Rabu, 06 Maret 2019

Parabel Seekor Anjing

Sang negarawan berkata, "Wahai anak muda, Allah mengibaratkan seseorang yang telah Dia berikan kitab-Nya dan mengajarinya ilmu dimana orang lain tak memperolehnya, namun orang ini meninggalkannya dan memilih mengikuti hasratnya - lebih memilih kemurkaan Allah daripada ridha-Nya, kehidupan duniawi daripada Akhirat, dan makhluk-makhluk ciptaan daripada Sang Pencipta - bagaikan anjing, makhluk yang berasal dari binatang yang terburuk, dan nilainya paling rendah; artinya dalam hal dirinya - hasratnya tak melebihi perutnya - dan, yang paling rajin menjaga kepentingan egonya sendiri.
Sebagai contoh, anjing tak berjalan kecuali dengan moncongnya di arahkan ke tanah, mengendus-endus - dan berlanjut dengan mengendus ujung bokongnya di antara seluruh bagian tubuhnya. Jika engkau melemparkan batu padanya, ia akan mengejarnya, menggigitnya dengan taringnya karena sangat kejamnya; itulah binatang yang paling hina, yang paling toleran dalam keburukan, dan yang paling puas dengan hal-hal yang hina. Ia lebih suka bangkai busuk bau daripada daging segar, dan kotoran daripada makanan yang menyenangkan; jika ia melihat seekor bangkai hewan mati yang akan cukup bagi seratus ekor anjing, ia takkan membiarkan seekor anjingpun mengambil bagiannya, menggeram bila ada yang mendekat, karena keserakahan dan keegoisannya.
Dan di antara perilakunya yang aneh, jika ia melihat seseorang yang berpenampilan dan berpakaian lusuh, tampak miskin, ia menyalak dan menyerangnya, karena menganggapnya sebagai pemberontak dalam kekuasaannya - sementara jika ia melihat seseorang dengan penampilan yang baik dan pakaian yang indah serta tampak berkuasa, ia tunduk, meletakkkan moncongnya ke tanah, bahkan takkan mengangkat kepalanya sama sekali.

Perkenankan aku menuturkan sebuah kisah. ‘Abdullah bin Mas'ud mengatakan bahwa firman Allah,
وَاتْلُ عَلَيْهِمْ نَبَأَ الَّذِي آتَيْنَاهُ آيَاتِنَا فَانْسَلَخَ مِنْهَا فَأَتْبَعَهُ الشَّيْطَانُ فَكَانَ مِنَ الْغَاوِينَ
"Dan bacakanlah (Muhammad) kepada mereka, berita orang yang telah Kami berikan ayat-ayat Kami kepadanya, kemudian ia melepaskan diri dari ayat-ayat itu, lalu ia diikuti oleh setan (sampai ia tergoda), maka jadilah ia termasuk orang yang sesat" - [QS.7:175]
Adalah tentang Bal'am bin Baura’, seorang lelaki Bani Israel." Qatadah berkomentar bahwa Ka'b berkata, "Ia adalah seseorang dari Al-Balqla '(sebuah provinsi Yordania) yang mengetahui Nama Agung Allah. Ia dulu tinggal di Baitul Maqdis dengan para tiran." Al-'Aufi meriwayatkan bahwa Ibnu 'Abbas berkata, "Ia adalah Bal'am bin Ba'ura', seorang lelaki dari Yaman yang Allah telah berikan ilmu tentang ayat-ayat-Nya, namun ia meninggalkannya." Malik bin Dinar berkata, “Ia adalah salah seorang ulama Bani Israel, yang permohonannya selalu diterima. Mereka sering meminta bimbingannya untuk berdoa di saat-saat sulit. Nabi Allah, Musa, alaihissalam, mengutusnya ke Raja Madyan untuk mengajaknya kepada Allah. Sang raja menaklukkannya, memberinya tanah dan hadiah, dan iapun keluar dari agama Nabi Musa dan mengikuti agama sang raja."
Oleh karena itu, diketahui bahwa ayat yang mulia ini, mengungkapkan tentang seorang lelaki dari Bani Israel, menurut Ibnu Mas'ud dan lainnya di antara para Salaf. Ali bin Abi Talhah, juga meriwayatkan bahwa Ibnu Abbas berkata, “Ketika Musa dan umat yang bersamanya pergi ke kota para tiran (Yerusalem), sepupu-sepupu Bal'am dan rakyatnya datang kepadanya dan berkata, 'Musa itu orang yang kuat, dan ia punya banyak prajurit. Jika ia menang atas kita, kita akan dihancurkan. Karena itu, mohonlah kepada Allah agar Dia mencegah Musa dan mereka yang bersamanya menang atas kita. ' Bal'am berkata, 'Jika aku memohon kepada Allah agar Dia mengabaikan Musa dan mereka yang bersamanya, aku akan kehilangan dunia dan akhirat ini.' Mereka terus merayunya hingga akhirnya ia memohonkan keburukan kepada Musa dan umatnya, dan Allah mengambil apa yang Dia berikan kepadanya (ilmu)."

Ia tertarik pada perhiasan dunia ini dan kesenangannya. Ia menuruti nafsu kehidupan dan kesenangannya dan tertipu olehnya, sama seperti dunia ini menipu yang lain, tanpa pemahaman yang benar atau pikiran yang jernih.
Ibnu Ishaq meriwayatkan bahwa ketika Nabi Musa memasuki tanah Bani Kanaan di daerah Asy-Syam, kaumnya datang menemui Bal'am, mengatakan, "Itulah Musa, putra Imran dengan Bani Israel. Ia ingin mengusir kita dari negeri kita, membunuh kita dan menggantikan kita dengan Bani Israel. Kamilah kaummu dan tak ada lagi tempat tinggal lainnya. Engkaulah orang yang doanya dapat diterima Allah, maka bermohonlah kepada Allah agar mengalahkan mereka." Bal'am berkata, "Celakalah kalian! Itu Nabi Allah (Musa), yang para malaikat dan orang-orang beriman menyertainya! Bagaimana bisa aku memohon kepada mereka ketika aku tahu dari Allah apa yang kuketahui? " Mereka berkata, "Kami tak punya lagi tempat tinggal lain." Maka mereka terus merayu dan memohon padanya sampai ia tergoda dan mengendarai keledainya menuju Gunung Husban, yang berada di belakang barak militer Bani Israel. Ketika ia baru saja menelusuri jalan di atas gunung, keledainya duduk dan menolak melanjutkan perjalanan. Ia turun dari keledainya dan mencambuknya sampai berdiri lagi dan ia mengendarainya. Keledainya melakukan hal yang sama setelah beberapa saat, dan ia mencambuknya lagi sampai berdiri. Lalu ia melanjutkan dan berniat mendoakan yang buruk bagi Nabi Musa dan umatnya.
Namun, Allah membalikkan lidahnya, ia mendoakan keburukan bagi kaumnya dan kebaikan bagi Bani Israil, dan kaumnya menyanggah, “Wahai Bal'am! Apa yang sedang kamu lakukan? Engkau memohon kebaikan bagi mereka, dan kebalikannya bagi kami!" Ia berkata, "Itu tak sesuai dengan kehendakku. Itu kehendak Allah." Kemudian ia berkata kepada mereka, saat lidahnya terjulur keluar dari mulutnya, "Sekarang aku telah kehilangan dunia dan akhirat."
Beberapa ulama berpendapat bahwa ujung lidah Bal'am, terjulur keluar dari mulutnya. Karenanya, ia diibaratkan anjing, yang lidahnya terjulur keluar, meski ia dihalau atau tidak. Dikatakan juga bahwa maknanya, perumpamaan tentang orang seperti ini - dan yang setipe - mengenai kesesatan mereka, bertahan di jalan yang salah dan tak dapat mengambil manfaat dari iman atau memahami apa yang diserukan padanya. Maka, ia dipermisalkan seperti seekor anjing yang sedang terengah-engah, baik dihalau atau dibiarkan sendirian. Orang yang dimaksud di sini, tak mendapat manfaat dari nasihat atau ajakan untuk beriman, sama seperti nasihat dan ajakan untuknya, tak pernah ada. Allah berfirman,
إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا سَوَاءٌ عَلَيْهِمْ ءَأَنْذَرْتَهُمْ أَمْ لَمْ تُنْذِرْهُمْ لا يُؤْمِنُونَ
"Sesungguhnya orang-orang kafir, sama saja bagi mereka, engkau (Muhammad) beri peringatan atau tak engkau beri peringatan, mereka takkan beriman." - [QS.2:6]
Dan juga, Allah berfirman,
اسْتَغْفِرْ لَهُمْ أَوْ لا تَسْتَغْفِرْ لَهُمْ إِنْ تَسْتَغْفِرْ لَهُمْ سَبْعِينَ مَرَّةً فَلَنْ يَغْفِرَ اللَّهُ لَهُمْ ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ كَفَرُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَاللَّهُ لا يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ
"(Sama saja) engkau (Muhammad) memohonkan ampunan bagi mereka atau tak memohonkan ampunan bagi mereka. Walaupun engkau memohonkan ampunan bagi mereka tujuh puluh kali, Allah takkan memberi ampunan kepada mereka. Yang demikian itu karena mereka ingkar (kafir) kepada Allah dan Rasul-Nya. Dan Allah tak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik." - [QS.9:80]
Qalbu orang-orang kafir, orang munafik dan orang fasik, lemah dan tanpa petunjuk, karenanya, akan goyah terus-menerus.

Allah berfirman kepada Rasulullah (ﷺ), "Sampaikan kisahnya, mungkin Bani Israel, yang memiliki pengetahuan tentang kisah Bal'am dan apa yang terjadi padanya ketika Allah membiarkankannya menyimpang dan mengusirnya dari rahmat-Nya. Allah memberinya nikmat dengan mengajarkannya Nama-Nya yang agung, yang dengannya, jika Dia diminta, Dia akan mengabulkan, dan jika Dia diseru, Dia akan menjawabnya. Namun Bal'am menggunakannya dalam ketidaktaatan kepada Allah dan menyerunya untuk menentang orang-orang beriman, pengikut hamba-Nya dan Rasul di masa itu, Nabi Musa, alaihissalam, yang Allah ajak bicara secara langsung, mungkin mereka dapat mereungkan dan menghindari perilaku Bal'am."
Dan Allah berfirman bahwa kejahatan adalah contoh dari orang-orang yang menyangkal ayat-ayat-Nya, karena mereka disamakan dengan anjing yang tak punya keinginan selain mengumpulkan makanan dan memuaskan nafsu birahi. Karena itu, barangsiapa yang menyimpang dari ilmu dan petunjuk, dan mencari kepuasan atas keinginan dan hasratnya, sama seperti seekor anjing; sungguh contoh yang hina. Diriwayatkan Ibnu Abbas, Rasulullah (ﷺ) bersabda,
الْعَائِدُ فِي هِبَتِهِ كَالْكَلْبِ يَعُودُ فِي قَيْئِهِ، لَيْسَ لَنَا مَثَلُ السَّوْءِ
"Orang yang mengambil kembali pemberiannya, ibarat seekor anjing yang menelan muntahnya sendiri, dan kita (orang-orang beriman) tak boleh bertabiat seperti contoh yang buruk ini." - [Sahih Al-Bukhari]
Allah tak menganiaya mereka, tetapi merekalah yang menganiaya diri-sendiri dengan menolak bimbingan, tak menaati Rabb mereka, berpuas-diri dengan keduniawian yang akan segera berakhir, sambil berusaha memenuhi keinginan dan mematuhi nafsunya."

Kemudian sang negarawan berkata, "Allah mengibaratkan orang yang lebih memilih kehidupan duniawi dan kesenangannya daripada tempat tinggal yang kekal - padahal memiliki ilmu yang berlimpah - bagaikan seekor anjing dalam intensitas hasratnya terhadap hal-hal yang hina. Orang ini, yang keadaannnya telah Allah sebutkan bahwa ia telah menjauhkan diri dari bukti-bukti Allah dan memilih mengikuti hasratnya, hanya karena keinginannya yang kuat terhadap hasrat duniawi dan karena qalbunya telah terputus dari Allah dan tempat tinggal yang kekal. Ia menyerupai, dalam hal ini, anjing yang terengah-engah menjulurkan lidahnya, baik dalam keadaan terusik atau dibiarkan sendiri. Ibnu Juraij berkata, "Anjing itu mati-rasa (terputus dari cita dan emosi), baik itu bila engkau menghalaunya, atau membiarkannya, yang merupakan kedaan seseorang yang meninggalkan petinjuk karena ia tak memiliki hati-nurani.' Wallahu a'lam."
وَلَوْ شِئْنَا لَرَفَعْنَاهُ بِهَا وَلَكِنَّهُ أَخْلَدَ إِلَى الأرْضِ وَاتَّبَعَ هَوَاهُ فَمَثَلُهُ كَمَثَلِ الْكَلْبِ إِنْ تَحْمِلْ عَلَيْهِ يَلْهَثْ أَوْ تَتْرُكْهُ يَلْهَثْ ذَلِكَ مَثَلُ الْقَوْمِ الَّذِينَ كَذَّبُوا بِآيَاتِنَا فَاقْصُصِ الْقَصَصَ لَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ
"Dan sekiranya Kami menghendaki, niscaya Kami tinggikan (derajat)nya dengan (ayat-ayat) itu, tetapi ia cenderung kepada dunia dan mengikuti keinginannya (yang rendah), maka perumpamaannya seperti anjing, jika kamu menghalaunya, dijulurkan lidahnya dan jika kamu membiarkannya, ia menjulurkan lidahnya (juga). Demikianlah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. Maka ceritakanlah kisah-kisah itu agar mereka berpikir." - [QS.7:176]
Rujukan :
- Imam Ibn Qayyim Al-Jawziyyah, Paragons of the Quran, Dar As-Sunnah.
- Syaikh Safiurrahman Al-Mubarakpuri, Tafsir Ibn Kathir (Abridged) Volume IV, Darussalam