Kutipan & Rujukan:"'Si Rambut Palsu, ikutan berakting!' kata seorang Pengelana pada Pengelana lain, kala mereka bersama dalam sebuah perjalanan, dengan humor yang sangat berbeda." Rembulan mulai bertutur, usai seperti biasa, ucapkan Basmalah dan Salam. Ia melanjutlkan, "Yang satu berkomentar, 'Ya, ia mengadakan rapat dengan para pemuda begundal itu!' Pengelana pertama berkata, 'Dengerin ...Seorang Ksatria, yang mengenakan Rambut-palsu agar menutupi kebotakannya, suatu hari, sedang berburu. Embusan angin seketika menerbangkan rambut-palsunya, dan menunjukkan k'pala botaknya. Para koleganya, semua terbahak-bahak melihat sosok aneh tampilannya, namun sang lelaki tua, jauh dari keterkejutan, lebih tergelak dibanding mereka. 'Mengapa heran?,' katanya, 'Tak bolehkah rambut orang lain menempel di kepalaku, saat rambutku sendiri, tak mau tinggal di sana?' Salah seorang koleganya berkata, 'Yaaa ... yaaa ... 'kan menyenangkan bila bisa menertawakan diri-sendiri!''Selain ceritamu,' kata yang satu, 'Aku punya cerita lain,Seekor ular berbisa, memasuki toko Pandai-besi, dan melihat ke atas dan ke bawah guna mencari sesuatu yang dapat ditelan. Ia akhirnya menemukan sebuah Kikir, dan mulai menggerogotinya dengan rakus. "Gigitlah," kata sang Kikir dengan kasar, 'Engkau bakalan mendapatkan cuma sedikit dariku. Mengambil semuanya dan tak memberi kepada siapapun, itulah kerjaanku. Orang-orang yang ketakutan itu, yang sangat senang dengan rencana muslihatnya, takkan merasa dan memahami, bahwa mereka hanya memperdayai diri mereka sendiri.'Kemudian, yang satu, berkata dengan putus-asa, dengan ribuan keprihatinan dan kesusahan di kepalanya, sesekali berseru, 'Apapun 'kan kulakukan agar dapat hidup!' Yang lain berlari dengan riang, bertekad menjaga hati yang baik, melakukan yang terbaik, dan menyerahkan segala masalah kepada Takdir. 'Bagaimana bisa engkau bergembira?' kata kawan yang bersedih. 'Sebagai pendosa, aku bersiap patah-hati, karena aku takut jika menginginkan roti.'Dan tak lama kemudian, ia berkata, 'Alangkah mengerikannya jika aku jadi buta!' dan ia melangkah ke depan dengan mata tertutup, mencoba indera penglihatannya andai hal tersebut sungguh menimpanya.Rekan seperjalanannya, yang mengejarnya, memungut sekantong emas yang, sang kawan dengan mata terpejam, tak menyadarinya; dan dengan demikian, ia terkena bala, sebab bisa jadi, dompet itu miliknya, bila saja, ia tak terlebih dahulu, mengeluarkannya dari kekuasaannya, guna melihatnya.''Sohibku,' kata pengelana yang memegang kantong, 'tersenyumlah, cos kantong ini milikku dan milikmu.' Yang sedih, lalu tersenyum.Setelah itu, keduanya melanjutkan perjalanan, sambil bernyanyi,While my heart is a shield[Sedangkan hatiku, sebuah perisai]and I won't let it down[Dan kutak mau mengecewakannya]While I am so afraid to fail[Bila aku sangat takut gagal]so I won't even try[hingga bahkan kutak mau mencoba]Well, how can I say[Yah, bagaima bisa kukatakan]I'm alive?[Aku hidup?]If my life is for rent[Bila hidupku, dipersewakan]and I don't learn to buy[Maka kutak belajar membeli]Well, I deserve nothing more than I get[Yah, kutak pantas apapun selain yang kuperoleh]'Cause nothing I have is truly mine *)[Lantaran tiada yang kumiliki, benar-benar milikku]Rembulan menutup dengan, "Wallahu a'lam."
- J.B. Rundell, Aesop's Fables, Cassell, Petter and Galpin
*) "Life for Rent" karya Florian Cloud de Bounevialle O'Malley Armstrong & Rowland Constantine O'Malley Armstrong