Senin, 19 September 2022

Hanoman Obhong : Big Data

"Sebelum fajar, Hanoman, yang telah berubah wujud jadi monyet kecil, melompat ringan dari atap ke atap, dan laksana halusinasi keperakan di hadapannya, ia menyaksikan siluet istana Rahwana, menantang segara yang sedang tidur. Seolah irisan dunia supranatural lain, terjatuh ke dalamnya. Menara dan kubah gemerlap, menjulang ke angkasa, seakan hendak meraih bintang-bintang. Di dalam istana besar itu, Hanoman merasakan sensasi kejahatan yang tak terbendung, rasa-dahaga akan kekuasaan yang tak terpuaskan, " Sang Purnama memulai lagi. "Melalui gerbang emas, dengan koral dan mutiara yang lebih besar dari yang pernah dilihatnya, ia melangkahkan kaki kecilnya ke antapura, kediaman para selir Rahwana. Ia menemukan sang Tuan-tanah Alengka, tak semata kolektor rakshasi. Di beberapa antapura tersebut, dipenuhi dengan gandharwa yang sedang bobok, cantiknya tak terkira; rambutnya berseri oleh cahaya bintang alami, yang merupakan warisan sejenis lelembut, dan kulit-halusnya, bagaikan hasil tenunan cahaya rembulan.
Di antapura lain, kinnari yang bertulang pipi-lebar dan berkaki-unggas, sedang molor, bila centaurus meliriknya, pastilah naksir. Di antapura berikutnya, ada kamar-kamar yang dipadati dengan naga dan ular hijau betina, sangat indah, dengan permata yang tertanam di kepala mereka yang sedang lelap. Hanoman tersadar bahwa semua wanita ini, kekasih Rahwana. Bagi sang wanara, tampaknya, mereka tak ditahan di sini sebagai tawanan; mereka tidur sangat nyenyak. Namun boleh jadi, mereka terlelap lantaran letih, memikirkan sprindik yang diperintahkan Rahwana.
Sang monyet kecil, menggelengkan kepalanya, beginilah cara takdir bekerja. Sang penguasa ini, yang punya selir-selir lezat dari setiap ras yang ada di Triloka; namun dirinya sendirilah yang memilih, mengadili kematiannya di tangan Rama. Dan Hanoman percaya bahwa, betapapun mustahil baginya sekarang, kematian 'kan menjelang, tanpa dapat dihindari oleh Rahwana.

Sang Fajar telah menyingsingkan lengan bajunya, dan Hanoman kecil sedang asyik berkeliling kota Rahwana. Sayup-sayup ia mendengar suara hiruk-pikuk dari Aula Besar. Ia datang mendekat, dan gerbangnya, terbentang spanduk besar bertuliskan 'Musyawarah Rakyat.' Seketika, Hanoman melompat ke atas atap, mengintip dari celah yang ada di atasnya. Ia melihat, sang Kaisar berdiri di podium, tetapi tak terlalu mendengarkan apa yang diucapkan Rahwana. Ia menyaksikan, bukanlah rakyat Alengka, melainkan para selirlah yang hadir di sana, berakting sebagai rakyat. Rahwana menyampaikan pidatonya, 'Apabila keadaan tak memungkinkan, aku akan mengangkat Indrajit sebagai Kaisar Alengka. Dan diriku-sendiri, akan menjadi wakil-kaisar. Akhirnya, perkenankan aku mengucapkan Selamat Milad kepada adik perempuanku, Sarpakenaka.' Kemudian, para hadirin berdiri melagukan 'Happy Birthday.'
Sedikit yang benar-benar tahu mengapa Rahwana dilukiskan sebagai sosok berkepala-sepuluh, berlengan dua-puluh, sebagai anti-hero terkondang. Raja Asura yang hebat, Mahabali, pernah menasihati Rahwana agar menghindari sepuluh emosi dasar: kemarahan; kesombongan; kecemburuan; kesenangan; kesedihan; ketakutan; keegoisan, kegairahan; keambisian dan kecerdasan berpikir. Mahabali berbicara panjang lebar tentang pengendalian pikiran dan penguasaan rasa, 'Amarahlah, emosi yang paling rendah. Ia mengaburkan intelek dan dapat membuatmu berbuat kekonyolan. Engkau menjadi buta terhadap nalar dan semata bereaksi dengan ragamu, tanpa berpikir-panjang. Inilah penyebab kegagalan dalam setiap bidang. Cabutlah kejahatan ini dari sistemmu.
Kesombongan, merupakan emosi dasar berikutnya. Kecongkakan berasal dari kesombongan dan membunuh pikiran dan visi yang jernih. Kesombongan membuatmu, meremehkan musuh dan melebih-lebihkan diri-sendiri. Kecemburuan itu, emosi yang keji, dan menguasainya merupakan salah satu tugas paling menantang yang diemban manusia. Kecemburuan memicumu menginginkan kerajaan, kekayaan, istri, dan ketenaran, yang dimiliki orang lain. Emosi ini, sejak lama telah mengakibatkan banyak perang, pertumpahan-darah dan air-mata.
Kesenangan dan kesedihan, semata dua kebenaran abadi, ibarat siang dan malam. Seorang dengan hati yang bersih dan kecerdasan superior, takkan pernah terpengaruh oleh emosi-emosi ini. Keduanya sama sekali bukanlah emosi dasar, melainkan refleksi pikiran kita, reaksi terhadap perspektif kita tentang hal-hal yang kita lihat, dengar, dan lakukan. Keseimbangan batin, tak hanya diinginkan dalam diri seorang pejuang, melainkan pula, sebuah keniscayaan. Tanpanya, engkau sama saja mati di medan laga.
Rasa-takut bukanlah emosi, melainkan penyakit. Ia menyebar dari pemimpin ke pengikutnya, dan sebaliknya. Dalam peperangan, tiada yang membunuh lebih banyak manusia daripada ketakutan. Apa yang ditakuti oleh seorang pejuang? Kematian? Kematian, pada akhirnya bukanlah apa yang semua orang alami. Ataukah luka yang engkau takuti? Apa yang lebih penting? Segelas darahmu atau nektar kemenangan? Pikirkanlah. Berpikir akan menghapus keraguan seperti itu.
Tiada yang lebih terkutuk daripada keegoisan. Seseorang yang mementingkan dirinya sendiri, orang yang paling ciloko. Mengapa seseorang dilahirkan? Semata makan-minum lalu jadi gemuk? Atau cuma berkembang-biak dan berlipat-ganda seumpama babi? Atau sekadar mengotori bumi yang baik ini, dengan limbah tubuhnya, dan kemudian mati tanpa bersuara di dunia ini? Apa gunanya hidupmu, jika tak menyalakan, setidaknya cahaya kecil, dalam kegelapan yang menghancurkan masyarakat kita. Celalah keegoisan yang keji ini.
Berahi-cinta atau nafsu itu, rantai yang menambatkanmu ke tonggak pencapaian keberpura-puraanmu. Seorang pejuang hendaknya semata fokus pada kemenangan saja. Ia seyogyanya menjadi satu-satunya kewajibanmu. Laksanakan tugasmu kepada rakyatmu, orangtua, istri, saudara-saudarimu dan Tuhan. Nafsu membuatmu lemah. Berahi memiliki ikatan tak terlihat, yang membawamu ke jurang kegagalan pada saat yang penting, ketika kemenangan dan kegagalan, berimbang. Waspadalah terhadap berahi-cinta.
Terakhir, kendalikan ambisimu. Rahwana, aku bisa melihat ambisi yang membara di matamu. Tapi jangan sembarangan. Ambillah hanya apa yang ditawarkan kehidupan padamu, sebagai milikmu sendiri. Biarkan hidupmu mengikuti arusnya sendiri. Bertujuanlah terhadap segala sesuatu dan berusahalah mencapainya, namun jagalah selalu kakimu, agar tetap berpijak kokoh di atas bumi. Timbang-timbanglah sebelum bertindak.
Satu-satunya hal yang pantas dipertahankan, ialah pikiranmu. Pikiranmu menyerap pengetahuan yang engkau peroleh dari guru-gurumu, buku-bukumu, dan kehidupanmu, dan menjernihkannya menjadi hikmah yang agung. Inilah yang hendaknya engkau kembangkan. Setiap menit hidupmu, seyogyanya berusaha memberi makan pikiranmu dengan masukan yang segar dan positif. Ia akan memberikan kejelasan pada visimu, dan kekuatan besar pada tindakanmu. Engkau bakal berbuat lebih sedikit kesalahan, dan juga, belajar lebih cepat darinya.
Namun waspadalah, jangan engkau jadikan intelekmu sebagai hiasan mulia belaka. Menghiasinya di depan dan atau di belakang namamu. Jangan jadikan nalarmu, mencari pembenaran ambisimu sendiri, atau menyembunyikann kebenaran dengan tangan-kirimu.'
Namun, dalam menanggapi Mahabali, Rahwana membenarkan dan bersukacita dengan mempunyai seluruh sepuluh aspek ini, sebab menjadikannya manusia pancen oye. Itulah sebabnya Rahwana digambarkan sebagai Dasamukha, atau yang bermuka sepuluh, sedangkan dua puluh tangannya, menunjukkan kejagoan dan kepiawaian. Dalam Jagad Pewayangan, umumnya, para raksasa digambarkan mempunyai satu tangan-kiri, sedang tangan kanannya, terikat. Maknanya bahwa tingkah-laku dan perbuatan para raksasa tersebut, selalu perbuatan yang 'ngiwa' [kekiri-kirian, namun tak ada hubungannya dengan tangan-kidal] atau perbuatan buruk. Boleh dikata, bahwa tiap raksasa selalu dicitrakan bertangan-satu, tangan-kiri, mata besarnya melotot-mencuat, ada pula yang sama sekali tak terbuka, 'wuta' [buta]; arogan, yang digambarkan kepala mendongak ke atas; mulut terbuka lebar dan memperlihatkan giginya yang rangah, menyiratkan suka mengancam atau mengintimidasi orang lain. Pokoke, menyiratkan watak yang serba-serakah, rakus, tak mau memandang orang lain atau angkara-murka. Mereka dikesankan 'buta, buteng [bernafsu], betah nganiaya.'

Selanjutnya, emsi mengumumkan bahwa pembicara selanjutnya adalah Wibisana, sebagai narasumber. Dan setelah berdiri di mimbar, ia berkata, 'Suka atau tidak, data memainkan peran yang semakin penting dalam seluruh kehidupan kita—dan perannya akan semakin besar. Kini, surat kabar punya bagian lengkap yang dikhususkan bagi data. Perusahaan memiliki tim dengan tugas eksklusif menganalisis datanya. Para penanam-modal membayar puluhan juta dolar kepada para perusahaan start-up, bilamana mereka sanggup menyimpan lebih banyak data. Bahkan jika engkau tak pernah belajar cara menjalankan regresi atau menghitung selang-kepercayaan, engkau bakal menemukan banyak data—di halaman-halaman yang engkau baca, rapat bisnis yang engkau hadiri, gosip yang engkau dengar di balik pendingin-air tempatmu minum. Banyak orang cemas dengan perkembangan ini. Mereka terintimidasi oleh data, mudah tersesat dan bimbang dalam dunia angka. Mereka mengira bahwa pemahaman kuantitatif tentang dunia itu, semata buat otak-kiri prodigy tertentu, bukan buat mereka. Saat mereka menemukan angka, seketika mereka berancang menutup lembar halaman, mengakhiri rapat, atau mengalihkan percakapan. Dan perkenankan aku menyampaikan ini: 'Ilmu data yang baik, tak sesulit yang dipikirkan orang. Ilmu data terbaik, pada kenyataannya, secara mengejutkan, intuitif. Apa yang membuat ilmu data intuitif? Pada intinya, ilmu data itu, tentang menemukan pola, dan memprediksi bagaimana satu variabel akan mempengaruhi yang lain. Orang melakukan ini, sepanjang waktu.Coba bayangkan, semasa engkau masih kecil, engkau akan teringat bahwa saat engkau menangis, ibumu memberikan perhatian padamu. Itulah ilmu data. Ketika engkau beranjak ke usia dewasa, engkau memperhatikan bahwa, bila engkau terlalu banyak mengeluh, bakalan sedikit orang yang mau bergaul denganmu. Itu juga ilmu data. Tatkala orang-orang kurang bergaul denganmu, cobalah perhatikan, engkau merasa kurang bahagia. Manakala engkau kurang bahagia, engkau kurang ramah. Dikala engkau kurang ramah, orang-orang semakin tak mau bergaul denganmu. Ilmu data. Dan engkaulah yang menjadi ilmuwan datanya.
Tapi tunggu dulu, kita sering salah tentang bagaimana dunia bekerja saat kita semata mengandalkan apa yang kita dengar atau alami sendiri. Saat mengandalkan insting, kita dapat pula terlempar oleh daya tarik dasar manusia dengan dramatisasi. Kita cenderung melebih-lebihkan prevalensi apapun yang membuat cerita yang mudah diingat. Misalnya, ketika ditanya dalam sebuah survei, orang-orang secara konsisten menempatkan tornado sebagai penyebab kematian yang lebih umum dibanding asma. Faktanya, asma menyebabkan sekitar tujuh puluh kali lebih banyak kematian. Kematian lantaran asma, tak menonjol—dan tak menjadi berita. Kematian akibat tornado, bisa. Kendati metodologi ilmu data yang baik, seringkali intuitif, hasilnya, seringkali kontra-intuitif. Ilmu data mengambil proses manusia yang alami dan intuitif—mendeteksi pola dan memahaminya—dan menyuntikkannya dengan steroid, yang berpotensi menunjukkan kepada kita, bahwa dunia bekerja dengan cara yang sama sekali berbeda dengan yang kita kira. Tujuan seorang ilmuwan data ialah memahami dunia. Usai kita menemukan hasil yang kontra-intuitif, kita dapat menggunakan lebih banyak ilmu data guna membantu kita, menjelaskan mengapa dunia, tak seperti yang terlihat.

Mari kita gali sejarahnya. Pada tahun 431 SM, Sparta menyatakan perang terhadap Athena. Thukidides, dalam catatannya tentang perang, menggambarkan bagaimana pasukan Plataia yang terkepung, yang setia kepada Athena, berencana melarikan-diri dengan memanjat tembok yang mengelilingi Plataia yang dibangun oleh pasukan Peloponnesia yang dipimpin Sparta. Agar dapat melakukannya, mereka perlu mengetahui seberapa tinggi tembok tersebut, sehingga mereka dapat membuat tangga dengan panjang yang sesuai. Sebagian besar tembok Peloponnesia telah ditutupi dengan kerikil kasar, namun ada bagian yang ditemukan dimana batu-bata masih terlihat jelas dan sejumlah besar tentara masing-masing diberi tugas menghitung lapisan batu bata terbuka ini. Bekerja pada jarak yang aman dari serangan musuh pasti menimbulkan kesalahan, namun seperti yang dijelaskan Thukidides, mengingat banyak penghitungan yang dilakukan, hasil yang paling sering muncul paling, benar. Hitungan yang paling sering terjadi ini, yang sekarang kita sebut sebagai kaidah, kemudian digunakan menghitung tinggi dinding, orang Plataia mengetahui ukuran batu-bata lokal yang digunakan, dan tangga dengan panjang yang dibutuhkan guna mengukur dinding yang dibangun. Hal ini memungkinkan kekuatan beberapa ratus orang untuk melarikan diri, dan babak inilah, yang mungkin dianggap sebagai contoh paling mengesankan dari pengumpulan dan analisis data bersejarah. Namun pengumpulan, penyimpanan, dan analisis data, ternyata telah ada sebelum Thukidides selama berabad-abad.
Takik telah ditemukan pada tongkat, batu, dan tulang sejak era Paleolitik Atas. Takik ini, dianggap mewakili data yang tersimpan sebagai tanda penghitungan, meskipun masih terbuka bagi perdebatan akademis. Boleh jadi, contoh yang paling masyhur ialah Tulang Ishango, ditemukan di Republik Demokratik Kongo pada tahun 1950, dan diperkirakan berusia sekitar 20.000 tahun. Tulang berlekuk ini, ditafsirkan secara beragam sebagai kalkulator atau kalender, meskipun ada yang lebih suka menjelaskan keberadaan Takik semata untuk memberikan contoh penggunaan data yang tak terbatas pada Eropa dan Afrika. Suku Inka dan para pendahulunya di Amerika Selatan, yang hendak mencatat statistik dengan tujuan pajak dan komersial, menggunakan sistem tali-ikat berwarna yang canggih dan rumit, yang disebut quipu, sebagai sistem akuntansi berbasis desimal. Benang-benang yang diikat, terbuat dari kapas berwarna cerah atau wol unta, berasal dari milenium ketiga sebelum Masehi, dan meskipun diketahui kurang dari seribu, selamat dari invasi Spanyol dan upaya untuk membasminya, itulah salah satu contoh pertama yang diketahui dari sistem penyimpanan data yang sangat besar. Algoritme komputer, kini sedang dikembangkan agar mencoba menkode makna penuh quipu dan meningkatkan pemahaman kita, tentang bagaimana ia digunakan.

Meskipun kita dapat menganggap dan menggambarkan sistem awal ini, sebagai penggunaan data, kata 'data' sebenarnya kata jamak yang berasal dari bahasa Latin, dengan 'datum' menjadi bentuk tunggal. 'Datum' jarang digunakan saat ini dan 'data' digunakan sebagai bentuk tunggal dan jamak. Kamus Bahasa Inggris Oxford mengaitkan penggunaan pertama istilah tersebut, dengan ilmuwan Inggris abad ke-17, Henry Hammond, dalam sebuah risalah keagamaan kontroversial yang diterbitkan pada tahun 1648. Di dalamnya, Hammond menggunakan frasa 'tumpukan data', dalam pengertian teologis, merujuk pada kebenaran agama yang tak terbantahkan. Namun, meskipun publikasi ini menonjol karena mewakili penggunaan pertama istilah 'data' dalam bahasa Inggris, publikasi ini, tak menangkap penggunaannya dalam pengertian modern, yang menunjukkan fakta dan angka tentang populasi yang diminati. 'Data', seperti yang sekarang kita pahami istilahnya, berasal dari revolusi ilmiah di abad ke-18 yang dipimpin oleh raksasa intelektual seperti Priestley, Newton, dan Lavoisier; dan, pada tahun 1809, mengikuti karya matematikawan sebelumnya, Gauss dan Laplace, meletakkan dasar matematika yang sangat tinggi bagi metodologi statistik modern.
Pada tingkat yang lebih praktis, sejumlah besar data, dikumpulkan di sekitar wabah kolera tahun 1854 di Broad Street, London, memungkinkan dokter John Snow memetakan wabah tersebut. Mengikuti pekerjaan John Snow, ahli epidemiologi dan ilmuwan sosial semakin menemukan data demografis yang sangat berharga guna tujuan penelitian, dan sensus yang sekarang dilakukan di banyak negara, membuktikan sumber informasi yang berguna.

Sebelum penggunaan komputer secara luas, data sensus, eksperimen ilmiah, atau survei sampel dan kuesioner yang dirancang dengan cermat, dicatat di atas kertas—sebuah proses yang memakan waktu dan mahal. Pengumpulan data, hanya dapat dilakukan setelah peneliti memutuskan pertanyaan mana yang mereka inginkan, dijawab oleh eksperimen atau survei mereka, dan data yang sangat terstruktur yang dihasilkan, ditranskripsikan ke atas kertas dalam baris dan kolom yang berurutan, kemudian dapat diterima dengan metode analisis statistik tradisional.
Istilah 'Internet' dan 'World Wide Web' sebenarnya sangat berbeda. Internet itu, suatu jaringan dari jaringan, terdiri dari komputer, jaringan komputer, jaringan area lokal (LAN), satelit, dan telepon seluler, serta perangkat elektronik lainnya, semuanya terhubung bersama dan dapat saling mengirim bundel data, yang mereka lakukan dengan menggunakan Alamat IP (Protokol Internet). World Wide Web (www, atau Web), sebagaimana dijelaskan oleh penemunya, T. J. Berners-Lee, sebagai 'sistem informasi global', memanfaatkan akses Internet sehingga semua orang yang memiliki komputer dan koneksi, dapat berkomunikasi dengan pengguna lain, melalui media seperti email, pesan instan, jejaring sosial, dan SMS. Pelanggan ISP (penyedia layanan Internet) dapat terhubung ke Internet dan mengakses Web dan banyak layanan lainnya.
Pada paruh pertama abad ke-20, beberapa data disimpan di komputer, membantu meringankan beberapa pekerjaan padat karya ini, namun melalui peluncuran World Wide Web (disingkat Web) pada tahun 1989, dan perkembangannya yang cepat, sehingga menjadi semakin layak menghasilkan, mengumpulkan, menyimpan, dan menganalisis data secara elektronik. Masalah yang tak terhindarkan, dihasilkan oleh volume data yang sangat besar yang dapat diakses oleh Web, kemudian perlu ditangani, dan kala pertama kita melihat bagaimana membedakan antara berbagai jenis data. Data yang kita peroleh dari Web, dapat diklasifikasikan sebagai terstruktur, tak terstruktur, atau semi-terstruktur.
Data terstruktur, dari jenis yang ditulis dengan tangan dan disimpan di buku catatan atau di lemari arsip, sekarang disimpan secara elektronik pada spreadsheet atau database, dan terdiri dari tabel bergaya spreadsheet dengan baris dan kolom, setiap baris menjadi catatan dan setiap kolom menjadi bidang yang ditentukan (misalnya nama, alamat, dan usia). Kita berkontribusi pada penyimpanan data terstruktur ini ketika, misalnya, kita memberikan informasi yang diperlukan untuk memesan barang secara online. Data yang terstruktur dan ditabulasi dengan hati-hati, relatif mudah dikelola dan dapat digunakan bagi analisis statistik, dan memang hingga saat ini, metode analisis statistik hanya dapat diterapkan pada data terstruktur.
Sebaliknya, data tak terstruktur, tak mudah dikategorikan dan mencakup foto, video, tweet, dan dokumen pengolah kata. Setelah penggunaan World Wide Web meluas, ternyata banyak sumber informasi potensial seperti ini, tetap tak dapat diakses lantaran tak memiliki struktur yang diperlukan guna menerapkan teknik analitik yang ada. Namun, dengan mengidentifikasi fitur-fitur utama, data yang tampak pada penampakan awal, tak terstruktur, boleh jadi tak sepenuhnya tanpa struktur. Email, misalnya, berisi metadata judul terstruktur, serta pesan yang sebenarnya tak terstruktur dalam hal teks, sehingga dapat diklasifikasikan sebagai data semi terstruktur. Tag metadata, yang pada dasarnya referensi deskriptif, dapat digunakan untuk menambahkan beberapa struktur ke data yang tak terstruktur. Menambahkan tag kata ke gambar di situs web membuatnya dapat diidentifikasi dan lebih mudah dicari. Data semi terstruktur, ditemukan pula dalam situs jejaring sosial, yang menggunakan tagar sehingga pesan (yang merupakan data tak terstruktur) tentang topik tertentu, dapat diidentifikasi. Berurusan dengan data yang tak terstruktur, merupakan tantangan: sebab tak dapat disimpan dalam database atau spreadsheet tradisional, alat khusus harus dikembangkan guna mengekstrak informasi yang berguna. Istilah 'ledakan data', mengacu pada semakin banyak data terstruktur, tak terstruktur, dan semi-terstruktur yang dihasilkan dari menit ke menit.

Sekitar 80 persen data dunia, tak terstruktur dalam bentuk teks, foto, dan gambar, sehingga tak sesuai dengan metode tradisional analisis data terstruktur. Sekarang, 'Big Data' digunakan untuk merujuk, tak semata apda jumlah total data yang dihasilkan dan disimpan secara elektronik, melainkan pula pada kumpulan data tertentu yang besar dalam ukuran dan kompleksitas, yang dengannya, teknik algoritme baru diperlukan untuk mengekstrak informasi yang berguna darinya. Kumpulan data besar ini, berasal dari sumber yang berbeda.
Seluruh data ini, berasal dari aliran, di antaranya, search-engine, data kesehatan, data real-time, data astronomi, dan lain sebagainya. Big Data digunakan secara luas dalam perdagangan dan kedokteran, dan diaplikasikan dalam hukum, sosiologi, pemasaran, kesehatan masyarakat, dan segala bidang ilmu alam. Sekarang, hampir tak mungkin mengambil bagian dalam kegiatan sehari-hari dan menghindari pengumpulan data pribadi secara elektronik. Belanja di supermarket mengumpulkan data tentang apa yang kita beli; maskapai penerbangan mengumpulkan informasi tentang pengaturan perjalanan kita, saat kita membeli tiket; dan bank mengumpulkan data keuangan kita. Data dalam segala bentuknya, berpotensi memberikan banyak informasi yang berguna, jika kita dapat mengembangkan cara mengekstraknya. Teknik baru yang menggabungkan statistik tradisional dan ilmu komputer, membuatnya semakin layak menganalisis kumpulan data yang besar. Teknik dan algoritma ini, dikembangkan oleh ahli statistik dan ilmuwan komputer untuk mencari pola dalam data. Menentukan pola mana yang penting adalah kunci keberhasilan analisis Big Data. Perubahan yang dibawa oleh era digital, telah secara substansial mengubah cara data dikumpulkan, disimpan, dan dianalisis. Revolusi Big Data, telah memberi kita mobil pintar dan pemantauan di rumah.

Big data tak terjadi begitu saja—berkaitan erat dengan perkembangan teknologi komputer. Di era digital, kita tak lagi sepenuhnya bergantung pada sampel, sebab kita seringkali dapat mengumpulkan semua data yang kita butuhkan dari seluruh populasi. Namun, ukuran kumpulan data yang semakin besar ini, tak dapat memberikan definisi untuk istilah 'Big Data'—kita hendaknya memasukkan kompleksitas dalam definisi apapun. Selain sampel 'data kecil' yang dibuat dengan hati-hati, kita sekarang berurusan dengan sejumlah besar data yang belum dikumpulkan dengan pertanyaan spesifik apapun dan seringkali tak terstruktur. Untuk mengkarakterisasi fitur kunci yang membentuk Big Data dan bergerak menuju definisi istilah, Doug Laney, menulis pada tahun 2001, mengusulkan menggunakan tiga 'v': volume, variasi, dan velocity. 'Volume' mengacu pada jumlah data elektronik yang sekarang dikumpulkan dan disimpan, yang tumbuh pada tingkat yang terus meningkat. Big data itu besar, tapi seberapa besar? Secara umum, kita dapat mengatakan bahwa kriteria volume terpenuhi jika kumpulan data sedemikian rupa, sehingga kita tak dapat mengumpulkan, menyimpan, dan menganalisisnya menggunakan metode komputasi dan statistik tradisional. Berbagai macam data dikumpulkan oleh rumah sakit, militer, dan banyak perusahaan komersial untuk sejumlah tujuan, pada akhirnya semuanya dapat diklasifikasikan sebagai terstruktur, tak terstruktur, atau semi terstruktur. Velocity mengacu pada kecepatan dimana data diproses secara elektronik.

Mengapa Big Data penting? Big Data, big business. Pada 1920-an, J. Lyons and Co., sebuah perusahaan katering Inggris yang masyhur dengan kafe 'Corner House' mereka, mempekerjakan seorang matematikawan muda Universitas Cambridge, John Simmons, melakukan pekerjaan statistik. Pada tahun 1947, Raymond Thompson dan Oliver Standingford, keduanya direkrut oleh Simmons, diutus dalam kunjungan pencarian fakta ke AS. Pada kunjungan inilah, mereka pertama kali mengetahui komputer elektronik dan potensinya melakukan perhitungan rutin. Simmons, terkesan dengan temuan mereka, berusaha membujuk Lyons membeli komputer.
Kolaborasi dengan Maurice Wilkes yang saat itu terlibat dalam pembangunan Electronic Delay Storage Automatic Computer (EDSAC) di University of Cambridge, menghasilkan Lyons Electronic Office. Komputer ini, berjalan pada kartu berlubang dan pertama kali digunakan oleh Lyons pada tahun 1951 dengan tugas akuntansi dasar, seperti menjumlahkan kolom angka. Pada tahun 1954, Lyons telah membentuk bisnis komputernya sendiri dan membangun LEO II, diikuti oleh LEO III. Meskipun komputer kantor pertama dipasang pada awal 1950-an, mengingat penggunaan katup (6.000 dalam kasus LEO I) dan pita magnetik, dan jumlah RAM yang sangat kecil, mesin awal ini tidak dapat diandalkan dan aplikasinya tidak dapat diandalkan. terbatas. Kantor Elektronik Lyons yang asli secara luas disebut sebagai komputer bisnis pertama, membuka jalan bagi e-commerce modern dan, setelah beberapa merger, akhirnya menjadi bagian dari International Computers Limited (ICL) yang baru dibentuk pada tahun 1968.
Mesin LEO dan komputer mainframe besar yang mengikutinya, semata cocok bagi tugas menghitung angka seperti akuntansi dan audit. Pekerja yang secara tradisional menghabiskan hari-hari mereka menghitung kolom angka, sekarang menghabiskan waktunya memproduksi kartu berlubang, tugas yang tak kalah membosankannya dengan tingkat akurasi yang sama tingginya.

Ekonom terkemuka, John Maynard Keynes, yang menulis selama depresi ekonomi Inggris pada tahun 1930, berspekulasi tentang seperti apa kehidupan kerja seabad kemudian. Revolusi industri telah menciptakan lapangan kerja baru berbasis kota di pabrik-pabrik dan mengubah masyarakat yang sebagian besar agraris. Diperkirakan bahwa pekerjaan padat karya pada akhirnya akan dilakukan oleh mesin, yang menyebabkan pengangguran untuk beberapa orang dan minggu kerja yang jauh berkurang untuk orang lain. Keynes secara khusus memperhatikan bagaimana orang akan menggunakan waktu luang mereka yang meningkat, dibebaskan dari urgensi pekerjaan yang menguntungkan oleh kemajuan teknologi. Mungkin yang lebih mendesak adalah pertanyaan tentang dukungan keuangan yang mengarah pada saran bahwa pendapatan dasar universal akan memberikan cara mengatasi penurunan pekerjaan yang tersedia.

Sejak penggunaan komputer menjadi layak bagi perusahaan komersial, telah ada minat bagaimana dapat digunakan bagi peningkatan efisiensi, menghemat biaya, dan menghasilkan keuntungan. Perkembangan transistor dan penggunaannya di komputer yang tersedia secara komersial menghasilkan mesin yang semakin kecil, dan pada awal 1970-an komputer pribadi pertama diperkenalkan. Namun, baru pada tahun 1981, ketika International Business Machines (IBM) meluncurkan IBM-PC di pasar, dengan penggunaan floppy disk untuk penyimpanan data, ide tersebut benar-benar lepas landas bagi perbisnisan. Kemampuan pengolah kata dan spreadsheet dari generasi PC berikutnya, sebagian besar perangkat pintar seluler dan fasilitas seperti tanda tangan elektronik.

Meskipun aspirasi optimis dari era digital awal agar membuat kantor tanpa kertas, belum terpenuhi, lingkungan kantor telah direvolusi oleh email, pengolah kata, dan spreadsheet elektronik. Akan tetapi, pengadopsian Internet secara luaslah yang membuat e-commerce menjadi proposisi praktis.
Belanja online, boleh jadi, contoh yang paling familiar. Sebagai pelanggan, kita menikmati kenyamanan berbelanja di rumah dan menghindari antrian yang memakan waktu. Kerugian bagi pelanggan sedikit, tetapi, tergantung pada jenis transaksi, kurangnya kontak dengan karyawan toko, dapat menghambat penggunaan pembelian online. Masalah ini semakin diatasi dengan fasilitas saran pelanggan online seperti 'obrolan instan', ulasan online, dan peringkat bintang, banyak pilihan barang dan jasa bersama dengan kebijakan pengembalian yang bermurah-hati. Selain membeli dan membayar barang, kini kita dapat membayar tagihan, melakukan transaksi perbankan, membeli tiket pesawat, dan mengakses berbagai layanan lainnya secara online.

Sebagai penutup, perkenankankan aku menyimpulkan bahwa semakin banyak data yang engkau kumpulkan dari pelangganmu, semakin banyak nilai yang dapat engkau berikan kepada mereka. Dan semakin banyak yang bisa engkau berikan, semakin tinggi keuntungan yang bisa engkau hasilkan.
Banyak perusahaan masuk ke big data semata lantaran setiap nama besar di industrinya, ada di dalamnya. Sayangnya, mereka mengambil risiko big data tanpa menyadari mengapa itu penting bagi mereka. Pada akhirnya, mereka tenggelam dalam lautan informasi yang mulai menyumbat sistem manajemen data yang mereka gunakan untuk menangani big data. Seseorang hendaknya memahami mengapa big data itu penting, dan bagaimana hal itu, dapat membuat perbedaan pada operasi perusahaannya sebelum seseorang dapat mengambil nilai darinya.'

Setelah itu, Hanoman segera beranjak dari tempat persembunyiannya, guna mencari data tentang Sita. Lelah sekarang, Hanoman berkata pada dirinya sendiri, 'Rama bilang bahwa Sita menyukai bunga, pohon dan segala keliaran, rusa, tupai dan burung. Rama mengatakan, Sita berbicara kepadanya, seolah-olah ia memahami bahasa masing-masing. Alirannya sejuk dan murni. Mungkin ia akan datang untuk menyentuh airnya dan menyapa matahari saat fajar.’
Ia berbisik pada dirinya sendiri seperti ini. Ia tidak berani melepaskan harapan; hidupnya semata tergantung pada benang itu. Seperti banyak makhluk di hutan, ia bisa melihat hampir sejelas di malam hari seperti di siang hari. Saat matanya terbiasa dengan kegelapan, Hanoman mengagumi taman besar yang ia datangi. Setidaknya seindah Nandana Indra atau Chaitra Kubera.
Aromanya, yang tercium di malam hari, mengingatkannya pada Gandhamadana, gunung yang harum, tempat Hanoman pernah datang selama pengembaraan panjang Sugriwa karena Subali. Hanoman tak mengetahui hal ini, namun aroma asokawana Rahwana, aroma surgawi oleh tanaman, semak dan pohon yang tumbuh di sini telah tumbuh dari biji yang dibawa dari Nandana dan Chaitra sendiri.
Saat matanya melihat dengan lebih jelas, Hanoman mengintip tajam dari tempat bertenggernya. Di depannya, bersinar menembus kegelapan, ada sebuah kuil kecil yang ditopang oleh pilar-pilar putih di sekelilingnya, lengkungannya ditumbuhi tanaman-hias ivy.
Hanoman menuruni pohon dan merayap menuju kuil tersebut. Ia melihat bahwa jalan menuju bangunan berkubah itu, seluruhnya diaspal dengan lempengan batu merah-laut. Ia melihat anak tangga yang menuju ke sana, juga dari karang hitam. Saat ia mendekat, ia melihat kuil kecil itu, bersinar karena dinding luarnya telah disepuh dengan emas cair.
Ia mendengar suara dengkuran, dan kemudian seseorang mendesah pelan. Dalam sekejap, Hanoman mengarahkan kepala kecilnya di sekitar pintu masuk yang melengkung itu, dan matanya membulat dan hatinya bergetar. Sutra kuningnya kotor, wajahnya berlumuran air mata, dan ia sesekali menghela nafas di tengah rakshasi yang tertidur di sekelilingnya. Namun ia turun ke kuil itu, dan tiada keraguan dalam pikiran sang wanara: itulah cinta sang Rama, itulah Sita!"
Kutipan dan Rujukan:
- Ramesh Menon, The Ramayana: A modern Translation, HarperCollins
- Bibeck Debroy, The Valmiki Ramayana, Penguin Books
- Ir. Sri Mulyono, Wayang dan Karakter Manusia - Nenek Moyang Kurawa dan Pandawa, CV Haji Masagung
- Anand Neelakantan, Asura: Tale of the Vanquished - The Story of Ravana and His People, Platinum Press
- Seth Stephens-Davidowitz, Everybody Lies: Big Data, New Data and What the Internet Can Tell Us about Who We Really are, Dey St.
- Dawn E. Holmes, Big Data - A Very Short Introduction, Oxford University Press
- Vince Reynolds, Big Data for Beginners, Createspace Independent Publishing Platform
[Bagian 6]
[Bagian 4]