Jumat, 29 Maret 2019

Cabang Iman yang paling Bersahaja

"Wahai anak muda, ketahuilah bahwa iman memiliki lebih dari tujuh puluh cabang." berkata sang lelaki bertongkat kepada sang musafir muda. Kemudian ia berkata, "Cabang iman yang terbaik adalah menyatakan, لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللّهُ, (tiada yang patut diibadahi dengan benar melainkan Allah), dan yang paling bersahaja darinya adalah menyingkirkan benda berbahaya dari jalan. Rasulullah (ﷺ) mengajarkan, agar kita menyingkirkan segala yang berbahaya dan yang akan menyakiti, dari tempat dimana mansuia melintas, bisa berbentuk duri, sampah, dan sebagainya. Inilah cabang iman yang paling sederhana dan simbol kebersahajaan, yang kelak mengundang pahala surga." Sang musafir muda berkata, "Mohon, sampaikan padaku lebih banyak lagi tentangnya!"
Sang lelaki berkata, "Abu Huraira, رضي الله عنه, meriwayatkan bahwa Rasulullah (ﷺ) bersabda,
مَرَّ رَجُلٌ بِغُصْنِ شَجَرَةٍ عَلَى ظَهْرِ طَرِيقٍ فَقَالَ وَاللَّهِ لأُنَحِّيَنَّ هَذَا عَنِ الْمُسْلِمِينَ لاَ يُؤْذِيهِمْ ‏.‏ فَأُدْخِلَ الْجَنَّةَ
"Seseorang yang sambil berjalan di sepanjang jalan, melihat ranting-ranting sebuah pohon tergeletak di sana. Ia berkata, 'Demi Allah, aku akan memindahkannya dari sini agar tak membahayakan para Muslim, dan iapun masuk surga." - [Sahih Muslim]
Dalam riwayat lain, Abu Hurairah, رضي الله عنه, meriwayatkan, Rasulullah (ﷺ) bersabda bahwa beliau melihat seseorang menikmati Jannah karena pohon yang ia singkirkan dari jalan setapak yang menyebabkan orang lain merasa tak nyaman. - [Sahih Muslim]
Menyingkirkan segala sesuatu yang menyebabkan ketidaknyamanan bagi orang lain yang lewat adalah bentuk iman yang paling sederhana. Ini berarti bahwa jika ada orang yang menemukan penghalang di jalan dan tak menyingkirkannya. maka ia telah lalai, bahkan dari cabang iman yang paling sederhana sekalipun.

Hadits ini mengajarkan kita bahwa Allah memberi ampunan walaupun mereka yang mengerjakan bentuk iman yang paling sederhana. Orang yang disebutkan dalam Hadits, diampuni karenanya.
Ada pelajaran penting dalam pernyataan ini bagi umat Islam dan orang-orang yang berpikiran religius di zaman sekarang, karena mereka menganggap tindakan semacam ini sebagai hal yang biasa saja dan lumrah. Sekarang ini, orang-orang non-Muslim menganggap bahwa akan bertentangan dengan perilaku masyarakat bila meletakkan hambatan di jalan umum dan menyebabkan ketidaknyamanan bagi orang yang melewatinya. Patut dipikirkan bahwa ajaran ini pertama kali disampaikan oleh Islam, yang menjadikannya sangat penting dalam mendapatkan ampunan Allah. Sayangnya, hari ini, umat Islam, alih-alih menghilangkan hambatan dari jalan, malah memposisikan diri mereka seperti orang-orang yang memasang rintangan di jalan. Posisi di jalan-jalan kita, di daerah dimana sembilan puluh persen berpenduduk Muslim, tertutup dan terhalangi dalam perilaku yang berbeda yang menyebabkan ketidaknyamanan bagi para pejalan kaki. Banyak cara dimana pengguna jalan mendapat masalah termasuk orang-orang meludah di sana-sini, melemparkan kulit kacang, memarkir mobil dan motor di depan pintu rumah dan masjid, membuang sampah di jalan, meletakkan sampah rumah tangga di lintasan, dan sebagainya. Inilah pemandangan yang sangat umum dalam masyarakat Muslim kita, meskipun itu jelas bertentangan dengan ajaran Islam. Parit yang meluap, saluran air yang berbau tak sedap, jalan rusak dan pemandangan semacam itu, mencerminkan perilaku kita dan menunjukkan bagaimana kita telah melalaikan ajaran Islam. Semua ini hendaknya kita renungkan.
Tidakkah kita seharusnya berpikir bahwa jika Allah merahmati seseorang dengan ampunan-Nya, karena menghilangkan rintangan dari jalan dan memasukkannya ke surga, maka tidakkah Dia akan menghukum mereka yang bertindak bertentangan dengan hal itu, dan membuang sampah, membuat rintangan di jalan, serta menyebabkan ketidaknyamanan orang yang lewat atau semacamnya? Tentu, Dia akan meminta pertanggungjawaban orang-orang ini dan akan menghukum mereka. Orang-orang yang beriman hendaknya memperbaiki perilaku mereka karena Islam tak hanya mengajarkan shalat dan puasa, namun juga menuntut para pemeluknya agar menganut perilaku yang baik dan tatakrama sosial yang kondusif bagi masyarakat sipil yang lebih baik."

Kemudian, sang lelaki bertongkat berkata, "Wahai anak muda, pelajaran pertama yang kita pelajari adalah bahwa ajaran Islam tak sebatas pada ibadah saja. Islam bukanlah sebagai nama beberapa bentuk ibadah yang lazim, melainkan Islam adalah metode menjalani hidup seseorang dengan cara naluriah, suci dan bersih, berkarakter moral yang tinggi dan berpikiran jernih, mengembangkan rasa kewarganegaraan yang baik dan menumbuhkan masyarakat yang sangat beradab. Kedua, jalanan juga punya hak untuk dilintasi oleh pejalan kaki dan pengguna jalan dengan nyaman. Bahkan tak pantas berhenti di jalan dan bercakap-cakap jika itu menyebabkan ketidaknyamanan bagi orang lain.
Ketiga, berusaha melindungi seorang Muslim dari ketidaknyamanan dan berharap baik baginya adalah perilaku yang memberi hak seseorang masuk Surga. Kenyataannya, menyingkirkan hambatan dari jalan berarti berusaha melindungi seorang Muslim dari ketidaknyamanan; itulah yang diperoleh orang yang menikmati Jannah seperti dalam hadits. Seorang Muslim adalah wali dari Muslim lainnya dan ia berusaha sebaik mungkin menyelamatkan seorang Muslim lainnya dari kesulitan dan kesusahan. Inilah yang diajarkan Islam dan inilah yang disebut Islam.
Akhirnya, jika sebuah pohon terbukti menjadi hambatan pada suatu lintasan, maka diperbolehkan menebangnya. Namun jika pohon itu menyediakan tempat berteduh dan tak menggangu siapapun, maka pohon itu seyogyanya tak boleh ditebang. Wallahu a'lam."
أَلَمْ تَرَ كَيْفَ ضَرَبَ اللَّهُ مَثَلا كَلِمَةً طَيِّبَةً كَشَجَرَةٍ طَيِّبَةٍ أَصْلُهَا ثَابِتٌ وَفَرْعُهَا فِي السَّمَاءِ
"Tidakkah kamu memperhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya kuat dan cabangnya (menjulang) ke langit?" - [QS.14:24]
تُؤْتِي أُكُلَهَا كُلَّ حِينٍ بِإِذْنِ رَبِّهَا وَيَضْرِبُ اللَّهُ الأمْثَالَ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُونَ
"(Pohon) itu menghasilkan buahnya pada setiap waktu dengan seizin Rabbnya. Dan Allah membuat perumpamaan itu untuk manusia agar mereka selalu ingat." - [QS.14:25]
Rujukan :
- Maulana Muhammad Zakaria Iqbal, Stories from the Hadith, Darul Isha'at.