Bhimasena melanjutkan, "Dari perspektif Islam, tujuan hidup itu ialah untuk menyembah Allah dan hidup di bawah tuntunan-Nya agar meraih kesuksesan di dunia dan akhirat. Dengan kata lain, tujuan hidup itu untuk menyembah dan mengabdi kepada Allah, serta mencari keridhaan-Nya melalui amal-shalih, sikap dan perilaku yang baik, dan ketertundukan kepada kehendak-Nya. Tema sentral ini ditemukan dalam Al-Quran, Hadits, dan ajaran para ulama Sunni. Mari kita uraikan perspektif ini dengan rujukan utama dari Al-Quran, Hadits, dan pendapat para ulama Sunni terkemuka.
Al-Quran secara tegas menyatakan bahwa tujuan keberadaan manusia adalah untuk beribadah kepada Allah. Allah berfirman,
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْاِنْسَ اِلَّا لِيَعْبُدُوْنِ
“Tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku.” [QS Adz-Dzariyat (51):56]
Ayat ini menegaskan bahwa tujuan utama penciptaan kita adalah untuk menyembah Allah (ibadah), yang mencakup segala bentuk pengabdian, ketaatan, dan penghambaan kepada Allah.
Hidup itu ujian karakter dan perbuatan/amal, dimana orang-orang beriman berusaha bertindak di bawah tuntunan Ilahi. Allah berfirman,
ۨالَّذِيْ خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيٰوةَ لِيَبْلُوَكُمْ اَيُّكُمْ اَحْسَنُ عَمَلًاۗ وَهُوَ الْعَزِيْزُ الْغَفُوْرُۙ
"[Dialah] Yang menciptakan kematian dan kehidupan untuk mengujimu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun." [QS. Al-Mulk (67):2]
Oleh karenanya, agar senantiasa istiqomah dalam berbuat baik sesuai dengan tujuan hidup dan menunjukkan ketaatan kepada Allah, umat Islam seyogyanya meneladani Rasulullah (ﷺ). Rasulullah (ﷺ) sering digambarkan dalam Al-Quran dan Hadits sebagai orang yang berakhlak terbaik. Allah berfirman,
وَاِنَّكَ لَعَلٰى خُلُقٍ عَظِيْمٍ
"Dan sesungguhnya, engkau benar-benar berbudi pekerti yang agung." [QS. Al-Qalam (68):4]
Dalam ayat ini, Allah secara langsung memuji Rasulullah (ﷺ) atas akhlak beliau yang luhur, menonjolkan bahwa akhlak dan perilakunya patut dicontoh dan tak tertandingi.
Allah juga berfirman,
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِيْ رَسُوْلِ اللّٰهِ اُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَنْ كَانَ يَرْجُوا اللّٰهَ وَالْيَوْمَ الْاٰخِرَ وَذَكَرَ اللّٰهَ كَثِيْرًاۗ
"Sesungguhnya, pada (diri) Rasulullah benar-benar ada suri teladan yang baik bagimu, (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat serta yang banyak mengingat Allah." [QS. Al-Ahzab (33):21]
Ayat ini menganjurkan umat beriman agar meneladani Rasulullah (ﷺ) meliputi akhlak, perbuatan, dan tindakan beliau (ﷺ), sebagai teladan dalam setiap aspek kehidupan. Rasulullah (ﷺ) merupakan sosok terbaik yang menjadi teladan bagi umat manusia.
Sabda shahih Rasulullah (ﷺ) melengkapi ajaran Al-Quran tentang tujuan hidup. Beliau (ﷺ) bersabda,
الدُّنْيَا سِجْنُ الْمُؤْمِنِ وَجَنَّةُ الْكَافِرِ
“Dunia adalah penjaranya orang beriman dan surganya orang kafir..” [Jami` at-Tirmidzi 2324; Shahih menurut Al-Albani]
Hadits ini menunjukkan bahwa bagi orang beriman, kehidupan di dunia bukanlah tujuan akhir, melainkan tempat sementara di mana ujian terjadi. Pahala dan kebebasan yang sesungguhnya terletak di akhirat.
Umat Islam hendaknya memperlakukan kehidupan duniawi sebagai sesuatu yang sementara dan cepat berlalu, dan lebih berfokus pada persiapan bagi kehidupan akhirat yang kekal. Islam mengajarkan bahwa kehidupan duniawi ini bersifat sementara, dan kehidupan yang sejati dan kekal terletak di akhirat. Persiapan akhirat mengharuskan kita hidup sesuai dengan petunjuk Allah dan berjuang untuk kebenaran. Allah berfirman,
مَنْ كَانَ يُرِيْدُ حَرْثَ الْاٰخِرَةِ نَزِدْ لَهٗ فِيْ حَرْثِهٖۚ وَمَنْ كَانَ يُرِيْدُ حَرْثَ الدُّنْيَا نُؤْتِهٖ مِنْهَاۙ وَمَا لَهٗ فِى الْاٰخِرَةِ مِنْ نَّصِيْبٍ
"Siapa yang menghendaki balasan di akhirat, akan Kami tambahkan balasan itu baginya. Siapa yang menghendaki balasan di dunia, Kami berikan kepadanya sebagian darinya (balasan dunia), tetapi ia takkan beroleh bagian sedikit pun di akhirat." [QS. Asy-Syuraa (42):20]
Ayat ini menegaskan bahwa dengan berfokus kepada amal shalih dan menjalani kehidupan yang taat kepada Allah akan mengantarkan kepada kesuksesan yang kekal.
Orang-orang beriman hendaknya menyadari bahwa segala perbuatan akan diperhitungkan pada hari kiamat. Allah berfirman,
وَمَنْ يَّعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَّرَهٗ ࣖ فَمَنْ يَّعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَّرَهٗۚ
"Siapa yang mengerjakan kebaikan seberat zarah (seberat atom atau seberat semut kecil), ia akan melihat (balasan)-nya. Siapa yang mengerjakan kejahatan seberat zarah, ia akan melihat (balasan)-nya." [QS. Az-Zalzalah (99):7-8]
Taubat menyucikan jiwa, sehingga orang-orang beriman dapat memasuki akhirat dengan rahmat Allah. Rasulullah (ﷺ) bersabda,
إِذَا مَاتَ الإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَنْهُ عَمَلُهُ إِلاَّ مِنْ ثَلاَثَةٍ إِلاَّ مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ
"Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga (yaitu): sedekah jariyah, ilmu yang bermnfaat, atau anak shalih yang mendoakannya (bagi yang telah meninggal)." [Sahih Muslim 1631]
Hal ini menunjukkan bahwa amal-shalih yang berlanjut akan terus memberikan manfaat bagi jiwa setelah kematian. Islam menekankan pentingnya berbagi dan menolong sesama sebagai nilai-nilai inti. Ajaran-ajaran utamanya meliputi:
Membantu orang miskin dan yang membutuhkan (berderma sebagai kewajiban). Zakat, derma wajib, memastikan kekayaan dibagikan kepada yang membutuhkan. Allah berfirman,
وَاَقِيْمُوا الصَّلٰوةَ وَاٰتُوا الزَّكٰوةَ ۗ وَمَا تُقَدِّمُوْا لِاَنْفُسِكُمْ مِّنْ خَيْرٍ تَجِدُوْهُ عِنْدَ اللّٰهِ ۗ اِنَّ اللّٰهَ بِمَا تَعْمَلُوْنَ بَصِيْرٌ
"Dirikanlah salat dan tunaikanlah zakat. Segala kebaikan yang kamu kerjakan untuk dirimu akan kamu dapatkan (pahalanya) di sisi Allah. Sesungguhnya Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan." [QS. Al-Baqarah (2):110)
Mendorong kemurahan-hati dan kerjasama. Allah berfirman,
وَتَعَاوَنُوْا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوٰىۖ وَلَا تَعَاوَنُوْا عَلَى الْاِثْمِ وَالْعُدْوَانِ ۖوَاتَّقُوا اللّٰهَ ۗاِنَّ اللّٰهَ شَدِيْدُ الْعِقَابِ
"... Tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan. Bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah sangat berat siksaan-Nya." [QS. Al-Ma'idah (5):2]
Islam mengajarkan bahwa kehidupan duniawi ini bersifat sementara, dan kehidupan sejati dan kekal ada di akhirat. Persiapan untuk akhirat memerlukan hidup sesuai dengan petunjuk Allah dan berjuang untuk kebenaran. Mempersiapkan diri menghadapi akhirat meliputi ketaatan kepada Allah, memohon ampunan, beramal shalih, dan percaya pada rahmat-Nya. Ulama Sunni seperti Ibnu al-Qayyim menekankan bahwa kesadaran akan akhirat memotivasi disiplin diri, pertumbuhan rohani, dan fokus pada pahala abadi daripada kesenangan sementara. Allah berfirman,
وَابْتَغِ فِيْمَآ اٰتٰىكَ اللّٰهُ الدَّارَ الْاٰخِرَةَ وَلَا تَنْسَ نَصِيْبَكَ مِنَ الدُّنْيَا وَاَحْسِنْ كَمَآ اَحْسَنَ اللّٰهُ اِلَيْكَ وَلَا تَبْغِ الْفَسَادَ فِى الْاَرْضِ ۗاِنَّ اللّٰهَ لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِيْنَ
"Dan, carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (pahala) negeri akhirat, tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia. Berbuatbaiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi. Sesungguhnya Allah tak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan." [QS. Al-Qasas (28):77]
Rasulullah (ﷺ) bersabda,
مَنْ كَانَتِ الدُّنْيَا هَمَّهُ فَرَّقَ اللَّهُ عَلَيْهِ أَمْرَهُ وَجَعَلَ فَقْرَهُ بَيْنَ عَيْنَيْهِ وَلَمْ يَأْتِهِ مِنَ الدُّنْيَا إِلاَّ مَا كُتِبَ لَهُ وَمَنْ كَانَتِ الآخِرَةُ نِيَّتَهُ جَمَعَ اللَّهُ لَهُ أَمْرَهُ وَجَعَلَ غِنَاهُ فِي قَلْبِهِ وَأَتَتْهُ الدُّنْيَا وَهِيَ رَاغِمَةٌ
"Barangsiapa yang hanya berfokus pada dunia, maka Allah akan mengacaukan urusannya dan membuatnya takut akan kemiskinan terus-menerus, dan ia takkan beroleh apa pun dari dunia ini kecuali apa yang telah ditetapkan untuknya. Barangsiapa yang berfokus pada akhirat, maka Allah akan membereskan urusannya dan membuatnya merasa cukup dengan apa yang telah diterimanya, dan niscaya rezeki dan keuntungan dunia akan menghampirinya." [Sunan Ibn Majah, No. 4105, Hasan oleh Al-Albani]
Hadits ini mengajarkan bahwa berfokus pada akhirat akan mendatangkan kedamaian batin, kestabilan, dan kesuksesan duniawi sebagai hasil sampingannya.
Para ulama Sunni telah menguraikan tema-tema ini dalam karya-karya mereka, memberikan wawasan yang lebih mendalam tentang tujuan hidup dari perspektif Islam. Imam al-Ghazali (w. 1111 M), dalam karyanya yang ternama Ihya Ulumuddin (Kebangkitan Ilmu-ilmu Agama), menjelaskan bahwa tujuan hidup adalah untuk berjuang demi penyucian spiritual, pengetahuan tentang Allah, dan ibadah yang tulus. Ia menekankan bahwa kesempurnaan jiwa dicapai melalui ibadah dan kepatuhan terhadap ajaran-ajaran Islam.
Ibnu Taimiyyah (w. 1328 M), seorang ulama Sunni terkemuka, dalam Majmu' al-Fatawa-nya, menulis secara ekstensif tentang tujuan hidup. Ia berpendapat bahwa tujuan akhir hidup manusia adalah untuk mencapai kedekatan dengan Allah melalui ibadah, ilmu, dan memenuhi tanggungjawab seseorang. Ibnu Taimiyyah menekankan bahwa segala sesuatu dalam hidup, bahkan kesenangan duniawi yang diperbolehkan, harus menjadi sarana mendapatkan keridhaan Allah. Imam an-Nawawi (w. 1277 M), seorang ulama Syafi'i yang masyhur, dalam karyanya Riyadhus Salihin, menggarisbawahi pentingnya memurnikan niat dan melakukan amal karena Allah semata. Ia menekankan bahwa orang beriman hendaknya berusaha mencapai kesempurnaan dalam ibadah dan kebaikan terhadap makhluk, karena keduanya merupakan jalan untuk memenuhi tujuan hidup yang ilahi.
Dalam Islam, ibadah tak terbatas pada tindakan ritual, semisal shalat atau puasa. Ibadah mencakup segala aspek kehidupan, termasuk perilaku pribadi, hubungan sosial, dan bahkan kenikmatan hidup yang halal. Dengan demikian, tujuan hidup dalam Islam melibatkan kehidupan yang seimbang, dimana seseorang terlibat dalam tindakan ibadah dan tanggungjawab sosial. Memenuhi hak-hak terhadap Allah (melalui ibadah) dan sesama manusia (melalui keadilan, kebaikan, dan perbuatan baik) merupakan bagian integral dari tujuan ini.
Singkatnya, tujuan hidup dari perspektif Islam adalah: Beribadah kepada Allah dalam segala aspek kehidupan (Quran 51:56); Lulus ujian hidup melalui amal shalih dan perilaku yang baik (Quran 67:2); Mencari keridhaan Allah dan mencapai kesuksesan abadi di akhirat; Menjaga keseimbangan, memenuhi hak-hak Allah dan sesama manusia dalam semua tindakan sehari-hari (pendapat ulama). Dengan memadukan unsur-unsur tersebut, Islam mengajarkan bahwa tujuan hidup yang hakiki adalah mempersiapkan diri menghadapi kehidupan setelah mati dengan cara menjalani hidup sesuai dengan petunjuk Allah, memenuhi kewajiban kepada Sang Pencipta dan kepada ciptaan-Nya," pungkas Bhima.