Jumat, 01 Maret 2019

Walau itu Hanya Seekor Semut

Sang semut berkata kepada para unggas, "Kita semua tahu bahwa memusuhi siapapun atau membalas dendam padanya, adalah sifat-sifat yang tak diridhai Allah, terlebih lagi jika sikap itu ditujukan pada binatang yang tak berdaya sepertiku, seekor semut." Ia melanjutkan, "Allah telah melarang manusia berbuat kerusakan di muka bumi ini. Dan dianggap tak bermoral bila kita menebang pohon dan tanaman secara membabi-buta serta melukai hewan yang tak berdaya. Pada Hari Kiamat, seseorang akan ditanya tentang mengapa ia membunuh seekor burung tanpa alasan. Jadi, tentulah seseorang juga akan ditanyai tentang mengapa ia membakar seekor semut yang tak bersalah dan tak berbahaya, terutama jika pelakunya adalah salah seorang hamba Allah, tindakan semacam itu, takkan memperoleh ridha Allah. Nabi kita tercinta (ﷺ) telah meriwayatkan kepada kita bahwa ada peristiwa seorang nabi membakar seluruh koloni semut yang menyebabkan murka Allah." Burung dara berkata, "Benarkah wahai saudariku, sampaikanlah kepada kami tentangnya!"

Sang semut berkata, "lmam Al-Bukhari telah mencatat sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah, radhiyallahu 'anhu, Rasulullah (ﷺ) bersabda,
نَزَلَ نَبِيٌّ مِنَ الأَنْبِيَاءِ تَحْتَ شَجَرَةٍ فَلَدَغَتْهُ نَمْلَةٌ، فَأَمَرَ بِجَهَازِهِ فَأُخْرِجَ مِنْ تَحْتِهَا، ثُمَّ أَمَرَ بِبَيْتِهَا فَأُحْرِقَ بِالنَّارِ، فَأَوْحَى اللَّهُ إِلَيْهِ فَهَلاَّ نَمْلَةً وَاحِدَةً
"Suatu ketika, seorang nabi di antara para nabi sedang beristirahat di bawah pohon, seekor semut menggigitnya. Karena itu, ia memerintahkan agar barang bawaannya diambil dari bawah pohon itu dan kemudian memerintahkan agar tempat tinggal semut itu dibakar. Allah mewahyukan padanya, "Tak cukupkah membakar seekor semut saja (yang menggigitmu)?"
Dalam Sahih Muslim, sebagaimana diriwayatkan oleh Abu Hurairah, radhiyallahu 'anhu, sebagai berikut,
أَنَّ نَمْلَةً قَرَصَتْ نَبِيًّا مِنَ الأَنْبِيَاءِ فَأَمَرَ بِقَرْيَةِ النَّمْلِ فَأُحْرِقَتْ فَأَوْحَى اللَّهُ إِلَيْهِ أَفِي أَنْ قَرَصَتْكَ نَمْلَةٌ أَهْلَكْتَ أُمَّةً مِنَ الأُمَمِ تُسَبِّحُ
"Seekor semut telah menggigit seorang Nabi (salah seorang di antara para nabi sebelumnya) dan ia memerintahkan agar koloni semut itu dibakar. Dan Allah mewahyukan kepadanya, 'Hanya karena gigitan seekor semut, engkau telah membakar sebuah umat diantara para umat yang menalamkan Kemuliaan-Ku'."
Para nabi, alaihimassalam, juga manusia seperti manusia lainnya. Mereka punya kekhususan manusia yang sama seperti manusia lainnya. Seperti semua makhluk, mereka tak suka disakiti dan juga bisa marah. Inilah yang terjadi pada nabi yang disebutkan dalam hadits tersebut. Mungkin, ia sedang dalam perjalanan dan berhenti di suatu tempat untuk beristirahat di bawah pohon. Ada liang semut di bawah pohon itu, karena semut tak pernah hidup sendirian, tetapi hidup dalam koloni semut. Jika ada yang mengganggu liangnya, ia menggigitnya dan mencurahkan kemarahannya.
Maka, ketika sang Nabi duduk di sana, ia menjadi sasaran semut. Ia tak menyukainya dan memutuskan menghukum sang semut. Ia telah meletakkan barang bawaannya di bawah pohon, yang ia perintahkan agar dipindahkan dari sana dan seluruh liang semut dibakar habis. Ratusan semut habis terbakar. Allah tak ridha dengan perbuatan sang nabi dan Dia mewahyukan padanya bahwa Dia murka. "Jika engkau ingin membalas, seharusnya engkau menghukum seekor semut saja yang telah menggigitmu. Betapa hanya karena seekor semut membuatmu tak nyaman, engkau menghancurkan seluruh komunitas yang memuliakan-Ku?" Keadilan menuntut agar orang yang tak bersalah, tak dihukum karena dosa pelakunya. Juga, tak diperkenankan membunuh siapapun yang memuliakan Allah, karena jika ia dibiarkan, ia akan terus memuji dan memuliakan Allah selama ia masih hidup.
Selain itu, perilaku ini tak sesuai dengan karakter hamba-hamba Allah. Tak diperbolehkan membunuh orang yang tak bersalah terhadap dosa yang dilakukan oleh orang lain. Yang harus dihukum hanyalah yang melakukan kejahatan. Allah menunjukkan ketidakridhaan-Nya kepada sang nabi dengan berfirman, "Mengapa engkau tak membunuh seekor semut saja? Apa untungnya membalas dendam terhadap mereka semua?"
Tak diperbolehkan membunuh semut secara tak perlu. Namun, jika seekor semut menggigit seseorang, maka ia dapat membunuhnya, namun keliru jika melukainya tanpa alasan. Hal yang sama berlaku bagi hewan yang tak berbahaya dan tak bersalah lainnya.
Jabir bin 'Abdullah, radhiyallahu' anhu, berkata, "Rasulullah (ﷺ) melarang membunuh hewan apapun ketika diikat (untuk dijadikan sasaran tembak)."- [Sunan Ibnu Majah; Shahih].
Diriwayatkan Abdullah bin Abbas, radhiyallahu 'anhu, Rasulullah (ﷺ) melarang membunuh empat makhluk: semut, lebah, burung hud-hud, dan burung shurad. - [Sunan Abi Dawud; Shahih oleh Al-Albani]
Namun demikian, diperbolehkan membunuh makhluk berbahaya seperti ular, kalajengking, dll. Dalam sebuah Hadits, lima hewan disebutkan boleh dibunuh di dalam dan di luar Tanah Haram. Diriwayatkan Ummul Mukminin, Aisyah, radhiyallahu 'anha, bahwa Rasulullah (ﷺ) bersabda,
خَمْسٌ مِنَ الدَّوَابِّ كُلُّهُنَّ فَاسِقٌ، يَقْتُلُهُنَّ فِي الْحَرَمِ الْغُرَابُ وَالْحِدَأَةُ وَالْعَقْرَبُ وَالْفَأْرَةُ وَالْكَلْبُ الْعَقُورُ
"Lima jenis binatang berbahaya dan boleh dibunuh di Tanah Haram (Tanah Suci). Yaitu: gagak, burung rajawali, kalajengking, tikus dan anjing gila."
Sungguh tak pantas memusnahkan makhluk hidup apapun dengan membakarnya. Syariah Nabi Muhammad (ﷺ) telah melarangnya secara jelas. Rasulullah (ﷺ) telah menyebutkan pertimbangannya, "Hukuman api hanya dapat diberikan oleh Rabb api." Mungkin, hukuman itu pernah diperbolehkan bagi orang-orang terdahulu."

Lalu, sang semut berkata, "Wahai saudara-saudariku, meskipun, kami, para semut adalah serangga kecil, namun, pada kenyataannya, kami sangat cerdas dan makhluk yang merencanakan engkau boleh menyebut kami ahli strategi. Semut, dengan sendirinya adalah umat diantara para umat. Dan tak hanya kami, melainkan semua hewan, unggas, dan serangga — semua makhluk hidup Allah — adalah umat. Karenanya, semua makhluk adalah umat-umat yang terpisah. Para cendekiawan memperoleh pengetahuan lebih banyak tentang semut melalui penelitian dan penyelidikan, kebenaran Al-Qur'an menyadarkan kita. Wallahu a'lam."
وَالَّذِينَ كَذَّبُوا بِآيَاتِنَا صُمٌّ وَبُكْمٌ فِي الظُّلُمَاتِ مَنْ يَشَأِ اللَّهُ يُضْلِلْهُ وَمَنْ يَشَأْ يَجْعَلْهُ عَلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ
"Dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami adalah tuli, bisu dan berada dalam gelap gulita. Barangsiapa dikehendaki Allah (dalam kesesatan), niscaya disesatkan-Nya. Dan barangsiapa dikehendaki Allah (untuk diberi petunjuk), niscaya Dia menjadikannya berada di atas jalan yang lurus." - [QS.6:39]
Rujukan :
- Maulana Muhammad Zakaria Iqbal, Stories from the Hadith, Darul Isha'at.