Minggu, 12 Februari 2023

Para Pemikir : Modern

"Di sebuah department store, seorang wanita sedang menunggu proses pembayaran, menggunakan kartu kreditnya,” Swara kemudian memulai setelah menyapa dengan Basmalah dan Salam. "Sang pramuniaga lalu berkata, 'Maaf Mbak, kami diharuskan meminta Mbak, mengidentifikasikan diri.'
Sang pelanggan mengambil cermin-kecil dari tas tangannya, menatapnya dengan tajam, sedikit memiringkan wajahnya, tersenyum, mengangkat kedua jarinya—bersimbolkan 'victory'—mendekat ke wajahnya, menyonyongkan bibirnya, dan menegaskan, 'Naah, yang itu ... so pastilah akyuu.'"

Kemudian, Swara melanjutkan, "Masa sejarah yang biasa disebut 'Modern,' punya pandangan mental yang beda dengan masa Abad Pertengahan, dalam banyak hal. Dari semua ini—mengikuti pandangan Bertrand Russel—ada dua hal yang sangat penting: berkurangnya otoritas Gereja, dan meningkatnya otoritas Sains. Dengan kedua hal ini, hal-hal lainnya, terkait. Budaya zaman modern lebih bersifat Awam ketimbang Klerikal. Negara semakin berkembang menggantikan Gereja sebagai otoritas pemerintahan yang mengontrol kebudayaan. Pemerintahan bangsa-bangsa, yang pada awalnya, sebagian besar berada di tangan raja-raja; lantas, seperti di Yunani kuno, para raja secara bertahap, digantikan oleh Demokrasi atau Tiran. Kekuasaan negara nasional, dan fungsi-fungsi yang dilakukannya, tumbuh dengan mapan sepanjang seluruh periode (terlepas dari beberapa fluktuasi kecil), namun acapkali, Negara berpengaruh lebih kecil terhadap pendapat para filsuf dibanding Gereja pada Abad Pertengahan. Aristokrasi Feodal, yang, berada jauh dikedalaman Pegunungan Alpen, hingga abad ke-15, mampu bertahan melawan pemerintah pusat, pertama-tama kehilangan kepentingan politiknya dan kemudian kepentingan ekonominya. Ia tergantikan oleh Raja yang beraliansi dengan para Saudagar kaya; keduanya berbagi kekuasaan dalam proporsi yang berbeda, di negara yang berbeda. Ada kecenderungan para saudagar kaya terserap ke dalam Aristokrasi. Sejak Revolusi Amerika dan Prancis, dan selanjutnya, Demokrasi, dalam pemahaman modern, jadi kekuatan politik yang penting. Sosialisme, sebagai lawan dari Demokrasi, berdasarkan kepemilikan pribadi, pertama kali memperoleh kekuasaan pemerintahan pada tahun 1917. Akan tetapi, bentuk pemerintahan ini, jika menyebar, jelas, mestilah membawa-serta bentuk budaya baru; budaya yang umumnya bakal menyangkut dengan kata 'liberal', yaitu, seuatu yang diasosiasikan dengan Perdagangan. Dalam hal ini, ada pengecualian penting, bila mengambil dua contoh, terutama di Jerman; Fichte dan Hegel, berpandangan yang sama sekali tak ada kaitannya dengan perniagaan. Namun perkecualian seperti ini, bukanlah sebagai pembeda di zaman mereka.

Penolakan otoritas gerejawi, menurut Russel, yang merupakan karakteristik negatif dari zaman modern, dimulai lebih awal ketimbang karakteristik positifnya, yaitu penerimaan otoritas ilmiah. Dalam renaisans Italia, sains memainkan peran yang sangat kecil; penentangan terhadap Gereja, dalam pemikiran manusia, dikaitkan dengan Abad Kuno, dan masih melihat ke masa lalu, tetapi ke masa lalu yang lebih jauh dibanding zaman Gereja awal dan Abad Pertengahan. Gangguan kronis pertama terhadap Sains ialah, publikasi teori Copernicus pada tahun 1543; namun teori ini, tak berpengaruh hingga diambil-alih dan diperbaiki oleh Kepler dan Galileo pada abad ketujuh belas. Kemudian, mulailah pertarungan panjang antara Sains dan Dogma, dimana kaum tradisionalis, kalah dalam pergelutan melawan ilmu baru.
Otoritas Sains, yang diakui oleh sebagian besar filsuf zaman modern, merupakan sesuatu yang sangat berbeda dari otoritas Gereja, sebab bersifat intelektual, bukan pemerintahan. Tiada hukuman bagi mereka yang menolaknya; tiada argumen kehati-hatian yang mempengaruhi mereka yang menerimanya. Ia menang semata-mata oleh daya tarik intrinsiknya pada akal. Terlebih lagi, otoritas inilah yang sedikit demi sedikit dan sebagian; tak seperti tubuh dogma Katolik, ia meletakkan sistem yang lengkap, yang mencakup moralitas manusia, harapan manusia, dan sejarah alam semesta masa-lalu dan masa-depan. Ia semata diucapkan pada apapun, pada saat itu, tampaknya telah dipastikan secara ilmiah, yaitu sebuah pulau kecil di lautan ketidaktahuan. Masih ada perbedaan lain dari otoritas gerejawi, yang menyatakan pernyataannya benar-benar pasti dan selamanya tak dapat diubah; sedangkan pernyataan Sains, dibuat secara tentatif, berdasarkan probabilitas, dan dianggap dapat diubah. Hal inilah yang menghasilkan temperamen pikiran yang sangat berbeda dibanding dogmatis abad pertengahan.

Ilmu Praktis (Practical Science), yang merupakan upaya 'mengubah' dunia, dipandang lebih penting dibanding Ilmu Teoritis (Theoritical Science), yang merupakan upaya 'memahami' dunia, dan terus bertambah arti-pentingnya, hingga hampir melucuti Ilmu Teoritis dari pemikiran manusia. Kepentingan praktis Sains, pertama kali diakui dalam kaitannya dengan peperangan; Galileo dan Leonardo memperoleh pekerjaan pemerintah, dengan klaim agar mereka meningkatkan kemampuan artileri dan seni perbentengan. Sejak saat itu, peran ilmuwan dalam peperangan, semakin besar. Bagian mereka dalam mengembangkan produksi mesin, dan membiasakan penduduk menggunakan, pertama uap, kemudian listrik, muncul kemudian, dan tak mulai berefek politik yang signifikan hingga menjelang akhir abad ke-19. Kemenangan Sains, terutama disebabkan oleh utilitas praktisnya, dan telah ada upaya memisahkan aspek ini dari teori, sehingga menjadikan Sains cenderung jadi sebuah teknik, dan semakin sedikit menjadi doktrin tentang sifat dunia. Penetrasi sudut pandang ini kepada para filsuf, masih teramat baru.
Emansipasi otoritas Gereja, lanjut Russel, menyebabkan tumbuhnya individualisme, bahkan sampai pada titik Anarki [masyarakat tanpa pemerintah. Dapat pula merujuk pada masyarakat atau kelompok orang yang sepenuhnya menolak hierarki yang ditetapkan. Anarki pertama kali digunakan dalam bahasa Inggris pada tahun 1539, yang bermakna 'ketiadaan pemerintahan'. Sebagai filosofi politik, anarkisme menganjurkan masyarakat yang diatur sendiri berdasarkan institusi sukarela. Hal ini sering digambarkan sebagai masyarakat tanpa negara, meskipun beberapa penulis telah mendefinisikannya secara lebih spesifik sebagai institusi yang didasarkan pada asosiasi bebas non-hierarkis. Anarkisme menganggap negara tak diinginkan, tak perlu, atau berbahaya. Anarkisme dan Kekerasan telah dikaitkan bersama lantaran peristiwa-peristiwa dalam sejarah anarkis seperti revolusi kekerasan, terorisme, upaya pembunuhan, dan propaganda tindakan tersebut. Propaganda akta, atau attentát, didukung oleh para anarkis terkemuka di akhir abad ke-19 dan dihubungkan dengan sejumlah insiden kekerasan politik. Namun, pemikiran anarkis, cukup beragam dalam masalah kekerasan. Beberapa anarkis menentang cara pemaksaan atas dasar koherensi, yang lain mendukung tindakan revolusi kekerasan sebagai jalan menuju anarki. Anarko-pasifisme merupakan aliran pemikiran dalam anarkisme yang menolak segala bentuk kekerasan]. Disiplin, intelektual, moral, dan politik, di benak orang-orang Renaisans, diasosiasikan dengan filosofi skolastik dan pemerintahan gerejawi. Logika Aristotelian dari Schoolmen [Skolastisisme merupakan aliran filsafat abad pertengahan yang menggunakan metode organik kritis dari analisis filosofis yang didasarkan pada 10 Kategori Aristoteles. Skolastik Kristen muncul di dalam perguruan monastik yang menerjemahkan filsafat skolastik Yudeo-Islam, dan dengan demikian 'menemukan kembali' kumpulan karya Aristoteles], sempit, namun memberikan pelajaran dalam akurasi tertentu. Ketika aliran logika ini ketinggalan zaman, pada awalnya, ia tak digantikan oleh sesuatu yang lebih baik, melainkan hanya dengan peniruan eklektik dari model kuno. Sampai abad ketujuh belas, tak ada yang penting dalam filsafat. Anarki moral dan politik Italia abad kelima belas, sangat mengerikan, dan memunculkan doktrin Machiavelli. Pada saat yang sama, kebebasan dari belenggu mental, menyebabkan pertunjukan kejeniusan yang menakjubkan dalam seni dan sastra. Akan tetapi, masyarakat seperti itu, tidaklah stabil. Reformasi dan Kontra-Reformasi, dikombinasikan dengan penaklukan Italia ke Spanyol, mengakhiri baik dan buruk Renaisans Italia. Tatkala gerakan menyebar ke Utara Pegunungan Alpen, ia tak berkarakter anarkis yang sama.

Sekarang, mari kita tilik beberapa filsuf dalam perspektif kontributor kita. Banyak nama yang bisa disebut sebagai Filsuf di Era Modern: David Hume, Jean-Jacques Rousseau, Adam Smith, Immanuel Kant, Edmund Burke, Jeremy Bentham, Mary Wollstonecraft, J.W. von Goethe, Friedrich Schiller, Georg Hegel, Friedrich Schlegel, Ram Mohan Roy, Arthur Schopenhauer, Auguste Comte, Ralph Waldo Emerson, Ludwig Feuerbach, John Stuart Mill, Søren Kierkegaard, Henry David Thoreau, Karl Marx, William James, dan Friedrich Nietzsche. Oleh karena cukup banyak nama, akan kita uraikan secara singkat saja, dengan berfokus pada latar belakang 'mengapa' ide dan konsep mereka, terbentuk.

David Hume, 1711–1776, yang tertolak karir akademik yang ia harapkan lantaran skeptisisme agamanya yang nyaris tak terselubung, namun karya filosofis dan sejarahnya, menjadikannya tokoh terkemuka dalam Pencerahan Skotlandia. Filsuf Inggris terkemuka abad ke-18, David Hume lebih dikenal oleh masyarakat pada masa hidupnya sebagai seorang sejarawan. Namun, karya filosofisnya, dihargai oleh rekan-rekannya, terutama Immanuel Kant, yang mengatakan bahwa Hume telah membangunkannya dari 'tidur dogmatis'.
Membutuhkan lebih banyak waktu berefleksi dan berkontemplasi, dan pada tahun 1734, ia berangkat ke La Flèche, di Loir, Prancis. Dalam suasana damai di sana, dan dengan kesempatan bercakap-cakap dengan para Jesuit di biara setempat, ia mulai menata pemikiran filosofisnya. Selama 3 tahun berikutnya, ia mengerjakan 'A Treatise of Human Nature [Risalah Sifat Manusia],' yang diterbitkan dalam dua jilid pada tahun 1739–1740. Pada tahun 1741, Hume menerbitkan jilid pertama Essays, Moral, and Political, yang menemukan pembaca yang lebih apresiatif ketimbang buku pertamanya. Treatise-nya Hume, yang ia terbitkan secara anonim, merupakan upaya menyusun sistem pemikiran yang digunakan untuk menilai sifat dasar manusia. Ia menentang rasionalisme pada zamannya, bahwa nafsu-lah, ketimbang akal, yang memoderasi perilaku manusia.
Kendati dianggap sebagai karya utama filsafat saat ini, dan sangat dikagumi oleh kejernihan gayanya dan seringkali, keanggunannya yang jenaka, Risalah tersebut tak diterima dengan baik pada saat itu. Hume kecewa tapi tak goyah; ia merasakan, kemudian melihat ke belakang, bahwa karyanya tersebut, jauh dari sempurna, dan merombaknya dengan gaya yang lebih mudah diakses sebagai An Enquiry Concerning Human Understanding [Sebuah Pertanyaan tentang Pemahaman Manusia] (1748) dan An Enquiry Concerning the Principles of Morals [Sebuah Pertanyaan tentang Prinsip-prinsip Moral] (1751). Ia menulis enam jilid History of England (lebih dari sejarah Britania Raya), diterbitkan antara 1754 dan 1761, yang menjadi buku terlaris. Penerbit diancam dengan tindakan hukum, memaksa Hume menulis ulang esai yang menyinggung, 'The Natural History of Religion,' dan menghapus 'Of Suicide' dan 'Of the Immortality of the Soul.' Koleksinya, Empat Disertasi, muncul pada 1757, tetapi Hume mengindahkan nasihat teman-temannya agar tak menerbitkan karyanya lagi pada masa ini. Dialogues Concerning Natural Religion [Dialog tentang Sifat Agama] muncul secara anumerta pada tahun 1779.
Meski hidupnya tak berubah persis seperti yang ia inginkan, Hume tak pernah merasa getir dan dapat melihat kembali karir yang beragam dan sukses, serta tempat sebagai filsuf terkemuka di era generasinya. Pada tahun 1776, ia meninggal karena sakit perut, kemungkinan kanker, pada usia 65 tahun. Ia dimakamkan di sebuah makam yang dirancang oleh temannya, arsitek ternama, Robert Adam, di Pemakaman Calton, Edinburgh. Dalam 'Treatise'-nya, Hume meninggalkan pesan, 'Secara umum, kekeliruan dalam agama itu, berbahaya; (sedangkan) mereka (yang keliru) dalam filosofi, cuma (dianggap) membanyol.'

Jean-Jacques Rousseau, 1712–1778, seorang pemikir dan penulis Swiss yang ide-ide radikalnya, membawanya ke dalam konflik dengan otoritas Gereja dan Negara. Ia menghargai emosi di atas akal, alam di atas budaya, dan kesetaraan di atas hierarki sosial. Selama Revolusi Prancis, yang dimulai pada tahun 1789, gagasan Rousseau dikutip guna mendukung demokrasi langsung dan penggulingan monarki. Pengkultusan 'Makhluk yang tertinggi,' yang diperkenalkan oleh kaum revolusioner untuk menggantikan Katolik pada tahun 1794, sampai tingkat tertentu, mencerminkan keyakinan Rousseau pada 'agama alami'. Hukuman-mati terhadap yang diduga musuh revolusi dalam Pemerintahan Teror, dibenarkan dengan merujuk pada keyakinan Rousseau bahwa individu, tak dapat mempunyai hak yang bertentangan dengan kehendak rakyat.
Jean-Jacques Rousseau lahir di Jenewa pada tahun 1712, putra seorang pembuat jam yang miskin. Pengalaman masa mudanya membuatnya kehilangan emosi dan tanpa akar. Berbakat dalam musik, Rousseau pergi ke Paris pada tahun 1740-an, berharap mendapatkan kekayaannya dengan ide yang tak biasa terhadap sistem notasi musik baru. Terobosan Rousseau tembus pada tahun 1750, manakala Akademi Dijon menawarkan hadiah bagi esai terbaik tentang pertanyaan, sains atau senikah, yang telah berkontribusi lebih banyak pada kemajuan moral umat manusia. Menurut catatan Rousseau, keputusannya mengikuti kompetisi ini, diambil saat berjalan dari Paris ke benteng Vincennes, dimana ia akan mengunjungi Diderot, yang dipenjara lantaran mengkritik agama. Pemikir Pencerahan Denis Diderot (1713–1784) meninggalkan agama. Pada tahun 1750-an, ia menjadi tokoh terkemuka dalam proyek penerbitan Encyclopédie dalam multivolume, yang dimaksudkan agar menyajikan ringkasan pengetahuan lengkap dari sudut pandang rasional dan ilmiah. Pandangan subversif Diderot tentang Gereja dan monarki, menyebabkan Encyclopédie dilarang pada tahun 1759, dan jilid selanjutnya, diproduksi secara sembunyi-sembunyi. Beberapa karya Diderot yang tersohor seperti satire Jacques the Fatalist dan Rameau's Nephew—tak diterbitkan lama setelah kematiannya.
Selama berjalan-jalan, Rousseau beroleh visi tentang manusia yang baik secara alami tetapi dirusak oleh masyarakat. Gagasan mendasar ini, mendasari seluruh karya selanjutnya. Ia menyatakannya dalam 'Discours sur les sciences et les arts [Wacaba tentang Sains dan Seni]' (1750), yang membuatnya beroleh hadiah dan membangun reputasinya sebagai seorang pemikir. Esai lanjutannya, 'Discours sur l'origine et les fondements de l'inégalité parmi les hommes [Wacana Asal dan Dasar Ketidaksetaraan di anatara Manusia] (1754)', menegaskan orisinalitas dan tantangan yang ia posisikan terhadap otoritas yang mapan.
Risalah Rousseau Du contrat social [Kontrak Sosial], diterbitkan pada 1762, tetap menjadi karya kontroversial hingga saat ini. Rousseau menolak perlindungan raja Prancis Louis XV. Louis jadi marah dengan pernyataannya yang meremehkan, 'Sangat mungkin aku akan puas mengirimkan Monsieur Rousseau ke penjara Bicêtre.' Rousseau melarikan diri dari Prancis guna menjauhkan-diri dari penjara, akhirnya memohon perlindungan di Inggris, dimana ia menjadi tamu filsuf David Hume.
Dalam dekade terakhir hidupnya, Rousseau mengabdikan dirinya terutama untuk karya otobiografi dan introspeksi, termasuk Les Confessions [Pengakuan], ia dengan berani mengklaim 'telah memasuki sebuah usaha yang tak dapat dijadikan teladan ... guna menunjukkan kepada para sahabatku, seorang lelaki yang seolah dibentuk oleh alam ….'
Sesuaikah kejujuran Rousseau dengan ambisinya, telah lama diperdebatkan, dan masalahnya belum terselesaikan. Pada tahun 1776, ia jatuh KO dikejar anjing gedhe, di jalanan Paris dan menderita gegar otak, hingga kesehatannya tak pernah pulih sepenuhnya. Ia meninggal 2 tahun kemudian sebagai tamu di Château d'Ermenonville di distrik Oise di Prancis utara. Makam Rousseau di Ermenonville menjadi tempat ziarah bagi generasi yang terinspirasi oleh ekses sentimental La Nouvelle Héloïse. Selama Revolusi Prancis pada tahun 1794, kaum Republikan, yang menyatakannya sebagai pendahulu mereka, memindahkan jasadnya ke Pantheon di Paris, dimana sekarang berada. Dalam 'Discours'-nya, Rousseau meninggalkan beberapa kata, 'Alam menjadikan manusia bahagia dan baik ... akan tetapi, masyarakatlah yang merusak dan membuatnya, sengsara.'

Adam Smith, 1723–1790, dengan karyanya yang kondang, The Wealth of Nations, dipandang sebagai kitab utama tentang teori ekonomi modern, tapi, Smith menganggap dirinya, pada pokoknya seorang filsuf, memperoleh 'politik enomi' dari filsafat moralnya. Bersama sahabatnya, David Hume, Smith merupakan anggota kelompok intelektual Skotlandia yang bertemu guna bersosialisasi dan memperdebatkan masalah filosofis, yang kemudian dikenal sebagai Pencerahan Skotlandia. Pasangan ini, berminat yang sama dalam filsafat moral—khususnya, gagasan tentang perasaan moral sebagai ciri sifat manusia—yang menginformasikan pekerjaan mereka dan menghasilkan beberapa buku filosofis paling berpengaruh dalam bahasa Inggris pada masa itu.
Hutcheson (1694–1746), sering disebut sebagai 'Bapak Pencerahan Skotlandia,' seorang pendeta Presbiterian, juga seorang filsuf, yang teori sifat manusia dan kesadaran moralnya, berpengaruh signifikan terhadap Adam Smith dan David Hume. Setelah mengajar di Dublin, di mana ia menulis An Inquiry into the Original of our Ideas of Beauty and Virtue dan An Essay on the Nature and Conduct of the Passions and Affections (1725), ia diangkat sebagai profesor filsafat moral di Universitas Glasgow pada tahun 1729. Sesuai dengan pendekatannya yang membumi terhadap filsafat, ia membuat terobosan radikal terhadap tradisi dengan memberikan kuliahnya dalam bahasa Inggris, ketimbang dalam bahasa Latin.
Smith lulus dari Glasgow pada tahun 1740, lalu memperoleh beasiswa melanjutkan studinya di Balliol College, Oxford. Sejak masa kanak-kanak, Smith selalu jadi penyendiri, canggung di keramaian orang, dan dengan kebiasaan berbicara sendiri. Pengalamannya di Oxford, semakin mengikis kepercayaan dirinya. Saat ia tumbuh dewasa, ia menjadi karakter yang agak eksentrik: pelupa, obsesif, hipokondria, dan dengan cara bicara yang aneh. Ia juga tahu-diri terutama tentang penampilannya (di kemudian hari, dia berkata bahwa 'Aku seorang pesoleh hanya dalam buku-bukuku'), dan ia dikenal lantaran ekspresi senyumannya, yang sering tak ramah, dan gaya berjalannya, yang khas.
Pada 1759, ia menerbitkan buku pertamanya, The Theory of Moral Sentiments. Karya ini dipengaruhi oleh Hutcheson dan Hume, serta gagasan mereka tentang pengertian moral yang didasarkan pada sentimen atau emosi dibanding rasionalitas murni, namun Smith melanjutkan dengan menyatakan bahwa moralitas manusia, dan altruisme pada khususnya, berakar pada apa yang disebutnya 'sentimen yang saling menguntungkan'—empati antara aktor individu dan masyarakat luas. Ia menganggap bukunya sebagai pencapaian utamanya, dan teori yang diuraikan di dalamnya, mendasari semua pemikiran filosofisnya, termasuk ekonomi politik yang dijelaskan kemudian oleh The Wealth of Nations (1776).
Perjalanannya ke Paris, ternyata sangat menginspirasi, sebab membawanya berkomunikasi dengan beberapa pemikir besar di benua itu, termasuk Voltaire, Benjamin Franklin, dan Jean D'Alembert. Namun filsuf François Quesnay-lah yang paling mengesankan Smith dan mendorong minatnya pada ekonomi politik. Quesnay-lah pemimpin sekolah fisiokratis, yang menantang teori ekonomi merkantilis yang berlaku dan sebaliknya menganjurkan kebijakan 'laissezfaire'—sebuah sistem perdagangan bebas. Frasa Prancis laissez faire secara harfiah bermakna 'membolehkan melakukan', dengan gagasan 'membiarkan orang melakukan apa yang mereka pilih.' Asal usul laissez-faire dikaitkan dengan Physiocrats, sekelompok ekonom Prancis abad ke-18, yang percaya bahwa kebijakan pemerintah, tak boleh mengganggu pengoperasian hukum ekonomi alam. Istilah laissez-faire kemungkinan besar berasal dari pertemuan yang terjadi sekitar tahun 1681, antara Pengawas Keuangan Prancis yang kuat Jean-Baptiste Colbert dan sekelompok pengusaha Prancis yang dipimpin oleh M. Le Gendre. Ketika menteri merkantilis yang bersemangat itu, bertanya bagaimana negara Prancis dapat melayani para saudagar dan membantu mempromosikan perdagangan mereka, Le Gendre menjawab dengan lugas, 'Laissez-nous faire' (Serahkan pada kami).
Sejak awal Renaisans, teori ekonomi didominasi oleh merkantilisme, pandangan bahwa suatu negara harus mencapai keseimbangan perdagangan yang positif untuk mengakumulasi kekayaan dan meningkatkan pengaruh internasional dalam persaingan dengan negara saingan. Hal ini dapat dicapai dengan regulasi impor pemerintah dan maksimalisasi ekspor. Ide tersebut diikuti dengan antusias oleh negara-negara seperti Venesia, dan kemudian oleh Inggris dan Prancis. Namun, pada abad ke-18, para ekonom seperti Smith, mempertanyakan keefektifan merkantilisme, sebagai gantinya, menganjurkan sistem perdagangan bebas, padanan internasional dari pasar bebas.
Smith tak pernah menikah, dan kematian sahabatnya, Hume, pada tahun 1776 merupakan pukulan berat. Usai menangani urusan Hume sebagai eksekutornya, ia mendapati dirinya, sendirian, dan pada 1778, ia pindah bersama ibunya, di rumah ibunya di Edinburgh, tempatnya menetap selama sisa hidupnya. Di tahun-tahun terakhirnya, ia bekerja sebagai komisaris di dinas bea cukai Skotlandia dan secara efektif berpuas diri, mendapatkan beberapa penetapan akademik kehormatan tetapi menghasilkan sedikit tulisan filosofis. Ibunya meninggal pada 1784, 6 tahun sebelum kematiannya sendiri pada 17 Juli 1790, dalam usia 67 tahun. Smith meninggalkan jejaknya dalam the Wealth of Nation, 'Tiada yang pernah melihat seekor anjing, melakukan pertukaran yang adil dan disengaja, dari satu tulang ke tulang lainnya, dengan anjing lain.'

Immanuel Kant, 1724–1804, pendamai pemikiran Pencerahan Jerman yang hebat, mencari sintesis antara rasionalisme Descartes dan penekanan kaum empiris pada keahlian. Ia juga sangat dipengaruhi oleh fisika Newton. Kant menunjukkan minat yang besar pada sains sepanjang hidupnya, tetapi sains sangat penting baginya selama tahun-tahun awalnya. Pada usia 24 tahun—setelah mempelajari fisika Newton sebagai mahasiswa di Universitas Königsberg—ia menulis Principiorum primorum cognitionis metaphysicae nova dilucidatio [Sejarah Alam Umum dan Teori Benda Langit], yang baru diterbitkan pada tahun 1755. Dalam karyanya ini, ia menguraikan teori bahwa matahari dan planet terbentuk dari awan materi yang tersebar, yang tertarik secara gravitasi sesuai dengan kepadatan dan massa spesifiknya yang berbeda. Hipotesis nebular Kant tentang pembentukan bintang, masih diterima secara umum hingga saat ini.
Immanuel Kant—lahir pada tahun 1724 dari sebuah keluarga miskin, kedua orang tuanya penganut Lutheran, di tempat yang saat itu merupakan kota Königsberg di Prusia Timur; sekarang Kaliningrad, ibu kota kantong Baltik dengan nama yang sama, yang secara administratif merupakan bagian dari Rusia—merupakan tokoh yang sangat berpengaruh dalam sejarah filsafat dan prototipe generasi baru filsuf profesional. Bagi sebagian besar hidupnya, ia mencari nafkah sebagai profesor logika dan metafisika, tetapi, yang luar biasa bagi seorang terpelajar, tak pernah melakukan perjalanan lebih dari 60 mil (100 km) dari tempat kelahirannya.
Karya Kant tentang etika paling terkenal dirangkum dalam konsepnya tentang 'keharusan kategoris', yang ia rumuskan sebagai, 'Bertindak hanya berdasarkan pepatah yang dengannya engkau dapat, pada saat yang sama, menghendakinya menjadi hukum universal.' Imperatif merupakan persyaratan untuk berperilaku sesuai dengan alasan, darimana semua kewajiban moral muncul. 'Kategori' mengeluarkan tugas itu dari ranah subyektif, memberinya status hukum alam universal yang ingin dipatuhi oleh orang yang melakukan tindakan itu—atau, dalam istilah orang awam, 'Lakukan apa yang akan engkau lakukan olehnya.'
Tahun 1780-an disebut sebagai periode 'kritis' Kant—secara harfiah, sebab selama dekade itu, ia menghasilkan pula dua 'kritik' berpengaruh lainnya. Yang pertama, Kritik der praktischen Vernunft [Kritik Alasan Praktis], muncul pada 1788. Di dalamnya, ia mengalihkan perhatiannya ke etika, menggunakan struktur yang sama dari 'Doktrin', 'Analitik', dan 'Dialektika'. diikuti oleh 'Metodologi,' guna mendekati subjek. Karya ini, yang menjabarkan konsepnya tentang imperatif kategoris, menetapkan perbedaan antara kecenderungan manusia dan akal moral. Tak ada perbedaan seperti itu yang akan ada dalam 'kehendak suci' hipotetis, yang akan selalu bertindak sebagaimana mestinya dan karenanya, tak memerlukan konsep tugas dan kewajiban, yang merupakan ekspresi akal.
Kritik der Urteilskraft [Kritik Penghakiman] menyusul 2 tahun kemudian, membahas estetika. Kant ingin tahu mengapa kita menganggap beberapa objek, indah, namun tidak yang lain, dan juga mengapa penilaian ini sering dibagikan. Ia menemukan jawabannya lagi dalam proses mental bersama: imajinasi menyukai sesuatu; pemahaman kemudian mentransfer sensasi ini ke fakultas kognitif, yang dimiliki bersama dengan orang lain, menggerakkan respons di luar bidang subjektif.'
Kant meninggal pada tahun 1804, selama Perang Napoleon (1803–1815); kata-kata terakhirnya dikatakan 'Es ist gut,' [Itu bagus]. Setelah kematiannya, pengaruhnya terus menyebar, dan warisan Kantian tetap menjadi elemen penting dalam filsafat hingga abad ke-20. Dalam 'Kritik'-nya, Kant menulis, 'Pengetahuan dimulai dengan indra, berlanjut ke pemahaman, dan diakhiri dengan nalar. Tiada yang lebih tinggi dibanding nalar.'

Edmund Burke, 1729–1797, seorang Irlandia, sering digambarkan sebagai Bapak Konservatisme Modern. Kesohor oleh kecamannya terhadap Revolusi Prancis, ia berargumen demi kesinambungan dan tradisi, menolak perubahan berdasarkan penalaran abstrak. Pada 1757, ia menikahi putri seorang dokter, Jane Nugent, dan menerbitkan karya ternama pertamanya, A Philosophical Inquiry into the Origin of Our Ideas of the Sublime and Beautiful. Satu-satunya perjalanan Burke ke dalam estetika, ia mengantisipasi gerakan Romantis, membandingkan pandangan rasionalis klasik tentang seni berdasarkan kejelasan dan proporsi dengan kekaguman yang diilhami oleh keagungan yang tak terbatas.
Burke berkarir di politik pada tahun 1765, menjadi anggota parlemen dan sekretaris pribadi tokoh kuat di partai Whig, Marquess of Rockingham. Whig merupakan sebuah faksi politik dan kemudian menjadi partai politik di Parlemen Inggris, Skotlandia, Irlandia, Inggris Raya, dan Britania Raya. Antara tahun 1680-an dan 1850-an, Whig memperebutkan kekuasaan dengan rival mereka, Tories. Whig bergabung ke dalam Partai Liberal dengan Peelites dan Radikal pada tahun 1850-an. Banyak anggota Whig meninggalkan Partai Liberal pada tahun 1886 untuk membentuk Partai Persatuan Liberal, yang bergabung dengan Partai Konservatif pada tahun 1912. Teman dan sekutu politik Burke, Charles Watson-Wentworth, marquess of Rockingham, menjabat sebagai perdana menteri Inggris Raya selama dua periode.
Tahun-tahun terakhir Burke diselimuti oleh kematian putra satu-satunya dan keterasingannya dari mantan rekannya. Ia meninggal di lahan miliknya, di Beaconsfield, Buckinghamshire. Rekam jejaknya berbunyi, 'Tatkala para orang jahat bergabung, yang baik harus bersekutu; jika tidak, mereka bakalan jatuh, satu per satu … '

Jeremy Bentham, 1748–1832, lahir di London, Inggris, putra seorang pengacara kaya. Dalam tulisannya yang sangat banyak, Bentham menganalisis masalah hukum, pendidikan, dan konstitusional, menganjurkan berbagai reformasi sosial dan politik. Namun, ia terutama dikenang sebagai pendiri Utilitarianisme.
Publikasi besar pertama Bentham ialah salah Fragment on Government. Komentar Bentham ternyata begitu panjang dan berat sehingga ia tak pernah menyelesaikannya demi kepuasannya sendiri, dan bahkan bagian-bagian yang telah selesai, tetap tak diterbitkan hingga tahun 1928.
Pencapaian terbesar Bentham ialah kerangka filosofis dan etis yang mendasari reformasinya. Ia disanjung sebagai pendiri Utilitarianisme, doktrin yang diuraikannya dalam karyanya yang paling penting, An Introduction to the Principles of Morals and Legislation [Pengantar Prinsip Moral dan Legislasi[. Perilaku manusia, katanya, diatur oleh kesenangan dan kesakitan. Kunci menggalakan yang satu dan menghindari yang lain ialah 'prinsip utilitas', yang ia definisikan sebagai 'properti [yang] ... cenderung menghasilkan manfaat, keuntungan, kesenangan, kebaikan, atau kebahagiaan.' Keinginan akan 'utilitas' ini, dapat diperkuat dengan menanamkannya ke dalam gagasan moralitas dan hukum yang paling mendasar. Ketika diterapkan pada masyarakat secara luas, hal ini mengilhami mantra utilitarianisme—yaitu bahwa tindakan yang benar secara moral ialah yang menghasilkan kebahagiaan terbesar bagi sejumlah banyak orang.'
Argumen utama Bentham sangat sederhana, tetapi intinya terletak pada detailnya. Ia menghasilkan banyak cetakan guna mencoba menciptakan penilaian yang objektif dan komprehensif dari berbagai bentuk kebahagiaan. Ia bahkan menyusun 'kalkulus kebahagiaan' (kalkulator kebahagiaan) untuk mengukur kepentingan relatifnya. Aspek karyanya ini, lebih kontroversial, dan banyak idenya yang kemudian ditantang oleh pendukung utilitarianisme hebat lainnya, John Stuart Mill.
Bentham meninggal pada 6 Juni 1832, dalam usia 84 tahun, di kediamannya di Queen Square Place di Westminster, London. Ia terus menulis hingga sebulan sebelum kematiannya, dan telah membuat persiapan yang cermat guna pembedahan tubuhnya setelah kematian dan pengawetan jasadnya. Auto-icon Bentham ditampilkan dalam sebuah kotak di Student Center University College London pada tahun 2020. Sementara kata-katanya yang di awetkan ialah, 'Alam telah menempatkan umat manusia di bawah pemerintahan dua penguasa yang berdaulat, sengsara dan nikmat.'

Mary Wollstonecraft, 1759–1797, lahir di Spitalfields, London, Inggris, dari keluarga kelas menengah, menjadi pemikir perintis Pencerahan Inggris, menghasilkan teks filsafat feminis penting yang membuka jalan bagi hak pilih dan gerakan perempuan. Wollstonecraft merupakan salah seorang pemikir terkemuka dari gerakan Eropa pertengahan hingga akhir abad ke-18 yang dikenal sebagai Pencerahan (juga disebut Age of Reason). Menantang dogma Gereja dan kekuatan monarki, dan dengan demikian membuka jalan bagi gerakan revolusioner di Prancis dan di tempat lain. Rasionalisme dan objektivitas—bersama dengan fokus pada kesetaraan, toleransi, dan upaya intelektual—merupakan salah satu prinsip utama Pencerahan, yang menghadirkan ancaman besar bagi tatanan yang mapan.
Pada 1792, baru berusia 33 tahun, ia menerbitkan teks terpentingnya, A Vindication of the Rights of Woman [Pembenaran Hak Perempuan]. Dalam manifesto politik ini, Wollstonecraft menyarankan agar perempuan diperlakukan sebagai warga negara yang setara—serangan langsung terhadap nasihat Jean-Jacques Rousseau dalam Emile (1792) bahwa anak perempuan harus dididik secara berbeda dari anak lelaki.
Kehidupan Wollstonecraft terhenti secara tragis pada usia 38 tahun, tatkala ia meninggal saat melahirkan seorang putri, Mary Wollstonecraft Shelley, yang kemudian menjadi penulis Frankenstein, sebuah karya klasik sastra Inggris.
Sejak awal abad ke-20, karya Wollstonecraft mulai mendapat perhatian yang layak dan sejak saat itu, terus menginspirasi perjuangan global bagi hak-hak hukum, sosial, dan politik perempuan. Dalam A Vindication of the Rights of Woman, Wollstonecraft menulis, 'Aku tak menghendaki mereka [kaum wanita] berkuasa atas kaum pria; melainkan atas diri mereka sendiri.'

Johann Wolfgang von Goethe, 1749–1832, lahir di Frankfurt, sebuah kota dengan pemerintahan sendiri di Kekaisaran Romawi Suci, dimana ayahnya seorang pejabat hukum. Sosok yang menjulang tinggi dalam sejarah budaya Jerman, Goethe, seorang polymath yang karyanya berkisar dari puisi hingga fisika dan biologi. Meskipun ia bukan seorang filsuf yang sistematis, pemikirannya berpengaruh luas. Pada tahun 1774, Goethe menerbitkan Die Leiden des jungen Werthers [Penderitaan Pemuda Werther], sebuah novel cinta dan bunuh diri yang gagal, yang menjadi buku terlaris. Goethe menerbitkan Zur Farbenlehre [Teori Warna] pada tahun 1810, sebuah upaya untuk membantah karya Isaac Newton tentang cahaya, dan On Morphology pada tahun 1817, sebuah presentasi tentang pandangannya tentang botani dan anatomi. Meskipun dipengaruhi secara longgar oleh Spinoza, pemikiran matang Goethe berpusat pada konsep perkembangan organik dan Tuhan sebagaimana diwujudkan dalam alam, daripada berdiri di luarnya.
Perhatian utama Goethe pada tahun-tahun terakhirnya, merupakan penyelesaian lakon tragisnya, Faust, penggalan pertama diterbitkan pada tahun 1790, tetapi baru selesai pada tahun 1831. Ia meninggal di Weimar, tempat ia menghabiskan sebagian besar hidupnya, tahun 1832.
Dalam novelnya, Die Leiden des jungen Werthers, ia menulis, 'Umat manusia itu, urusan yang monoton. Kebanyakan orang menghabiskan sebagian besar waktunya, bekerja agar dapat hidup, dan betapa sedikit kebebasan yang tersisa, sampai-sampai mereka dipenuhi oleh rasa takut, sehingga mereka mencari sembarang dan segala cara, guna menyingkirkannya.'

Friedrich Schiller, 1759–1805, lahir di Württemberg, Jerman. Meskipun amat ternama sebagai dramawan dan penyair, Schiller juga seorang pemikir filosofis yang masyhur. Renungannya tentang estetika, etika, dan politik, merupakan meditasi mendalam tentang kebebasan manusia dan idealisme moral. Pada 1773, ia dikirim ke sekolah militer elit di Stuttgart. Selama tujuh tahun yang tak menyenangkan di institusi ini, ia menemukan karya Jean-Jacques Rousseau dan J. W. von Goethe dan mulai menulis puisi dan drama. Drama pertamanya, Die Räuber [Para Perampok], menimbulkan sensasi saat dipentaskan di Mannheim pada tahun 1780. Aksi kekerasannya, ekstremisme emosional, dan kritik terhadap ketidakadilan-sosial, menjadikan publik bersemangat dan membuat marah pihak berwenang.
Schiller meninggalkan karir sebagai dokter tentara dan untuk sementara, menjalani kehidupan keliling. Karya-tulisnya dari periode ini, termasuk drama sejarah Don Carlos, muktabar oleh daya tariknya yang berapi-api bagi kebebasan hati-nurani, dan 'An die Freude' [dikenal dalam bahasa Inggris sebagai Ode to Joy], sebuah himne bagi persaudaraan manusia, yang kemudian diadaptasikan ke dalam musik oleh Beethoven, Symphony No 9.
Schiller menikahi Charlotte von Lengefeld pada tahun 1790, menjadi ayah dari empat anak. Menduduki kursi di Jena, ia menghasilkan teks-teks utamanya tentang filsafat, termasuk Über die ästhetische Erziehung des Menschen in einer Reihe von Briefen [Tentang Pendidikan Estetika Manusia dalam Serangkaian Surat] (1794). Dikembangkan melalui kritik terhadap karya Immanuel Kant, gagasan filosofisnya juga dipengaruhi oleh turunnya Revolusi Prancis 1789 menjadi pemerintahan teror. Hal ini membuatnya memusatkan harapannya akan kebebasan dan kesempurnaan manusia, pada kemajuan moral dan spiritual ketimbang pada pemberontakan politik.
Dalam karya dramatis seperti trilogi Wallenstein (1799), Mary Stuart (1800), Die Jungfrau von Orleans [Pelayan dari Orleans; mengikuti kehidupan Joan of Arc] (1801), dan William Tell (1804), Schiller mengeksplorasi tema kebebasan, takdir, dan 'kemuliaan'—pengorbanan-diri demi cita-cita. Hidupnya secara tragis memendek oleh tuberkulosis pada tahun 1805, meninggal pada usia 45 tahun. Salah satu kutipannya, 'Lawakan kehilangan segalanya, bila pelawaknya, tertawa sendiri.'

Georg Wilhelm Friedrich Hegel, 1770–1831, lahir di Stuttgart, dimana ayahnya, seorang petugas pajak. Hidupnya sebagian besar lancar. Dengan keyakinannya pada sentralitas Geist—'pikiran' atau 'roh'—dan pandangannya tentang sejarah, yang didorong oleh proses dialektika konflik dan perubahan, Hegel dapat disebut sebagai pemikir paling berpengaruh dalam dua abad terakhir.
Pada tahun 1807, Hegel menerbitkan karya besar pertamanya, Phänomenologie des Geistes [Fenomenologi Geist], pada saat keberuntungannya sedang surut, lantaran hilangnya jabatan profesornya. Ia kemudian menghasilkan tiga bagian dari Wissenschaft der Logik [Sains dari Logika] (1812–1816), sebuah karya yang mengamankan reputasi akademisnya dan membuatnya mendapatkan jabatan profesor di Heidelberg (1816) dan kemudian Berlin (1818). Pindah ke Berlin sangat penting bagi karier Hegel. Ceramahnya di sana menarik banyak orang, yang juga ia sampaikan melalui publikasi Grundlinien der Philosophie des Rechts [Elemen Filsafat Hak] (1821), dimana ia menguraikan pemikirannya tentang masalah politik dan pertanyaan tentang kewajiban-kewajiban dan hak-hak azasi manusia.
Dalam pemikirannya, Hegel sangat mendukung pemikiran atas materi. Inti dari semua idenya adalah Geist, artinya, sebagai alternatif, 'pikiran' atau 'roh'. Baginya, bagaimana kita mengalami dunia dimediasi melalui pikiran. Dan apa yang kita alami pasti ditentukan oleh konteks di mana kita memahaminya, yang dengan sendirinya selalu berubah. Jadi realitas itu organik dan tunduk pada proses perkembangan sejarah.
Hegel merupakan sosok yang dikenal secara internasional dan sangat dihormati ketika revolusi melanda kota kelahirannya di Berlin pada tahun 1830. Prospek kekacauan sipil dan aturan massa sangat mempengaruhi dirinya. Tahun berikutnya, kolera merebak di kota. Kembali dari tempat perlindungan musim panas di pinggiran Kreuzberg untuk awal semester musim dingin di universitas, Hegel tertular penyakit dalam bentuk yang sangat mematikan. Ia meninggal dengan tenang dalam tidurnya keesokan harinya, pada usia 61 tahun. Dalam bukunya Phänomenologie des Geistes, ia menulis, 'Dari yang mutlak, harus dikatakan bahwa itu pada dasarnya merupakan hasil, hanya pada akhirnya, itulah yang sebenarnya.'

Karl Wilhelm Friedrich Schlegel, 1772–1829, salah satu kekuatan inspirasional di balik gerakan Romantik Jerman. Dalam karir yang bervariasi, ia menjadi seorang penyair, filsuf, kritikus, filolog, dan—akhirnya—seorang jurnalis dan diplomat. Lahir di Hanover, Friedrich Schlegel berasal dari latar belakang sastra. Ayahnya—seorang pendeta Lutheran—menulis puisi dan himne untuk majalah mingguan, dan saudara lelakinya, August, seorang penyair dan kritikus ternama. Schlegel memulai studinya di Göttingen dalam bidang Hukum, namun minatnya segera beralih ke sastra, dan ia rajin mengonsumsi karya Shakespeare dan Dante, serta filsuf Immanuel Kant dan Johann Herder. Pada 1791, ia pindah ke Leipzig, kali ini, belajar bahasa kuno, namun ia mulai berhutang karena judi, mendorong saudaranya, menyelamatkannya dan memindahkannya ke Jena.
Pindah ke Berlin, Schlegel berselingkuh dengan wanita yang telah menikah, Dorothea Veit, putri intelektual Moses Mendelssohn. Pindah ke Berlin, Schlegel dan Dorothea akhirnya menikah. Schlegel terus menulis dan mengajar, serta melanjutkan studinya dalam bahasa Sanskerta dan bahasa Timur lainnya. Hal ini menghasilkan buku, yang sekarang dipandang sebagai karyanya terpentingnya—Über die Sprache und Weisheit der Indier [Tentang Bahasa dan Kearifan India]—yang berisi teori radikal tentang hubungan antara bahasa India dan Eropa. Diterbitkan pada tahun 1808, buku tersebut bertepatan dengan perubahan dramatis dalam jalur karier Schlegel. Tahun berikutnya, manakala ia pindah bersama istrinya ke Wina, ia bekerja sebagai diplomat Pangeran Metternich. Di tahun-tahun terakhirnya, penulis, yang bermula sebagai pemuda radikal, berubah menjadi pendukung konservatif politisi reaksioner. Salah satu kutipan dari Schlegel ialah, 'Ide itu, pemikiran ilahi yang tak terbatas, orisinal, dan hidup.'

Ram Mohan Roy, 1772–1833, seorang pembaharu sosial dan filsuf India yang mendirikan gerakan yang sekarang dikenal sebagai Renaisans Bengali. Renaisans Bengali tak hanya mencakup filsafat, tetapi juga yurisprudensi, teori politik, sains, dan seni. Berdasarkan komitmen terhadap akal, perubahan sosial yang progresif, dan penyelidikan intelektual, gerakan ini bertujuan memulihkan dan memperbaharui tradisi pemikiran India. Salah satu pemikir dan penulis paling terkenal, yang dikaitkan dengan Renaisans Bengali, ialah Rabindranath Tagore, yang memenangkan Hadiah Nobel pada tahun 1913.
Karya Ram Mohan Roy menyatukan filsafat Barat dan tradisi Hindu kuno. Ia tak semata salah seorang pemikir terpenting dari Renaisans Bengali abad ke-19, melainkan pula tokoh penting di panggung dunia. Ia dilahirkan dalam keluarga Bengali yang kaya, putra seorang pemilik tanah, atau zamindar, yang memberinya kesempatan bepergian jauh sejak usia dini. Ia mahir dalam beberapa bahasa, termasuk bahasa Sansekerta, Persia, dan Arab, selain bahasa asli Bengali.
Ram Mohan Roy memadukan tradisi filosofis Barat dengan konsep Hindu yang diambil dari teks kuno Weda, Upanishad, dan Bhagavad Gita. Filosofinya berakar pada Advaita Vedanta, sebuah tradisi yang terkait khususnya dengan filsuf dan teolog abad ke-8 Adi Shankara, yang mengkonsolidasikan doktrin Advaita Vedanta, menyatukan aliran pemikiran utama dalam agama Hindu.
Salah satu klaim utamanya ialah bahwa jiwa, atau atman, pada akhirnya sama dengan brahman, prinsip realitas tertinggi (Advaita secara harfiah berarti 'bukan-dua'); pembebasan dikatakan datang dari mengenali identitas fundamental ini. Roy berusaha menghidupkan kembali Advaita Vedanta, mengklaim bahwa itulah landasan filosofis dari semua tradisi India. Pada tahun 1828, ia membentuk organisasi yang menjadi Brahmo Samaj, sebuah gerakan reformis yang menekankan nalar dan monoteisme.

Arthur Schopenhauer, 1788–1860, sekarang dianggap sebagai salah seorang Idealis Jerman abad ke-19 yang teramat penting dan berpengaruh; namun, ia hanya mencapai pengakuan sederhana dalam hidupnya sendiri. Seorang misanthrope yang pemarah, ia tak membuat dirinya disayangi oleh pendirian filosofis. Namun demikian, ia membuat nama bagi ide-idenya, kejelasan argumennya, dan gaya sastranya yang mudah dibaca, yang—terlepas dari kesuramannya—diresapi dengan roman muka yang datar.
Membangun idealisme Kant, Schopenhauer mengusulkan metafisika yang lebih pesimis dalam Die Welt als Wille und Vorstellung [Dunia sebagai Kehendak dan Representasi], yang mempengaruhi generasi filsuf, penulis, dan ilmuwan. Buku tersebut berfokus pula pada kesia-siaan mutlak mencari kepuasan pribadi di dunia yang didorong oleh kehendak universal yang tak memihak dan tak terbantahkan—sikap yang mirip dengan teks filosofis India yang dipelajarinya saat itu.
Schopenhauer meninggal karena gagal jantung dengan damai di sofanya, dengan kucingnya dalam pangkuannya, pada bulan September tahun 1860, dalam usia 72 tahun. Salah satu kutipan darinya, 'Dunia yang dapat diketahui ini, tempat kita berada dan yang ada di dalam kita, bersisa baik materi maupun batas pertimbangan kita.'

Auguste Comte, 1798–1857, disanjung sebagai filsuf sains pertama, meskipun sangat eksentrik dan terganggu oleh kehidupan rumah tangga yang menggelora, penyakit mental, dan megalomania. Comte seorang anti-imperialis Perancis yang berpengaruh dan pendiri positivisme dan sosiologi. Isidore Marie Auguste François Xavier Comte lahir di Montpellier dalam keluarga monarki Katolik yang ketat. Ia kemudian terasingkan dari mereka, sebab perbedaan politik dan agama yang timbul dari obsesinya membangun masyarakat berdasarkan republikanisme dan sains.
Antara tahun 1830 dan 1842, ia menerbitkan karya terpentingnya: enam jilid Cours de Philosophie Positive [Haluan Filsafat Positif]. Di sini, ia mengidentifikasi tiga tahap dalam evolusi manusia: tahap religius, tahap metafisik, dan terakhir, tahap ilmiah atau 'positif'—masa di saat ia menulis. Ia menyebut sistemnya 'positivisme.' Didasarkan pada keyakinan bahwa satu-satunya ilmu otentik ialah berdasarkan pengalaman indra aktual dan penerapan metode ilmiah, sistemnya menarik banyak murid, termasuk ekonom dan filsuf Inggris, John Stuart Mill.
Pada tahun 1842, berpisah dari istrinya dan dipecat dari jabatan mengajar lamanya di Politeknik Ecole, setelah kematian objek cinta obsesifnya—Clotilde de Vaux—ia kembali mencapai batas kewarasan. Empat jilidnya Système de politique positive [Sistem Politik Positif] muncul antara tahun 1851 dan 1854, namun ia meninggal karena kanker perut pada tahun 1857, terisolasi dan miskin.
Pendekatan ilmiah Comte dalam mempelajari perhubungan sosial, menetapkan sosiologi sebagai disiplin yang berbeda dan punya dampak yang bertahan lama pada pemikiran sosial dan politik. Ia juga seorang anti imperialis yang ternama dan berpengaruh, serta melakukan kritik berkelanjutan terhadap kekaisaran selama bertahun-tahun. Salah satu kutipannya, 'Positivisme merupakan teori ilmu menurut yang mana, satu-satunya jenis ilmu yang aman, yang tersedia bagi umat manusia, bilamana sains didasarkan pada observasi.'

Ralph Waldo Emerson, 1803–1882, seorang penyair Amerika, dosen, penulis esai, Orientalis, dan tokoh utama dalam gerakan Transendentalis, Emerson mendesak cara berpikir khas Amerika baru yang mempengaruhi seluruh generasi. Transendentalisme tumbuh dari Unitarianisme, sekte Kristen intelektual rasionalistik, yang populer di sekitar Boston, Massachusetts. Kaum Transendentalis, yang dipimpin oleh Emerson, berusaha menyeimbangkan rasionalitas Unitarian dengan spiritualitas personal yang intens, berbasis di alam, yang melampaui dunia material. Sumber mereka termasuk Romantisisme Jerman dan teks India dan Cina kuno. Transendentalis penting termasuk Henry David Thoreau dan feminis awal Margaret Fuller, yang menyunting majalah gerakan, The Dial (1840–1844), bersama Emerson. Percaya bahwa manusia pada dasarnya baik tetapi mudah dirusak oleh masyarakat, mereka merekomendasikan kepercayaan pada diri-sendiri dan kemandirian. Transcendentalists merupakan pemimpin dalam sejumlah gerakan reformasi, seperti feminisme dan kampanye anti-perbudakan.
Emerson lahir di Boston, Massachusetts, dari orang tua yang taat. Ayahnya, seorang menteri Unitarian.
Pada tahun 1832, ia meninggalkan Gereja. Ia menghabiskan hampir satu tahun bepergian di Eropa dan bertemu dengan para pemikir seperti John Stuart Mill dan Thomas Carlyle. Dalam karya pertamanya, yang diterbitkan, Nature, Emerson mengemukakan gagasannya tentang keterkaitan manusia dan alam, membayangkan 'jiwa universal' dan memuji pengalaman pribadi yang ilahi melalui alam. Filsafat Timur, bersama dengan Romantisisme Eropa, mempengaruhi ide-ide seperti kemampuan manusia untuk melampaui dunia material dan menjadi satu dengan semangat alam semesta, yang meliputi segalanya. Eksplorasi berbagai konsep ini, membentuk dasar dari sebagian besar karya-karya Emerson.
Pada tahun 1837, Emerson menyampaikan pidato tenarnya 'The American Scholar' kepada Masyarakat Phi Beta Kappa Harvard, dimana ia mendesak para cendekiawan AS menempa identitas budaya Amerika yang baru dan asli. Pidatonya sukses besar, namun kurang dari setahun kemudian, pidatonya di Harvard Divinity School, menyebabkan kemarahan, lantaran pandangannya tentang kegagalan 'kekristenan historis' dianggap terlalu radikal pada masa itu.
Pada tahun 1840-an, Emerson menerbitkan dua jilid esai, yang berisi beberapa karyanya yang kondang, termasuk 'Self-Reliance', 'The Over-Soul', dan 'Experience', sebuah kritik terhadap utopianisme. Pada tahun 1847–1848, ia berkeliling Inggris, sebuah tur yang menghasilkan buku English Traits (1856). Ia juga mengkampanyekan penghapusan perbudakan; dan dalam kumpulan esainya tahun 1860, The Conduct of Life, yang diterbitkan menjelang Perang Saudara, ia merenungkan perang saudara sebagai sarana kelahiran kembali bangsa.
Dalam dekade terakhirnya, Emerson terus mengajar dan menulis, tapi karena ingatannya mulai menurun, ia menarik diri dari kehidupan publik. Ia meninggal oleh radang paru-paru pada tahun 1882. Salah satu kutipannya, 'Kemerdekaan bukanlah hak melakukan apa yang engkau suka, melainkan kebebasan melakukan apa yang seharusnya.'

Ludwig Feuerbach, 1804–1872, memainkan peran penting dalam filsafat Jerman, mempengaruhi pergeseran dari idealisme Kant dan Hegel ke materialisme filsuf setelah abad ke-19. Feuerbach tak sepenuhnya puas dengan ide-ide Hegel, dan bergandengan dengan para filsuf muda yang berpikiran sama, membentuk kelompok yang dikenal sebagai Hegelian Muda atau Hegelian Kiri (Hegel dan para pengikutnya, kadang-kadang disebut sebagai Hegelian Lama). Hegel dan para pengikutnya berpendapat kemajuan sejarah telah mencapai puncaknya di dunia seperti sekarang ini, kaum Hegelian Muda berpendapat bahwa institusi kontemporer, seperti Kristen dan status quo politik, itu sendiri hanyalah sebuah tahap dalam perkembangan masyarakat. Di antara mereka ialah Feuerbach, David Strauss (penulis Life of Jesus Critically Examined yang berpengaruh secara kontroversial), dan Karl Marx muda.
Salah satu kutipan Feuerbach, 'Kekuatan keajaiban itu, kekuatan imajinasi.'

John Stuart Mill, 1806–1873, seorang filsuf, pembaharu sosial, dan ekonom politik, merupakan pemikir liberal terkemuka Inggris pada abad ke-19. Seorang penganjur Utilitarianisme, ia meneliti hubungan masyarakat dengan individu. Pendidikan Mill muda sangat ketat: ia disekolahkan di rumah oleh ayahnya dengan tujuan menciptakan seorang jenius yang dapat memajukan gerakan 'Philosophic Radicals', dimana Mill dan Jeremy Bentham, pemimpin aktifnya.
Sepanjang tahun 1830-an dan 1840-an, Mill terus merenungkan moralitas, reformasi sosial, dan ekonomi politik. Ia produktif menulis, menyumbangkan esai ke banyak majalah, dan pula, mengedit London Review pada tahun 1835–1840. Pada tahun 1843, ia menerbitkan A System of Logic, sebuah karya yang berkaitan dengan metodologi ilmiah dimana ia menguraikan teorinya tentang penalaran induktif dan berusaha menerapkan logika penjelasan kausal pada fenomena sosial dan moral. Principles of Political Economy diikuti pada tahun 1848, dimana eksplorasi dampak moral industrialisasi membuat Mill menganjurkan suatu bentuk sosialisme yang tak memadai, yang menggabungkan 'koperasi industri'. Karya tersebut mencakup analisis teori ekonomi dan merupakan teks kunci di universitas-universitas Inggris hingga awal abad ke-20.
Filosofi Mill selalu terkait dengan politik praktis; dalam Considerations on Representative Government (1859), ia menegaskan bahwa objek pemerintahan yang tepat adalah untuk mempromosikan 'kebajikan dan kecerdasan manusia yang menyusun komunitas,' dan menyimpulkan tipe ideal pemerintahan, yakni demokrasi perwakilan. Namun, Mill juga seorang pembela imperialisme Inggris, berargumen dalam karya-karya seperti A Few Words on Non-Intervention (1859) bahwa ada perbedaan yang jelas antara masyarakat beradab dan barbar, dan yang terakhir mendapat manfaat dari adikara yang suka menolong.
Mill masuk ranah-politik, berdiri sebagai Anggota Parlemen pada Westminster untuk Liberal pada tahun 1865. Selama menjadi anggota parlemen, ia berbicara tentang berbagai masalah yang kurang lebih radikal, termasuk pengendalian kelahiran, hak atas tanah di Irlandia, penghapusan perbudakan di Amerika Serikat, dan berbagai reformasi pemerintahan. Ia orang pertama yang berbicara di Parlemen untuk mendukung hak pilih perempuan, dan pada tahun 1869, ia menerbitkan The Subjection of Women, memperdebatkan kesetaraan sempurna antara pria dan wanita.
Atas kekalahannya pada pemilihan umum tahun 1868, Mill pensiun ke rumahnya di Prancis dan hidup tenang bersama putri tirinya, Helen Taylor. Ia meninggal pada tahun 1873 dan dimakamkan di Avignon di sebelah isterinya Harriet Taylor, seorang filsuf Inggris dan pembela hak-hak wanita awal yang sekarang dikenang oleh pengaruhnya terhadap Mill. Dalam 'On Liberty'-nya, Mill menulis, 'Selalu ada harapan ketika orang dipaksa, mendengarkan kedua belah pihak.'

Søren Aabye Kierkegaard ,1813–1855, sering diilustrasikan sebagai pendiri eksistensialisme modern. Didasarkan pada pencarian spiritual pribadinya, karya kompleksnya, mengungkapkan keyakinan akan kebenaran subjektif dan nilai individu. Pada zaman Kierkegaard, ibu kota Denmark merupakan kota kecil, namun padat dengan populasi sekitar 100.000 yang menetap di dalam benteng berusia berabad-abad. Sebagai seorang penduduk kota sejak lahir, Kierkegaard tokoh tenar di sana dan dianggap 'orang yang hebat dalam perkumpulan sosial.' Ia suka berjalan di jalan-jalan sempit Kopenhagen, berhenti mengobrol dengan orang yang lewat dari segala kasta, dan mendengarkan gosip. Ia sengaja memilih menulis dalam bahasa Denmark, lebih memilih menyapa sesama warganya daripada audiens Eropa yang lebih luas. Ia melakukan perjalanan jauh dari kota asalnya, hanya empat kali dalam hidupnya, dalam waktu yang cukup singkat.
Kierkegaard lahir di Kopenhagen, Denmark. Ayahnya, seorang Protestan yang keras, telah dibesarkan dalam kemiskinan di pedesaan Denmark, tapi jadi sangat kaya sebagai pedagang tekstil dengan bantuan baik-hati dari seorang paman yang kaya. Awal abad ke-19 merupakan bencana bagi Denmark. Ibukotanya, Kopenhagen, dibombardir oleh Inggris selama Perang Napoleon (1803–1815); Denmark harus menyerahkan kendali atas Norwegia; dan negara bangkrut pada tahun 1813. Namun bencana ini menandai periode perkembangan intelektual dan artistik, yang produknya termasuk tulisan Kierkegaard dalam filsafat, dongeng Hans Christian Andersen, patung Bertel Thorvaldsen, lukisan Christoffer Eckersberg (yang mendirikan sebuah 'Sekolah Seni Denmark'), arsitektur Christian Frederik Hansen, dan, dalam sains, karya Hans Christian Orsted tentang listrik dan magnet. Periode sekitar tahun 1820 hingga 1860 dikenal sebagai Zaman Keemasan Denmark; menarik inspirasi pada sejarah, lanskap, dan mitologi Denmark, menandai lahirnya identitas nasional baru.
Dikirim ke sekolah swasta elit, Kierkegaard seorang penyendiri yang lemah secara fisik, canggung yang membela diri dari intimidasi dengan mengembangkan kejenakawan yang tak biasa. Pada usia 17 tahun, ia mendaftar di Universitas Kopenhagen untuk belajar di bidang teologi. Ia seketika kehilangan minat pada kuliah yang mengulangi gagasan dan argumen yang diterima, dan dalam pemberontakan melawan puritanisme keluarganya, ia mengeksplorasi kesenangan minum, teater, dan pesta sambil juga memulai membaca dan merenung secara intensif dalam mengejar apa yang ia sebut 'sebuah kebenaran yang benar untukkk.' Menolak abstraksi megah dari filosofi Hegelian yang dominan pada masanya, ia berusaha mendasarkan pemikiran pada realitas subjektif kehidupan spiritual individu. Pada tahun 1835, ia menyatakan bahwa pencarian kebenaran harus menjadi pencarian yang penuh gairah dan pribadi.
Pada akhir tahun 1840, ia mengambil gelar di bidang teologi, menerbitkan buku pertamanya—sebuah kritik terhadap penulis Denmark Hans Christian Andersen. Pada awal tahun 1840-an, Kierkegaard menulis serangkaian karya besar dengan orisinalitas yang luar biasa. Pembuka dari ledakan kreativitas ini, disertasi yang ia persembahkan bagi gelar Masternya, berjudul Om Begrebet Ironi med stadigt Hensyn til Socrates [Tentang Konsep Ironi dengan Referensi Konstan terhdap Socrates] (1841). Diterbitkan sebagai Enten-Eller [Baik/Maupun] pada tahun 1843, buku Kierkegaard terdiri dari anekdot, kata-kata mutiara, kritik musik dan sastra, buku harian fiksi, dan esai, semuanya diduga dikumpulkan oleh editor dengan nama samaran. Enten-Eller menjadikan Kierkegaard sebagai selebritas intelektual di Denmark, namun ketenaran di dunia yang lebih luas, harus menunggu sampai setelah kematiannya. Selama 2 tahun berikutnya, ia menulis dengan penuh semangat, setelah menerbitkan tiga buku pada hari yang sama. Dalam karya-karya seperti Frygt og Bæven [Kecemasan dan Kegemetaran] (1843) dan Begrebet Angest [Konsep Kegelisahan] (1844), ia memperluas pemikirannya dari pertimbangan cara hidup yang estetis dan etis, ke ranah religius. Kierkegaard tak pernah menggunakan frasa yang persis 'a leap of faith', yang sering dikaitkan dengannya, melainkan, ia telah mencerminkan keyakinan agama yang sejati. Ia meninggal pada tahun 1855, dalam usia 42 tahun, setelah pingsan di jalan. Penyebab kematiannya, tak diketahui.
Karya Kierkegaard pertama kali diterjemahkan ke dalam bahasa Jerman pada tahun 1860-an. Reputasi internasionalnya, terus berkembang hingga abad ke-20, ketika ia diakui sebagai tokoh besar dalam pemikiran Eropa. Dalam karyanya Enten-Eller, ia menulis, 'Apa itu penyair? Orang malang yang menyembunyikan di hatinya, derita yang mendalam, namun bibirnya begitu terbentuk sehingga, manakala desahan dan tangisan melewatinya, terdengar seperti musik yang indah .... Dan orang-orang mengerumuni sang penyair dan berkata, 'Bernyanyilah lagi' —yaitu, 'Semoga penderitaan baru menyiksa jiwamu, tapi bibirmu berbentuk seperti yang sebelumnya, sebab tangisan semata akan membuat kami gecar, tetapi musiknya, itulah yang membahagiakan.'

Henry David Thoreau, 1817–1862, filsuf praktis, penulis esai, penyair, dan naturalis, Thoreau mempengaruhi banyak aktivis hak-hak sipil dengan seruannya agar bertindak tanpa kekerasan, dan tulisan-tulisannya meramalkan lingkungan dan ekologi. David Henry Thoreau (dia kemudian membalikkan nama depannya) lahir di Concord, Massachusetts, tempat dia dibesarkan bersama tiga saudara kandungnya. Ayahnya adalah produsen pensil. Saat di Harvard, Thoreau bertemu Ralph Waldo Emerson, yang 14 tahun lebih tua darinya dan baru saja menerbitkan esai mani Nature. Emerson mengenalkannya pada lingkaran penulisnya dan mendorongnya untuk membuat jurnal. Thoreau menemukan bahwa Transendentalisme Emerson menggemakan minatnya sendiri pada alam dan individualisme, dan dia menerbitkan esai dan puisi pertamanya di majalah Transendentalis, The Dial.
Karya Thoreau, Walden; or, Life in the Woods (1854) merupakan campuran dari deskripsi praktis, refleksi pribadi, dan pengamatan alam yang tajam dan mendetail secara lirik. Meskipun awalnya berdampak kecil, buku tersebut menjadi buku klasik yang bertahan lama. Pada tahun 1846, Thoreau menghabiskan satu malam di penjara lantaran menolak membayar pajak pemungutan suara karena penentangannya terhadap perang dan perbudakan Meksiko-Amerika. Hal ini menyebabkan esai 'Civil Disobedience' (pertama kali diterbitkan sebagai 'Resistance to Civil Government'), yang mengadvokasi perlawanan tanpa kekerasan terhadap pemerintah yang tak adil dan menjadi model bagi para aktivis selanjutnya, terutama Mahatma Gandhi dan Martin Luther King Jr.
Sebagai seorang abolisionis yang gigih, ia membantu para budak yang melarikan diri, lari ke utara dan berbicara menentang perbudakan, yang masyhur dalam 'A Plea for Captain John Brown.' Pada tahun 1859, John Brown, seorang abolisionis radikal yang percaya bahwa pemberontakan bersenjata adalah satu-satunya cara mengakhiri perbudakan, memimpin 21 orang dalam penggerebekan Gudang Senjata AS di Harpers Ferry, Virginia, dalam upaya memulai pemberontakan bersenjata. Pemberontakan yang direncanakan, tak pernah terwujud, dan Brown digantung oleh pengkhianatan. Reaksi awal terhadap tindakan Brown dari para abolisionis ialah ketidaksetujuan, tetapi setelah Thoreau dengan penuh semangat membelanya dalam pidato yang menyentuh hati, 'A Plea for Captain John Brown' (kemudian diterbitkan dalam bentuk esai), Brown diakui sebagai pahlawan dan martir.
Thoreau hidup sederhana selama sisa hidupnya dan terus menulis esai tentang alam dan kisah perjalanan yang ia lakukan. Ia meninggal oleh tuberkulosis pada usia 44 tahun. Dalam Walden-nya, ia menulis, 'Usahkan cinta, usahkan uang, usahkan ketenaran, beri aku kebenaran.'

Karl Heinrich Marx, 1818–1883, seorang pemikir terkemuka di zaman modern, Marx seorang filsuf, jurnalis, ekonom, dan aktivis. Ia mendedikasikan hidupnya menggulingkan tatanan sosial yang ada dan sistem ekonomi kapitalis. Karl Marx lahir di kota Trier, Rhineland, yang kemudian diperintah oleh Prusia. Ayahnya, Heinrich, seorang pengacara kaya yang menganut ide-ide liberal Pencerahan. Heinrich seorang Yahudi dan pendahulunya termasuk keturunan para rabi, namun ia secara pragmatis, mengadopsi iman Protestan guna menghindari anti-Semitisme. Tak terkecuali di sekolah, Marx dikirim belajar hukum, pertama di Bonn dan kemudian di Universitas Berlin. Awalnya, sebagai seorang siswa Romantis yang jangak, yang menyukai puisi dan minum, di universitas, ia mengembangkan minat yang berdedikasi dalam filsafat dan politik yang bertahan seumur hidup. Di Berlin, Marx bergabung dengan 'Hegelian Muda,' yang dicurigai oleh yang berwenang. Marx dianugerahi gelar doktor dalam bidang filsafat pada tahun 1841, namun menyadari bahwa dirinya terhalang dari karir akademik oleh pandangannya tentang agama. Lantaran perlu mencari nafkah, ia beralih ke jurnalisme.
Ia juga bertemu Friedrich Engels, yang menjadi sekutu dekat dan kolaboratornya selama sisa hidupnya. Secara temperamen tak patuh, Marx pada suatu saat akan memutuskan hubungan secara kasar dengan setiap kolega lainnya, namun tak pernah dengan Engels. Friedrich Engels (1820–1895), putra seorang industrialis Jerman. Ia seorang hedonis dengan selera mahal, namun tergerak oleh kemiskinan yang ia saksikan saat bekerja di pabrik ayahnya di Manchester, yang dijelaskan dalam bukunya tahun 1845 Die Lage der arbeitenden Klasse in England [Kondisi Kelas Pekerja di Inggris]. Selama revolusi tahun 1848, ia turut bertempur di barikade di Jerman. Dalam kedekatannya dengan Marx, ia menerima peran sebagai pemain biola kedua, memberikan dukungan moral dan finansial. Setelah kematian Marx, Engels menyunting dan menerbitkan dua jilid terakhir Das Kapital. Ia juga menulis tentang asal-usul sejarah keluarga dan penaklukan perempuan.
Pada pertengahan 1840-an, Marx telah membentuk sebagian besar sistem intelektual yang kemudian dikenal sebagai 'Marxisme.' Diuraikan dalam manuskrip yang sebagian besar tak diterbitkan, pemikiran Marx dikembangkan melalui studi kritis ekstensif terhadap filsafat Jerman, sosialisme utopis Prancis, dan karya para ekonom Inggris. Kontribusi Marx yang terorisinal terhadap filsafat mungkin serangannya terhadap peran tradisional filsuf sebagai pengamat yang terpisah dalam mencari kebenaran mutlak. Ia berargumen, peran filsuf bukanlah merenungkan dunia, melainkan terlibat dengannya—sebab hanya dengan keterlibatan, dunia dapat dipahami. Pada tahun 1847, keinginannya mengubah dunia, membawanya ke dalam kontak dengan League of the Just, sebuah jaringan klandestin internasional calon kelas pekerja revolusioner, yang berbasis di London. Pada bulan Februari 1848, Marx menulis sebuah pamflet yang menguraikan keyakinan dan program Liganya. Dikenal sebagai Manifesto Komunis, yang menjadi salah satu teks paling banyak dibaca, yang pernah ditulis.
Pada tahun 1848, kebangkitan yang bersifat meluas, terjadi di banyak negara Eropa, termasuk Prancis, Jerman, Austria, dan Italia. Di Prancis, monarki digulingkan dan sebuah republik didirikan. Di Jerman, yang kemudian terbagi menjadi beberapa negara bagian yang berbeda, sebuah parlemen nasional bersidang. Akan tetapi, terdapat perpecahan yang fatal antara kaum radikal kelas menengah yang mencari kebebasan individu, kelas pekerja yang mengejar tujuan ekonomi, dan kaum tani konservatif. Memanfaatkan perpecahan ini, raja dan kaisar dapat menerapkan kembali otoritas mereka. Di Prancis, republik akhirnya memberi jalan kepada Kekaisaran Kedua yang otoriter di bawah LouisNapoleon. Revolusi yang gagal, diikuti oleh era pertumbuhan ekonomi dan radikalisme yang menurun.
Kegagalan revolusi 1848 menimbulkan tantangan intelektual yang mendominasi dua dekade berikutnya dalam kehidupan Marx. Marx masuk kembali ke dunia politik pada tahun 1864 sebagai tokoh dominan di International Working Men’s Association, umumnya dikenal sebagai First International. Ia membimbing kumpulan serikat pekerja dan sosialis humanistik ke arah komitmen bagi perebutan kekuasaan oleh kelas pekerja. Meskipun mendapatkan banyak pengikut di seluruh Eropa, Internasional tak berperan dalam asal-usul pergolakan kekerasan berikutnya di benua itu. Pada tahun 1871, sebagai reaksi atas penyerahan Prancis dalam Perang Prancis-Prusia, Paris diambil alih oleh Komune revolusioner. Marx tetap menjadi pengamat pasif dari pemberontakan ini, yang ditindas dengan banyak korban jiwa. The Civil War in France, pamfletnya yang menganalisis peristiwa-peristiwa, memperoleh banyak pembaca dan menjadi fakta yang diterima bahwa Internasional-nya Marx, bertanggungjawab atas pemberontakan tersebut. Untuk pertama kalinya, Marx tenar dan punya khalayak luas.
Internasional Pertama runtuh pada awal tahun 1870-an sebagai akibat dari konflik yang tidak dapat diselesaikan antara Marx dan anarkis Rusia Mikhail Bakunin. Pengaruh Marx, bagaimanapun, terus menyebar. Ketika partai-partai sosialis baru berkembang di Jerman dan Rusia pada tahun 1870-an dan 1880-an, pertanyaan sampai sejauh mana mereka harus menerima ide-ide Marx menjadi topik perdebatan yang krusial. Marx campur tangan mengkritik program Partai Sosial Demokrat Jerman yang baru lahir pada tahun 1876, menentang kemungkinan transisi damai pada sosialisme dan menekankan perlunya 'kediktatoran proletariat' setelah revolusi.
Dalam dekade terakhir hidupnya, Marx terganggu oleh kesehatan buruk; ia meninggal oleh bronkitis pada Maret 1883, 13 bulan setelah kematian istrinya dan 2 bulan setelah kematian putri sulungnya. Ia dimakamkan di Pemakaman Highgate, London, di bagian yang diperuntukkan bagi para Ateis. Hanya keluarga dan beberapa teman dekatnya, termasuk Engels, yang menghadiri pemakamannya. Dalam karyanya Zur Kritik der Hegelschen Rechtsphilosophie [Kritik Filofosofi Hak Hegel], Marx menulis, 'Agama merupakan desahan makhluk tertindas, hati dunia yang tak berperasaan ... Ia merupakan candu masyarakat.' Aku merenungkannya dan bertanya, 'Beneran? Kepada siapa ini ditujukan?'

William James, 1842–1910, seorang perintis Amerika dalam studi ilmiah psikologi dan salah seorang pendiri sekolah filsafat Pragmatis. Kesiapannya menangani topik-topik besar, dengan bahasa yang jelas dan tegas, menjadikannya sosok yang berpengaruh. Ia lahir di New York, dari keturunan Protestan Irlandia, keluarganya yang kaya, anggota elite Amerika abad ke-19 yang kecil dan berbudaya. Ayahnya, Henry James Sr., seorang pemikir dan penulis istimewa yang gagal mencapai pengakuan. yang ia rasa pantas ia dapatkan. Seorang lelaki yang tak pernah bekerja demi uang, ia melihat tujuan keberadaan sebagai pengembangan kehidupan spiritual dan membenci semua karir dan usaha tentara bayaran. William memberontak melawan kurangnya keterlibatan ayahnya dengan dunia material, namun tak pernah menghilangkan jejak keyakinannya pada realitas spiritual yang lebih tinggi.
Ketertarikan James pada psikologi, sebagian dibangkitkan oleh perjuangan mentalnya sendiri. Menurut pendapatnya sendiri, diselesaikan pada awal tahun 1870-an sebagai hasil dari wahyu filosofis. Ia yakin bahwa kekuatan siapapun, mengubah hidup mereka dengan tindakan kemauan. 'Tindakan pertamaku terhadap kehendak-bebas,' tulisnya, 'akan menjadi, percaya pada kehendak bebas.' Berbekal keyakinan pada 'realitas individu dan kekuatan kreatifnya', ia menghadapi masa depan dengan tekad yang segar.
Pada tahun 1890, James menerbitkan buku teks masif, The Principles of Psychology, yang menyimpulkan pengetahuannya tentang bidang tersebut. Inovasinya yang paling berhasil ialah gagasan tentang 'aliran kesadaran' sebagai cara menggambarkan pengalaman kita detik demi detik, sebuah konsep yang diadopsi secara luas oleh para penulis Modernis pada abad ke-20. Setelah karya ini, ia merasa bebas mengabdikan dirinya pada pertanyaan filosofis yang telah lama membuatnya terpesona. Sejak tahun 1872, ia berpartisipasi dalam kelompok diskusi filosofis di Boston yang disebut Metaphysical Club, yang anggotanya termasuk ilmuwan Charles Sanders Peirce. Peirce-lah yang disanjung karena mengembangkan pendekatan filsafat yang dikenal sebagai 'Pragmatisme,' meskipun James merupakan orang pertama yang menggunakan istilah tersebut di media cetak dan istilah itu dikaitkan terutama dengan namanya. Kaum Pragmatis berpendapat bahwa konsep dan keyakinan dikembangkan agar memecahkan masalah atau memajukan ilmu. Jika ide tak membuat perbedaan bagi dunia, maka itu tak ada artinya. Pikiran terus bergerak, tak menegakkan kebenaran abadi tetapi mengatasi dilema yang selalu berubah. James tak menganut pandangan sederhana bahwa suatu kepercayaan itu benar jika berhasil, namun ia sering terdengar, seolah itulah yang ia ucapkan.
James menulis tentang isu agama dalam karya-karyanya seperti The Will to Believe dan The Varieties of Religious Experience. Ia menempuh pendekatan ilmiah modern untuk masalah ini, tetapi meyakinkan banyak orang, membiarkan pintu terbuka agar percaya pada beberapa realitas spiritual yang mungkin dapat diakses manusia. Walau ia menolak dogma agama, James berpendapat bahwa orang tak boleh membiarkan ketakutan skeptis akan kesalahan menutup pikiran mereka sepenuhnya dari kemungkinan pengalaman religius, yang mana sebagai pengalaman-pengalamana yang tak diragukan lagi, nyata, dan dapat mengubah hidup orang menjadi lebih baik.
Dalam dekade terakhir hidupnya, James kritis terhadap pergeseran AS ke arah militerisme dan apa yang disebutnya 'penyembahan eksklusif dewi jalang Sukses.' Ia sedang mengerjakan pengantar filsafat ketika ia meninggal karena penyakit jantung di rumahnya di Chocorua, New Hampshire, pada Agustus 1910. Banyak nasihat William James yang mungkin berguna, termasuk,
'Untuk mengubah hidup seseorang: Mulailah segera; Lakukan dengan flamboyan; Tanpa pengecualian.'
'Tindakan mungkin tak selalu membawa kebahagiaan, namun tiada kebahagiaan tanpa tindakan.'
'Seni agar jadi bijak ialah mengetahui apa yang harus diabaikan.'
'Kita bagaikan pulau di laut, terpisah di permukaan tapi terhubung di kedalaman.'
'Setiap kali dua orang bertemu, sebenarnya ada enam orang yang hadir. Ada setiap orang sebagaimana ia melihat dirinya sendiri, setiap orang sebagaimana orang lain melihatnya, dan setiap orang sebagaimana adanya.'
'Penemuan terbesar dari setiap generasi itu, bahwa manusia dapat mengubah hidupnya, dengan mengubah sikapnya.'

Friedrich Wilhelm Nietzsche, 1844–1900, lahir dalam keluarga Lutheran, ia menanggalkan imannya dan menantang moralitas yang terkait dengannya. Ia menganjurkan menjalani kehidupan mencari potensi penuh kita dan sesuai dengan standar individu kita sendiri. Nietzsche punya hubungan yang kompleks dengan ibunya, Franziska. Di masa mudanya, sang ibu memanggilnya 'pendeta kecil,' namun sang ibu sangat kecewa, putranya menolak nilai-nilai dan imannya, saat ia tumbuh dewasa.
Industrialisasi dan urbanisasi datang kemudian ke Jerman daripada ke Inggris dan Prancis. Ketika negara itu berusaha mengejar tetangganya (setelah mengalami perekonomian terbesar di Eropa pada tahun 1900), perubahan besar terjadi dengan sangat cepat di masyarakat Jerman, dan khususnya di lembaga-lembaganya. Selama berabad-abad, Gereja telah menjadi jantung dari setiap komunitas pedesaan Jerman, namun selama abad ke-19, Gereja semakin terpinggirkan. Ketaatan beragama mulai berubah, dari kewajiban komunitas atau konvensi, menjadi masalah pilihan individu.
Nietzsche lahir di desa kecil Röcken bei Lützen di provinsi Sachsen Prusia. Ayahnya, Carl Ludwig, pendeta di gereja Lutheran setempat, dan kedua orang tuanya, berasal dari keluarga pendeta Protestan. Masa kecil Nietzsche dihantui oleh tragedi. Ayahnya menderita penyakit otak yang sangat melemahkan dan meninggal tak lama sebelum ulang tahun kelimanya. Enam bulan kemudian, saudara lelakinya, yang berusia 2 tahun, Ludwig, juga meninggal. Ia ditawari beasiswa di sekolah berasrama bergengsi, Schulpforta, berkat menjadi yatim piatu pegawai negeri. Di sini, ia menerima pendidikan yang solid, jika konservatif, dalam bahasa dan sains klasik dan modern. Namun, Nietzsche menunjukkan pula minat pada puisi, terutama puisi filosofis Friedrich Hölderlin, dan mengorganisir klub sastra dan musik di Naumburg, dimana ia diperkenalkan dengan musik Richard Wagner. Lebih penting lagi, keingintahuannya akan ide-ide di luar kurikulum sekolah, juga membuatnya mencari dan menyerap karya-karya ikonoklastik.
Nietzsche menyela studinya pada tahun 1867 guna melaksanakan dinas militer dan kembali ke studinya di Leipzig, lalu menyelesaikan gelarnya pada tahun 1868. Sekitar waktu ini, ia berteman dengan Hermann Brockhaus, seorang sarjana Orientalis yang minat khususnya pada tulisan Sansekerta dan Persia, termasuk teks-teks Zoroastrianisme. Selama tahun 1870-an, Nietzsche sering mengunjungi Wagner dan istrinya Cosima, dan mereka menjalin hubungan saling mengagumi. Buku pertamanya, Die Geburt der Tragödie aus dem Geiste der Musik [Kelahiran Tragedi dari Semangat Musik] (1872), dipuji oleh Wagner, namun mendapat sambutan dingin dari sesama akademisi.
Didorong oleh Wagner, ia menghabiskan beberapa tahun berikutnya mengerjakan serangkaian esai yang mengkritik budaya Jerman dan mempromosikan gagasan Schopenhauer. Semuanya diterbitkan pada tahun 1876 sebagai Unzeitgemässe Betrachtungen [Meditasi Sebelum Waktunya]. Berkat persahabatannya dengan filsuf Paul Rée, Nietzsche terbujuk memulai catatan baru yang tak terlalu pesimis di buku berikutnya. Menschliches, Allzumenschliches: Ein Buch für freie Geister [Manusia, Terlalu Manusiawi: Sebuah Buku bagi Jiwa yang Bebas] diterbitkan pada tahun 1878. Perubahan signifikan ini, mungkin terjadi lebih dari sekadar alasan estetika: kesehatan Nietzsche memburuk secara dramatis, dan ia menderita dari, masalah pencernaan dan sakit kepala yang membutakan, serta gangguan penglihatan, yang semuanya membuatnya sulit menulis dalam waktu yang lama dan menurunkan tingkat keterbacaan manuskripnya. Sejak saat itu, tulisannya dijiwai dengan rasa urgensi yang menunjukkan bahwa ia mengadopsi gaya tersebut guna menuangkan pemikirannya di atas kertas secepat mungkin.
Kesehatan Nietzsche yang buruk, mulai mempengaruhi pekerjaannya di universitas, dan pada tahun 1879, ia mengundurkan diri dari jabatannya. Pada dekade berikutnya, ia sering bepergian ke Italia dan Prancis selatan, berharap mendapat manfaat dari iklim yang lebih hangat, dan kembali ke Swiss di musim panas. Periode inilah yang paling produktif dalam karirnya, dimana ia menegaskan penolakannya terhadap agama Kristen, dan bahkan semua agama, dan mengembangkan idenya tentang moralitas di dunia yang tak bertuhan. Dalam Die fröhliche Wissenschaft [diterjemahkan sebagai Kearifan yang Nikmat atau Keriangan Ilmu atau terkadang diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris The Gay Science, namun bukan tentang promosi nenek-nenek memakai ban lengan berwarna pelangi di FIFA World Cup 2022] (1882), yang Nietzsche sendiri gambarkan sebagai 'mungkin bukuku yang paling pribadi,' ia dengan kondang menegaskan bahwa 'Gott ist tot [Tuhan sudah mati],' dan menyarankan bahwa sebagai konsekuensinya, gagasan moralitas konvensional tak lagi relevan dan harus diganti dengan etos yang meneguhkan hidup daripada menghalangi.
Ia menguraikan tema ini dalam karya-karya selanjutnya: Also sprach Zarathustra: Ein Buch für Alle und Keinen [Lantas Berbicara Zarathustra: Kitab untuk Semua dan Ketiadaan] (1883–1885), ia memperkenalkan gagasan tentang Übermensch ('Superman')— orang yang dapat menciptakan moralitas dan tujuannya sendiri, untuk mengabdikan diri demi kemajuan umat manusia; dan dalam Jenseits von Gut und Böse: Vorspiel einer Philosophie der Zukunft [Melampaui Baik dan Jahat: Pendahuluan Filsafat Masa Depan] (1886) dan Zur Genealogie der Moral: Eine Streitschrift [Tentang Silsilah Moralitas: Sebuah Polemik] (1887 ), ia menguraikan konsep 'keinginan untuk berkuasa'—dorongan mengerahkan pengaruh atas hal-hal lain (termasuk diri) yang ia anggap mendasar bagi keberadaan manusia.
Pada pertengahan 1880-an, setelah keretakan dengan saudara perempuannya lantaran pernikahannya dengan Bernhard Förster, Nietzsche merasa semakin terisolasi dan bergantung pada opium dan obat-obatan lainnya. Adik Nietzsche, Elisabeth (1846–1935) secara luas disalahkan atas salah tafsir filosofinya dengan menganjurkan kediktatoran totaliter, terutama oleh Adolf Hitler dan rezim Nazi. Elisabeth dan saudara lelakinya, menjadi terasing usai menikah dengan Bernhard Förster, yang nasionalisme anti-Semitnya dicela oleh Friedrich. Pasangan itu berusaha menemukan koloni Arya, Nueva Germania, di Paraguay pada tahun 1887, namun gagal 2 tahun kemudian, Bernhard bunuh diri. Pada tahun 1893, Elisabeth kembali ke Jerman, dimana ia kemudian menjadi perawat Nietzsche, mengedit—dan mungkin menulis ulang—karya kakaknya yang tak diterbitkan untuk mencerminkan prasangkanya sendiri, dan mempromosikannya sebagai kurator Arsip Nietzsche setelah kematiannya. Elisabeth seorang simpatisan Nazi, dan pemakamannya pada tahun 1935 dihadiri oleh Hitler.
Nietzsche mengalami sejumlah serangan stroke, menjadi sangat bergantung pada saudara perempuannya. Karena penyakitnya, ia tak menyadari bahwa karyanya, akhirnya diakui, dan tak pernah berkesempatan menikmati ketenarannya. Ia meninggal karena radang paru-paru pada tanggal 25 Agustus 1900, dan dengan pemutarbalikan yang keji bagi seseorang yang telah menyatakan keateisannya, diberikan pemakaman Kristen dan dimakamkan di samping ayahnya, pada kuburan di Röcken. Dalam karyanya Also sprach Zarathustra, Nietzsche menulis, 'Akulah hutan, dan malam dengan pepohonan yang gelap: tetapi ia yang tak takut pada kegelapanku, akan menemukan tepian penuh mawar di bawah pohon-pohon cemaraku.'

Masih ada banyak nama yang bisa disebut, antara lain: Etienne Bonnot de Condillac, seorang tokoh terkemuka di Pencerahan Prancis; Dai Zhen, seorang kritikus tradisi neo-Konfusianisme dalam pemikiran Tiongkok; Gotthold Lessing, seorang dramawan, kritikus, dan filsuf Jerman; Moses Mendelssohn, seorang filsuf Yahudi Jerman; Motoori Norinaga, tokoh kunci dalam kebangkitan budaya tradisional Jepang Kokugaku (Pembelajaran Nasional); Joseph de Maistre, filsuf terkemuka reaksi royalis Katolik melawan Revolusi Prancis 1789; Johann Gottlieb Fichte, pendiri filsafat idealis Jerman; Germaine de Staël, seorang pemikir terkemuka di bidang sastra, politik, dan masyarakat, serta seorang novelis berbakat; Filsuf dan penyair Romantis Awal Friedrich von Hardenberg, lebih sering dikenal dengan nama penanya Novalis; Filsuf idealis Friedrich Wilhelm Joseph Schelling; Seorang filsuf yang sangat dikagumi oleh orang Inggris sezamannya, Lady Mary Shepherd; Tokoh penting dalam gerakan Transendentalis New England, Amos Bronson Alcott; Seorang pemikir berpengaruh dalam filsafat dan psikologi, Franz Clemens Brentano; Salah seorang pendiri pragmatisme dalam filsafat, Charles Sanders Peirce; Salah seorang pendiri logika modern dan filsafat analitik, Friedrich Ludwig Gottlob Frege; dan Filsuf dan sejarawan, Josiah Royce.

Kita cukupkan dulu sesi tentang para pemikir dan akan kita lanjutkan dengan sesi para pemikir di era abad ke-20, biidznillah. Kita tutup ini dengan sebuah kelakar, 'Menghadiri pernikahan untuk pertama kalinya, seorang gadis kecil, melihat pengantin wanita dalam gaun-putih, dan pengantin pria dalam setelan jas-hitam, lalu berbisik kepada ibunya,' Kenapa pengantin wanita bergaun putih?'
'Karena putih itu, warna kebahagiaan,' ibunya menjelaskan, 'dan hari ini, hari paling bahagia dalam hidupnya.'
Sang anak berpikir sejenak, lalu bertanya, 'Tapi, kenapa mempelai pria-nya, pakai pakaian-hitam?'

Saatnya berangkat, Swara pergi dengan lantunan,

Hai, pagi yang baru menjelang
Pulangkan imanku yang sudah hilang
Berikan daku cinta dan hasrat
Supaya aku boleh mendarat

Kulihat terang, meski tak benderang
Sehingga gelap lambat laun 'kan lenyap

Datanglah, cahaya di hati
Bawalah imanku kembali *)

"Wallahu a'lam."
Kutipan & Rujukan:
- DK London, Philosophers - Their Lives and Works, Cobaltid
- Bertrand Russell, History of Western Philosophy, Routledge
- Roger Scruton, A Short History of Modern Philosophy from Descartes to Wittgenstein, Routledge
*) "Kupinta Lagi" karya Cornel Simanjuntak