Jumat, 29 Maret 2019

Cabang Iman yang paling Bersahaja

"Wahai anak muda, ketahuilah bahwa iman memiliki lebih dari tujuh puluh cabang." berkata sang lelaki bertongkat kepada sang musafir muda. Kemudian ia berkata, "Cabang iman yang terbaik adalah menyatakan, لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللّهُ, (tiada yang patut diibadahi dengan benar melainkan Allah), dan yang paling bersahaja darinya adalah menyingkirkan benda berbahaya dari jalan. Rasulullah (ﷺ) mengajarkan, agar kita menyingkirkan segala yang berbahaya dan yang akan menyakiti, dari tempat dimana mansuia melintas, bisa berbentuk duri, sampah, dan sebagainya. Inilah cabang iman yang paling sederhana dan simbol kebersahajaan, yang kelak mengundang pahala surga." Sang musafir muda berkata, "Mohon, sampaikan padaku lebih banyak lagi tentangnya!"
Sang lelaki berkata, "Abu Huraira, رضي الله عنه, meriwayatkan bahwa Rasulullah (ﷺ) bersabda,
مَرَّ رَجُلٌ بِغُصْنِ شَجَرَةٍ عَلَى ظَهْرِ طَرِيقٍ فَقَالَ وَاللَّهِ لأُنَحِّيَنَّ هَذَا عَنِ الْمُسْلِمِينَ لاَ يُؤْذِيهِمْ ‏.‏ فَأُدْخِلَ الْجَنَّةَ
"Seseorang yang sambil berjalan di sepanjang jalan, melihat ranting-ranting sebuah pohon tergeletak di sana. Ia berkata, 'Demi Allah, aku akan memindahkannya dari sini agar tak membahayakan para Muslim, dan iapun masuk surga." - [Sahih Muslim]
Dalam riwayat lain, Abu Hurairah, رضي الله عنه, meriwayatkan, Rasulullah (ﷺ) bersabda bahwa beliau melihat seseorang menikmati Jannah karena pohon yang ia singkirkan dari jalan setapak yang menyebabkan orang lain merasa tak nyaman. - [Sahih Muslim]
Menyingkirkan segala sesuatu yang menyebabkan ketidaknyamanan bagi orang lain yang lewat adalah bentuk iman yang paling sederhana. Ini berarti bahwa jika ada orang yang menemukan penghalang di jalan dan tak menyingkirkannya. maka ia telah lalai, bahkan dari cabang iman yang paling sederhana sekalipun.

Hadits ini mengajarkan kita bahwa Allah memberi ampunan walaupun mereka yang mengerjakan bentuk iman yang paling sederhana. Orang yang disebutkan dalam Hadits, diampuni karenanya.
Ada pelajaran penting dalam pernyataan ini bagi umat Islam dan orang-orang yang berpikiran religius di zaman sekarang, karena mereka menganggap tindakan semacam ini sebagai hal yang biasa saja dan lumrah. Sekarang ini, orang-orang non-Muslim menganggap bahwa akan bertentangan dengan perilaku masyarakat bila meletakkan hambatan di jalan umum dan menyebabkan ketidaknyamanan bagi orang yang melewatinya. Patut dipikirkan bahwa ajaran ini pertama kali disampaikan oleh Islam, yang menjadikannya sangat penting dalam mendapatkan ampunan Allah. Sayangnya, hari ini, umat Islam, alih-alih menghilangkan hambatan dari jalan, malah memposisikan diri mereka seperti orang-orang yang memasang rintangan di jalan. Posisi di jalan-jalan kita, di daerah dimana sembilan puluh persen berpenduduk Muslim, tertutup dan terhalangi dalam perilaku yang berbeda yang menyebabkan ketidaknyamanan bagi para pejalan kaki. Banyak cara dimana pengguna jalan mendapat masalah termasuk orang-orang meludah di sana-sini, melemparkan kulit kacang, memarkir mobil dan motor di depan pintu rumah dan masjid, membuang sampah di jalan, meletakkan sampah rumah tangga di lintasan, dan sebagainya. Inilah pemandangan yang sangat umum dalam masyarakat Muslim kita, meskipun itu jelas bertentangan dengan ajaran Islam. Parit yang meluap, saluran air yang berbau tak sedap, jalan rusak dan pemandangan semacam itu, mencerminkan perilaku kita dan menunjukkan bagaimana kita telah melalaikan ajaran Islam. Semua ini hendaknya kita renungkan.
Tidakkah kita seharusnya berpikir bahwa jika Allah merahmati seseorang dengan ampunan-Nya, karena menghilangkan rintangan dari jalan dan memasukkannya ke surga, maka tidakkah Dia akan menghukum mereka yang bertindak bertentangan dengan hal itu, dan membuang sampah, membuat rintangan di jalan, serta menyebabkan ketidaknyamanan orang yang lewat atau semacamnya? Tentu, Dia akan meminta pertanggungjawaban orang-orang ini dan akan menghukum mereka. Orang-orang yang beriman hendaknya memperbaiki perilaku mereka karena Islam tak hanya mengajarkan shalat dan puasa, namun juga menuntut para pemeluknya agar menganut perilaku yang baik dan tatakrama sosial yang kondusif bagi masyarakat sipil yang lebih baik."

Kemudian, sang lelaki bertongkat berkata, "Wahai anak muda, pelajaran pertama yang kita pelajari adalah bahwa ajaran Islam tak sebatas pada ibadah saja. Islam bukanlah sebagai nama beberapa bentuk ibadah yang lazim, melainkan Islam adalah metode menjalani hidup seseorang dengan cara naluriah, suci dan bersih, berkarakter moral yang tinggi dan berpikiran jernih, mengembangkan rasa kewarganegaraan yang baik dan menumbuhkan masyarakat yang sangat beradab. Kedua, jalanan juga punya hak untuk dilintasi oleh pejalan kaki dan pengguna jalan dengan nyaman. Bahkan tak pantas berhenti di jalan dan bercakap-cakap jika itu menyebabkan ketidaknyamanan bagi orang lain.
Ketiga, berusaha melindungi seorang Muslim dari ketidaknyamanan dan berharap baik baginya adalah perilaku yang memberi hak seseorang masuk Surga. Kenyataannya, menyingkirkan hambatan dari jalan berarti berusaha melindungi seorang Muslim dari ketidaknyamanan; itulah yang diperoleh orang yang menikmati Jannah seperti dalam hadits. Seorang Muslim adalah wali dari Muslim lainnya dan ia berusaha sebaik mungkin menyelamatkan seorang Muslim lainnya dari kesulitan dan kesusahan. Inilah yang diajarkan Islam dan inilah yang disebut Islam.
Akhirnya, jika sebuah pohon terbukti menjadi hambatan pada suatu lintasan, maka diperbolehkan menebangnya. Namun jika pohon itu menyediakan tempat berteduh dan tak menggangu siapapun, maka pohon itu seyogyanya tak boleh ditebang. Wallahu a'lam."
أَلَمْ تَرَ كَيْفَ ضَرَبَ اللَّهُ مَثَلا كَلِمَةً طَيِّبَةً كَشَجَرَةٍ طَيِّبَةٍ أَصْلُهَا ثَابِتٌ وَفَرْعُهَا فِي السَّمَاءِ
"Tidakkah kamu memperhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya kuat dan cabangnya (menjulang) ke langit?" - [QS.14:24]
تُؤْتِي أُكُلَهَا كُلَّ حِينٍ بِإِذْنِ رَبِّهَا وَيَضْرِبُ اللَّهُ الأمْثَالَ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُونَ
"(Pohon) itu menghasilkan buahnya pada setiap waktu dengan seizin Rabbnya. Dan Allah membuat perumpamaan itu untuk manusia agar mereka selalu ingat." - [QS.14:25]
Rujukan :
- Maulana Muhammad Zakaria Iqbal, Stories from the Hadith, Darul Isha'at.

Rabu, 27 Maret 2019

Hak dan Kewajiban Para Pemimpin Muslim

Selanjutnya, sang gagak, yang mewakili para sesepuh Kampung Bayan, diminta meyampaikan khotbah. Maka, iapun tampil ke depan, lalu berkata, "Segala puji dan syukur atas rahmat Allah Yang Mahakuasa, Yang memberikan nikmat bimbingan bagi orang-orang beriman dan karena keadilan-Nya, orang-orang fasik tersesatkan. Dia takkan pernah diminta pertanggungjawaban tentang apa yang telah Dia lakukan, sedangkan manusia, semua akan dimintai pertanggungjawaban. Aku menghaturkan puja dan puji syukur kepada-Nya, dan bersaksi bahwa tiada yang patut disembah kecuali Allah, tiada sekutu bagi-Nya, dan bahwa Nabi kita tercinta ﷺ) adalah hamba dan Utusan-Nya. Selawat dan salam Allah menyertai beliau ﷺ), keluarga, para Sahabat dan semua yang mengikutinya.

Wahai para hamba Allah! Islam diturunkan untuk menghormati umat manusia dan sebagai rahmat bagi mereka. Islam diturunkan untuk mengatur urusan kehidupan umat manusia, baik yang bersifat materi maupun spiritual, dan membangunnya dengan latarbelakang pembentukan diri yang kuat dan pada pondasi yang kokoh. Islam diturunkan untuk menjelaskan kepada manusia tentang sumber segala kemungkaran dan kebathilan, sehingga manusia dapat menghindarinya, dan juga sumber keselamatan, agar mereka dapat mengikutinya.

Di antara aspek-aspek yang dijelaskan dalam Islam, adalah hubungan seseorang dengan Rabb, para nabi, para penguasa dan pemimpinnya. Allah berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الأمْرِ مِنْكُمْ فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ ذَلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلا
"Wahai orang-orang yang beriman! Taatilah Allah dan taatilah Rasul (Muhammad), dan Ulil Amri (pemegang kekuasaan) di antara kamu. Kemudian, jika kamu berbeda pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah kepada Allah (Al-Qur'an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya." - [QS. 4:59]
Mereka yang berwenang, mengacu pada mereka yang bertanggung jawab atas tugas-tugas kemasyarakatan, baik Imam Besar, ulama, para pemegang jabatan, presiden dan sebagainya.

Allah, Pemilik segala kekuasaan, telah menahbiskan hak-hak besar bagi orang-orang Muslim yang berkuasa, dalam ayat ini. Memenuhi hak-hak ini, menjamin ketenangan, kedamaian, dan keharmonisan bagi umat Islam. Allah, Yang telah menahbiskan hak-hak ini, Maha Mengetahui rahasia alam semesta ini dan sifat manusia, yang membutuhkan kehadiran para pemimpin dan tak adanya perselisihan dan pemberontakan. Ketenangan memastikan kehidupan sosial yang stabil dan melindungi bangsa dari kekacauan yang digerakkan oleh orang-orang bodoh dan orang-orang jahat. Allah menahbiskan hak-hak ini bagi para pemimpin Muslim dan menjadikan mereka bagian dari ibadah kepada-Nya, yang harus dipenuhi di saat-saat sulit dan di saat-saat lapang, di saat beraktivitas dan di saat-saat relaksasi, dan bahkan di bawah pemerintahan tirani. Ini selalu terjadi, kecuali seseorang diperintahkan untuk melakukan apa yang tak sanggup diembannya atau tak taat kepada Allah, dalam hal ini, tentulah tak ada kepatuhan dalam ketidaktaatan kepada Allah.
Diriwayatkan dari Ibnu Umar, رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ, bahwa Rasulullah (ﷺ) bersabda,
لَى الْمَرْءِ الْمُسْلِمِ السَّمْعُ وَالطَّاعَةُ فِيمَا أَحَبَّ وَكَرِهَ إِلاَّ أَنْ يُؤْمَرَ بِمَعْصِيَةٍ فَإِذَا أُمِرَ بِمَعْصِيَةٍ فَلاَ سَمْعَ وَلاَ طَاعَةَ
"Seorang Muslim seyogyanya mendengar dan menaati, suka atau tidak, kecuali ia diperintahkan melakukan tindakan ketidaktaatan. Jika ia diperintahkan melakukan tindakan ketidaktaatan, maka ia tak diharuskan mendengar dan mematuhi." - [Sunan an-Nasa'i; Sahih]
Suatu keputusan yang Allah telah tetapkan dan yang darinya Dia berikan manfaat besar dalam kehidupan ini dan imbalan yang luar biasa di akhirat, layak bagi umat Islam, dianut dan dipatuhi.
Mengacu pada apa yang Allah telah wahyukan untuk pengambilan keputusan, menetapkan Hukum Allah, mengarahkan manusia agar menyembah hanya kepada Allah dan menjauhi taghut, adalah tugas utama dan paling penting, yang ditahbiskan kepada Pemimpin Muslim. Memenuhi tugas-tugas ini akan menghasilkan segala yang baik dan benar, sehingga berkah Allah akan turun pada umat Islam secara keseluruhan.

Takutlah akan Allah, wahai hamba-hamba Allah, dan carilah cara pendekatan kepada-Nya dengan memenuhi perintah-Nya. Patuhi para pemimpin Muslimmu, serulah Allah untuk mereka, bantu mereka dalam al-birru (keshalihan) dan taqwa, serta latihlah kesabaran bersama mereka, dengan syarat, mereka mematuhi Allah dan Rasul-Nya, dan menegakkan agama Allah.

Wahai para hamba Allah, yang memegang segala jenis kewenangan atau tanggung jawab! Ketahuilah bahwa Allah, Yang Maha Adil dari segala yang ada, telah menahbiskan bagimu hak-hak mereka yang berada di bawah tanggungjawabmu, dan memerintahkan agar hak-hak ini dihormati. Demikian juga, Allah telah menetapkan tugas padamu untuk mereka yang berada di bawah wewenang dan tanggung jawabmu. Allah mengingatkanmu akan keutamaan dan pentingnya tugasmu dengan sabda Rasul-Nya (ﷺ). Diriwayatkan Ibnu Umar bahwa Rasulullah (ﷺ) bersabda,
أَلاَ كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ فَالأَمِيرُ الَّذِي عَلَى النَّاسِ رَاعٍ وَمَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ وَالرَّجُلُ رَاعٍ عَلَى أَهْلِ بَيْتِهِ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْهُمْ وَالْمَرْأَةُ رَاعِيَةٌ عَلَى بَيْتِ بَعْلِهَا وَهِيَ مَسْئُولَةٌ عَنْهُ وَالْعَبْدُ رَاعٍ عَلَى مَالِ سَيِّدِهِ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْهُ أَلاَ فَكُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ
"Sesungguhnya, masing-masing kalian adalah gembala dan kalian semua akan ditanya mengenai kawananmu. Pemimpin yang berwenang atas umat Islam, punya tanggungjawab, dan ia akan ditanya tentang tanggung jawabnya. Seorang lelaki bertanggungjawab atas anggota rumah tangganya dan ia akan ditanya tentangnya. Seorang istri bertanggung jawab di rumah suaminya dan ia akan ditanya tentangnya. Seorang budak bertanggungjawab atas harta milik majikannya, dan ia akan ditanya tentangnya. Sesungguhnya, masing-masing dari kalian adalah gembala dan kalian masing-masing akan ditanya tentang kawanannya. " - [Jami` at-Tirmidzi; Shahih]
Takutlah kepada Allah atas tanggung jawab yang diembankan Allah kepadamu. Penuhi tugasmu terhadap kewajibanmu dan orang-orang yang Allah perkenankan berada dibawah tanggungjawabmu. Dengan cara ini, engkau akan menjadi Imam (pemimpin) terbaik dan jika tidak, engkau akan tertolak. 'Umar bin Al-Khattab, رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ, meriwayatkan bahwa Rasulullah (ﷺ) bersabda,
أَلاَ أُخْبِرُكُمْ بِخِيَارِ أُمَرَائِكُمْ وَشِرَارِهِمْ خِيَارُهُمُ الَّذِينَ تُحِبُّونَهُمْ وَيُحِبُّونَكُمْ وَتَدْعُونَ لَهُمْ وَيَدْعُونَ لَكُمْ وَشِرَارُ أُمَرَائِكُمُ الَّذِينَ تُبْغِضُونَهُمْ وَيُبْغِضُونَكُمْ وَتَلْعَنُونَهُمْ وَيَلْعَنُونَكُمْ
"Tahukah kalian mana diantara pemimpin yang terbaik dan yang terburuk di antara mereka: Yang terbaik dari mereka adalah mereka yang engkau cintai dan mereka mencintaimu, engkau mendoakan mereka, dan mereka mendoakanmu. Dan yang paling buruk dari pemimpinmu adalah orang-orang yang membencimu, dan engkau membenci mereka, dan mereka mengutukmu dan engkau mengutuk mereka." - [Jami` at-Tirmidzi; Shahih]
Ketahuilah bahwa mengatur umat Islam dengan adil dan berbelas kasih serta bermurah-hati terhadap mereka, adalah salah satu tugas yang diemban para pemimpin Muslim terhadap rakyatnya. Allah Ta'ala berfirman,
إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُكُمْ أَنْ تُؤَدُّوا الأمَانَاتِ إِلَى أَهْلِهَا وَإِذَا حَكَمْتُمْ بَيْنَ النَّاسِ أَنْ تَحْكُمُوا بِالْعَدْلِ إِنَّ اللَّهَ نِعِمَّا يَعِظُكُمْ بِهِ إِنَّ اللَّهَ كَانَ سَمِيعًا بَصِيرًا
"Sungguh, Allah menyuruhmu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan apabila kamu menetapkan hukum di antara manusia hendaknya kamu menetapkannya dengan adil. Sungguh, Allah sebaik-baik yang memberi pengajaran kepadamu. Sungguh, Allah Maha Mendengar, Maha Melihat." - [QS.4:58]
Ketahuilah bahwa mereka yang berada dibawah tanggungjawabmu, juga berhak mendapat perlakuan yang baik darimu, memberi saran yang bermanfaat bagi mereka dan menangkis bahaya yang akan mengancam mereka. Waspadalah terhadap segala tindakan dan pernyataan yang mungkin memicu kemarahan atau menyebabkan perpecahan dan iri hati di antara mereka, termasuk memilih dirimu hanya karena hasrat berkuasa, sementara memperlakukan mereka dengan kekerasan dan kesewenang-wenangan. Janganlah meminta mereka melakukan apa yang berada di luar kesanggupan mereka dan apa yang tak sanggup mereka tanggung, karena semua ini akan membuat mereka tak menyukai aturanmu dan berselisih denganmu dalam kehidupan ini, dengan demikian membuka diri mereka pada siksaan yang menyakitkan di Akhirat kelak. Diriwayatkan Ma'qil bahwa Rasulullah (ﷺ) bersabda,
مَا مِنْ عَبْدٍ اسْتَرْعَاهُ اللَّهُ رَعِيَّةً، فَلَمْ يَحُطْهَا بِنَصِيحَةٍ، إِلاَّ لَمْ يَجِدْ رَائِحَةَ الْجَنَّةِ
"Setiap orang yang Allah telah berikan wewenang untuk memerintah rakyatnya, dan ia tak menjaga mereka dengan cara yang pantas, takkan pernah merasakan, bahkan aromanya surga." - [Sahih Al-Bukhari]
Hasan meriwayatkan bahwa Ubaidullah bin Ziyad pergi menemui Ma'qil bin Yasir dan ia sedang sakit. Ia ('Ubaidullah) bertanya (tentang kesehatannya) yang ia (Ma'qil) menjawab, "Aku akan meriwayatkan kepadamu sebuah hadits yang kuhindari meriwayatkannya kepadamu (sebelumnya). Sesungguhnya Rasulullah (ﷺ) bersabda,
لاَ يَسْتَرْعِي اللَّهُ عَبْدًا رَعِيَّةً يَمُوتُ حِينَ يَمُوتُ وَهُوَ غَاشٌّ لَهَا إِلاَّ حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ
"Tiadalah Allah mempercayakan tanggungjawab kepada para abdi-Nya untuk mengatur urusan rakyatnya dan ia mati sebagai seorang (penguasa) yang tak jujur melainkan Allah mengharamkan Jannah bagi (penguasa) seperti itu." - [Sahih Muslim]
Pemimpin yang keras dan tak berbelas-kasih serta tak bersikap baik kepada rakyatnya, seyogyanya berhati-hati terhadap permohonan Rasulullah (ﷺ),
اللَّهُمَّ مَنْ وَلِيَ مِنْ أَمْرِ أُمَّتِي شَيْئًا فَشَقَّ عَلَيْهِمْ فَاشْقُقْ عَلَيْهِ وَمَنْ وَلِيَ مِنْ أَمْرِ أُمَّتِي شَيْئًا فَرَفَقَ بِهِمْ فَارْفُقْ بِهِ
"Ya Allah, barangsiapa yang (secara kebetulan) memegang kendali atas urusan umatku dan bersikap keras terhadap mereka, maka berlaku keraslah juga padanya, dan barangsiapa yang (kebetulan) mememegang kendali atas urusan umatku dan bersikap baik kepada mereka, maka berlaku baiklah juga padanya." - [Sahih Muslim]

Wahai para pemimpin Muslim, engkau seyogyanya menjadi pelindung Islam dan umat Islam, diharapkan membawa manfaat spiritual darinya, serta manfaat spiritual dari rakyatnya. Sesungguhnya, Dialah Allah, Yang terbaik dari segala yang dicari, Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Dan akhirnya, wahai para hamba Allah! Ketahuilah bahwa, yang baik yang telah kusampaikan dalam khotbahku hari ini, dari Allah Yang Mahakuasa, dan keburukan yang ada, adalah keburukan dariku, dan kita memohon perlindungan kepada Allah dari memberikan nasihat yang keliru dan dari segala bentuk bencana dan fitnah. Dan aku memohon ampunan Allah jika aku melangkah melampaui apapun yang kukatakan atau kulakukan. Dengan ini, wahai orang-orang terkasih dan kuhormati, aku menutup khotbahku ini dan sekali lagi memohon kepada Allah, Yang Maha Pengampun, Maha Penyayang, mengampuni segala kegagalan dan kekurangan kita. Dan selawat dan salam serta berkah Allah menyertai Nabi kita tercinta (ﷺ), keluarga beliau dan para Sahabat."
وَتَوَكَّلْ عَلَى الْعَزِيزِ الرَّحِيمِ
"Dan bertawakallah kepada (Allah) Yang Mahaperkasa, Maha Penyayang" - [QS.26:217]
الَّذِي يَرَاكَ حِينَ تَقُومُ
"Yang melihat engkau ketika engkau berdiri (untuk shalat)," - [QS.26:218]
وَتَقَلُّبَكَ فِي السَّاجِدِينَ
"dan (melihat) perubahan gerakan badanmu di antara orang-orang yang sujud." - [QS.26:219]
إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ
"Sungguh, Dia Maha Mendengar, Maha Mengetahui." - [QS.26:220]
Rujukan :
- Darussalam, Selected Friday Sermons, Darussalam Publisher.

Senin, 25 Maret 2019

Rezeki dari Langit

Sang tukang roti berkata kepada sang musafir muda, "Wahai anak muda, bertaqwa dan bertawakkal pada-Nya, adalah harta para hamba Allah. Inilah harta yang membuat pemiliknya tak bergantung pada siapapun atau apapun. Sesiapa yang dirahmati dengan taqwa dan tawakkal pada-Nya, menemukan dirinya terlepas dari segalanya. Pencipta alam semesta, Dialah Yang bertanggung jawab atas kebutuhannya." Lalu sang tukang roti bertanya, "Maukah engkau mendengarkan kisah suami-istri yang shalih-shalihah, yang sangat miskin dan menjalani kehidupan melarat, mereka menghadapi kelaparan yang sangat berat, namun dirahmati dengan iman dan keyakinan pada Allah?" Sang musafir muda berkata, "Mau, sampaikanlah padaku!"
Sang tukang roti berkata, "Abu Hurairah, رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ, meriwayatkan bahwa Rasulullah (ﷺ) bersabda,
“Tersebutlah seorang lelaki dan istrinya, dari generasi sebelumnya, yang miskin. Sang lelaki pergi ke padang pasir mencari nafkah. Istrinya pun berdoa, "Ya Allah, limpahkan rizki-Mu kepada kami apa yang cukup untuk menjadi adonan kami dan roti kami."
Saat sang suami pulang dari perjalanan, ia segera menemui istrinya, bertanya kepadanya, seraya menahan rasa lapar dan lelah, "Adakah sesuatu untuk dimakan?" Sang isteri berkata, "Ya, ada rezeki dari Allah." Sang suami bertanya lagi kepadanya, "Jika ada sesuatu yang bisa dimakan, bawalah kepadaku." Sang isteri berkata, "Tunggulah sebentar." Sang isteri sedang menunggu rahmat Allah. Saat keadaan itu berkepanjangan, sang suami berkata, "Bangun dan bawakan aku apapun yang ada untuk dimakan, karena aku benar-benar lapar dan lelah." Sang isteri berkata, 'Tentu, aku akan melakukannya. Aku akan segera membuka penutup tungku, janganlah tergesa-gesa.' Saat suaminya menahan diri, sementara berhenti mendesaknya, sang isteri berkata dalam hati, "Sebaiknya aku melihat tungkuku." Maka, iapun bangkit dan melihat ke dalam tungkunya, dan menemukannya penuh dengan daging domba, serta lesung dan alu-nya penuh dengan gandum; alunya menghancurkan sendiri bebijiannya. Lalu, ia mengeluarkan apa yang ada di dalam lesung, mengeruk semuanya yang ada di dalam, dan juga mengambil daging yang ia temukan didalam tungku.”
Rasulullah (ﷺ) bersabda, "Andai ia membiarkannya, niscaya penggilingan itu akan terus menggiling sampai Hari Kiamat (takkan pernah habis)." [Tabarani, Baihaqi, Bazzar, Ahmad; Sahih oleh Syaikh Al-Albani]
Demikian pula, ada mukjizat di tangan Rasulullah (ﷺ) dalam Perang Khandaq. Makanan disiapkan oleh Jabir, رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ, meskipun sedikit, cukup bagi pasukan besar. Di sini juga, Rasulullah (ﷺ) berkata kepada Jabir, "Jangan buka tungku sampai aku datang." Kemudian, beliau menuang kaldu dengan tangannya sendiri, namun beliau menutupi peralatannya lagi setelah mengeluarkan kaldu dan roti.

Ada orang yang tak percaya pada peristiwa semacam ini. Mereka berpendapat bahwa ukuran ini, menurut standar pengetahuan manusia dan akal mereka, tak bisa diterima. Penolakan terhadap hal-hal seperti ini, yang dikuatkan oleh Hadis, sama dengan menolak Hadis dan Syariah serta kekuatan Allah, karena Allah-lah Yang memelihara hamba-hamba-Nya, bahkan tanpa perlu perantara.
Manusia bergantung pada cara, namun Allah tak bergantung pada apapun. Dialah Rabb semesta. Bahkan, sarana juga diciptakan oleh-Nya. Karenanya, kekuasaan-Nya meliputi segala hal. Adalah keliru bila mengukur contoh-contoh semacam ini pada skala akal manusia, karena kita akan menolak bagian terpenting dari mukjizat-Dien dan kejadian ghaib yang sangat nyata. Para penghamba intelektual dan materialis, melihat semuanya dengan pendekatan yang sempit. Tak bisakah Allah memberikan penghidupan kepada hamba-Nya yang beriman kepada-Nya, menaati perintah-Nya dan bergantung pada-Nya? Dialah Allah yang memelihara Nabi Musa, alaihissalam, di rumah musuhnya; Dialah Yang memberi makan cacing jauh di dalam batu; Dialah Yang mengubah darah ibu menjadi makanan untuk bayinya; Dialah Yang menumbuhkan benih dalam kegelapan bumi, menembusnya dan berubah menjadi sebuah pohon yang menghasilkan buah; Dialah Yang memelihara jutaan dan miliaran mulut, dan akan terus melakukan itu sampai Hari Kiamat. Dialah Yang melakukan semua itu, dan Dia dapat memberikan penghidupan kepada hamba-Nya tanpa ada perantara. Menolak berarti menunjukkan diri sebagai orang yang tak cerdas. Ada banyak contoh dalam Al-Qur'an dan Hadits yang berbicara tentang kekuasaan Allah yang unik dan menakjubkan."

Kemudian sang tukang roti berkata, "Wahai anak muda, hadis ini menegaskan bahwa kejadian yang tak biasa, sungguh terjadi pada hamba-hamba Allah yang shalih. Ini menunjukkan bahwa Allah menolong hamba-hamba-Nya yang shalih dan memberi mereka penghidupan. Tindakan luar biasa dari para orang yang shalih adalah nyata, adalah keyakinan orang-orang yang berada di bawah Ahlus-sunnah wal Jama'ah, bahwa para hamba Allah yang shalih, melakukan hal yang luar biasa. Ada juga orang-orang tertentu, yang menyaru sebagai orang suci, menyatakan melakukan mukjizat dan perbuatan ghaib. Oleh karenanya, banyak cerita palsu yang diceritakan tentang mereka, kita bisa memastikan suatu kejadian itu dapat dipercaya dan benar, namun akan keliru bila menyampaikan segala sesuatu yang sampai ke telinga kita. Hendaknya juga dipahami, bahwa kejadian yang tak biasa, tak dapat dikutip untuk mendukung masalah atau argumen keagamaan sebagai pengganti Syariah.
Hadits ini juga menekankan pentingnya berdoa kepada Allah. Jika doa dilakukan dengan tulus dan syarat-syarat yang diperlukan terpenuhi, maka niscaya akan diperkenankan Allah. Bahkan, terkadang, dapat segera dijawab. Dalam kisah kita, permohonan sang isteri, seketika dijawab. Karenanya, kita hendaknya selalu berdoa dengan mengingat agar memenuhi persyaratan yang melekat padanya.
Dengan disampaikannya peristiwa ini oleh Rasulullah (ﷺ), kisah ini menjadi dapat diyakini. Pernyataan beliau juga menjelaskan bahwa kita hendaknya menahan diri dari menghentikan berkah Allah yang tak terduga atau menunjukkan sikap tak bersyukur. Beliau bersabda, bahwa andai alu dan lesung dibiarkan menggiling dan daerah sekitarnya tak disapu, maka alu dan lesung itu akan terus bekerja tanpa henti hingga Hari Kiamat. Namun, sang suami terkejut dan ia menyapu serta membersihkannya, dan penggilingan pun terhenti. Manusia hendaknya tak perlu mencari tahu terlalu dalam terhadap pertolongan yang ghaib itu, melainkan ia hendaknya beriman pada pertolongan Allah dan rahmat-Nya. Wallahu a'lam."
وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ
"Dan Tuhanmu berfirman, 'Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Aku perkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang sombong tak mau menyembah-Ku akan masuk neraka Jahanam dalam keadaan hina dina'." - [QS.40:60]
Rujukan :
- Maulana Muhammad Zakaria Iqbal, Stories from the Hadith, Darul Isha'at.
- Syaikh Safiurrahman Al-Mubarakpuri, Tafsir Ibn Kathir (Abridged) Volume X, Darussalam

Jumat, 22 Maret 2019

Bersatulah!

Tiba waktunya bagi burung serak menyampaikan nasehatnya, mewakili para sesepuh di Kampung Bayan. Burung serak tampil ke depan, memulai dengan basmalah, memberi salam, lalu berkata, "Puja dan puji syukur kepada Allah, Rabb alam semesta. Kita bersyukur dan memuliakan Dia, karena menuntun kita dalam Islam, dan kita takkan terbimbing jika Allah tak menolong kita, aku bersaksi bahwa tiada yang patut diibadahi dengan benar kecuali Allah, tiada sekutu bagi-Nya, segala puji bagi-Nya di dunia dan di Akhirat. Dialah Yang menetapkan dan kepada-Nya-lah kita akan kembali.
Aku bersaksi bahwa pemimpin dan Nabi kita, Muhammad (ﷺ) adalah hamba dan utusan Allah yang Dia utus sebagai rahmat bagi alamat semesta. Selawat dan salam Allah bagi beliau (ﷺ), keluarga, para Sahabat dan semua orang yang mengikuti dan menyebarkan seruan Tauhid.

Allah Ta'ala menciptakan umat manusia dan memberi memampukannya untuk memahami dan membedakan segala sesuatu. Allah memberi manusia kekuatan pikiran dan pemahaman, sehingga mereka tahu apa yang menguntungkan mereka dan apa yang membahayakan mereka, apa yang baik dan bersih, dan apa yang buruk dan tidak suci, dan jalan mana yang seyogyanya diambil. Sementara itu, jalan Allah lurus, jelas dan penuh dengan cahaya, menunju Rabb dari segala yang ada. Selain Jalan Lurus ini, ada cara yang munkar dan bengkok, yang mengarah ke berbagai jalur, yang semuanya merupakan jalan kesesatan dan kerugian. Setiap orang di antara umat manusia, memilih jalan yang ingin ia jalani dalam kehidupan ini dan mereka semua pada akhirnya akan melakukan apa yang telah Allah tetapkan.
Karena itu, umat manusia hanya memiliki dua jalan yang harus diambil: jalan kebaikan dan kebenaran, yang lurus, atau jalan kejahatan, yang bengkok dan memiliki banyak bagian dan cara yang semuanya menyesatkan dan merugikan. Umat ​​manusia dapat membedakan jalan-jalan yang saling bertentangan ini, terutama jika mereka menyimak berbagai pernyataan dan tindakan, agar membantu mereka menentukan berbagai keyakinan dan metodologi.

Ada gerakan internasional yang sangat aktif namun tertutup di masa sekarang, dimulai dan dikemudikan oleh orang-orang Yahudi dan komunis, yang bekerja tanpa lelah guna menghancurkan Dien dan moral, khusunya dan terutama, Tauhid. Inilah gerakan sekuler yang disebut, dalam bahasa Arab, Almaniyyah. Gerakan ini memicu masalah, perselisihan, dan perpecahan antara sesama Muslim, khususnya, dan antara ayah dan anak, keluarga, dan karyawan dan majikan. Mereka menimbulkan perselisihan tentang transaksi, ibadah, kepercayaan, tradisi dan tren. Mereka berusaha menyimpangkan pemerintah dan masyarakat Muslim dari Jalan Lurus Allah ke berbagai sekte dan metodologi kesesatan, sehingga ummat Islam kehilangan kekuatannya dan persatuan mereka hancur-lebur. Jika dan ketika ini terjadi, dan kaum sekularis berhasil (naudzubillah), umat Islam takkan lagi dapat membela diri melawan musuh-musuh mereka. Karena kekuatan mereka akan dihabiskan dalam saling perselisihan, dengan segala konsekuensi buruk perselisihan tersebut muncul.
Ketika masalah ditangani sejak awal, akan lebih mudah menyelesaikannya sebelum mengakar dan memiliki banyak cabang. Jika tidak, akan menjadi jauh lebih sulit dihadapi. Adalah berkah dari Allah bahwa Dia menganugerahkan persatuan umat Islam dan memurnikan Aqidah mereka dengan dukungan para pemimpin yang shalih. Hasilnya adalah bahwa umat Islam akan hidup berkecukupan, selamat, tenang dan aman.
Umat ​​Islam akan dirahmati dengan rasa persaudaraan, kehormatan dan kekuatan. Ibadah akan hanya ditujukan kepada Allah, dan Sunnah Rasulullah (ﷺ) akan diikuti dengan cara yang beliau bawakan. Inilah berkah bagi umat Islam yang membuat iri musuh-musuh Islam. Kita ingin sekali menikmati kedamaian, ketenangan, dan persatuan diseputar Iman, pengakuan Iman Islam dan Sunnah Nabi kita (ﷺ). Kita memohon kepada Allah agar menjadikan perdamaian dan persatuan ini, menjadi umum di seluruh wilayah umat Islam. Karena ketenangan umum ini, musuh-musuh Islam bekerja keras dan menggunakan berbagai cara yang menyimpang dan jahat untuk membangkitkan perselisihan antara sesama Muslim dan membangkitkan konflik lama sehingga sekularis, mason, Yahudi, dan komunis dapat mengakui kepemimpinan umat Islam pada umumnya. Adalah fakta yang menyedihkan bahwa negara-negara Muslim tak merujuk pada Hukum Allah dan Sunnah Rasul-Nya (ﷺ) sebagai acuan. Biarkan seluruh Pemimpin Muslim memastikan bahwa Satu-satunya Yang bisa memberi mereka kemenangan adalah Allah. Mereka akan mendapatkan kembali kekuatan mereka hanya melalui bantuan dan pertolongan Allah. Biarkan mereka tahu bahwa hanya umat Islam yang akan mendukung mereka, yang mengikuti Iman mereka dan menjalankan agama mereka.
Aspek lain dari perang melawan Islam, adalah bahwa ada unsur-unsur yang hidup di antara umat Islam dan menikmati kedamaian dan ketenangan yang ditawarkan Masyarakat Muslim kepada mereka. Namun, karena mereka mengikuti berbagai sekte dan kelompok sesat, mereka berusaha sekuat tenaga membangkitkan kembali metode kelompok mereka yang menyebabkan perpecahan dan mengguncang fondasi masyarakat yang menawarkan perlindungan yang aman. Mereka berusaha mendiskreditkan iman yang benar dan membatalkan keyakinan yang benar kepada Allah dan Nabi kita tercinta (ﷺ). Akibatnya, adalah kewajiban bagi semua Muslim, terutama para ulama dan mereka yang berwenang di antara mereka, untuk melindungi jalinan masyarakat Islam dan imannya, yang merupakan sumber daya yang memberikan kemenangan dan dominasi dengan bantuan Allah. Takutlah kepada Allah wahai Muslim, wahai Pemimpin Muslim, wahai pembela Islam!

Kita memohon kepada Allah agar memberi kemenangan bagi dien-Nya dan mengangkat firman-Nya serta panji-panji Iman Islam, dan menjadikannya perkasa, menang, dan nyata di seluruh dunia. Kita memohon kepada Allah agar melindungi wilayah kita dan seluruh Negara Muslim, serta akidahnya, dari rencana jahat musuh-musuh Islam. Kita memohon kepada Allah agar melindungi keturunan-keturunan kita dan mereka yang mengikutinya sampai Hari Kiamat. Ya Allah! Berilah kami ridha-Mu, dengan rahmat dan kasih-sayang-Mu, wahai Engkau Yang Maha Penyayang di antara segala yang penyayang.

Ya Allah! Berilah kemenangan dan pertolongan bagi Islam dan umat Islam. Satukan kata-kata mereka, kumpulkan barisan mereka, membimbing mereka ke jalan damai dan membawa mereka keluar dari kegelapan menuju kecerahan cahaya. Ya Allah! Berikan kemenangan kepada tentara Muslim. Jadikan kaki mereka kuat, hati mereka kuat dan tolonglah mereka melawan orang-orang kafir.

Ya Allah! Hinakanlah syirik dan para pengikutnya, dan hancurkanlah musuh-musuh Islam. Ya Allah! Buatlah upaya orang-orang Yahudi dan semua orang yang membantu mereka tanpa hasil. Ya Allah! Turunkanlah rasa-takut kedalam qalbu mereka, musnahkan barisan mereka, pisahkan pertemuan mereka dan buat mereka merasakan akhir yang buruk, serta kekalahan. Sesungguhnya, Engkau Mahakuasa, Yang Maha Mampu melakukan segala hal.

Ya Allah! Ampunilah seluruh muslimin dan muslimat, baik mereka yang telah tiada maupun yang masih hidup. Ya Allah! Singkirkan kesedihan dari yang tertekan dan kirimkanlah bantuan kepada yang tertindas. Ya Allah! Tolonglah mereka yang berhutang agar dapat membayar hutang mereka dan menyembuhkan umat yang sakit.
Wahai hamba Allah, ingatlah selalu akan Allah dan bersyukurlah kepada-Nya atas rahmat dan nikmat-Nya."
إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالإحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ
"Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi bantuan kepada kerabat, dan Dia melarang (melakukan) perbuatan keji, kemungkaran, dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran." - [QS.16:90]
Rujukan :
- Darussalam, Selected Friday Sermons, Darussalam Publisher.

Rabu, 20 Maret 2019

Parabel Sebuah Ladang

Burung serindit berkata, "Setiap orang akan mengalami cobaan dari Allah, ada yang mengalami cobaan yang sangat berat. Ada yang mengalami cobaan dengan menghadapi kesusahan dan ada yang dapat menjalani cobaan itu dengan mudah. Ada yang mengalami cobaan itu dengan sesuatu yang dicintainya.
Bagi orang beriman, setiap cobaan di dunia ini, laksana suntikan vaksin, menyakitkan namun penuh hikmah. Itu untuk kebaikan diri-sendiri, jika memahami setiap cobaan di dunia ini. Cobaan itu laksana vaksinasi yang kita berikan kepada anak-anak kita sendiri, yang Allah Subhanahu wa Ta'ala turunkan sesuatu untuknya, agar terbangun sebelum terlambat. Setiap berkah Allah, adalah ujian, dan ketika kita bersikap bakhil dengan berkah itu, maka tak hanya kebakhilan itu yang akan berhasil menguasai kita, mungkin berkah itu sendiri yang akan dicabut. Itulah pelajaran yang akan kita pelajari dari kisah yang paling pertama Allah wahyukan dalam Al-Qur'an.
Kebakhilan punya dua harga: Allah akan menurunkan bencana kepada kita di dunia ini, dan di akhirat, kita akan diadzab dengan kebakhilan itu. Diriwayatkan Haritsa bin Wahb bahwa Rasulullah (ﷺ) bersabda,
أَلاَ أُخْبِرُكُمْ بِأَهْلِ الْجَنَّةِ، كُلُّ ضَعِيفٍ مُتَضَاعِفٍ، لَوْ أَقْسَمَ عَلَى اللَّهِ لأَبَرَّهُ، أَلاَ أُخْبِرُكُمْ بِأَهْلِ النَّارِ كُلُّ عُتُلٍّ جَوَّاظٍ مُسْتَكْبِرٍ
"Tahukah kalian tentang para penduduk Jannah? Mereka itu terdiri dari setiap orang yang rendah-hati dan merendahkan-hatinya, dan jika ia bersumpah karena Allah, akan ia laksanakan, Allah akan memenuhi sumpahnya (dengan ia melaksanakannya). Tahukah kalian tentang para penduduk Jahannam? Mereka terdiri dari setiap 'utul (orang yang kejam), jawwaz (serakah dan kikir), mustakbir (orang yang sombong dan pongah)." - [Sahih Al-Bukhari]
Burung pipit bertanya, "Wahai saudaraku, sampaikanlah tentang kisahnya!" Burung serindit berkata, "Kisah ini adalah sebuah perumpamaan yang dibuat Allah tentang perilaku orang-orang kafir Quraisy atas rahmat yang banyak, dan nikmat luar biasa, yang Dia berikan kepada mereka. Rahmat dan kebaikan dengan diutusnya Rasulullah (ﷺ) kepada mereka. Namun mereka, dahulu, memperlakukan beliau dengan penolakan, pengingkaran dan pertentangan. Allah berfirman,
إِنَّا بَلَوْنَاهُمْ كَمَا بَلَوْنَا أَصْحَابَ الْجَنَّةِ إِذْ أَقْسَمُوا لَيَصْرِمُنَّهَا مُصْبِحِينَ
"Sungguh, Kami telah menguji mereka (orang musyrik Mekah) sebagaimana Kami telah menguji pemilik-pemilik kebun, ketika mereka bersumpah pasti akan memetik (hasil)nya pada pagi hari,." - [QS.68:17]
Para Salaf menyebutkan bahwa, orang-orang ini, pemilik ladang yang disebutkan Allah, berasal dari Yaman. Said bin Jubair berkata, “Mereka berasal dari sebuah desa yang disebut Darawan yang berjarak enam mil dari San'a '(di Yaman).” Juga dikatakan, “Mereka berasal dari orang-orang Ethiopia yang ayahnya mewariskan sebuah ladang, dan mereka berasal dari Ahli Kitab. Ayah mereka biasa mengelola ladang itu dengan cara yang baik. Apapun yang ia petik darinya, akan ia masukkan kembali ke kebun sesuai kebutuhan, dan ia akan menyimpannya sebagai makanan untuk tanggungannya selama setahun, dan ia akan memberikan kelebihannya dalam bentuk sedekah." Kita takkan meneliti secara terperinci dimana lokasi kejadiannya, karena takkan menambah nilai pelajaran yang bisa dipetik dari kisah ini.

Jadi, konon, ada seorang lelaki tua yang memiliki ladang yang berisi berbagai jenis buah-buahan dan tumbuh-tumbuhan. Setiap musim, pada waktu panen, ia akan memberikan potongan pertama hasil panennya kepada orang miskin dan yang membutuhkan dan hanya menggunakan apa yang tersisa. Amalan ini sangat dikenal banyak orang sehingga orang miskin selalu menanti setiap musim panen. Seperti halnya sifat orang shalih, lelaki tua itu juga sangat murah-hati dalam memberikan sedekah dan berbagi dengan orang yang membutuhkan.
Sang lelaki tua memiliki tiga orang putra, dan ketika ia meninggal, mereka mewarisi ladangnya. Namun, mereka tak mewarisi keshalihan dan kedermawanannya, dan tak suka berbagi kekayaan dengan orang miskin. Mereka merasa bahwa mereka berhak atas seluruh buah yang ada di sana, mengabaikan bahwa itu semua karunia Allah, yang mereka hendaknya, sebagai orang beriman, berbagi dengan yang kurang beruntung.
Karena itu, setelah beberapa waktu, tiga bersaudara itu memutuskan meninggalkan kebiasaan lama dan melarang orang-orang miskin memasuki taman selama musim panen. Bahkan, mereka melangkah lebih jauh lagi, mereka saling bersumpah pada malam hari, bahwa mereka akan memetik buah kebun di pagi hari, sehingga orang miskin dan pengemis tak tahu apa yang mereka lakukan. Dengan cara ini, mereka akan dapat menyimpan buahnya untuk diri mereka sendiri dan tak memberikannya dalam bentuk sedekah. Tak ada seberkaspun dalam rencana mereka, mereka teringat menyebutkan "In sya' Allah" (jika Allah menghendaki) atas sumpah yang mereka buat. Karena itu, Allah membatalkan sumpah mereka.

Salah seorang dari tiga bersaudara ini, merasa tak nyaman dengan rencana mereka. Ia ingin melanjutkan warisan yang ditinggalkan ayahnya, namun ia tak sanggup menyuarakan pendapatnya, juga tak mencegah saudara-saudaranya menerapkan rencana mereka. Akhirnya, ia bukan saja tak dapat mengingatkan saudara-saudaranya, melainkan ia juga mengikuti mereka ke ladang saat mereka ingin melaksanakan rencana jahat mereka.
Perlu kita perhatikan bahwa seperti kebanyakan orang yang pelit dan serakah, tiga bersaudara itu, tak mensyukuri nikmat Allah. Mereka menghubungkan panen yang melimpah dengan keterampilan dan kemampuan mereka sendiri, tanpa memberikan pengakuan bahwa pohon-pohon itu hanya menghasilkan buah yang begitu indah karena kekuasaan Allah.
Ladang itu menghasilkan panenan berlimpah, dan sebenarnya, dengan memberikan sedekah yang terbaik, takkan membuat tiga bersaudara itu kehilangan apapun. Namun, kekufuran mereka, menjadikan qalbu mereka dihinggapi penyakit bakhil, keserakahan dan cinta dunia. Begitulah watak orang pelit: mereka tak dapat menghubungkan takdir mereka dengan Allah, selalu meremehkan dan mengabaikan orang lain, dan selalu lapar untuk menambah lebih banyak lagi.
Suatu hari, dalam gelapnya malam, Allah menyebabkan kebun-ladang itu terbakar. Seluruh pohon rata dengan tanah, segala yang tersisa menjadi debu. Allah berfirman,
وَلا يَسْتَثْنُونَ
"tetapi mereka tak menyisihkan (dengan mengucapkan, “In sya' Allah”)." - [QS.68:18]
فَطَافَ عَلَيْهَا طَائِفٌ مِنْ رَبِّكَ وَهُمْ نَائِمُونَ
"Lalu kebun itu ditimpa bencana (yang datang) dari Rabb-mu ketika mereka sedang tidur." - [QS.68:19]
فَأَصْبَحَتْ كَالصَّرِيمِ
"Maka jadilah kebun itu hitam bagai malam yang gelap gulita." - [QS.68:20]
Tiga bersaudara tak mengetahui bencana itu. Begitu pagi tiba, mereka saling memanggil dan berangkat diam-diam dengan penuh percaya diri untuk menuai panen ladang dengan sembunyi-sembunyi. Lalu Allah berfirman,
فَتَنَادَوْا مُصْبِحِينَ
"lalu pada pagi hari mereka saling memanggil." - [QS.68:21]
أَنِ اغْدُوا عَلَى حَرْثِكُمْ إِنْ كُنْتُمْ صَارِمِينَ
”Pergilah pagi-pagi ke kebunmu jika kamu hendak memetik hasil.” - [QS.68:22]
فَانْطَلَقُوا وَهُمْ يَتَخَافَتُونَ
"Maka mereka pun berangkat sambil berbisik-bisik." - [QS.68:23]
أَنْ لا يَدْخُلَنَّهَا الْيَوْمَ عَلَيْكُمْ مِسْكِينٌ
”Pada hari ini jangan sampai ada orang miskin masuk ke dalam kebunmu.” - [QS.68:24]
وَغَدَوْا عَلَى حَرْدٍ قَادِرِينَ
"Dan berangkatlah mereka pada pagi hari dengan niat menghalangi (orang-orang miskin) padahal mereka mampu (menolongnya)." - [QS.68:25]
فَلَمَّا رَأَوْهَا قَالُوا إِنَّا لَضَالُّونَ
"Maka ketika mereka melihat kebun itu, mereka berkata, “Sungguh, kita ini benar-benar orang-orang yang tersesat," - [QS.68:26]
بَلْ نَحْنُ مَحْرُومُونَ
"bahkan kita tak memperoleh apa pun," - [QS.68:27]
Mereka saling berbisik tentang apa yang mereka lakukan, sehingga tak ada yang dapat mendengar apa yang mereka ucapkan. Kemudian Allah, Yang Maha Mengetahui rahasia dan pembicaraan tersembunyi, menjelaskan apa yang mereka ucapkan dalam bisikan mereka. Ada dari mereka berkata kepada yang lain, "Jangan biarkan orang miskin masuk ke dalam ladangmu hari ini." Dan mereka pergi di pagi hari dengan kemampuan dan kekuatan mereka. Berpikir bahwa mereka punya kekuatan untuk melakukan apa yang mereka nyatakan dan inginkan.
Ketika mereka sampai di sana dan menapak di atasnya, dan dalam kadaan itulah Allah telah merubah dari ladang yang berkilauan, cemerlang dan berlimpah buah, menjadi ladang yang hitam, suram, dan kosong, tak ada manfaat apapun. Mereka merasa bahwa mereka telah menempuh jalan yang salah menuju ke ladang. Karenanya mereka berkata, "Kita telah menjalani tapak yang bukan menjadi tujuan kita." Kemudian mereka berubah pikiran dan menyadari dengan pasti bahwa itu sebenarnya jalan yang benar. Lalu mereka berkata, "Tidak, ini sudah benar, namun kita tak punya bagian dan tak ada hasil panen."

Yang paling bijak dan yang terbaik dari mereka berkata, "Bukankah aku sudah bilang, ‘Mengapa kalian tak Tusabbihun?' maksudnya, "Mengapa kalian tak mengucapkan, 'Jika Allah berkehendak?'" Ini berarti bahwa, yang terbaik dari mereka berkata, "Tidakkah aku menyampaikan, mengapa kalian tak memuliakan Allah dan bersyukur kepada-Nya atas apa yang telah Dia berikan dan segala nikmat yang Dia limpahkan?" Allah berfirman,
قَالَ أَوْسَطُهُمْ أَلَمْ أَقُلْ لَكُمْ لَوْلا تُسَبِّحُونَ
"Berkatalah seorang yang paling bijak di antara mereka, “Bukankah aku telah mengatakan kepadamu, mengapa kamu tak bertasbih (kepada Rabbmu).” " - [QS.68:28]
قَالُوا سُبْحَانَ رَبِّنَا إِنَّا كُنَّا ظَالِمِينَ
"Mereka mengucapkan, 'Mahasuci Rabb kami, sungguh, kami adalah orang-orang yang zhalim'." - [QS.68:29]
فَأَقْبَلَ بَعْضُهُمْ عَلَى بَعْضٍ يَتَلاوَمُونَ
"Lalu mereka saling berhadapan dan saling menyalahkan." - [QS.68:30]
قَالُوا يَا وَيْلَنَا إِنَّا كُنَّا طَاغِينَ
"Mereka berkata, “Celaka kita! Sesungguhnya kita orang-orang yang melampaui batas." - [QS.68:31]
عَسَى رَبُّنَا أَنْ يُبْدِلَنَا خَيْرًا مِنْهَا إِنَّا إِلَى رَبِّنَا رَاغِبُونَ
"Mudah-mudahan Rabb kita memberikan ganti kepada kita dengan (kebun) yang lebih baik daripada yang ini, sungguh, kita mengharapkan ampunan dari Rabb kita'." - [QS.68:32]
كَذَلِكَ الْعَذَابُ وَلَعَذَابُ الآخِرَةِ أَكْبَرُ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ
"Seperti itulah azab (di dunia). Dan sungguh, adzab akhirat lebih besar sekiranya mereka mengetahui." - [QS.68:33]
Inilah pelajaran yang sangat pahit, namun tiga bersaudara menyadari bahwa semua itu, karena kesalahan mereka sendiri sehingga turunlah adzab Allah. Pada saat itu, mereka merasa bersalah dan menyesal, dan kembali kepada Allah, bertaubat dengan tulus atas dosa-dosa mereka, karena mereka sadar bahwa apa yang telah mereka lakukan itu, keliru, baik di dunia ini dan juga akan mendapat siksa yang berat di akhirat kelak jika mereka tak bertaubat.
Allah menerima taubat mereka dan pada waktunya, ladang mereka dikembalikan ke masa kejayaannya. Kali ini, ketiga bersaudara, setelah belajar dari pengalaman mereka, dengan tekun melanjutkan apa yang diinginkan ayah mereka, dan memberikan sedekah dengan bermurah-hati dan setelah itu, tak pernah lagi mengabaikan orang-orang miskin. Wallahu a'lam.

Abdullah bin Abbas, radhiyallahu anhu', mengatakan bahwa ini hanyalah sebuah perumpamaan untuk menunjukkan bagaimana dulu, keadaan orang-orang Mekah. Ini bukan peristiwa aktual yang terjadi. Said bin Jubair, radhiyallahu 'anhu, mengatakan bahwa kisah ini benar-benar terjadi. Sekarang, baik itu sebuah kejadian maupun hanya sebuah perumpamaan, Al-Qur'an telah membuat pelajaran darinya untuk dijadikan peringatan. Kisah ini menceritakan tentang ketidaktaatan kaum Quraisy dan penolakan mereka terhadap Rasulullah (ﷺ), terutama merujuk pada perbuatan jahat salah seorang pemimpin mereka, Walid bin Mughira. Sekarang dengan menceritakan kisah ini, dikatakan bahwa rencana melawan Rasulullah (ﷺ) dan mengabaikan ajaran Al-Qur'an tentang hak-hak Allah dan hak-hak manusia, dan terus merendahkan dan menghina Rasulullah. (ﷺ) dan kaum Muslimin - akan mengarah pada hasil yang sama seperti yang terjadi pada para pemilik ladang itu.
Ini karena Allah memiliki hukum dimana Dia memberikan tangguh kepada orang yang telah berbuat dosa, agar mereka segera sadar. Namun ketika kesempatan seperti itu telah diberikan dan orang itu tak mau mengambil keuntungan darinya, atau menganggapnya sebagai tanda bahwa ia telah berada di jalan yang benar, maka tiba-tiba hukuman Allah akan datang dan mengejutkannya serta menghancurkannya. Maka ia akan menjadi pelajaran bagi orang lain dan tiada penyesalan yang akan bermanfaat."

Lalu, burung serindit berkata, "Wahai saudara-saudariku, Allah menciptakan alam semesta ini bagi manusia guna menjalani kehidupan sosialnya dengan orang lain. Dan Dia telah memunculkan kebutuhan manusia begitu terjalin di antara mereka sendiri, sehingga pabrik kehidupan ini tak dapat berfungsi tanpa kerjasama timbal-balik, dan karena kehidupan kolektif terdiri dari kehidupan individu, dan bahwa untuk pertumbuhan dan kelanjutan kehidupan di bumi ini, maka hukum Ilahi hendaknya ditegakkan agar menjamin terpeliharanya persaudaraan dan cinta sesama, dan untuk memastikan ketiadaan perselisihan dan kebencian. Oleh karena itu, untuk menyempurnakan sistem, Allah telah menetapkan dua hak, yakni hak kehidupan sosial dan hak berbagai tingkatan masyarakat.
Yang pertama adalah hak atas mata pencaharian. Hukum ini menyatakan bahwa di dunia ini, setiap makhluk hidup memiliki hak untuk hidup dan tak ada yang dapat dirampas darinya. Inilah hak setiap orang secara individu. Dalam hal ini, seluruh makhluk hidup adalah sama dan tak ada yang memiliki keunggulan di atas yang lain. Yang kedua adalah hak berbagai tingkat kehidupan. Memang benar bahwa masing-masing harus memilikinya, namun belum tentu bahwa setiap orang harus menerima yang setara. Namun perbedaan dalam tingkat mata pencaharian dan pemberian, lebih atau kurang, kepada beberapa orang, bukan berarti bahwa apapun yang diperoleh atau diterima seseorang adalah miliknya sendiri, melainkan semakin banyak yang dihasilkan seseorang, juga akan menjadi hak Allah dan hak-hak itu, ada hak manusia di atasnya. Barangsiapa menganggapnya menjadi hak individu dan menolak hak orang lain di dalamnya, maka itu juga takkan baik baginya dan ia akan mungkin mendapati dirinya, dimurkai Allah. Wallahu a'lam."
وَضَرَبَ اللَّهُ مَثَلا قَرْيَةً كَانَتْ آمِنَةً مُطْمَئِنَّةً يَأْتِيهَا رِزْقُهَا رَغَدًا مِنْ كُلِّ مَكَانٍ فَكَفَرَتْ بِأَنْعُمِ اللَّهِ فَأَذَاقَهَا اللَّهُ لِبَاسَ الْجُوعِ وَالْخَوْفِ بِمَا كَانُوا يَصْنَعُونَ
"Dan Allah telah membuat suatu perumpamaan (dengan) sebuah negeri yang dahulunya aman lagi tenteram, rezeki datang kepadanya melimpah ruah dari segenap tempat, tetapi (penduduk)nya mengingkari nikmat-nikmat Allah, karena itu, Allah menimpakan kepada mereka bencana kelaparan dan ketakutan, disebabkan apa yang mereka perbuat." - [QS.16:112]
وَلَقَدْ جَاءَهُمْ رَسُولٌ مِنْهُمْ فَكَذَّبُوهُ فَأَخَذَهُمُ الْعَذَابُ وَهُمْ ظَالِمُونَ
"Dan sungguh, telah datang kepada mereka seorang rasul dari (kalangan) mereka sendiri, tetapi mereka mendustakannya, karena itu mereka ditimpa adzab dan mereka adalah orang yang zhalim." - [QS.16:113]
Rujukan :
- Ibn Katheer, Stories of the Qur'an, Dar al-Manarah.
- Maulana Hifzur Rahman Seoharwy, Qasasul Ambiyaa, Idara Impex
- Shaykh Safiur-Rahmnan Al-Mubarakpuri, Tafsir Ibn Kathir (Abridged) Volume X, Darussalam.

Senin, 18 Maret 2019

Suap

Suatu pagi, pada hari yang bahagia bagi penduduk Kampung Bayan, Raven telah terpilih sebagai pejabat negara. Ia sekarang menjabat sebagai pejabat di Ibukota Kampung Banyan. Elang, yang mewakili para sesepuh, diminta menyampaikan sebuah khutbah. Lalu, dengan perlahan dan tenang, sang elang tampil ke depan, dan berkata, "Segala puji bagi Allah. Kita memuliakan Dia, memohon pertolongan dan ampunan-Nya. Kita bertaubat kepada-Nya dan memohon perlindungan-Nya dari kejahatan diri kita dan dari kesalahan kita. Barangsiapa yang Allah beri petunjuk, tak ada yang bisa menyesatkannya, dan barangsiapa yang disesatkan Allah, tak ada yang dapat menuntunnya. Aku bersaksi bahwa tiada illah yang patut diibadahi dengan benar kecuali Allah, tiada sekutu bagi-Nya. Aku juga bersaksi bahwa Nabi Muhammad (ﷺ) adalah hamba dan Rasul-Nya. Selawat dan salam Allah beserta beliau, keluarga, sahabat dan siapapun yang mengikuti jejak mereka sampai Hari Kiamat.

Wahai manusia, takutlah kepada Allah dan penuhi apa yang Dia percayakan kepadamu dalam segala hal. Jalankan amanat ini dengan niat yang tulus dan suci karena Allah, berserah-diri kepada-Nya dan mengikuti perintah-perintah-Nya, dan niatkan diri untuk berbhakti pada tanggung jawab yang diemban dan untuk membenahi masyarakatmu. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا تَخُونُوا اللَّهَ وَالرَّسُولَ وَتَخُونُوا أَمَانَاتِكُمْ وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ
"Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui." - [QS.8:27]
Wahai engkau yang beriman! Amanah dipundakmu itu, bukanlah hal yang mudah. Itulah Dien, suatu tanggung jawab untuk mengembannya, metodologi dan caranya. Itulah beban berat dan tanggungjawab yang besar. Amanat itu telah ditawarkan kepada surga, bumi dan gunung-gunung, namun, meskipun memiliki kekuatan dan daya tahan tinggi, mereka menolak menanggung dan takut akan akibatnya. Sebagai gantinya engkau, manusia, telah menanggungnya demi akal dan budi yang telah Allah ciptakan di dalam dirimu, serta ilmu, wahyu dan petunjuk yang telah Dia sediakan bagimu. Dengan akal dan budi, engkau dapat mengenali segala hal, dan dengan wahyu dan ilmu, engkau dapat dituntun dan ditunjukkan cara-cara yang benar. Karena inilah, engkau memenuhi syarat untuk menanggung dan memenuhi tanggungjawab amanah ini. Karenanya, engkau hendaknya memperhatikan tanggungjawab Perwalian itu, yang engkau tanggung sepenuhnya dan sempurna, demi ridha Allah dan untuk mencapai keshalihan masyarakatmu. Namun, jika engkau gagal mempertahankannya, seluruh masyarakatmu akan menderita kehancuran besar dalam tubuhnya dan disintegrasi dalam ikatannya.

Wahai Muslim! Untuk melindungi dan menjaga amanah ini, Allah Subhanahu wa Ta'ala telah melarang setiap penyebab yang menyebabkan kehancurannya atau bahkan sebagian kerugiannya. Karena itu, Dia mengharamkan praktik suap, yaitu memberi uang kepada seseorang atau membiarkannya dari kewajibannya demi tujuan mencapai keuntungan yang tidak sah. Allah berfirman,
وَلا تَأْكُلُوا أَمْوَالَكُمْ بَيْنَكُمْ بِالْبَاطِلِ وَتُدْلُوا بِهَا إِلَى الْحُكَّامِ لِتَأْكُلُوا فَرِيقًا مِنْ أَمْوَالِ النَّاسِ بِالإثْمِ وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ
"Dan janganlah kamu makan harta di antara kamu dengan jalan yang bathil, dan (janganlah) kamu menyuap dengan harta itu kepada para hakim, dengan maksud agar kamu dapat memakan sebagian harta orang lain itu dengan jalan dosa, padahal kamu mengetahui." - [QS.2:188]
Suap adalah bentuk Suhut (memiliki sesuatu dengan cara terlarang) seperti yang dijelaskan oleh Ibnu Mas'ud, radhiyallahu 'anhu, dan para Salaf. Ibnu 'Amr, radihyallahu' anhu, meriwayatkan bahwa Rasulullah (ﷺ) telah mengutuk penyuap dan yang menyuap. Rasulullah (ﷺ) bersabda,
لَعْنَةُ اللَّهِ عَلَى الرَّاشِي وَالْمُرْتَشِي
"Kutukan Allah ada di atas orang yang melakukan suap dan orang yang mengambilnya." - [Sunan Ibnu Majah; Hasan]
Hadis ini dapat berupa pernyataan oleh Rasulullah (ﷺ) sebagaimana dinyatakan secara langsung, atau doa terhadap mereka agar dikeluarkan dari rahmat Allah seperti saat Iblis dikutuk, karenanya dijauhkan dari rahmat Allah.
Wahai Muslim! Kutukan Allah dan Rasul-Nya, hanya pantas bagi kejahatan besar dan hal yang menjijikkan. Tentulah, suap adalah salah satu praktik paling korup di muka bumi, itulah bentuk mengubah putusan Allah, mengabaikan hak-hak orang lain, melakukan penipuan dan merusak apa yang benar. Suap adalah penyebab besar kerusakan didalam masyarakat dan pengkhianatan terhadap 'kepercayaan'. Dengan melakukan penyuapan, penyuap itu menzhalimi diri-sendiri, karena ia menghabiskan uangnya untuk mendapatkan prestasi yang tidak sah. Di sisi lain, orang yang disuap itu melakukan kesalahan dengan menyerah pada ketidakadilan dan kezhaliman terhadap perintah-perintah Allah. Keduanya merebut hak orang lain dan mengambil kepemilikan atas kepemilikan yang dilarang. Hal ini takkan menguntungkan mereka; sebaliknya malah akan merugikan mereka dan dengan demikian merusak harta mereka atau berkah yang ada di dalamnya.

Hakim dan penguasa dapat menjadi sasaran suap, ketika mereka cenderung memihak penyuap dalam pertimbangan dan keputusan mereka melawan kebenaran. Mereka melakukannya dengan mengorbankan hak orang lain, demi memberi manfaat bagi diri mereka sendiri melalui suap. Pejabat eksekutif mungkin juga menjadi sasaran suap, ketika mereka lalai melaksanakan perintah, atau bahkan lebih buruk dari itu, ketika mereka dengan sengaja tak melaksanakan vonis, terutama vonis pengadilan terhadap penjahat, semuanya karena disuap.
Dalam pekerjaan, penyuapan berdampak dalam merekrut seseorang dengan mengorbankan orang lain yang mungkin lebih berhak. Karena disuap, pemegang tanggungjawab dapat meluluskan  jawaban orang yang diuji, yang dengannya pemberi kerja memutuskan siapa yang akan dipekerjakan, kepada orang yang hanya dirujuk oleh suap. Sebuah Hadis menyatakan sesuatu tentang hal ini ketika Rasulullah (ﷺ) bersabda,
"Orang yang memberikan wewenang kepada seseorang dari suatu kelompok, sementara yang lain dari kelompok yang sama lebih diridhai Allah, sesugguhnya telah mengkhianati Allah, Utusan-Nya dan orang-orang beriman." - [Al-Hakim; Hasan]
Suap juga dapat dilibatkan dalam implementasi proyek. Dalam hal ini, tender suatu proyek diterbitkan, dan salah satu penawar dapat menyuap penanggungjawab, sehingga ia memperoleh proyek tersebut, padahal, mungkin penawar lain lebih jujur dan lebih cakap. Penyuapan juga dapat berpengaruh selama melakukan penyidikan tindak pidana, karena para penyidik dapat disuap agar bersikap lunak atau bahkan melalaikan penyidikan mereka demi para pelaku kejahatan.
Rasulullah (ﷺ) bersabda,
مَنْ وَلاَّهُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ شَيْئًا مِنْ أَمْرِ الْمُسْلِمِينَ فَاحْتَجَبَ دُونَ حَاجَتِهِمْ وَخَلَّتِهِمْ وَفَقْرِهِمُ احْتَجَبَ اللَّهُ عَنْهُ دُونَ حَاجَتِهِ وَخَلَّتِهِ وَفَقْرِهِ
"Jika Allah menempatkan siapapun dalam posisi kekuasaan atas urusan umat Islam, dan ia menjauhkan diri (dari mereka), tak memenuhi hajat, keperluan, dan kefakiran mereka, Allah akan menjauhkan diri darinya, tak memenuhi hajat, keperluan dan kefakirannya." - [Sunan Abi Dawud; Shahih Syaikh Al-Albani]
Al-Ghalul (penyelewengan, mencuri melalui penyalahgunaan wewenang) adalah dosa besar. Ada seseorang yang datang kepada Rasulullah (ﷺ) untuk menyampaikan bahwa seseorang telah mati syahid, namun Rasulullah (ﷺ) bersabda, “Tidak! Ia diseret ke neraka karena pakaian yang ia curi dari rampasan perang." (Ahmad; Hasan)
Sengatlah bermanfaat bila kita berpikir sejenak untuk memahami bagaimana penyuapan dapat mempengaruhi keputusan orang-orang yang bertugas mendidik anak-anak kita. Dengan suap, seorang siswa yang malas dapat diberikan atau diisyaratkan jawaban untuk ujian akhir, atau diperbolehkan nyontek selama ujian, kemudian lulus dan menggantikan siswa lain yang mungkin lebih baik dan lebih tekun. Ini terjadi karena orang yang bertanggung jawab rentan terhadap godaan suap.

Wahai hamba-hamba Allah! Engkau sekarang tahu apa hukuman penyuap dan yang disuap di Akhirat kelak, yaitu dijauhkan dari rahmat Allah, Yang Maha Penyayang. Engkau juga menyimak bagaimana korupsi suap dapat terjadi di masyarakat. Bukankah seharusnya ini menjadi pencegah bagi setiap orang yang takut akan Allah dan orang beriman yang juga takut akan hukuman Allah dan peduli dengan Dien dan masyarakatnya, agar tak mempraktikkan kejahatan ini? Betapa tega seseorang dengan akalnya, berusaha menghancurkan dan merobohkan masyarakatnya?
Wahai Muslim! Suatu perbuatan dapat dengan mudah diajarkan dan diteruskan dari satu kelompok ke kelompok lainnya. Jika penyuapan menyebar di satu wilayah masyarakat, ia akan menyebar dengan cepat ke seluruh wilayah lainnya, dan yang memulainya akan menjadi contoh bagi setiap wilayah hingga Hari Kiamat.
Takutlah kepada Allah, wahai hamba-hamba Allah, dan jagalah Dienmu dan amanah yang engkau emban. Pikirkan sejenak yang mana yang lebih baik bagimu: menggapai ridha Allah dengan menegakkan keadilan-Nya dan melindungi diri agar tak terjatuh ke dalam lumpur hawa-nafsumu, atau menjadi penindas yang bersandar pada tipu-daya kehidupan duniawi ini dan kemudian menjadi sasaran murka Allah. Wallahu a'lam.

Ya Allah! Tuntun kami dan lindungi kami dari penyebab ketidakpedulian dan kehancuran! Selamatkanlah kami dari kerusakan diri kami sendiri! Jadikan amal-perbuatan terakhir kami diantara yang terbaik dan paling shalih! Dan ampunilah kami semua. Amin."
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلا سَدِيدًا
"Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kamu kepada Allah dan ucapkanlah perkataan yang benar," - [QS.33:70]
صْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا
"niscaya Allah akan memperbaiki amal-amalmu dan mengampuni dosa-dosamu. Dan barangsiapa menaati Allah dan Rasul-Nya, maka sungguh, ia menang dengan kemenangan yang agung." - [QS.33:71]
إِنَّا عَرَضْنَا الأمَانَةَ عَلَى السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ وَالْجِبَالِ فَأَبَيْنَ أَنْ يَحْمِلْنَهَا وَأَشْفَقْنَ مِنْهَا وَحَمَلَهَا الإنْسَانُ إِنَّهُ كَانَ ظَلُومًا جَهُولا
"Sesungguhnya, Kami telah menawarkan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung; tetapi semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir tidak akan melaksanakannya (berat), lalu dipikullah amanat itu oleh manusia. Sungguh, manusia itu sangat zhalim dan sangat bodoh," - [QS.33:72]
لِيُعَذِّبَ اللَّهُ الْمُنَافِقِينَ وَالْمُنَافِقَاتِ وَالْمُشْرِكِينَ وَالْمُشْرِكَاتِ وَيَتُوبَ اللَّهُ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا
"sehingga Allah akan mengazab orang-orang munafik laki-laki dan perempuan, orang-orang musyrik, laki-laki dan perempuan; dan Allah akan menerima tobat orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan. Dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang." - [QS.33:73]
Rujukan :
- Darussalam, Selected Friday Sermons, Darussalam Publisher.

Jumat, 15 Maret 2019

Ummul Khabaits

Sang penjaga berkata, "Wahai anak muda, perbuatan dosa itu, saling mengikuti dan orang yang berbuat dosa, akan dengan cepat melakukan dosa yang lebih besar lagi, sebuah bar dimana khamr tersaji, dan yang disebut Ummul Khabaits, induk dari segala kenajisan, menarik orang-orang yang paling suci ke dalam fitnah dan kejahatan. Seseorang yang berdamai dengan anggur, takkan ragu berbuat dosa apa saja, yang pernah dikenal diatas muka bumi ini. Syariah telah menyatakan haramnya khamr, walaupun mungkin punya manfaat tertentu. Penghasilan dari khamr telah dinyatakan haram, dan bagi siapapun yang berdamai dengannya, dengan cara apapun, dan pekerjaannya itu, sebagai kejahatan terburuk. Kejahatan terburuk ini melemahkan kecerdasan manusia dan membawanya ke jalan iblis. Adalah dosa besar jika berdamai dengan khamr atau sebuah bar tempat minuman itu disajikan, yang juga menunjukkan hal-hal buruk dan merusak, yang dihasilkan dari khamr dan pengaruhnya yang buruk terhadap masyarakat. Dosa meminum khamr akan menuntun pada perbuatan dosa lainnya, yang tak terhitung banyaknya.
Hamba Allah akan melewati banyak cobaan. Orang-orang jahat akan berusaha mengalihkan hamba Allah yang shalih dari jalan yang benar ke jalan yang keliru dengan berbagai cara. Terkadang, kurangnya ilmu agama, menyebabkan seorang ahli ibadah tersesatkan. Ibadah tak dapat diberhentikan sebagaimana mestinya jika seseorang tak memiliki ilmu yang memadai. Ini bagai pengetahuan yang tak diterapkan. Suatu perbuatan yang tak didukung oleh ilmu, tak dapat menumbuhkan pemahaman religius dalam diri seseorang. Jika orang shalih itu juga memiliki ilmu agama, ia takkan melakukan pilihan-pilihan dosa yang ditawarkan kepadanya, melainkan ia akan menghadapi kesulitan itu dengan tegas dan akan siap mati jika itu diperlukan untuk menghindari perbuatan dosa - Kematian itu sudah pasti, dan seorang manusia mati hanya sekali. Oleh karena itu, ia akan mengorbankan hidupnya demi agama dan menjaga dirinya agar tak disesatkan. Namun demikian, bukan tanpa rahmat dari Allah bahwa seseorang dapat berharap melaluinya tanpa tergurat sedikitpun.

Diriwayatkan dari Abu Bakar bin 'Abdur-Rahman bin Al-Harith bahwa ayahnya berkata, Utsman, radhiyallahu 'anhu, yang berkata, 
'Jauhilah Khamr karena khamr itu induk segala kejahatan. Ada seorang lelaki di antara mereka yang sebelum kalian, seorang hamba yang shalih. Seorang wanita tak bermoral jatuh cinta padanya. Ia mengutus pelayan perempuan kepadanya, yang membawa pesan, "Kami mengundangmu untuk bersaksi." Maka ia berangkat bersama budak itu, dan setiap kali ia memasuki sebuah pintu, pelayan itu menguncinya di belakangnya, sampai ia bertemu seorang wanita cantik yang bersamanya ada seorang anak lelaki dan sebotol khamr.' Ia berkata, 'Demi Allah, aku tak mengundangmu untuk memberikan kesaksian, melainkan aku memanggilmu untuk berhubungan intim denganku, atau minum segelas anggur ini, atau membunuh anak ini.' Ia berkata, "Tuangkan segelas anggur untukku." Maka iapun menuangkan segelas untuknya. Ia berkata, "Beri aku lebih banyak." Dan iapun langsung berhubungan intim dengannya dan membunuh bocah lelaki itu. Jadi, jauhilah Khamr, karena demi Allah, iman dan kecanduan Khamr, tak dapat hidup berdampingan, melainkan mereka akan saling mengucilkan." - [Sunan An-Nasa'i; Sahih oleh Al-Albani]
Tabarani telah meriwayatkan Hadits Abdullah bin Amr Al-Aas bahwa,
Pernah, setelah wafatnya Rasulullah (ﷺ), Abu Bakar, Umar bin Al-Khattab dan para sahabat lainnya, radhiyallahu 'anhum, duduk bersama. Mereka berdiskusi di antara mereka dan bertanya-tanya apa yang akan menjadi dosa terbesar. Mereka tak tahu pasti apa itu, jadi mereka mengutusku kepada Abdullah bin Amr Al-Aas untuk menanyakannya. Ia memberitahu padaku bahwa minum khamr adalah dosa terbesar.
Aku kembali ke mereka dan menyampaikan apa yang ia katakan, namun mereka tak setuju dengannya, dan mereka semua pergi ke rumahnya (meinta penjelasan). Ia mengatakan kepada mereka bahwa Rasulullah (ﷺ) bersabda,
"Salah seorang raja Bani Isra'il menangkap seseorang dan memberikan beberapa pilihan kepadanya (dimana ia diharuskan memilih satu). Ia boleh minum khamr, membunuh seorang bayi, berzinah, atau makan daging babi. Namun, jika ia menolak semua ini, maka ia harus siap dihukum mati. Ia (mengira khamr adalah yang paling ringan dan) memilih khamr. Akibatnya, saat ia minum khamr, tak ada hal-hal yang terlarang baginya (dalam pandangannya sendiri dan ia melakukan semuanya).
Nabi (ﷺ) berkata pada saat ini, 'Sesiapa yang minum khamr, shalatnya tak diterima selama empat puluh malam dan jika ia mati saat masih ada jejak anggur di kandung kemihnya, maka surga terlarang baginya, namun jika ia mati dalam masa empat puluh malam itu, maka ia mati dalam cara Jahiliyah'."- [Tabarani; Sahih Marfu' oleh Al-Albani]
Hadits ini berbicara tentang kejadian yang serupa, yang mencerminkan kerusakan dalam masyarakat Israel. Mungkin, orang yang dipaksa melakukan tindakan yang melanggar hukum dan merusak, orang yang terkenal dan berpengaruh, orang yang menjadi panutan orang lain dalam kehidupan mereka. Mungkin raja takut bahwa ia mungkin menjadi lebih populer darinya dan lebih berpengaruh karena keshalihan dan kezuhudannya, dan ia sendiri, mungkin akan menjadi kurang dikenal. Ini telah menjadi kelemahan di antara semua raja dan para tiran, dan mereka tak tahan orang mendapatkan pengakuan masyarakat. Mereka selalu berusaha menekan orang-orang seperti itu dan menghinakan mereka. Maka, sang raja menggunakan wanita kelas tinggi untuk melaksanakan rencana jahatnya. Ia diminta agar merusak seorang lelaki shalih dan menggodanya. Godaan wanita adalah alat yang paling efektif dari segala godaan. Orang jahat telah menggunakan strategi ini sepanjang zaman.
Sang wanita, sangat kaya dan sangat dikenal dalam masyarakat luas, namun ia adalah wanita yang tak tahu adat. Ia tak merasa jijik melakukan perbuatan yang memalukan. Ia menipu sang lelaki shalih dengan meminta mengunjunginya untuk memberikan kesaksian atas suatu perbuatan dan ia mengutus pelayannya untuk tujuan itu. Sang lelaki berpikir bahwa akan baik bila menjadi saksi bagi masyarakat, sehingga setuju pergi bersama sang pelayan menemui sang wanita. Ketika ia memasuki rumah, sang pelayan menutup pintu di belakangnya. Saat mereka melewati beberapa pintu dengan cara ini, ia menemukan bahwa di hadapan sang wanita, ada sebotol khamr dan seorang bayi. Wanita itu memberitahukan kepadanya bahwa tak ada urusan baginya untuk dipersaksikan, melainkan bahwa ia diajak berzinah dengannya, dan jika ia tak melakukannya, maka ia boleh membunuh sang bayi, atau minum khamrnya. Jika ia tak melakukan hal-hal itu, maka ia akan mati. Riwayat lain menyebutkan bahwa wanita itu juga memberinya pilihan memakan daging babi. Sang lelaki adalah seorang ahli ibadah, dan pada saat itu, seorang yang zuhud, tetapi bukan seorang 'Ulama atau orang yang telah menikmati kebersamaan dengan para 'Ulama, maka ia tak menunjukkan kegigihannya dalam mempertahankan Dien-nya. Ia tak bergantung pada Allah, Yang pasti akan membebaskannya dari kesulitan dan memberinya jalan keluar seperti yang telah Dia lakukan bagi Nabi Yusuf, alaihissalam, meskipun pintu-pintu terkunci di belakangnya. Nabi Yusuf tak menganggap dirinya tak berdaya, melainkan bertawakkal pada Allah dan yakin menerima pertolongan-Nya. Ia berdoa kepada-Nya agar mengeluarkannya dari situasi yang sulit dan Allah mengeluarkannya, pintu-pintu yang terkunci, terbuka ketika ia maju ke arahnya.

Namun, ahli ibadah yang shalih dalam kisah ini, tak memiliki ilmu, dan ia hanya berpikir bahwa jika ia tak mematuhi sang wanita, maka ia akan dibunuh. Ia mengira bahwa dengan memilih khamr, itulah yang paling ringan dari segalanya dan ia memilihnya. Ia mabuk dan terus meminta lebih banyak, dan ia kehilangan akal sehatnya, dan lupa apa itu iman, dan apa itu taqwa. Ia tak peduli lagi tentang Hari Akhir dan lupa diri serta tak tahu malu lagi, sehingga ia tidur bersama sang wanita, dan juga membunuh sang bayi.
Tampak dari Hadits ini bahwa tujuan mereka adalah untuk mempermalukan orang shalih ini dan menjadikan keshalihan dan ibadahnya, sia-sia. Ini terlihat dari pilihan yang diberikan kepadanya dan tak memaksanya berbuat zinah. Masing-masing dari tiga atau empat pilihan di hadapannya bertentangan dengan imannya, dan merugikan kemuliaan dan kebajikan sang lelaki. Rasulullah (ﷺ) telah menyampaikan kisah ini untuk menunjukkan bahwa khamr adalah dosa besar, dan akar dari segala kejahatan. Ia memabukkan dan menyebabkan seorang lelaki kehilangan akal sehatnya. Dalam keadaan mabuk, ia melakukan hal-hal yang memalukan dan berbahaya. "

Kemudian sang penjaga berkata, "Wahai anak muda, kejadian ini mengajarkan kepada kita bahwa setiap Muslim yang shalih hendaknya terus berdoa kepada Allah agar ia tak disesatkan. Ia hendaknya menjauhkan diri dari praktik menyesatkan dan orang yang menyesatkan. Ia juga hendaknya berhati-hati dengan kejahatan jin dan manusia.
Kekuatan keshalihan dan kejahatan selalu berseberangan. Kekuatan-kekuatan jahat tampaknya melebihi kekuatan keshalihan. Orang yang shalih lebih sedikit daripada orang yang jahat. Namun keandalan kekuatan shalih dan jahat, tak tergantung pada jumlah, melainkan pada kehendak Allah. Barangsiapa yang telah disesatkan oleh Allah, akan terus sesat, bahkan jika semua orang memilih melakukannya dan menganggapnya sebagai hal yang baik. Demikian pula, keshalihan ditetapkan oleh Allah sebagai sesuatu yang baik dan halal. Semua orang dapat mendefinisikannya sesuai keinginan mereka sendiri, tetapi itu akan terus seperti yang Allah tentukan. Orang-orang shalih belajar dalam kisah ini bahwa mereka hendaknya tetap bertekad dan cenderung menolak pengaruh lingkungan yang buruk. Mereka tak boleh terpesona oleh kekuatan jahat. Dalam keadaan apapun, mereka hendaknya terus menerapkan keshalihan dan menghindari kejahatan, serta mencegahnya dengan segenap kekuatan mereka, sehingga kekuatan jahat ditundukkan. Mereka tak boleh didikte oleh keadaan, tetapi hendaknya merekalah yang menentukan keadaan. Wallahu a'lam."
يَسْأَلُونَكَ عَنِ الْخَمْرِ وَالْمَيْسِرِ قُلْ فِيهِمَا إِثْمٌ كَبِيرٌ وَمَنَافِعُ لِلنَّاسِ وَإِثْمُهُمَا أَكْبَرُ مِنْ نَفْعِهِمَا وَيَسْأَلُونَكَ مَاذَا يُنْفِقُونَ قُلِ الْعَفْوَ كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمُ الآيَاتِ لَعَلَّكُمْ تَتَفَكَّرُونَ
"Mereka menanyakan kepadamu (Muhammad) tentang khamr dan judi. Katakanlah, “Pada keduanya terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi manusia. Tetapi dosanya lebih besar daripada manfaatnya.” Dan mereka menanyakan kepadamu (tentang) apa yang (harus) mereka infakkan. Katakanlah, “Kelebihan (dari apa yang diperlukan).” Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu agar kamu memikirkan." - [QS.2:219]
Rujukan :
- Maulana Muhammad Zakaria Iqbal, Stories from the Hadith, Darul Isha'at.

Selasa, 12 Maret 2019

Tamak

Siamang berkata, "Orang yang tamak, sama seperti orang yang mabuk setelah minum khamr, melupakan segalanya, tak pedulikan siapapun. Khamr adalah induk segala kejahatan, ia mengaburkan akal, menghambur-hamburkan uang, menyebabkan sakit kepala, aromanya tak sedap, dan wujud kekejian dari hasil karya setan. Ia menghasilkan permusuhan dan kebencian di antara manusia, menghalangi mereka dari dzikir dan shalat, mengajak mereka ke ambang zinah. Ia menghilangkan marwah-diri dan ghirah, dan menghasilkan rasa-malu, penyesalan dan aib, serta menempatkan peminumnya dalam kategori yang sama dengan tipe orang yang paling tak sempurna, yakni orang-orang gila. Ia mengarah pada terbukanya aib dan tersingkapnya kesalahan. Ia mendorong manusia berbuat dosa dan kejahatan. Ia membuat orang agar melanggar batas-batas kesucian dan orang yang kecanduan itu, bagaikan penyembah berhala. Itulah sebabnya, meminum khamr adalah dosa besar.

Allah telah memperingatkan kita agar tak melakukannya, dalam Kitab-Nya, Dia, Subhanahu wa Ta'ala berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنَّمَا الْخَمْرُ وَالْمَيْسِرُ وَالأنْصَابُ وَالأزْلامُ رِجْسٌ مِنْ عَمَلِ الشَّيْطَانِ فَاجْتَنِبُوهُ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
"Wahai orang-orang yang beriman! Sesungguhnya minuman keras, berjudi, (berkurban untuk) berhala, dan mengundi nasib dengan anak panah, adalah perbuatan keji dan termasuk perbuatan setan. Maka jauhilah (perbuatan-perbuatan) itu agar kamu beruntung.." - [QS.5:90]
Diriwayatkan Abdullah bin Umar, radhiyallahu 'anhu, bahwa Rasulullah (ﷺ) bersabda,
لَعَنَ اللَّهُ الْخَمْرَ وَشَارِبَهَا وَسَاقِيَهَا وَبَائِعَهَا وَمُبْتَاعَهَا وَعَاصِرَهَا وَمُعْتَصِرَهَا وَحَامِلَهَا وَالْمَحْمُولَةَ إِلَيْهِ
"Allah telah melaknat khamr, yang meminumnya, yang menyajikannya, yang menjualnya, yang membelinya, yang memerasnya, yang mengambil hasil perasannya, yang mengantarkannya, dan yang meminta diantarkan." - [Sunan Abu Dawud; Sahih oleh Al-Albani]
Diriwayatkan dari Abu Hurairah, radhiyallahu 'anhu, bahwa Rasulullah (ﷺ) bersabda,
مُدْمِنُ الْخَمْرِ كَعَابِدِ وَثَنٍ
"Orang yang kecanduan khamr sama seperti orang yang menyembah berhala." - [Sunan Ibnu Majah; Hasan oleh Al-Albani]
Diriwayatkan dari Abu Darda bahwa Rasulullah (ﷺ) bersabda,
لاَ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مُدْمِنُ خَمْرٍ
"Takkan masuk surga orang yang kecanduan khamr." - [Sunan Ibnu Majah; Sahih oleh Al-Albani]
Diriwayatkan dari Abu Bakar bin 'Abdur-Rahman bin Al-Harits bahwa ayahnya berkata,
"Aku mendengar' Utsman, radhiyallahu 'anhu, berkata,' Jauhilah Khamr karena khamr itu induk segala kejahatan. Ada seorang lelaki di antara mereka yang sebelum kalian, seorang hamba yang shalih. Seorang wanita tak bermoral jatuh cinta padanya. Ia mengutus pelayan perempuan kepadanya, yang membawa pesan, "Kami mengundangmu untuk bersaksi." Maka ia berangkat bersama sang pelayan, dan setiap kali ia memasuki sebuah pintu, sang pelayan menguncinya di belakangnya, sampai ia bertemu seorang wanita cantik yang bersamanya ada seorang anak lelaki dan sebotol khamr.' Ia berkata, 'Demi Allah, aku tak mengundangmu untuk bersaksi, melainkan aku memanggilmu untuk berhubungan intim denganku, atau minum segelas anggur ini, atau membunuh anak ini.' Ia berkata, "Tuangkan segelas anggur untukku." Maka iapun menuangkan segelas untuknya. Ia berkata, "Beri aku lebih banyak." Dan iapun langsung berhubungan intim dengannya dan membunuh bocah lelaki itu. Jadi, jauhilah Khamr, karena demi Allah, iman dan kecanduan Khamr, tak dapat hidup berdampingan, melainkan mereka akan saling mengusir." - [Sunan An-Nasa'i; Sahih oleh Al-Albani]
Diriwayatkan Abdullah bin Abbas, Rasulullah (ﷺ) bersabda,
كُلُّ مُخَمِّرٍ خَمْرٌ وَكُلُّ مُسْكِرٍ حَرَامٌ وَمَنْ شَرِبَ مُسْكِرًا بُخِسَتْ صَلاَتُهُ أَرْبَعِينَ صَبَاحًا فَإِنْ تَابَ تَابَ اللَّهُ عَلَيْهِ فَإِنْ عَادَ الرَّابِعَةَ كَانَ حَقًّا عَلَى اللَّهِ أَنْ يَسْقِيَهُ مِنْ طِينَةِ الْخَبَالِ ‏"‏ ‏.‏ قِيلَ وَمَا طِينَةُ الْخَبَالِ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ ‏"‏ صَدِيدُ أَهْلِ النَّارِ وَمَنْ سَقَاهُ صَغِيرًا لاَ يَعْرِفُ حَلاَلَهُ مِنْ حَرَامِهِ كَانَ حَقًّا عَلَى اللَّهِ أَنْ يَسْقِيَهُ مِنْ طِينَةِ الْخَبَالِ ‏"‏
"Setiap yang memabukkan adalah khamr dan setiap yang memabukkan pasti dilarang. Jika ada yang meminum khamr, Allah takkan menerima shalatnya selama empat puluh hari, namun jika ia bertobat, Allah akan menerima taubatnya. Jika ia mengulanginya lagi sampai yang keempat kalinya, akan mengikat pada Allah bahwa Dia akan memberinya minuman dari tinat al-khabal."
Beliau ditanya, "Apa itu tinat al-khabal, wahai Rasulullah?" Beliau menjawab, "Tetesan nanah, yang mengalir dari para penghuni Jahannam. Jika ada yang menyajikannya bagi anak di bawah umur yang belum dapat membedakan antara yang halal dan yang haram, itu mengikat Allah bahwa Dia akan memberinya minum minuman dari tetesan nanah itu, yang mengalir dari para penghuni Jahannam. " - [Sunan Abi Dawud; Sahih oleh Al-Albani]
Imam An-Nawawi berkata, "Sehubungan dengan shalatnya yang tak diterima, yang dimaksud adalah bahwa ia takkan diberi pahala, meskipun shalatnya itu sah, dan ia tak perlu mengulangnya."
Berapa banyak khamr itu memicu peperangan? Berapa banyak orang kaya yang telah menjadi miskin? Berapa banyak orang terhormat yang terhinakan? Berapa banyak berkah yang telah dihancurkannya? Berapa banyak bencana yang ditimbulkannya? Seberapa sering ia menyebabkan perpecahan antara suami dan istri? Berapa banyak penyesalan yang ditimbulkannya dan berapa banyak air mata yang berderai? Seberapa banyak ia menutup pintu kebaikan kepada para peminumnya dan membuka pintu kejahatan untuknya? Seberapa sering ia menyebabkan bencana dan mempercepat kematian? Berapa banyak masalah yang dihadapi orang yang meminumnya? Khamr adalah sumber dosa, kunci kejahatan; ia menghilangkan berkah dan membawa petaka. Bahkanpun jika ia tak memiliki semua akibat buruk ini, kenyataan bahwa seseorang tak dapat memiliki sekaligus khamr dunia ini dan khamr di Jannah, itu sudah cukup menjadi penghalang. Dan akibat buruk khamr jauh lebih banyak daripada yang telah disebutkan.

Akan tetapi, aku takkan berkisah lebih jauh tentang khamr atau  segala zat yang memabukkan, namun aku akan menyampaikan tentang kisah seorang pedagang tamak yang berdagang khamr, barang haram yang paling buruk itu. Keinginannya menghasilkan lebih banyak untung dalam waktu singkat, mendorongnya mengoplos khamr itu dengan air.

Abu Hurairah, radhiyallahu 'anhu, meriwayatkan sabda Rasulullah (ﷺ),
bahwa ada seseorang yang menjual khamr di sebuah kapal. (Karena ketamakannya, ia tak puas dengan penghasilannya dari khamr, dan karenanya nekad berbuat curang.) Ia mencampur air ke dalam khamrnya. Ia punya seekor kera, yang mengambil dompetnya dan memanjat tiang kapal. Dari atas sana, sang kera mulai melemparkan dinar ke laut dan ke dalam kapal sampai ia membaginya menjadi dua bagian (setengahnya masuk ke laut sebagai hasil dari perbuatan curangnya itu dan orang itu tak berhak atasnya). [Al-Harits, Bayhaqi, Ahmad; Sahih oleh Al-Albani]
Kita hendaknya mengetahui bahwa khamr, tak dilarang oleh agama sebelum Islam, dan pada awalnya, belum dilarang dalam Islam. Karenanya, kita tak perlu mempertanyakan mengapa yang dipermasalahkan tentang orang ini, karena kecurangannya, dan bukan karena berjualan khamr. Atau, kita hendaknya tak perlu bertanya mengapa Hadis ini tak mempermasalahkan penjualan khamrnya. Kita tak mendapat kesan dari Hadits ini, bahwa tak ada yang salah dalam urusan penjualan khamr.
Kita juga hendaknya maklum bahwa ini adalah kisah dari orang-orang terdahulu. Khamr itu melanggar hukum, dan dosa besar dalam Syariah Nabi kita tercinta (ﷺ) yang menyangkut apapun dengan khamr, termasuk meminumnya, menyajikannya, menjualnya, maupun membelinya. Menyeduhnya, menyiapkannya ataupun saling membantu dalam urusan barang ini.
Jadi, orang ini, terbiasa menjual khamr bercampur air dan ia menjalankan bisnisnya di atas kapal. Ia memiliki seekor kera yang mengamati perilakunya. Suatu hari, sang kera tiba-tiba mengambil dompet sang majikan dan naik ke atas tiang kapal sehingga tak ada yang bisa menangkapnya. Ia membuka dompet itu, dan melemparkan satu dinar ke laut dan satu dinar lagi ke kapal. Dengan cara ini, ia membuang setengah dari uang itu ke laut dan setengahnya lagi di kapal untuk sang pedagang. Seolah-olah sang kera hendak menyampaikan bahwa uang yang bukan miliknya, dikembalikan ke laut."

Lalu siamang berkata, "Wahai saudara-saudariku, pelajaran pertama dari Hadits ini, mengajarkan kepada kita bahwa berbuat-curang dan memalsukan, adalah perbuatan yang keliru dan tak diperbolehkan. Adalah melanggar hukum menipu siapapun dan penghasilan darinya juga haram. Syariah telah menyebut pemalsuan sebagai dosa paling buruk. Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Rasulullah (ﷺ) melewati seseorang yang berjualan makanan. Beliau memasukkan tangannya ke dalamnya dan melihat ada sesuatu yang salah dengannya. Rasulullah (ﷺ) bersabda,
لَيْسَ مِنَّا مَنْ غَشَّ
'Tak termasuk dari kami, yang berbuat curang. "' - [Sunan Ibnu Majah; Sahih]
Sayangnya, banyak saudara-saudara Muslim kita terlibat dalam dosa ini. Orang yang tamak, telah kehilangan kualitas manusianya, memalsukan setiap kebutuhan akan susu, madu, mentega, dan sebagainya. Mereka juga mencampur sesuatu yang tak murni ke dalam obat. Orang-orang ini mengabaikan Akhirat dan mereka menjadi pemuja uang. Orang-orang yang menjijikkan ini, memainkan permainan yang mengerikan dalam masyarakat kita dengan sangat berani, karena tak ada yang menghentikan mereka. Orang-orang inilah pembunuh. Jadi, adalah dosa besar menjual barang-barang palsu seperti halnya dosa berzinah.
Hadits ini juga mengungkapkan rahasia menakjubkan dari margasatwa. Allah telah memberi satwa cukup banyak kepintaran dan kemampuan memahami beberapa hal. Kisah ini menunjukkan bahwa kera mengerti apa yang sedang terjadi dan dimampukan memberi keadilan. Sementara Allah akan menghukum orang yang berbuat salah di Akhirat, kadang-kadang, Dia juga memberinya adzab di dunia ini. Masalah dan kesulitan yang dihadapi manusia di dunia ini, akibat dari kesalahannya sendiri. Allah menghukum pedagang dalam kisah kita melalui keranya sendiri, yang membuang setengah penghasilannya ke laut.
Kita juga belajar dari kejadian ini bahwa jika ada orang yang mengumpulkan penghasilan haram, maka ia tak boleh menggunakannya, melainkan memberikannya kepada orang yang membutuhkan. Syariah pertama-tama memerintahkan kita agar berhenti dari menghasilkan uang yang haram, tetapi jika ada di antara milik kita, maka kita tak boleh menggunakannya. Lebih baik memberikan uang itu kepada orang yang memerlukan. Kita dapat bertanya kepada para Ulama untuk menentukan siapa orang yang berhak menerimanya. Wallahu a'lam."
إِنَّ الإنْسَانَ لِرَبِّهِ لَكَنُودٌ
"Sungguh, manusia itu sangat ingkar, (tidak bersyukur) kepada Rabb-nya," - [QS.100:6]
Rujukan :
- Maulana Muhammad Zakaria Iqbal, Stories from the Hadith, Darul Isha'at.