Kutipan & Rujukan:"Pada sebuah Kompetisi Unggas, aku terpikat pada seekor Burung Kicau, yang jenisnya, tak kukenali,' Sang Purnama memposting, usai mengucapkan Basmalah dan Salam. "Saat ia tampil di panggung, ia memulai dengan bernyanyi,I was five and he was six[Kala usiaku lima dan ia, enam]We rode on horses made of sticks[Kami menunggangi kuda, terbuat dari tongkat]He wore black and I wore white[Ia pakai hitam dan kupakai putih]He would always win the fight[Ia bakal s'lalu unggul berlaga]Bang bang[Beng beng]He shot me down, bang bang[Ia menembakku jatuh, beng beng]I hit the ground, bang bang[Kutersungkur, beng beng]That awful sound, bang bang[Suara dahsyat itu, beng beng]My baby shot me down[Yayangku, t'lah menembakku jatuh]'Apa yang terjadi beberapa hari yang lalu,' katanya, 'Lantaran Yustisia diarahkan ke sana, dan mengabaikan yang di sini, atau lebih tepatnya, berpihak ke sana, dan meremehkan yang di sini. Engkau juga tahu, bahwa mereka yang di sana, takkan pernah dipersalahkan, sebab andai kesalahan dibebankan kepada mereka, takkan ada yang mau ikutan, bila mereka ngajak-ngajak. Dan ini ekuivalen dengan, apa yang mereka sebut 'Data Boyas,' yang rupanya, semata c'lotehan seg'lintir orang, bukan orasi banyak orang.Seseorang 'kan percaya, bahwa para Insan itu, suka merenung, namun nyatanya, mereka terlalu banyak ocehan dan hampir tak pernah menjangkau kelogisan. Mereka sangat jarang menjadi bagian dari titik-kata-nya sendiri. Insan mengulang dari mulut ke mulut, atau ujung-jempolnya mengetikkan, apa yang dikatakan Insan lain, dan sangat sering, mengekor. Ingatan kudrati dibangkitkan menjadi Kecendekiaan: Penghakiman orang lain, kita masukkan sebagai milik kita. Satu orang menghakimi Sesuatu, dan ribuan Penuntut, mengadopsi Pendapat ini, menjadi Hukum Berdaulat, dan aliran-deras para Penukas ini, telah menggelembung begitu besarnya hingga menyapu segala yang ada sebelumnya.Namun hal ini, memasrahkan diri manusia sendiri, Ras yang lemah, sebagaimana adanya, kepada Mayoritas. Tetapi di sini, Kewibawaan sejati sama sekali tak terbentuk. Agar menjamin Kebenaran, marilah kita menunjuk Otak, dan bukan Hidung. Mengapa?Entah, hanya dengan sebuah 'tangkapan-layar,' Raven dan mereka yang rela menopangnya—aku tak mengatakan Pendukung, sebab kutahu, ia tak pernah mengerahkan massa—terbingkai sebagai Biang-kerok. Akan tetapi, aku takkan hirau pada omongan sang Gagak, sebab terbukti fiktif.Pembingkaian semacam ini, bagi Raven, semata ujian, sebagaimana yang dialaminya selama ini. Perhatikan percakapan berikut,Pernah terjadi bahwa setongkol Jagung, yang berada di bawah pecutan keras cambuk Perontok, mengungkapkan perlakuan-buruk yang tak dapat dipertanggungjawabkan, 'Bagaimana aku pantas menerima penganiayaan berat ini? Tidakkah aku tampil di hadapanmu, dalam selimut biasa yang telah diberikan Alam padaku; dan meskipun umat manusia dengan bebas mengakuiku sebagai anugerah teragungnya, engkau memperlakukanku, seolah-olah, akulah kutukan mereka.''Alangkah bodohnya engkau!' jawab sang Perontok, kala mendengar desahan tersebut; 'Ketahuilah bahwa dengan perlakuan ini, nilai-nilai dan berkah kekuatanmu, meningkat tanpa-batas, dan dengan demikian, engkau terlepaskan dan terbebaskan dari kotoran yang tak berguna, dan dibuat lebih bersih.'Maka, bila Raven telah melewatinya, ia bakal menjadi seorang Pemimpin yang teruji, dan kelak ia pantas berkata, mengutip lirik Sia Furler, 'I'm so powerful, I don't need batteries to play!'Diam sejenak, lalu sang Burung Kicau, bernyanyi,Seasons came and changed the time[Musim tiba dan mengubah waktu]When I grew up, I called him 'mine'[Saat 'ku dewasa, kusebut ia, 'milikku']He would always laugh and say[Ia 'kan s'lalu berkata]'Remember when we used to play?'['Ingat saat kita pernah memainkan?']Bang bang,[Beng beng]I shot you down, bang bang[Kutembak engkau jatuh, beng beng]You hit the ground, bang bang[Engkau tersungkur, beng beng]That awful sound, bang bang[Suara dahsyat itu, beng beng]I used to shoot you down[Kupernah menembakmu jatuh]Apa yang hendak kuutarakan, bahwa dalam Hidup ini—sebagaimana engkau sekalian pahami—kita perlu menyadari, apa yang penting dan apa yang tidak. Aku lebih suka melukiskannya, bagai barisan-kata berikut ini,Primrose selalu sedap dipandang, dibanding Tetesan-salju indah berkembang;Merekalah kebanggaan musim semi, diterpa oleh sayap nyaman angin-barat Zephyr;Masing-masing menganggap dirinya, Puspita terbaik, yang bermandikan kilauan;Dan bersaing demi kecantikan, mencari pujian, di bawah binar sinar Mentari.Akhirnya, Tetesan-salju, dipenuhi amarah, mengumbar api-cemburu.'Engkau, Primrose! tak di anugerahi sepertiku, mampu meneduhkan setiap mata yang menatap;'Kecantikan superior, bila kukatakan, namun engkau dilahirkan, menemui kehinaan;'Semburat kuning yang menghiasi udara, tiada lain asuhan belaka!'Perhatikanlah kepolosan dan manfaatku, ketahuilah bahwa aku muncul dari bumi nirmala;'Sementara engkau, muncul dari cendawan kesat—fakta yang ditunjukkan oleh corak kucammu;'Kembang remeh tak berharga, dan pudar, lelucon bagi setiap angin lantam,'Akulah tema penyair muda, tentangku, para penyair suka bermimpi;‘Dalam syair yang agung, ia melantunkan pujianku, dan melukisku di tempat-tempat pilihannya;Namun engkau, kuntum asuhan awal, tak pernah terlihat bersemi di sana!Primrose mendengar dengan telinga rendah-hatinya, dan 'Sekar,' katanya, 'engkau muncul sangat dekat,'Kumasih menghargai pujian yang setara, namun tak dilahirkan demi hinaan?'Ketahuilah bahwa kita berdua, walau kini mempesona, 'kan segera pudar dan sirna;'Dan bila demi urusan keindahan, engkau bersaing, lalu, mau apa? Lantaran malam berikutnya, engkau bakal layu.'Mawar itu, indah dipandang, juga Cowslip, yang menyumbar kencana, demikian pula Tulip dan Lily,'Semua mengeluarkan keharumannya ke awang-awang, namun seketika kecantikannya, memudar,'Lalu Tetesan-salju, apa yang diandalkannya?'Celia, bijaklah, jangan pongah, jangan pula wajahmu yang tak tertandingi, jadi sia-sia!Kecantikan itu singkat, dan segera, engkau 'kan temukan, pusat teragung dalam benak.Biarkan Kebajikan jadi pemandu Kedaulatanmu, jadikan ia temanmu, kebanggaanmu, dan kesombonganmu,Maka amal terbaik 'kan tertuai, dan segala keindahan, memancar dalam diri.Diam sesaat, setelah itu, sang Burung Kicau bernyanyi,Music played and people sang[Musik dimainkan dan khalayak bernyanyi]Just for me the church bells rang[Cuma bagiku, lonceng gereja berbunyi]Now he's gone, I don't know why[Sekarang ia t'lah pergi, kutak tahu mengapa]And 'til this day, sometimes I cry[Dan sampai hari ini, terkadang kumeratap]He didn't even say goodbye[Ia bahkan tak mengucapkan selamat tinggal]He didn't take the time to lie[Ia tak luangkan waktu berdusta]Bang bang,[Beng beng]I shot you down, bang bang[Kutembak engkau jatuh, beng beng]You hit the ground, bang bang[Engkau tersungkur, beng beng]That awful sound, bang bang[Suara dahsyat itu, beng beng]My baby shot me down *)[Yayangku, t'lah menembakku jatuh]Dan akhirnya, dengarkan ini,Tityrus—nama seorang gembala, dalam Eclogue pertama Virgil. Kata ini (mewakili 'satir' dalam Doric) digunakan pula untuk monster fiktif yang dibiakkan antara domba dan kambing—sedang merenung sendirian di Lembah yang berbatasan dengan banyak Bebatuan. Ia harus memutuskan sebuah Pertanyaan penting, yang sepantasnya dilakukan tanpa Umpatan, Oare-nya yang sekarang. 'Astaga,' pekiknya, 'ajarkan dan sampaikan padaku, siapa yang terbaik dalam bernyanyi, Silvander—anggur yang terbuat dari semacam buah anggur—atau Atys—siput laut berukuran sangat kecil hingga sedang, genus gastropoda dalam famili Haminoeidae. Juga akronim dari 'AnyThing You Say,' sering membawa konotasi sarkasme.Sang Gema mendekat dan mendekat, mengulangi ratusan kali, 'Atys.''Atys-kah penyanyi terbaik?' kata sang Gembala yang terkejut.'Yang terbaik, yang terbaik, yang terbaik,' kata sang Gema. 'Cukup,' kata Tityrus, 'ini menghadirkan Kontroversi.'Ia kemudian pulang ke Gubuknya. 'Sekarang,' katanya, 'dapatkah aku memberikan Penilaian tertentu antara dua Saingan kita ... hmmm ... Atys bernyanyi lebih baik dibanding Silvander,' dan ini disepakati dengan suara bulat oleh warga sekitar Lembah.'"Sang Purnama pamit seraya berkata, "Jika Yusitisia menolak, maka Takdirpun bertindak. Wallahu a'lam."
- J.B. Rundell, Aesop's Fables, Cassell, Petter and Galpin
- Sieur De La Motte, One Hundred New Court Fables, Peter-Nofter-Row
*) "Bang Bang (My Beby Shot Me Down)" karya Sonny Bono