Senin, 27 Februari 2023

Sang Jin dan sang Statistikawan

"Seorang tukang-koran, yang tanpa basa-basi, mengetuk pintu sebuah rumah," Swara memulai ceritanya usai mengucapkan Basmalah dan menyapa dengan Salam, "ketika seorang ibu sepuh membuka pintu, ia menagih, dengan blokosuto , 'Ibu belum membayar tagihan koran selama sebulan. Bayar sekarang atau Ibu kami keluarkan dari sirkulasi, dan Ibu akan mendengar kabar dari agen penagihan kami.'
Sang ibu melihat sekeliling halaman rumahnya dan dengan kalem menjawab, 'Duh cah bagus ... ibu 'udah 'mbayar setiap minggu, sama seperti caramu mengantarkan koran Ibu. Lihat. Ada amplop pembayaran di semak-semak di sebelah kiri, yang lain di semak-semak sebelah kanan, yang satu di selokan depan, dan yang satunya lagi, di celah jendela ruang tamu Ibu.'"

"Dan keesokan harinya," lanjut Swara, "Katak mengunjungi rumah Kodok, guna menggenapi, cerita yang telah disampaikannya.
'Alkisah, di sebuah negara yang, usai sebuah Reformasi, telah disepakati bahwa Kepala Negara-nya—dan ia dibekali dengan senjata serta segala jenis perangkat, yang diharapkan dapat membantunya dalam melaksanakan tugas-tugasnya—selain menjalankan dan mengelola roda pemerintahan dengan masa jabatan terbatas, juga merupakan penjaga dan perawat nilai-nilai kebajikan. Namun amat disayangkan, di kalangan abdi negara, sebagai perangkat Kepala Negara—tak semua tentunya, yang semestinya bekerja demi kemajuan dan kemakmuran rakyat, di satu sisi, mencuat—semacam dekadensi moral—istilah—beserta kata, yang terkait dengan hedonis dan hedonistik—yang berasal dari kata Yunani, hēdonē, 'kesenangan.' Di sisi lain, terungkap, sejenis apa yang disebut kekerasan, atau rasa-sakit. Biasanya, keduanya muncul bersamaan, atau salah satu dari keduanya, hadir duluan.
Dikala berbicara tentang lahirnya Hedonisme, Kurt Lampe memberitahu kita, sebuah parabel Cyrenaic, 'Jika kita percaya Xenofon [dari Athena, tentara bayaran pengagum Socrates], Socrates tak sepenuhnya menyetujui Aristippus dari Kirene. Baik Xenofon maupun Aristippus, berada di antara para pemuda yang menghabiskan waktu luang mereka, bersama Socrates. Namun, Xenofon merasa, ia dan Socrates sepakat tentang pentingnya pengendalian-diri, yang merupakan dasar dari tanggungjawab pengelolaan atas tubuh, jiwa, rumah-tangga, keterhubungan, dan kota seseorang. Sebaliknya, ia memaparkan bagaimana Socrates 'telah memperhatikan salah seorang sahabatnya [yakni, Aristippus] agak memanjakan diri-sendiri' yang terkait dengan makanan, minuman, seksualitas, tidur, dingin, panas, dan kerja-keras. Maka, Socrates berusaha menunjukkan kepada Aristippus, kekeliruannya. Tegurannya diakhiri dengan mengingatkan kearifan penyair Hesiod dan Epicharmus, yang sependirian bahwa keringat dan penderitaan, merupakan harga dari segala hal yang baik. Ia lalu memparafrasekan cerita Prodicus tentang 'pilihan Heracles', dimana sang pahlawan, dihadapkan oleh dua tokoh alegoris. Sosok Keburukan menjanjikan segala jenis kesenangan tanpa usaha, sedangkan sosok Kebajikan menegaskan kembali bahwa tiada kebahagiaan tanpa usaha. Socrates tak memberitahu kita, pilihan mana yang diambil Heracles, namun kita semua tahu, ia memilih jalan penderitaan dan kebajikan yang mulia. Pertanyaannya, pilihan mana yang diambil Aristippus?
Cara Xenofon menghadirkan Aristippus, membuat sebagian besar pembaca menyimpulkan bahwa ia memilih jalan kesenangan yang mudah. Tentu saja, hal ini bukanlah catatan yang dapat dipercaya tentang pemikiran historis Aristippus. Hal ini merupakan fiksi yang diwarnai oleh pendapat Xenofon tentang Aristippus dan Socrates, serta konsepsinya sendiri tentang kebajikan, keburukan, kesenangan, dan kebahagiaan. Namun, parabel inilah, yang berguna memikirkan tentang dorongan di balik gerakan filosofis yang dimulai oleh Aristippus. Gerakan itu disebut 'Cyrenaic' setelah Cyrene, polis [kota] di Afrika Utara tempat lahirnya, sebagian besar peserta gerakannya. Meskipun Cyrenaics tak mengasosiasikan kesenangan dengan keburukan, Xenofon benar tentang keterwakilan filosofi Cyrenaic sebagai pilihan kesenangan. Cyrenaics secara reflektif, menegaskan ketertarikan intuitifnya pada kesenangan dan berkomitmen mengatasi akibat yang membentuk kehidupan dari keputusan ini.
Ada dua aspek dari hedonisme ini, di mata Lampe. Pertama, banyak keyakinan dan argumen fundamental Cyrenaics berputar di seputar, kesenangan dan rasa-sakit. Teristimewa, semua sepakat bahwa kesenangan tubuh atau mental, merupakan kebaikan intrinsik terbesar dan paling pasti. Kita mungkin menyebutnya, hedonisme formal. Kedua, kesemuanya benar-benar menikmati segala macam kesenangan sehari-hari, seperti makanan dan seksualitas. Dengan kata lain, terlepas dari ketidaksepakatan di antara anggota gerakan, pada umumnya bukan dengan kesederhanaan yang bijaksa atau pengendalian diri, mereka berusaha hidup dalam kesenangan. Dalam hal ini, mereka berbeda (setidaknya dalam derajat) dari banyak hedonis formal, termasuk pesaing dan penerusnya, Epicurean. Kita mungkin menyebutnya, hedonisme sehari-hari.
Nyatanya, kita dapat menganggap filosofi Cyrenaic sebagai upaya pertama dalam tradisi Eropa, meresmikan hedonisme sehari-hari, dengan teori yang semakin sistematis. Cyrenaics jelas bukan yang pertama mengklaim bahwa kesenangan itu, hal yang baik; sesungguhnya, daya-tarik universal kesenangan, merupakan dasar dari pilihan reflektif mereka. Mereka bukanlah pemikir pertama yang menghadirkan kesenangan, sebagai posisi teoretis yang penting. Sepertinya Democritus, misalnya, memberikan keunggulan tematik 'kesenangan' (hēdonē) dan 'sukacita' (terpsis) dalam tulisan etisnya. Selain itu, di antara orang-orang sezaman Aristippus, Eudoxus dari Cnidus, yang mengelaborasi hedonismenya di dalam Akademi Plato, dan Polyarchus yang bayang-bayang, 'Voluptuary' [orang yang suka kesenangan badaniah] dari Syracuse. Namun tradisi Cyrenaic, jelas melibatkan penelitian hedonisme yang jauh lebih berkelanjutan daripada semua ini. Dengan demikian, cukup adil, bahwa Cyrenaics, acapkali dihadirkan sebagai pencetus tradisi hedonisme filosofis di Eropa.

Disebutkan pula, ada seorang statistikawan, selagi mengendarai Jeep Rubiconnya—jangan tanya, darimana ia memperolehnya, dan pula, jangan tanya, mengapa tiba-tiba seorang wanita paruh-baya, yang dikenal suka jutek bila sedang bekerja, terekam (atau sengaja direkam?) di medsos, sedang mencuci sebuah mobil, dan kata para netizen, pajak kendaraannya belum dibayar—di sepanjang jalan tol, ada sesuatu yang menarik perhatiannya. Namun sebelum kulanjutkan, engkau mungkin bertanya, mengapa memilih statistika dalam konteks ini?
Faktanya, informasi itu, indah, demikian pula Statistika. Statistika itu, disiplin ilmu yang paling menarik. Seorang statistikawan merupakan orang yang bekerja dengan statistika teoretis atau terapan. Profesi ini, ada di sektor swasta dan publik. Mengkombinasikan ilmu statistika dengan keahlian dalam pokok bahasan lain, merupakan sesuatu yang umum, dan statistikawan dapat bekerja sebagai karyawan atau konsultan statistik. David John Hand, statistikawan Inggris, memberitahu kita, 'Salah satu definisi statistika yang cukup baik ialah, teknologi mengekstraksi makna dari data. Namun, tiada definisi yang sempurna. Secara khusus, definisi ini tak merujuk pada peluang dan probabilitas, yang merupakan andalan dari banyak aplikasi statistika. Jadi definisi kerja lainnya, yang mungkin ialah, teknologi penanganan ketidakpastian. Namun definisi lain, atau definisi yang lebih tepat, boleh jadi lebih menekankan pada peran yang dimainkan statistik. Maka, kita dapat mengatakan bahwa statistika itu, disiplin kunci memprediksi masa depan atau menympulkan tentang sesuatu yang tak diketahui, atau menghasilkan ringkasan data yang sesuai. Secara bersama-sama, definisi-definisi ini, secara luas mencakup esensi disiplin, meskipun penerapan yang berbeda, akan menghasilkan manifestasi yang sangat berbeda. Misalnya, pengambilan keputusan, pendugaan, pemantauan waktu nyata, deteksi penipuan, pencacahan sensus, dan analisis urutan gen, merupakan semua aplikasi statistika, namun mungkin memerlukan metode dan alat yang amat berbeda. Satu hal yang perlu diperhatikan tentang definisi ini, bahwa aku sengaja memilih kata 'teknologi' ketimbang sains. Teknologi merupakan penerapan sains dan penemuannya, dan itulah statistika: penerapan pemahaman kita tentang cara mengekstraksi informasi dari data, dan pemahaman kita tentang ketidakpastian. Namun demikian, statistika terkadang disebut sebagai ilmu. Memang, salah satu jurnal statistika yang teramat menggairahkan hanya disebut: Statistical Science.'
Namun kata 'statistika,' dalam pandangan David Hand, pula punya makna lain: bentuk jamak dari 'statistik'. Statistik adalah fakta numerik atau ringkasan. Misalnya, ringkasan data yang menggambarkan beberapa populasi: mungkin ukurannya, tingkat kelahiran, atau tingkat kejahatan. Jadi, apa yang kita bicarakan, di satu sisi, adalah tentang fakta numerik individu. Tetapi dalam makna yang sangat nyata, ia lebih dari itu. Ia tentang bagaimana mengumpulkan, memanipulasi, menganalisis, dan menyimpulkan sesuatu dari fakta-fakta numerik tersebut. Ia tentang teknologi itu sendiri. Aku tak bermaksud menyajikan tabulasi angka, melainkan menekankan pentingnya cara bisnis mengambil keputusan, cara astronom menemukan jenis bintang baru, cara peneliti medis mengidentifikasi gen yang terkait dengan penyakit tertentu, cara bank memutuskan mengabulkan permohonan kartu kredit seseorang, bagaimana perusahaan asuransi memutuskan biaya premi, bagaimana membuat filter spam yang mencegah iklan cabul mencapai kotak masuk email ente, dan seterusnya.
Tiada aspek kehidupan modern yang tak tersentuh oleh statistika. Kedokteran modern dibangun di atasnya: misalnya, uji coba terkontrol secara acak telah digambarkan sebagai 'salah satu alat penelitian yang paling sederhana, paling kuat, dan revolusioner'. Memahami proses penyebaran wabah, mencegahnya menghancurkan umat manusia. Pemerintah yang efektif bergantung pada analisis statistik data yang menggambarkan ekonomi dan masyarakat, secara hati-hati: mungkin itulah argumen guna menegaskan bahwa semua orang di pemerintahan, hendaknya wajib mengikuti kursus statistik. Petani, ahli teknologi pangan, dan supermarket, semuanya secara implisit menggunakan statistik untuk memutuskan apa yang akan ditanam, bagaimana memprosesnya, dan bagaimana mengemas dan mendistribusikannya. Ahli hidrologi memutuskan seberapa tinggi membangun pertahanan banjir dengan menganalisis statistik meteorologi. Insinyur yang membangun sistem komputer, menggunakan statistik keandalan guna memastikan agar tak terlalu sering crash. Sistem kontrol lalu lintas udara, dibangun di atas model statistik yang kompleks, berdaya-guna secara real time. Meskipun ente mungkin tak mengenalinya, ide dan alat statistik, mendekam di hampir setiap aspek kehidupan modern.

Komentar tentang adanya 'lies, damned lies, and statistics,' dikaitkan dengan, antara lain, Mark Twain dan Benjamin Disraeli. Ada banyak kecurigaan statistika, kata David Hand. Mungkin pula, kita bertanya-tanya, adakah unsur ketakutan terhadap disiplin ini. Memang benar bahwa para statistikawan acapkali berperan sebagai seseorang yang hendaknya berhati-hati, bahkan mungkin menjadi pembawa berita buruk. Statistikawan yang bekerja di lingkungan penelitian, misalnya di sekolah kedokteran atau konteks sosial, diharuskan memberi penjelasan bahwa data tak memadai guna menjawab pertanyaan tertentu, atau hanya jawabannya, bukan yang ingin didengar peneliti. Hal tersebut, bisa jadi, disayangkan dari sudut pandang peneliti, namun agak tidak adil, bila menyalahkan pembawa pesan statistika.
Dalam banyak kasus, kecurigaan ditimbulkan oleh mereka yang secara selektif memilih statistik. Jika ada lebih dari satu cara meringkas kumpulan data, semuanya melihat aspek yang sedikit berbeda, maka orang yang berbeda, dapat memilih penekanan pada ringkasan yang berbeda. Contoh khusus ialah dalam statistika kejahatan. Di Inggris, David Hand memberikan contoh, mungkin sumber statistika kejahatan yang paling penting adalah, British Crime Survey. Ia memperkirakan tingkat kejahatan dengan menanyakan langsung sampel orang-orang yang menjadi korban kejahatan selama setahun terakhir. Sebaliknya, seri Recorded Crime Statistics, mencakup seluruh pelanggaran yang dilaporkan ke Home Office yang telah dicatat oleh polisi. Menurut definisi, ia tak termasuk pelanggaran ringan tertentu. Lebih penting lagi, tentu saja, ia mengecualikan kejahatan yang tak dilaporkan ke polisi sejak awal. Dengan perbedaan seperti itu, tak mengherankan bahwa angka-angka tersebut, dapat berbeda antara dua set statistik, bahkan sejauh kategori kejahatan tertentu, boleh jadi, tampak menurun dari waktu ke waktu menurut satu set angka, namun meningkat menurut yang lain.
Angka-angka statistik kejahatan, juga mengilustrasikan penyebab potensial lain dari kecurigaan statistika, kata David Hand. Dikala ukuran tertentu digunakan sebagai indikator kinerja suatu sistem, orang dapat memilih menargetkan ukuran itu, meningkatkan nilainya, tetapi dengan mengorbankan aspek lain dari sistem. Ukuran yang dipilih, lalu meningkat secara tak proporsional, dan menjadi tak berguna sebagai ukuran kinerja sistem. Misalnya, polisi dapat mengurangi tingkat kejahatan pengutilan dengan memfokuskan seluruh sumber-dayanya pada hal itu, dengan biaya membiarkan jenis kejahatan lain meningkat. Akibatnya, tingkat kejahatan mengutil, menjadi tak berguna sebagai indikator tingkat kejahatan. Fenomena ini disebut 'Goodhart's law', dinamai menurut Charles Goodhart, mantan Kepala Penasihat Bank of England.
Inti dari semua ini, bahwa masalahnya bukan terletak pada statistika itu sendiri, melainkan pada penggunaan statistika tersebut, dan kesalahpahaman tentang bagaimana statistika diproduksi dan apa makna sebenarnya. Mungkin sangat wajar mencurigai hal-hal yang tak kita pahami. Solusinya ialah, menghalau kurangnya pemahaman itu.

Dan demikianlah, sesuatu yang berkilau, di bawah sana, di tepian anak-sungai, menggerakkan batin sang Statistikawan, banting stir ke luar jalan Tol. Sesampai di sana, ia bergegas turun dari Jeepnya, berjongkok, melepas sunglassnya yang mirip punya Tom Cruise dalam Maverick, menyelipkannya ke dalam saku baju, dan kemudian memungut benda berkilau tersebut. Sebuah botol kecil seukuran genggaman tangannya, dan itulah 'çesm-i bülbül,' mata burung bulbul.
Ia mengamatinya barang sesaat, dan langsung melakukan seperti yang dilantaskan sang Ilmuwan dan sang Jenderal. Ia menahan botol di bawah aliran sungai, memutarnya berputar-putar. Kacanya membiru, dijalin dengan lingkaran putih buram, biru kobalt, sangat terang, berkilau dan indah. Ia memutar dan memutarnya, menggosok bintik-bintik debu yang lekat, dengan ibu jari dan jari-jemarinya, dan tiba-tiba sumbatnya, gerinda kaca yang samar, melesat keluar dari leher botol dan jatuh, berdenting tapi gak pecah, ditepian anak-sungai, di atas batu kerikil. Dan dari botol di tangannya, keluar segerombolan tiupan nafas, warna-warna buram yang bergerak cepat, dengan suara mendengung bernada tinggi dan beraroma kayu-manis, belerang, tentang sesuatu yang mungkin merupakan dupa, tentang sesuatu yang bukan kulit, tapi, apaan coba? Awan gelap berkumpul dan berbalik, dan terbang berbentuk keongan atau koma besar, keluar dari botol. Aku melihat sesuatu, pikirnya, dan menemukan jempol kaki yang amat besar, kaki dengan lima jari setinggi tubuhnya. Ia mengikuti wujud itu, dari bawah ke atas, mulai dari kaki, lutut, paha, sedikit ke atas—biji lato-latonya gak kelihatan, soalnya doi make sempak kek Superman, perut, dada, dan kepala. Berdiri di sana, seorang lelaki yang berkacak-pinggang. Mirip Superman sih, tapi yang satu ini, plontos.
Tanpa ragu, sang Statistikawan berkata, 'Ellu pastilah sang Jinn.' Dan sebelum sang jin menjawab, ia melanjutkan, 'Lu bakalan nawarin gue, tiga keinginan dengan syarat dan ketentuan berlaku. Iya kan?'
Sang jin menjawab, 'Ya, benar!' dan sebelum ia berbicara lagi, sang Statistikawan menyela, 'Ellu mesti ngaku!'
'Apa itu?' tanya sang Jin.
'Ellu kan Jin yang dic'ritain One Thousand and One Nights-nya Sir Richard Francis Burton?' sang Statistikawan balik nanya.
'Ellu semestinya ngaku, bahwa ellu bukanlah Arabian Jinn, tapi adaptasi mitologi Jin Persia, ya kan?' kata sang Statistikawan.
'Iyyaa, gua ngaku. Tapi itu gak penting, sebab, gua lagi nungguin lu, ngomongin keinginan ellu,' kata sang Jin.
'Iya betul, gue punya keinginan, tapi dengerin dulu cerita gue,

'Pernah ada seorang Kaisar yang sangat menyayangi rambutnya, di atas segalanya, dan bahagia. Tapi ada sebuah rahasia, yang disembunyikan oleh sang Kaisar, bahwa ia sebenarnya, gak punya rambut di kepala. Gak ada yang tahu, sebab doi memakai wig. Tentu saja, ada penata rambut dan tukang cukur Kekaisaran, tapi bukan untuk melayani sang Kaisar, melainkan untuk para anggota keluarga kaisar.
Suatu hari, seorang penjual-obat keliling, menawarinya beberapa 'Ramuan Rambut Ajaib.' Sang kaisar membelinya dan mulai mengoleskannya di kepala, setiap hari. Dan beberapa hari kemudian, ia bertanya kepada penasihat kepercayaannya, bekerjakah ramuan itu dengan baik, atau tidak. Saking takutnya, dua penasehat tepercaya—karena kemiripan mereka satu sama lain, sang Kaisar menamai salah satu dari mereka, Sebelas, dan yang lain, Duabelas—menyampaikan pada kaisar, bahwa ramuan tersebut bekerja dengan sangat baik, bahkan rambut di kepala baginda. tumbuh cepat dan lebat. Mereka amat banyak bohongnya, bahkan percaya pada kebohongannya dewek. Sang kaisar terkejut, dan berkata, "Panggilkan tukang-cukur dan penata-rambut, aku ingin mereka memangkas dan menata rambut baruku!"
Maka, keduanya datang atas perintah sang Kaisar. Awalnya, mereka bingung, tapi  Sebelas dan Duabelas memberi isyarat bahwa mereka harus menyenangkan sang Kaisar, kalau tidak, kepala mereka bakalan jadi menyan. Merekapun bilang bahwa rambut sang Kaisar sangat lebat dan mudah di tata, dan merekapun menggerakkan tangan seolah memangkas dan menata rambut sang Kaisar. Sang Kaisar puas, dan memutuskan, 'Siapkan parade, aku akan berjalan di jalanan dan memamerkan rambut baruku.' Dan semua anak-buah sang Kaisar, gak bisa ngomong kecuali, 'Atas petunjuk Kaisar!'
Kemudian jalan-jalan dipenuhi ratusan orang yang teriak 'Waw!' atas rambut baru sang kaisar—karena tak satu pun dari mereka mau mengakuinya. Tiba-tiba, suara melengking seorang bocah terdengar di tengah tepuk-riuh penonton. 'Tapi kaisar kan gak punya raambuut!' teriak sang bocah. 'Gak punya rambut sama sekali, alias plontos!' Tiba-tiba, keheningan yang mencengangkan terjadi, dan sang bocah tersadar bahwa ratusan pasang mata sedang menatapnya. Tiba-tiba, seseorang terkikik ... yang lain berusaha menahan cekikikannya ... yang lain ngakak, tertawa terbahak-bahak ... dan seluruh kerumunan meledak menjadi gelak-tawa yang tak terkendali. Mereka berkata satu sama lain, 'Kita gak butuh rambut baru Kaisar ... yang kita butuhkan, seorang Kaisar dengan otak baru!'

'Dan sekarang,' kata jin, 'tunjukkan keinginan lu!'
Namun, sang statistikawan tersenyum dan berkata, 'Gue cuma punya satu keinginan, dan keinginan itu adalah 'Gue menginginkan ellu Jin' dan cuma ellu!'
'Gak mungkin!' jawab sang jin.
Dengan tenang, sang Statistikawan menunjukkan botol di tangan kanannya, dan sumbat-botol di tangan kirinya, 'Ikut gue atau... tanpa gue!' katanya mulai menggerakkan sumbatnya ke arah mulut botol.
'Okeh ... baiklah! Gue nyerah!' kata sang jin.
'Sekarang ikutin gue, dan patuhin gue!' Maka, sang Statistikawan memacu Jeep-nya diikuti oleh sang Jin, ke arah sebuah kota dimana orang-orang akan memilih seorang walikota. Dan sang jin pun bersenandung,

There is no political solution
[Gak ada solusi politik]
To our troubled evolution
[Terhadap kekacauan evolusi kita]
Have no faith in constitution
[Gak ada ketaatan konstitusi]
There is no bloody revolution
[Gak ada revolusi berdarah]
We are spirits in the material world
[Kitalah para sukma dalam dunia materi]

Our so-called leaders speak
[Yang namanya para pemimpin kita, ngomong]
With words, they try to jail ya
[Dengan omongan, mereka berusaha penjarain ellu]
They subjugate the meek
[Mereka memperhambakan yang patuh]
But it's the rhetoric of failure
[Tapi itulah retorika kegagagalan]
We are spirits in the material world
[Kitalah para sukma dalam dunia materi]

Where does the answer lie?
[Dimanakah letak jawabnya?]
Living from day to day
[Jalani hidup dari hari ke hari]
If it's something we can't buy
[Jika itu sesuatu yang tak dapat kita beli]
There must be another way
[Semestinya ada cara lain]
We are spirits in the material world *)
[Kitalah para sukma dalam dunia materi]

'Katak mengakhiri ceritanya dengan berkata, 'That's all, Kodok!'"

Swara menyimpulkan dengan sebuah Breaking News, 'Akan ada 8 stadion yang didanai oleh FIFA dalam sebuah kota di Borneo. Dan para komentator sepakbola bereaksi, 'Kaspo!' Wallahu a'lam.”
Kutipan & Rujukan:
- Kurt Lampe, The Birth of Hedonism, Princeton University Press
- David J. Hand, Statistics: A Very Short Introduction, Oxford University Press
*) "Spirits in the Material World" karya Gordon Summers