Selasa, 12 April 2022

Non-Performing

"'Tuan-tuan! Kinerja sang Debitur, semakin memburuk!' kata sang Kreditur kepada para Pemegang Saham," seperti biasa, Rembulan membuka ceritanya, setelah mengucapkan Basmalah dan Salam. "'Kami telah mengikuti prosedur', lanjut sang Kreditur, 'dengan melayangkan surat kepada sang Debitur, namun tak ada tanggapan,' katanya, seraya menayangkan sebuah copy surat yang telah ia kirimkan kepada sang Debitur.
'Aku ingin tahu,' tanya seorang pemegang saham, 'bahwa seperti yang kita semua maklumi, guna tujuan statistik, pinjaman diklasifikasikan sebagai : Lancar; Dalam Perhatian Khusus; Kurang Lancar, Diragukan; dan Macet— jadi, debitur macam ini, termasuk dalam kategori apa?'
'Sebelum kami mengirimkan surat tersebut, Pinjamannya telah 'Non-Performing' atau 'Bermasalah,' masuk kolektibiltas 'Kurang Lancar', akan tetapi, kami khawatir, bakalan menjadi 'Diragukan,' jawab sang Kreditur.
Tiba-tiba, salah seorang Stakeholder, berseru, ''Itu cuma pendapatmu, kurasa, kita harus obyektif!' Pemilik Saham-mayoritas menyela, 'Kuharap, pada pertemuan ini, ketika berdebat, kita seyogyanya, menghargai setiap pendapat, sebab kita tak jauh berbeda, seperti cerita sang Serigala dan sang Anjing,
Seekor Serigala, yang kurus, lapar oleh perut-kosong, kadarullah, pada suatu malam yang bersinar terang, bertemu dengan seekor Mastiff—sejenis anjing, yang besar dan kuat—yang periang, gemuk, dan cukup makan, dan, setelah berbasa-basi dengan pujian, sang Serigala berkata, 'Engkau terlihat sangat rancak; maafkan bila mempertanyakan, kukira, aku belum pernah melihat orang yang apik nan cantik; tapi tolong, bagaimanakah engkau dapat hidup lebih baik, jauh dibanding diriku? Tanpa maksud menyombongkan-diri, aku dapat mengatakan, bahwa segala upayaku, lima puluh kali lebih banyak dibanding yang engkau lakukan; akan tetapi, aku hampir mati karena kelaparan.'
Sang Anjing menjawab, blokosuto, 'Engkau juga bisa hidup kok, jika engkau mau, asalkan menjalani, hal yang sama seperti yang kulakukan.' 'Seperti apa, misalnya,' tanya sang Serigala, 'Semisal,' kata sang Anjing, 'cukup dengan menjaga rumah semalaman; dan menjauhkannya dari maling.'
'Dengan sepenuh hati,' jawab sang Serigala; 'saat ini, waktuku sangat sempit; dan aku berniat menggantikan tempat tinggalku yang sangat berat di hutan, tempatku menahan hujan, embun-beku, dan salju, dengan atap yang hangat di atas kepalaku; dan bukanlah tawaran yang jelek-jelek amat, bila perut terisi penuh dengan makanan tokcer.'
'Benar,' kata sang Anjing, 'oleh sebab itu, tiada lagi yang dapat engkau lakukan, selain mengikutiku.' Sekarang, saat mereka berlari bersama, Sang Serigala melihat lipatan di leher sang Anjing, dan, saking keponya, ia tak tahan bertanya, mengapa! 'Guk ... guk! Bukan apa-apa,' jawab sang Anjing.
'Tidak, tapi berdoalah,' tanggap sang Serigala. 'Mengapa,' tukas sang Anjing, 'Ketahuilah sobat, aku diikat di siang hari, lantaran aku agak galak, majikanku takut, aku bakal menggigit orang, dan aku semata dilepaskan pada malam hari. Namun, ini dilakukan dengan rancangan agar membuatku tertidur seharian, lebih dari apapun, dan supaya aku dapat lebih awas pada malam hari; sebab, seketika usai sang Senja menyapa, aku terbangun, dan boleh pergi kemanapun, sekehendakku. Kemudian, majikanku membawakan semangkok tulang dengan tangannya sendiri; dan, sisa-sisa apa pun yang ditinggalkan oleh salah seorang anggota keluarga, semuanya menjadi bagianku; asal engkau tahu, diriku ini, jadi favorit keluarga. Jadi, engkau telah tahu, bagaimana aku menjalani hidupku. Ayooo ... ayolah ikut bersamaku ... ada apa denganmu?'
'Tidak,' jawab sang Serigala, 'maafkan; simpan semua kebahagiaanmu bagi dirimu-sendiri. Kemerdekaan itu, kata yang selalu mengikutiku; dan kutakkan menjadi raja atas persyaratan yang telah engkau sebutkan. Kondisi kehidupan yang paling bawah, namun disertai Keberdikarian, lebih berharga tinimbang maqam mulia apapun, tapi di bawah Kekangan.'
Pemilik Saham-mayoritas mengimbuhkan, rada-rada Satiris gitu, 'Seseorang yang mengorbankan kehormatannya demi menanggung hidup jadi Budak-belian, kendatipun dalam keadaan sanggup mencegah atau memperbaikinya, takkan keberatan, menyembelih makhluk-sesamanya, atau berbuat kejahatan apapun, yang terbujuk oleh niat-buruk tak terkendali, dari majikannya yang tiran.'
'Tapi,' sang Stakeholder, agak sengit, 'Bukankah sang Debitur telah menyatakan bahwa ia rindu di tagih? Dan bukankah masih ada jalur Restructuring, di antaranya Rescheduling dan Reconditioning?'
'Jalan Rescheduling tak mudah dipercaya,' jawab sang Kreditur, 'Kita telah memberikan dua debitur di masa lampau, yang satu Reconditioning dengan masa-laku tak terbatas, dan yang satu, Rescheduling dengan Addendum selama 32 tahun, dan itu, bukan obat mujarab. Para pemegang saham telah memutuskan, Addendum hanya boleh diberikan, paling banyak, satu kali.
Adapun sang Debitur, telah diberikan Addendum, satu kali. Hasil kunjungan on-the-spot menunjukkan, diduga, ia mengerahkan massa, agar diberikan Rescheduling, namun, mengingat begitu banyak problema yang dihadapinya, tak bisa dipungkiri, ia akan meminta Rescheduling, atau Reconditioning, atau bahkan Restructuring, dengan merubah Anggaran Dasar perusahaan, menjadi seumur hidup.'
Sang Stakeholder menggebrak meja, 'Sampeyan kuwi ... jangan asal main-tuduh, kita seharusnya obyektif!'
Dan lagi, Pemilik Saham-mayoritas menyela, 'Kuharap, pada pertemuan ini, ketika berdebat, kita seyogyanya, menghargai setiap pendapat, sebab Keadilan menuntut Sidang-pengadilan yang adil. Janganlah seperti yang ada dalam cerita berikut ini,
Sang Anjing menggugat sang Domba agar segera membayar hutang, dimana Burung Layang-layang dan sang Serigala, bertindak sebagai hakimnya. Mereka, tanpa memperdebatkan lama tentang perkara dimaksud, atau meragukannya karena kurang alat-bukti, segera menjatuhkan Putusan yang berpihak pada Penggugat, yang seketika mencabik-cabik sang Domba yang malang, dan berbagi jarahan, dengan hakim yang zhalim. Maklum, hukum Rimba!'
Pemilik saham mayoritas menambahkan, agak Satiris gitu, 'Dari banyak kejahatan yang memundurkan kesejahteraan masyarakat, tiada yang menimbulkan perasaan yang sangat menyakitkan dan amarah dalam benak orang yang tulus, selain melihat kursi penghakiman Kasih-sayang dan Keadilan, terisi oleh hakim yang zhalim, korup, dan jahat, yang telah, selangkah demi selangkah, mengeras dalam kekejian yang mencengangkan, dan merupakan alat dan pendukung tirani dan kekuasaan yang sewenang-wenang, yang telah dipersiapkan sepenuhnya. Penipuan dan penindasan mengikuti jalannya: aturan yang benar pemerintahan yang adil, dilenyapkan, atau diganti: Kebenaran dianggap memuakkan; kejujuran dicemooh, dan para pendukungnya, dikriminalisasi. Dalam keadaan ini, kejahatan mendominasi, dan para pelakunya yang rakus, memberikan ruang penuh demi melakukan segala jenis penindasan dan ketidakadilan, agar dapat memuaskan nafsu jahat mereka. Kemudian, umat manusia dibuat merasakan kejahatan kekuasaan berada di tangan spesies meraka yang paling buruk, yang, tanpa ragu-ragu, merampok harta benda mereka, dan membagi-bagi rampasan. Jika tiada Idealisme yang cukup, yang bergairah dan bajik, agar menyelamatkan negara dari taring mereka, maka despotisme dan degradasi, makin mendekat.'

'Oleh karena itu,' Pemilik saham mayoritas meminta kepada sang Kreditur, 'Sampaikan kepada kami, tentang riwayat pinjaman sang Debitur.'
'Pada awalnya,' kata sang Kreditur, 'Hasil analisis Five C : Character, Capacity, Capital, Collateral dan Conditions, menunjukkan bahwa semuanya menjanjikan, meskipun ada keanehan saat data-data sang Debitur, diserahkan pada tengah-malam. Namun belakangan, agen Appraisal memberikan rekomendasi yang sangat mencengangkan, walaupun ketika itu, kami menemukan ada dua sinyal merah dari analisis, Character dan Capacity, tetapi itu bukan tanggung jawab kami, bisa berubah sewaktu-waktu, tak dapat dikendalikan.
Setelah Pinjaman dikucurkan, apa yang di atas kertas, semata di atas kertas, Kapten Cook beraksi, Peter Pan dipenjarakan, dan Peri Gigi, tak mampu menolong. Dari segi Finansial, modal kerja perusahaan, dipergunakan membiayai investasi jangka panjang. Aset-aset yang telah dibeli, mangkrak dan dijual murah, tak dapat menutupi pembayaran pokok dan bunga. Corporate-branding tak dipakai, yang ada cuma Self-branding. Budaya-kerja Perusahaan dipenuhi oleh Perkoncoan, dan juga, 'One Man show.' Kaidah-kaidah yang ada, tak diterapkan sesuai, atau bahkan diubah-ubah, dan lebih mengutamakan penilaian pribadi. Kebijakan perusahaan lebih banyak menguntungkan Afiliasi-nya, atau lebih tepatnya, Holding Company-nya. Para pengurus perusahaan, memang betul orang pilihan, tapi dipilih sesuka-hati, bukan mereka yang teruji. Di bawah manajemen seperti ini, kami meragukan, perusahaan dapat berjalan dengan baik.
'Jadi,' kata pemegang saham, 'apa rekomendasinya?'
'Pertama,' jawab sang Kreditur, 'takkan ada Rescheduling, Reconditioning, apalagi Restructuring. Kedua, Kolektibilitas Debitur akan diturunkan dari 'Kurang Lancar' menjadi 'Diragukan'. Ketiga, ini opsional. Para Direksi dan Komisaris, terutama Dirut, harus diganti oleh orang yang berkompeten dan punya niat yang tulus.'
'Tunggu ... tunggu dulu,' kata sang Stakeholder, 'Hal ini masih bisa kita bicarakan di luar ruangan, dengan situasi yang sangat menyenangkan, bukankah begitu Kreditur?'
'Dengar sobat,' jawab sang Kreditur, 'Aku tak ingin berakhir seperti Anjing dalam cerita ini,
Seekor Anjing telah belajar membawakan makan malam majikannya, setiap hari. Ia sangat setia pada tugasnya, meskipun aroma barang-barang bagus dalam keranjang, menggodanya.
Para Anjing di lingkungan sekitar, memperhatikannya membawa keranjang dan segera menemukan apa yang ada di dalamnya. Mereka, beberapa kali, berupaya merebutnya. Namun, sang Anjing selalu menjaganya dengan tabah.
Lantas, suatu hari, para Anjing di lingkungan tersebut, berkumpul dan bertemu dengannya, dalam perjalanan mengangkut keranjang. Sang Anjing berusaha menghindar diri dari mereka. Namun akhirnya, ia berhenti untuk berdebat. Dan inilah keteledorannya.
Para Anjing mempermainkannya, hingga ia menjatuhkan keranjang dan mencengkeram sepotong daging panggang besar, yang dimaksudkan bagi makan malam majikannya.
'Biarlah,' katanya, 'Kalian menggondol sisanya.'
'Baiklah,' kata Pemegang saham, 'kita lanjutkan dengan voting, siapa yang setuju dengan rekomendasi tersebut?'
Dari sudut sana terdengar, 'Kami setuju!' di pojok sini, 'Akur!' di ujung lain, 'Okke deh! ... 'Cakep!' ... 'Gua ikutan!' ... 'Bergabung!' ... 'Sepakat!' ... 'Boleh dong!' ... 'Jempol dua!' ... dan akhirnya, Pemilik saham mayoritas, menyudahi dengan, 'Subscribe!' maka, Rapat Umum Pemegang Saham, telah memutuskan dengan suara bulat.
Saatnya keluar ruangan, sementara sang Stakeholder berkata, 'Mohon ... jangan lakukan ini padaku. Segalanya bisa diatur!' Tak menghiraukan, para pemegang saham berdiri, lalu melangkah keluar ruangan, seraya berdendang,
Be yourself
[Jadilah diri-sendiri]
Give your free will a chance
[Beri kesempatan pada kehendak-bebasmu]
You've got to want to succeed
[Engkau hendaknya ingin berhasil]

Owner of a lonely heart!
[Pemilik hati yang hampa!]
Owner of a lonely heart
[Pemilik hati yang hampa -]
Much better than-a
[Jauh lebih baik daripada -]
Owner of a broken heart *)
[Pemilik hati yang patah]
Saatnya berangkat, Rembulan pun berkata, "Duhai engkau .... kita tak hidup di Negeri Utopia, melainkan di negeri yang masih banyak berkeliaran Boneka Anomali hasil pahatan Geppetto, dimana para Rubah dan Kucing-Liar, mengumbar janji, akan menggandakan koin-koin emas milik Pinokio. Allah melarang Riba, dan menghalalkan jual-beli, bukan lantaran Riba itu menyenangkan, melainkan masuk kategori, KEZHALIMAN. Wallahu a'lam."
Kutipan & Rujukan:
- J.B. Rundell, Aesop's Fables, Cassell, Petter and Galpin
- Thomas Bewick, Bewick's Select Fables, Bickers & Sons
- Samuel Croxall, D.D., Fables of Aesop and Others, Simon Probasco
*) "Owner of the Lonely Heart" karya Chris Squire, Jon Anderson, Trevor Horn & Trevor Rabin