindahan dan keunggulannya. Jika keadilan menjauhkan permusuhan dalam hubungan, berbuat baik, memperkaya kualitas dan kemanisannya. Tiada hubungan yang dapat dibangun guna mengukur secara terus-menerus, telah memenuhikah ia terhadap kewajibannya.Ia seharusnya tak terlalu mengutamakan haknya sendiri, dengan maksud memastikan bahwa ia mendapatkan semua yang menjadi haknya. Sebaliknya, ia hendaknya selalu siap melakukan kebaikan bagi orang lain. Hubungan yang sangat mirip bisnis mungkin berhasil. Namun, akan menjadi kekurangan saling-cinta, rasa terima kasih, pengorbanan, ketulusan dan kehangatan, yang sangat penting dalam kehidupan. Berbuat baik bermakna perilaku yang sangat baik, kedermawanan, sikap simpatik, sopan santun, memaafkian dan memberi kelonggaran. Ia hendaknya siap menerima kurang dari haknya dan memberi orang lain lebih dari apa yang pantas mereka terima.Karakteristik lain yang sama pentingnya adalah kemurahan-hati [dalam istilah yang luas]. Allah menggunakan istilah rahmah (rahmat) dalam konteks mengatur hubungan timbal-balik di antara umat Islam. Kemurahan-hati dapat dijelaskan dengan merujuk pada perasaan dan emosi yang lembut, sebagai sebab mengapa seseorang menunjukkan cinta, kehangatan, kasih sayang, dan kebaikan yang sepenuhnya terhadap saudara-saudaranya. Ia bahkan tak boleh berpikir untuk menyakiti orang lain. Bermurah-hati membuatnya disayangi oleh semua orang dan menarik orang-orang ke arah kemurahan-hati.Karakteristik lainnya ialah pemberian maaf, mencakup banyak fitur, selain dari perasaan mendasar agarmengabaikan kesalahan orang lain. Mencakup pula, pengendalian diri, kesabaran dan ketabahan. Saat dua orang menjalin hubungan, wajar jika mereka melakukan sesuatu yang dapat menyebabkan ketidaknyamanan, kepahitan, rasa-sakit, dan siksaan bagi pihak lain. Yang secara alami membuat mereka marah dan mungkin secara legal, membalas dendam karenanya. Namun, cinta yang meresapi hubungan mereka, akan membantu mereka mengatasi amarah. Pandangan mereka akan sangat luas bagi menahan amarah, yang pada gilirannya, akan mencegah pembalasan apapun. Dengan cara ini, mereka lebih suka menahan diri dan saling memaafkan.Mengenali nilai dan kepatutan seseorang, merupakan karakteristik terakhir yang hendaknya dipahami agar dapat menghargai pentingnya keterhubungan. Jika ia mengetahui nilai mereka yang sebenarnya, maka ia akan memberikan nilai lebih pada pertalian. Dalam hal ini, ia tak pernah memutuskan ikatannya dalam peristiwa apa pun.Ada beberapa arahan yang wajib, sementara yang lain dianjurkan sebagai tindakan yang diinginkan, guna meningkatkan hubungan yang lebih baik dan membantu mengembangkan rasa saling-cinta di antara umat Islam, ibarat genggaman-tangan.Aset terpenting seseorang ialah kehormatannya, dan ia tak dapat mentolerir serangan apapun terhadap kehormatan dan martabatnya. Oleh karenanya, umat Islam diminta agar tak mencemarkan nama baik sesama Muslim. Dengan cara yang sama, mereka didesak agar saling membela kehormatan. Jika seorang Muslim dikritik atau difitnah, maka kewajiban mereka yang hadir, membela kehormatan korban. Ia hendaknya merasa tersinggung oleh serangan ini, bagaikan apa yang dirasakannya jika menyerang dirinya sendiri. Jika ia merasa yakin bahwa kehormatannya akan dipertahankan oleh sesama Muslim, bahkan dalam ketidakhadirannya, maka ia memiliki cinta yang berlimpah bagi orang tersebut dan akan menjadikannya sebagai teman dan pelindung sejatinya.Seorang Muslim punya banyak kewajiban kepada sesama Muslim seperti membantu memecahkan masalah keuangannya, menenangkannya bila merasa gelisah dan memenuhi kebutuhannya. Ia tak terikat secara hukum agar melakukannya. Namun, ia dapat menunaikannya dengan cara berbuat baik kepada sesama Muslim. Salah satu cara penting guna membantu ialah menawarkan bantuan keuangan. Setiap orang miskin punya bagian dari karunia harta yang diberikan Allah kepada orang kaya.Selain membantu sesama muslim dan memperlakukannya dengan baik, bagian dari hubungan sosial yang baik ialah dengan berbagi kesedihan seseorang. Ia hendaknya merasakan sakit yang menimpa orang lain. Muslim diibaratkan sebagai tubuh, yang setiap bagiannya mengalami rasa sakit yang sama.Adalah kewajiban seorang Muslim, mengawasi perbuatan dan perilaku sesama Muslim, serta berusaha membantunya agar tetap berada di jalan yang lurus. Jika seorang Muslim terlihat menyimpang, ia hendaknya dinasihati dengan nasihat yang baik. Akan tetapi, pelaksanaan tugas ini, sering menimbulkan situasi yang tak menyenangkan. Namun, jika seseorang punya keyakinan yang teguh bahwa kesuksesan yang abadi semata akhirat, dan bahwa setiap muslim seyogyanya menolong saudaranya dalam mencapai kesuksesan ini, takkan ada kegetiran. Untuk pertanggungjawaban di kehidupan ini, jauh lebih mudah ketimbang pertanyaan di akhirat. Kita hendaknya berterima kasih kepada orang yang memperhatikan kekeliruan kita. Namun, kita juga seyogyanya mengamati etiket tertentu dalam mengkritik dan menasihati orang lain. Penting bahwa ini hendaklah dilakukan dengan ketulusan dan cinta yang paling tinggi, sehingga mendorong saling cinta dan pengertian. Dalam situasi seperti itu, kita hendaknya memandang para pengkritik kita sebagai para penderma kita.Salah satu perwujudan cinta kepada orang lain ialah bahwa ia suka ditemani oleh orang-orang yang ia hormati dan sayangi. Kunjungan meningkatkan cinta seseorang terhadap sesama Muslim dan, lebih jauh lagi, membuat orang lebih dekat. Cinta menuntutnya, mengunjungi saudaranya sesering mungkin. Jika norma-norma syariah diikuti, maka hal ini sangat meningkatkan hubungan sosial. Kunjung-mengunjungi ini, tak boleh menjadi kesempatan untuk melecehkan, memfitnah, atau menyakiti orang lain.Penekanan pada saling-berkunjung dan janji pahalanya yang sangat besar, mengingat pertimbangan cinta meningkat dengan hubungan yang berkepanjangan. Seseorang membutuhkan bantuan dan nasihat dari teman-teman yang tulus, selama pertemuan dengan teman-temannya. Jika seseorang melakukannya dengan maksud menggapai ridha Allah dan mengingat-Nya, bahkan hubungan sosialnya, akan memainkan peran penting dalam pengembangan perilaku baiknya.Maka, ia hendaknya berusaha sebaik mungkin menjaga hubungan sosial dengan Muslim lainnya. Salah satu bentuk kunjungan yang sangat dianjurkan dalam Islam ialah menjenguk orang sakit. Orang sakit membutuhkan bantuan dan simpati orang lain karena kondisi fisik dan psikologisnya. Simpati dan pelayanannya sangat berharga baginya. Mengunjungi orang sakit sangat membantu dalam memperkuat hubungan sosial. Mengunjungi orang sakit hanyalah salah satu bentuk membantu mereka yang dalam kesusahan. Cara lain membantu termasuk membagikan kecemasannya dan melayaninya. Yang pasti, ada pahala besar yang diperoleh dari membantu orang lain.Karena seorang Muslim punya rasa sayang terhadap sesama Muslim, maka wajar jika hal ini hendaknya diekspresikan. Hal ini membantu mempromosikan saling pengertian yang lebih baik. Pula, menghindari tindakan apapun dari salah satu dari mereka, yang dapat menyebabkan kepahitan di masa depan. Oleh karena itu, agar menghindari perselisihan apapun, penting agar saling-cinta mereka, tak disembunyikan.Selain memperlakukan orang lain dengan baik, acara ramah-tamah merupakan cara paling efektif untuk meningkatkan hubungan sosial. Meskipun demikian, pada pertemuan seperti ini, tak boleh ada pembicaraan kasar, menjelek-jelekkan, mengecam atau mencemooh orang lain. Ramah-tamah seyogyanya ditandai dengan memperlihatkan kasih-sayang yang berlimpah. Tetapi ia hendaknya berhati-hati agar tak ada kekerasan, ketidakpedulian atau kecerobohan yang dapat merusak pertemuan.Dan merupakan kewajiban menyapa seorang Muslim dengan cara yang ditentukan. Di satu sisi, menggambarkan perasaannya terhadap orang lain, dan di sisi lain, itu menunjukkan keinginan tulusnya. Karena cinta kepada saudaranya, ia hendaklah berdoa untuknya dan dengan demikian, mengungkapkan perasaannya terhadapnya. Salam hanya dapat meningkatkan cinta timbal-balik, asalkan dilakukan dengan upaya sadar. Sebab salam menandakan keinginan tulusnya bagi kesejahteraan orang lain.Setelah Salam, isyarat lain guna mengungkapkan kasih-sayangnya kepada orang lain ialah dengan berjabat-tangan dengannya. Amalan ini juga dianjurkan oleh Rasulullah (ﷺ). Berjabat-tangan melengkapi dan mewujudkan semangat Salam. Umat Islam seyogyanya saling berjabatan tangan, memuji Allah dan memohon ampunan-Nya sehingga mereka dapat memperoleh keselamatan.Merupakan psikologi manusia dimana orang suka disapa dengan hormat. Semakin seseorang disapa dengan penuh kasih, semakin ia tergerak. Umat Islam tak boleh menunjukkan kekikiran dalam memanggil orang dengan cinta dan kasih sayang. Sebaliknya, mereka hendaklah berusaha menyapa orang lain dengan istilah yang ekspresif dari emosi mereka.Sebagai bagian dari hubungan yang tulus, ia hendaknya menaruh minat yang besar pada masalah pribadi saudaranya. Ia menanyakan kesejahteraannya dan mengungkapkan minat yang besar terhadap mereka. Hal ini meyakinkan mereka tentang ketulusannya dan memperkuat ikatan persaudaraan. Pengetahuan tentang detail pribadi orang lain, meningkatkan hubungan dekat.Cara yang efektif untuk mengungkapkan cinta dan ketulusan kepada orang lain dan untuk memperkuat hubungan sosial ialah dengan memberikan hadiah. Sementara menyanjung orang lain merupakan penghargaan lisan yang sangat menyenangkan penerima, hadiah materi juga mendekatkan orang satu sama lain. Bertukar kado memudahkan rasa saling cinta dan kasih sayang, pula menghilangkan kegetiran, jika ada. Hadiah tak boleh melebihi kemampuannya. Ia tak perlu ragu memberikan hadiah karena alasan sederhana yaitu tidak mahal. Apa yang mengikat orang bersama bukanlah nilai dari sebuah hadiah, melainkan ketulusan dan cinta yang meresapinya. Hadiah hendaknya diterima dengan rasa terima kasih. Hadiah hendaknya dibalas dan tak harus bernilai yang sama. Sebaliknya, ia hendaknya memberi sesuai dengan kemampuannya. Inilah praktik Rasulullah (ﷺ) untuk memberi dan menerima hadiah. Parfum sering menjadi hadiah favorit Rasulullah (ﷺ). Mungkin saat ini, orang dapat memberikan buku yang bagus sebagai hadiah.Namun, ada keadaan yang tak diperbolehkan saling bertukar-hadiah, antara lain: jika dengan hadiah, menyebabkan perbuatan riba; hakim dilarang menerima hadiah yang ditawarkan kepadanya, untuk menjaga martabatnya sebagai hakim; di antara hadiah yang dilarang ialah yang diberikan kepada saksi di pengadilan sebagai imbalan atas kesaksiannya; hadiah yang ditawarkan kepada seorang yang disewa oleh otoritas untuk memenuhi kebutuhan orang banyak; hadiah yang ditawarkan sebagai imbalan dengan tujuan melepaskan salah satu hak Allah atau menerima sesuatu yang berpotensi melanggar hukum atau penyalahgunaan wewenang. Prinsipnya adalah '... tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan. Dan takutlah kepada Allah, sesungguhnya Allah sangat berat siksaan-Nya.' [QS. Al-Ma'idah (5):2].Mengungkapkan rasa terimakasih kepada orang lain, merupakan cara yang tepat menunjukkan cinta. Berbagi makanan dan mengundang orang makan, contoh cinta dan ketulusannya terhadap orang lain. Pada waktu makan, orang bersantai dan berbicara dengan bebas. Ketika seseorang diundang makan, ia merasa bersyukur dan menghargai bahwa tuan rumahnya, sangat menghargainya. Perasaan seperti itu, jelas memperkuat hubungan sosial.Saling mendoakan agar memohon ampunan Allah bagi saudaranya dan berdoa bagi kesejahteraannya, dalam ketidakhadiran atau kehadiran mereka, hal ini menanamkan cinta dan kasih sayang yang besar. Ketika seseorang mengamati bahwa saudaranya berdoa kepada Allah untuknya, ia pasti akan tergerak. Bila doa dibuat bagi seseorang di hadapannya, meyakinkan mereka akan ketulusan dan cinta seseorang. Hal ini bertujuan memohon rahmat Allah, oleh karenanya, doa ini merupakan langkah praktis menuju tujuan ini. Jika doa dilakukan dengan menunjuk pada seseorang yang sedang dipikirkannya, sangat mungkin akan berefek yang lebih besar. Inilah kewajiban seorang Muslim kepada sesama Muslim, dimana ia memohon ampunan orang lain dan meningkatkan hubungan timbal-balik. Doa seperti itu, juga mempererat hubungan.Akhirnya sebagai penutup, saling cinta, persaudaraan, saling mengasihi dan menghormati, merupakan buah dari iman. Itulah prasyaratnya. Semakin seseorang mengabdi pada tujuan Islam, semakin kuat ikatan persaudaraan dengan sesama Muslim. Mereka saling berbagi rasa-sakit dan penderitaan serta saling gembira atas kebahagiaan yang lain. Ditambah dengan cinta-kasih dan ketulusan, yang didorong oleh iman, hubungan sosial ini mencapai titik tertingginya. Ikatan semacam itu, merangsang komunitas dengan dinamisme, kehangatan, dan semangat yang menjamin kesuksesannya secara menyeluruh. Berkah-berkah ini, bertambah ketika semua kondisi di atas terpenuhi. Oleh karenanya, kita harus mengingat ajaran yang disampaikan oleh Allah dan Rasul-Nya. Tentu saja, tiada yang dapat dicapai tanpa dukungan Allah. Pertolongan Ilahi inilah yang istimewa untuk menikmati hubungan yang ramah. Maka, selain mengambil langkah-langkah di atas, ia hendaknya berdoa dengan sungguh-sungguh kepada Allah guna menanamkan cinta dan menghilangkan perselisihan,رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِاِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِالْاِيْمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِيْ قُلُوْبِنَا غِلًّا لِّلَّذِيْنَ اٰمَنُوْا رَبَّنَآ اِنَّكَ رَءُوْفٌ رَّحِيْمٌ'Duhai Rabb kami, ampunilah kami serta saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu daripada kami dan janganlah Engkau jadikan dalam hati kami kedengkian terhadap orang-orang yang beriman. Duhai Rabb kami, sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Penyantun lagi Maha Penyayang.' [QS. Al-Hasyr (59):10]""Waktunya pergi," kata Swara, "namun aku ingin meninggalkan sebuah canda, 'Seorang turis melakukan perjalanan melewati hutan terlebat di Amerika Tengah dan menemukan sebuah candi Maya kuno. Ia bertanya pada sang pemandu wisata tentang rincian strukturnya. Sang pemandu menyampaikan padanya bahwa para arkeolog sedang menggali dan masih menemukan harta karun yang dahsyat. Sang turis bertanya berapa umur candi tersebut.'Candi ini berumur 1.504 tahun,' jawab sang pemandu.Terkesan oleh penanggalan yang akurat ini, sang turis mempertanyakan bagaimana bisa ada penanggalan yang teramat tepat.'Oh, itu gampang,' jawab pemandu. 'Para arkeolog mengatakan candi itu, berusia 1.500 tahun, dan itu, empat tahun yang lalu.'""Wallahu a'lam."
- Yasien Mohamed, Fitra: The Islamic Concept of Human Nature, Ta-Ha
- Mary E. Clark, In Search of Human Nature, Routledge
- Khurram Murad, Interpersonal Relations : An Islamic Perspective, The Islamic Foundation
- Ira M. Lapidus & Francis Robinson, Cambridge Illustrated History : Islamic World, Cambridge University Press
[Bagian 1]