Selasa, 05 April 2022

Tentang Perang dan Malapetaka

"'Duhai Prajurit, mengapa Allah mentakdirkan Perang dan Malapetaka?' tanyaku pada seorang Prajurit yang sedang bersandar di sebongkah batu-besar," Rembulan memulai ceritanya, setelah mengucapkan Basmalah dan menyapa dengan Salam. Lalu ia berkata, "Setelah kuperhatikan dengan seksama, ternyata, salah satu kakinya, menginjak pelatuk ranjau. Namun, tiada sedikitpun rasa gentar di matanya, walau kutahu, nyawanya telah berada di puncak kepalanya. Senapannya, diletakkan di dadanya, terkokang, siap menembak." Ia tersenyum, "Segala kesempurnaan itu, karena Allah," katanya, "Allah Maha Bijaksana, dan hikmah yang menyiratkan, menempatkan segala sesuatu, pada kedudukannya yang benar; ada banyak hikmah di balik segala sesuatu yang telah Allah ciptakan dan undangkan, yang boleh, atau tak-boleh dilakukan oleh hamba-hamba-Nya. Para Ulamalah, yang memiliki pemahaman yang mendalam dan ilmu yang kokoh, yang mampu memahami hikmah-hikmah ini. Allah tak menciptakan sesuatu, dengan sia-sia atau tanpa tujuan.

Allah menyebutkan dalam Kitab-Nya, berbagai hikmah di balik aturan dan undang-undang-Nya. Dia berfirman tentang Zakat, bahwa zakat menghapus dosa, mengangkat derajat manusia, dan mensucikan diri manusia. Mengenai puasa, Dia berfirman, '...agar kamu bertakwa.' Allah menjelaskan hikmah di balik Jihad, agar hukum Islam diterapkan di seluruh muka-bumi, dan bahwa semua orang, mematuhinya.

Dan mengapa Allah menciptakan Hidup dan Mati? Dia berfirman, '... untuk mengujimu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya.' Mengapa harta rampasan perang yang ditinggalkan oleh orang-orang kafir, yang diperoleh para pejuang Muslim tanpa perlawanan, tak dibagikan kepada para pejuang tersebut, melainkan dibelanjakan dengan cara-cara tertentu? Alasan dan hikmahnya, bahwa harta takkan semata tetap berada di tangan satu golongan, melainkan didistribusikan ke seluruh lapisan masyarakat.

Allah berfirman bahwa segala sesuatu yang telah Dia tetapkan, tercatat di Lauhulmahfuz, lima puluh ribu tahun sebelum penciptaan Langit dan Bumi, dan bahwa tiada malapetaka kecuali telah tercatat di dalamnya, akan tetapi, mengapa Allah menyampaikan kepada kita, tentang hal ini? Sebab, ketika seseorang tertimpa malapetaka, dapat menyebabkan, ia kehilangan sebagian hartanya, kehilangan anak-anaknya, atau hal-hal lain semacamnya; Namun, hendaknya selalu diingat, bahwa segala sesuatunya, telah dicatat dan tertulis, sehingga kala seseorang, misalnya, tiba-tiba beroleh sejumlah besar uang, ia tak boleh jemawa dan menemberang.

Ketika para Sahabat meninggalkan Mekah dalam keadaan Ihram, Allah membuat beberapa satwa muncul di hadapan mereka, sehingga mereka dapat membunuhnya, tanpa perlu menembakkan anak-panah atau tombak; apalagi orang Arab suka berburu; Allah menetapkan bahwa hewan yang sangat dekat dengan para Muslim ini, yang merupakan sesuatu yang sangat aneh, namun mengapa hal ini terjadi tatkala seseorang dalam keadaan Ihram, dilarang berburu? Jawabannya, agar dapat mengetahui, orang-orang yang mematuhi perintah-Nya, menahan diri dari berburu selama Ihram. Ujian inilah yang akan mengangkat derajat orang-orang yang tetap istiqamah dan menambah pahalanya.

Mengapa Allah menetapkan bahwa orang tak sama kayanya, atau miskinnya? Jika demikian halnya, maka takkan ada Presiden yang punya supir atau pekerja, yang bekerja untuknya, juga takkan ada pekerja yang membangun, membersihkan, memproduksi, dan sebagainya; inilah hikmah yang agung, yang tanpanya, kehidupan takkan berfungsi dengan baik. Allah berfirman, 'Merekakah yang membagi-bagi rahmat Rabb-mu? Kamilah yang menentukan penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan Kami telah meninggikan sebagian mereka atas sebagian yang lain beberapa derajat, agar sebagian mereka dapat memanfaatkan sebagian yang lain.'
Ini tentang kehidupan di Dunia ini, sedangkan tentang Akhirat, Allah berfirman, 'Dan rahmat Rabb-mu, lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan.'

Apa manfaat menyebutkan semua contoh yang berbeda ini? Hal ini demi menunjukkan bahwa ada hikmah di balik segala sesuatu yang Allah ciptakan, dan segala yang Dia lakukan … tiada yang Allah lakukan atau tetapkan, yang benar-benar jelek … entah seberapa buruk penampakannya, pasti ada kebaikan di dalamnya … malah kejelekan itu, ada pada apa yang Allah ciptakan.

Ada hikmah di balik segala sesuatu yang tampak jahat; ular, kalajengking, kemiskinan, penyakit, kelaparan, gempa-bumi, gunung-berapi, dan bahkan adanya kekafiran di muka bumi; ketika orang saling-membunuh, itu terjadi karena suatu alasan. Ada hikmah di balik segalanya, bahkan penciptaan setan, yang hanya bisa dipahami oleh orang yang berilmu.

Menciptakan Persilangan atau Pertentangannya, membuktikan lengkap dan sempurnanya, Kekuasaan Allah, misalnya, penciptaan gelap dan terang, siang dan malam, setan yang merupakan lambang dari segala kejahatan, dan Jibril yang merupakan simbol dari segala kebaikan. Dalam hal ini, pasti selalu ada sesuatu yang berkaitan dengan mengungkapkan beberapa Nama Allah, seperti Yang Maha Tinggi, Yang sangat keras siksa-Nya, Yang Memiliki Pembalasan, dan sebagainya; nama-nama Allah ini, seyogyanya dipraktekkan, dan jika manusia seperti malaikat, maka efek dari nama-nama ini, takkan pernah terlihat. Selain itu, setan menyebabkan manusia berbuat dosa, kemudian manusia bertobat, dan dengan demikian, Nama-nama Allah seperti Yang Maha Penyayang, Yang Maha Pengampun, dan sebagainya, jadi nyata. Bila setan tak diciptakan dan berbisik kepada manusia, membujuknya agar berbuat dosa, maka pengaruh nama-nama Allah seperti itu, takkan pernah jelas.

Inilah bagaimana bhakti seorang hamba, dapat ditegakkan; jika bukan karena Allah menciptakan setan—yang membujuk manusia agar tak beriman dan berbuat jahat—takkan ada Jihad; dan jika tak ada Jihad, takkan ada yang Syahid. Dengan demikian, derajat dan status manusia berbeda, oleh penciptaan setan, dan lantaran ia dicipta, sekelompok orang akan masuk Neraka—sebab mereka menaatinya—dan yang lain, akan masuk Surga—karena mereka tak menaatinya; jika bukan oleh Setan, takkan ada yang mendorong manusia yang berbuat kejahatan. Dengan demikian, segala sesuatu yang Allah ciptakan, ada hikmah agung di baliknya.

Demikian pula, dalam mentakdirkan bencana dan penderitaan, ada setumpuk hikmah di baliknya. Manakala ada orang dirundung rasa-sakit dan kecemasan, mereka mulai bertanya, 'Apa yang telah kulakukan sehingga tertimpa oleh semua ini? Ada apa dengan segala rasa-sakit ini? Mengapa Allah membuatku menderita? Mengapa Allah membuatku menjalani semua ini?

Rasa sakit dan malapetaka ini, Ujian. Penderitaan dan bencana mengkondisikan manusia dan memperkuat imannya; bukti inilah, kelemahan umat manusia, dan jika manusia tak menderita penyakit apapun—yang mencegah mereka berbuat dosa—maka mereka akan menjadi lebih berdosa dan jahat; manusia mengalami sakit dan melanggar sebanyak yang mereka lakukan, maka, bakal seberapa burukkah keadaannya, tatkala mereka tak pernah sakit dan tubuh mereka selalu kuat?

Bencana dan kesulitan menghapus dosa; seorang hamba tak diselamatkan dari api neraka karena perbuatan baiknya, melainkan karena bencana yang menimpanya—dengan rahmat Allah; Tiada yang menimpa seorang Muslim, bahkan sekecil tusukan duri, melainkan bahwa Allah akan menuliskan baginya pahala, atau menghapus salah satu dosanya, atau mengangkat derajatnya di Surga—dan kesulitan terus menimpa seorang Muslim, sampai ia bertemu dengan Allah, tanpa ada dosa dalam catatan amalnya.

Orang yang sehat, menyadari nikmat Allah atas mereka, ketika mereka melihat orang sakit, dan demikian pula, orang sakit menyadari nikmat yang Allah berikan kepada mereka, dikala mereka dulu sehat, yang menyebabkan mereka mendekatkan diri kepada Allah dan memohon kepada-Nya. Saat seseorang sakit, ia merendahkan dirinya kepada Allah.

Lebih lanjut, bencana terjadi agar umat Islam saling-membantu, atau mengapa bencana menimpa manusia? Mengapa Allah menetapkan bencana menimpa umat Islam?

Nabi kita tercinta (ﷺ), bersabda, 'Perumpamaan orang-orang beriman dalam hal cinta, kasih-sayang, dan saling-menyayangi itu, satu tubuh; ketika salah satu anggota tubuhnya sakit, seluruh tubuh, ikut merasakan penderitaan, sulit tidur, dan demam yang timbul darinya.' Banyak bencana telah menimpa umat Islam, dan banyak lagi yang diperkirakan akan lebih buruk daripada yang telah ada, dan orang-orang bertanya, 'Mengapa? Mengapa orang-orang kafir mengalahkan umat Islam? Mengapa kaum Muslim selalu menjadi sasaran pemboman, pembunuhan, perampasan dan penjarahan sumber-daya mereka?' Jika kita, umat Islam, tak punya keyakinan yang kokoh, maka kita akan putus asa dan cuma terus bertanya mengapa, tetapi mereka yang berwawasan, tahu bahwa Allah tak melakukan atau menetapkan apapun, selain bahwa ada hikmah di baliknya.

Umat Islam telah diterpa banyak bencana yang mengakibatkan mereka kembali kepada Allah; di zaman sekarang, manusia banyak yang lalai; memanjakan diri dalam kesenangan duniawi; menikmati kesenangan yang dibolehkan, namun dengan lebih banyak kesenangan yang tak diperbolehkan; jadi apa cara agar mereka kembali ke jalan yang lurus? Salah satunya, bencana yang Allah tetapkan menimpa mereka, malapetaka ini, membuat manusia merendahkan-diri di hadapan Allah dan menengadahkan-tangan mereka, berdoa kepada-Nya. Oleh karena itu, kita hendaknya berpandangan jauh ke depan; kita seyogyanya, melihat segala sesuatu, dengan wawasan dan imandan dengan panduan Al-Qur'an.'

Dan agar menghilangkan kebosanannya, pahlawan kita ini, dengan lembut bersenandung,
In Europe and America, there's a growing feeling of hysteria
[Di Eropa dan Amerika, berkembang rasa histeria]
Conditioned to respond to all the threats
[Dikondisikan agar menjawab segala ancaman]
In the rhetorical speeches of the Soviets
[Dalam pidato retoris Soviet]
Mister Krushchev said, "We will bury you"
[Pak Krushchev bilang, "Kami 'kan menguburmu"]
I don't subscribe to this point of view
[Kutak sepakat pada sudut pandang ini]
It'd be such an ignorant thing to do
[Sebab itu sesuatu yang konyol bila dilakukan]
If the Russians love their children too
[Jika orang Rusia mencintai anak-anak mereka juga] 
How can I save my little boy from Oppenheimer's deadly toy?
[Bagaimana kubisa selamatkan bocah-kecilku, dari Boneka Maut—Bapak Bom Atom—Oppenheimer?
There is no monopoly on common sense
[Tiada monopoli pada akal-sehat]
On either side of the political fence
[Di kedua-sisi pagar politik]
We share the same biology, regardless of ideology
[Kita berbagi biologi yang sama, terlepas dari ideologi]
Believe me when I say to you,
[Percayalah saat aku berkata padamu]
"I hope, the Russians love their children too"
["Kuberharap, orang Rusia mencintai anak-anak mereka juga."]
There is no historical precedent
[Bukanlah preseden sejarah]
To put the words in the mouth of the President
[Menganjurkan ucapan sang Presiden]
There's no such thing as a winnable war
[Tiada yang namanya perang yang dapat dimenangkan]
It's a lie, we don't believe anymore
[Itu dusta, kita tak percayai lagi]
Mister Reagan says, "We will protect you"
[Pak Reagan bilang, "Kami 'kan melindungimu"]
I don't subscribe to this point of view
[Kutak sepakat pada sudut pandang ini]
Believe me when I say to you,
[Percayalah saat aku berkata padamu]
"I hope the Russians love their children too
["Kuberharap, orang Rusia mencintai anak-anak mereka juga"] 
We share the same biology, regardless of ideology
[Kita berbagi biologi yang sama, terlepas dari ideologi]
But what might save us, me and you
[Tapi apa yang sangat mungkin menyelamatkan kita, aku dan engkau]
Is if the Russians, love their children too *)
[Ialah jika, orang Rusia, mencintai anak-anak mereka juga]
Tiba-tiba, bunyi kokangan senapan, terdengar berkali-kali, musuh telah mengitarinya, sang Prajurit berkata, 'Sudah saatnya!' kemudian, iapun mengangkat kakinya, dan ... eh tunggu! bagaimana bunyinya, dan takdir Pahlawan kita selanjutnya, kuserahkan pada imajinasimu, biar lebih seru!"

Sebelum berangkat, sang Purnama berkata, “Bulan yang paling baik berpuasa, setelah puasa wajib Ramadhan, ialah puasa di bulan suci Muharram. Disarankan berpuasa pada hari-hari di bulan ini, pahalanya berlipat ganda dan melindungi seseorang dari Neraka, maka, TUNJUKKANLAH KEBAIKAN KEPADA ALLAH, DARI DALAM DIRIMU. Happy Ramadan Mubarak guys! Wallahu a'lam.”
Citations & Reference:
- Muhammad Salih Al-Munajjid, Why Allah (SWT) Decrees Wars and Catastrophes, IslamHouse.
*) "Russians" karya Sting Gordon Sumner & Serge Prokofieff